Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE


HEMORAGIK DI RUANG SARAF RSUD ULIN BANJARMASIN

TANGGAL 30 SEPTEMBER – 5 OKTOBER 2019

Oleh:
Susi Lestari, S.Kep
NIM. 1930913320003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Susi Lestari, S.Kep

NIM : 1930913320003

JUDUL LP : - Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik


- Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
Hemoragik di Ruang Saraf RSUD Ulin Banjarmasin
- Resume pasien di Ruang Saraf RSUD Ulin
Banjarmasin

Banjarbaru, 30 September 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rismia Agustina, S.Kep, Ns, M.Kep Ricca Desy Widiya Purwanti, S.Kep, Ns
NIP.19720721 199202 2 006 NIP. 19891218 201402 2 007
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

DEFINISI MANIFESTASI KLINIS


Stroke Hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan 1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat 2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
mengalir dengan semestinya yang menyebabkan otak mengalami
4. Kesulitan menulis atau membaca.
hipoksia dan penderita mengalami kelumpuhan atau kematian. 5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam 6. Kehilangan koordinasi dan keseimbangan.
suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (Smeltzer, 2005). 7. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik.
8. Mual atau muntah.
ETIOLOGI 9. Kejang.
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang 10. Sensasi perubahan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
menekan dinding arteri sehingga pecah atau terjadinya perdarahan baal atau kesemutan.
intracranial dengan gejala peningkatan tekanan darah. 11. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh (Batticaca, 2008).
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
1. Kekurangan suplai oksigen ke otak.
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah PEMERIKSAAN PENUNJANG
otak. 1. Pemeriksaan laboratorium
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak (Adib, 2009). - pemeriksaan pungsi lumbal
- pemeriksaan darah lengkap
2. CT Scan;
PENATALAKSANAAN MEDIS 3. Angiografi cerebral;
1. Pengobatan konservatif 4. MRI (Magnetic Imaging Resonance);
2. Pembedahan (Adib, 2009). 5. Ultrasonografi Doppler;
6. EEG (Batticaca, 2008).
PATHWAY

Hipertensi

Pecahnya pembuluh darah otak


(perdarahan intrakranial)

Masuk ke dalam jaringan otak dan membentuk massa

Kesulitan menelan Penekanan pada jaringan otak

Pemasangan NGT TIK meningkat

Penurunan kesadaran
Resiko aspirasi

Defresan jalan Penurunan fungsi otak Iskemia-hipoksia


nafas jaringan otak

Kerusakan
Ketidakefektifan neuromotorik Risiko ketidakefektifan
pola nafas perfusi jaringan otak

Kelemahan otot
progresif Tirah
Afasia Defisit
baring perawatan
Hambatan mobilitas diri
Gangguan fisik
fungsi bicara Dekubitus

Resiko kerusakan
Hambatan
integritas kulit
komunikasi verbal
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 Identitas 1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2 Keluhan utama 2. Ketidakefektifan pola nafas
3 Riwayat kesehatan 3. Hambatan komunikasi verbal
4. Hambatan mobilitas fisik
4 Pemeriksaan fisik
5. Resiko kerusakan integritas kulit
5 Pemeriksaan diagnostik 6. Defisit perawatan diri
6 Pola fungsi kesehatan 7. Resiko aspirasi

Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak Ketidakefektifan pola nafas


NOC : Perfusi Jaringan Serebral NOC : Status Pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 6 jam, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30
diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara menit, klien mampu bernafas secara normal.
optimal untuk mempertahankan fungsi otak. Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil : 1. Saturasi oksigen
1. Tekanan intracranial 2. Kepatenan jalan nafas
2. Tekanan darah sistolik 3. Penggunaan otot bantu nafas
3. Tekanan darah diastolic 4. Gangguan kesadaran
4. Penurunan tingkat kesadaran NIC : Manajemen Jalan Nafas
NIC : Manajemen Edema Serebral 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
1. Monitor status neurologik dengan ketat dan bandingkan 2. Berikan terapi oksigen.
dengan nilai normal 3. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
2. Monitor TTV menurun.
3. Monitor TIK pasien dan respon neurologi terhadap 4. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana
aktivitas perawatan. mestinya.
4. Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan NIC : Monitor Pernafasan
priode istirahat. 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
5. Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau bernafas.
lebih. 2. Monitor pola nafas (mis : bradipnue, takipneu,
6. Batasi cairan dan hindari cairan IV hipotonik. hiperventilasi, pernafasan kusmaul dan apneustik).
NIC : Monitor Neurologi 3. Monitor kelelahan otot-otot diafragma.
1. Monitor tingkat kesadaran. 4. Posisikan pasien miring ke samping, sesuai indikasi
2. Catat keluhan sakit kepala. untuk mencegah aspirasi.
3. Monitor respon terhadap obat.
4. Beri jarak kegiatan keperawatan yang bisa
meningkatkan tekanan intracranial.
5. Konsultasikan dengan rekan kerja untuk
mengkonfirmasi data.
Hambatan komunikasi verbal Hambatan mobilitas fisik Risiko kerusakan integritas kulit
NOC : Komunikasi NOC : Pergerakan NOC : Konsekuensi Imobiltas: Fisiologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
kali pertemuan, klien mampu melakukan komunikasi jam, diharapkan mobilitas klien mengalami 24 jam, diharapkan pasien mampu mengetahui dan
baik verbal maupun non verbal. peningkatan baik dengan atau tanpa alat bantu. mengontrol resiko.
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
1. Menggunakan bahasa lisan 1. Keseimbangan 1. Keseimbangan
2. Menggunakan bahasa isyarat 2. Koordinasi 2. Koordinasi
3. Menggunakan bahasa non verbal 3. Gerakan otot 3. Gerakan otot
4. Mengenali pesan yang diterima 4. Kinerja pengaturan tubuh 4. Kinerja pengaturan tubuh
5. Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain NIC : Perawatan Tirah Baring NIC : Pencegahan Luka Tekan
NIC : Peningkatan Komunikasi: Kurang Bicara 1. Jelaskan alasan dilakukannya tirah baring 1. Gunakan alat pengkajian decubitus yang tepat
1. Kenali emosi dan perilaku fisik pasien sebagai 2. Posisikan sesuai body alignment yang tepat untuk mengkaji resiko pada pasien.
bentuk komunikasi 3. Hindari penggunaan kain linen kasur yang 2. Hindarkan kulit dari kelembaban berlebih.
2. Sesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi teksturnya kasar. 3. Ubah posisi pasien dengan teknik yang benar
kebutuhan pasien dan bantu keluarga dalam 4. Balikan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling untuk mencegah trauma pada kulit.
memahami pembicaraan dengan pasien. tidak setiap 2 jam, sesuai dengan jadwal yang 4. Jaga linen pasien agar tetap bersih, kering, dan
3. Ungkap pertanyaan dimana pasien mampu spesifik. bebas dari kerutan.
menjawab dengan sederhana (ya/tidak). 5. Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan cara yang 5. Ajarkan anggota keluarga atau yang merawat
4. Kolaborasi bersama keluarga dan ahli bahasa tepat. pasien mengenai tanda-tanda kulit yang tidak
patologis untuk mengembangkan rencana agar 6. Bantu menjaga kebersihan. utuh.
bisa berkomunikasi dengan efektif. NIC : Terapi Latihan NIC : Pengecekan Kulit
NIC : Peningkatan Sistem Dukungan 1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan latihan 1. Periksa kulit dan selaput lender terkait dengan
1. Anjurkan hubungan dengan orang-orang yang pergerakan sendi. adanya kemerahan, kehangatan ekstremitas,
memiliki minat dan tujuan yang sama. 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihan edema atau drainase.
2. Sediakan layanan dengan sikap peduli dan 3. Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan 2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
mendukung. 4. Ajarkan ROM aktif/pasif pada klien/keluarga. tekstur dan edema ekstremitas.
3. Libatkan keluarga, orang terdekat dan teman- 5. Kaji perkembangan/kemajuan latihan 3. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
teman dalam perawatana dan perencanaan. kerusakan lebih lanjut.
Defisit perawatan diri Resiko aspirasi
NOC : Self Care Assistance NOC : Pencegahan Aspirasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi. dapat dilakukan pencegahan dan mengontrol resiko.
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
1. Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan 1. Mengidentifikasi factor-faktor risiko.
kemampuan. 2. Memilih makanan dan cairan dengan konsistensi yang
2. Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk tepat.
memberikan bantuan sesuai kebutuhan. 3. Mempertahan tubuh dalam posisi tegak selama 30 menit
NIC : Self Care setelah makan.
1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian NIC : Pencegahan Aspirasi
dan makan. 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, kemampuan
2. Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan kepala dan menelan.
bahu tegak selama makan dan 1 jam setelah makan. 2. Meminimalisir penggunaan obat-obatan yang diketahui
3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan memperlambat pengosongan lambung, dengan tepat.
berpakaian. 3. Pantau cara makan atau bantu jika diperlukan.
4. Dorong klien untuk tetap makan sedikit tapi sering. 4. Posisikan kepala pasien tegak lurus, sama dengan atau
lebih tinggi dari 30 – 90 derajat (pemberian makan
NIC : Bantuan perawatan diri
dengan NGT) atau sejauh mungkin.
1. Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam
5. Inspeksi kavitas oral terkait dengan obat-obatan maupun
melakukan perawatan diri.
makanan yang tertahan.
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
3. Berikan bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan.
4. Berikan umpan balik positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya.
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung,


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Batticaca FB. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Herdman TH, Kamitsuru S, 2018, NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions and Classification 2018 – 2020. Oxord: Wiley Blackwell.

Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L, Et all, 2016, Nursing


Outcomes Classification, Mosby.

Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L, Et all, 2016. Nursing


Interventions Classification, Mosby.

Smeltzer, S. C. 2005. Brunner & Suddarth’s: Textbook of Medical Surgical


Nursing 9th. Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai