PEMBANGUNAN
Andi Tenrisukki
Tenriajeng
PROGRAM
SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
POKOK MATERI
* BIAYA
* MUTU
* WAKTU
PERENCANA
PENGAWAS PELAKSANA
DASAR HUKUM KONSTRUKSI
DASAR HUKUM YANG DIPAKAI DI INDONESIA ADALAH UU RI
NO.02/207 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Hukum konstruksi di indonesia dipakai sejak indonesia
merdeka dari penjajahan belanda adalah av 1941 tentang
masalah pemborongan kerja sebagai dasar pembuatan bestek
en voorwarden/rencana kerja & syarat-syarat konstruksi.
ORANG PERORANGAN :
BENTUK BADAN USAHA - PERENCANAAN DAN
- MEMENUHI KETENTUAN PERIZINAN PENGAWASAN HARUS MEMILIKI
USAHA SERTIFIKAT KEAHLIAN & YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA
- MEMILIKI SERTIFIKASI,
KLASIFIKASI, DAN KUALIFIKASI - PELAKSANAAN HARUS MEMILIKI
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI SERTIFIKAT KETERAMPILAN DAN
KEAHLIAN KERJA & YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA
BADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI PERENCANA, BERTANGGUNG JAWAB
PELAKSANA & PENGAWAS ATAS HASIL PEKERJAANNYA
KONSTRUKSI :
ORANG PERSEORANGAN
PERENCANA & PENGAWAS
KONSTRUKSI
SISTEM PERTANGGUNGAN
PENGEMBANGAN USAHA
DUKUNGAN
PENGEMBANGAN JENIS
PERLUASAN & IKLIM USAHA
USAHA
PENINGKATAN AKSES YANG KONDUSIF
PERTANGGUNGAN
TERHADAP SUMBER
DANA DAN
KEMUDAHAN
PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEHAN
PENDANAAN
DASAR HUKUM :
UU RI NO.18 TAHUN 1999 TENTANG JAKON DAN
PERATURAN PEMERINTAH
3. EVALUASI PRAKUALIFIKASI Ok
4. UNDANGAN ok ok Ok
5. PENJELASAN Ok ok ok ok
6. PEMASUKAN PENAWARAN Ok ok ok ok
7. EVALUASI PENAWARAN ok ok ok
8. NEGOSIASI ok ok
9. PENETAPAN CALON PEMENANG ok ok Ok
10. PENGUMUMAN CALON PEMENANG ok ok
PEMBENTUKAN
PANITIA LELANG
DENGAN
PENGUMUMAN PRAKUALIFIKASI
PENANDAATANGA
N IKRAR AGAR
TIDAK KKN
PENETAPAN
SANGGAHAN PELELANGAN
PEMENANG
PROSEDUR PEMILIHAN PENYEDIA JASA
KONTRAK LUMPSUM
Konrak Harga Borongan Atau Kontrak Harga Pasti Merupakan Jenis Kontrak
Yang Mengacu Kepada Harga Penawaran Yang Diajukan Oleh Penyedia Jasa
Yang Telah Ditunjuk Sebagai Pelaksana Pekerjaan
Untuk jenis pekerjaan yang setiap item pekerjaan dan volume telah diketahui
dengan pasti serta spesifikasi teknis, gambar rencana yang disusun dalam
dokumen lelang jelas, pasti dan tetap.
KONTRAK HARGA SATUAN
KONTRAK YANG BERPEDOMAN ATAS HARGA SATUAN ITEM PEKERJAAN
YANG DITAWARKAN OLEH PENGGUNA BARANG/JASA.
HARGA SATUAN PASTI DAN TETAP SELAMA MASA PELAKSANAAN KONTRAK
UNTUK JENIS PEKERJAAN YANG VOLUME PEKERJAANNYA TIDAK DAPAT
DIKETAHUI DENGAN PASTI ATAU SIFATNYA MENDESAK DAN TIDAK DAPAT
DITUNDA
REALISASI PEMBAYARAN TERGANTUNG HASIL VOLUME PEKERJAAN AKTUAL
DALAM SATU BULAN
MEMUNGKINKAN ADANYA PEKERJAAN TAMBAH ATAU KURANG (SEPANJANG
KEDUA BELAH PIHAK MENYETUJUI)
4.Laku
MENGELOMPOKKAN PEKERJAAN
PENGAWASAN PENGATURAN
PELAKSANAAN
Salah satu faktor yang menentukan harga material adalah jarak
antara sumber pengambilan material dengan lokasi material
JARAK
SUMBER LOKASI
Penyusunan schedule dapat dilakukan
pada setiap hari, minggu & setiap bulan,
tergantung dari ukuran, kompleksitas dan
karateristik proyek
BERDASARKAN UU RI TENTANG JAKON NO. 18 TAHUN 1999
MASYARAKAT BERHAK :
1) MELAKUKAN PENGAWASAN UNTUK MEWUJUDKAN TERTIB
PELAKSANAAN JASA KONSTRUKSI
2) MEMPEROLEH PENGGANTIAN YANG LAYAK ATAS KERUGIAN
YANG DIALAMI SECARA LANGSUNG SEBAGAI AKIBAT
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
MASYARAKAT BERKEWAJIBAN :
1) MENJAGA KETERTIBAN DAN MEMENUHI KETENTUAN YANG
BERLAKU DIBIDANG PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2) TURUT MENCEGAH TERJADINYA PEKERJAAN KONSTRUKSI
YANG MEMBAHAYAKAN KEPENTINGAN UMUM
Kata “klaim” atau “claim” dalam bahasa inggris,
berasal dari bahasa latin “clamare” atau “clamo”
yang berarti berteriak.
Pengertian klaim barat vs indonesia :
Dunia barat :
Hampir semua batasan dari kepustakaan barat
menyatakan bahwa klaim adalah suatu permintaan
(demand)
Indonesia :
Hampir semua batasan dari kepustakaan indonesia
menyatakan bahwa klaim adalah suatu tuntutan,
sehingga klaim menjadi sesuatu yang kurang disukai
(tabu).
Klaim Konstruksi : Klaim Yang Timbul Dari
Atau Sehubungan Dengan Pelaksanaan
Suatu Pekerjaan Jasa Konstruksi Antara
Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa Atau
Antara Penyedia Jasa Utama Dengan
Sub-penyedia Jasa Atau Pemasok
Material Atau Antara Pihak Luar Dan
Pengguna/Penyedia Jasa Yang
Biasanya Mengenai Permintaan
Tambahan Waktu, Biaya Atau
Kompensasi Lain
PERIODE • PERIODE AWAL KEMERDEKAAN, INDUSTRI JASA KONSTRUKSI
1945 -1950 BELUM TUMBUH MAKA BELUM ADA KLAIM KONSTRUKSI
DAMAGE
CONSTRUCTION
CLAIM
Sebab-sebab umum :
1) Komunikasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa buruk
2) Administrasi kontrak kurang cukup
3) Sasaran waktu tidak terkendali
4) Kejadian eksternal yang tidak dikehendaki
5) Kontrak yang memiliki perbedaan penafsiran
Sebab-sebab dari pengguna jasa :
1) Informasi tender yang tidak
lengkap mengenai desain,
bahan dan spesifikasi
2) Penyelidikan site kurang
sempurna
3) Alokasi resiko tidak jelas
4) Keterlambatan pembayaran
5) Larangan metode kerja tertentu
Sebab-sebab dari penyedia jasa :
1. Pekerjaan yang cacat/mutu pekerjaan buruk
2. Keterlambatan penyelesaian
3. Klaim tandingan/perlawanan klaim
4. Pekerjaan tidak sesuai spesifikasi
5. Bahan yang dipakai tidak memenuhi syarat
UNSUR-UNSUR KLAIM
UNSUR-UNSUR KLAIM ANTARA LAIN :
1. TAMBAHAN UPAH, MATERIAL, PERALATAN,ADMINISTRASI, DAN
WAKTU
2. PENGULANGAN PEKERJAAN (BONGKAR/PASANG)
3. PENURUNAN PRESTASI KERJA
4. PENGARUH IKLIM
5. SALAH PENEMPATAN PERALATAN
6. PENUMPUKAN BAHAN
7. TIDAK EFISIENSI JENIS PEKERJAAN
Jenis Klaim Terbagi Atas :
1. Klaim Tambahan Biaya Dan Waktu
2. Klaim Biaya Tak Langsung (Overhead)
3. Klaim Tambahan Waktu (Tanpa Tambahan Biaya)
4. Klaim kompensasi lain
KEMAMPUAN MEMBAYAR KLAIM
DALAM UU NO. 18/1999 TENTANG JASA KONTRUKSI PASAL
15 AYAT 2 :
PENGGUNA JASA HARUS MEMILIKI KEMAMPUAN
MEMBAYAR BIAYA PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG
DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN PEMBUKTIAN DARI
LEMBAGA PERBANKAN DAN/ATAU LEMBAGA KEUANGAN
BUKAN BANK
BERDASARKAN PPRI PASAL 31 NO.29 TAHUN 2000:
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil
pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana Disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa
atau penyedia jasa.
1. PERENCANA KONSTRUKSI BEBAS DARI KEWAJIBAN UNTUK
MENGGANTI ATAU MEMPERBAIKI KEGAGALAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 31
YANG DISEBABKAN KESALAHAN PENGGUNA JASA,
PELAKSANA KONSTRUKSI DAN PENGAWAS KONSTRUKSI
BERTANGGUNG
BERTANGGUNG JAWAB SEJAK
JAWAB (DALAM PENYERAHAN
PENGELOLAAN) AKHIR PALING
LAMA 10 TAHUN
DITETAPKAN
OLEH PENILAI
KEGAGALAN
AHLI BANGUNAN
Pasal 34 PP RI no.29/2000 :
Kegagalan bangunan merupakan keadaan
bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari Segi teknis,
manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna
jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi
Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan
bangunan sesuai pasal 34 PP RI 29/2000 :
1.Ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang
direncanakan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi
2.Penetapan umur konstruksi yang direncanakan
harus jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen
perencanaan, serta disepakati dalam kontrak
konstruksi
3.Jangka waktu pertanggung jawaban atas
kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan
tegas dalam kontrak kerja konstruksi.
Penilai ahli harus memiliki sertifikasi keahlian dan terdaftar
pada lembaga, sesuai PP RI pasal 36 no 29/2000 :
1) Kegagalan Bangunan Dinilai Dan Ditetapkan Oleh Satu
Atau Lebih Penilai Ahli Yang Profesional Dan Kompoten
Dalam Bidangnya Dan Bersifat Independen Dan Mampu
Memberikan Penilaian Secara Obyektif, Yang Harus
Dibentuk Paling Lambat 1 Bulan Sejak Diterimanya
Laporan Mengenai Terjadinya Kegagalan Bangunan
2) Penilai dipilih dan disepakati bersama oleh penyedia
jasa dan pengguna jasa
3) Pemerintah berwewenang untuk mengambil tindakan
tertentu apabila kegagalan menimbulkan gangguan pada
keselamatan umum termasuk dalam memberikan
pendapat dalam penunjukkan.
Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan
Menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan bangunan
Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan serta tingkat dan kesalahan yang
dilakukan
Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya
ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak-pihak yang
melakukan kesalahan
Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian
Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan konstruksi
dapat dilakukan dengan mekanisme pertanggungan pihak
ketiga atau asuransi, dengan ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas dasar
kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi
yang menjadi tanggungan penyedia jasa menjadi bagian
unsur biaya pekerjaan konstruksi.
Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan
premi maka resiko kegagalan bangunan menjadi tanggung
jawab pengguna jasa
PROFESIONALISME BENAR-BENAR
DIWUJUDKAN
ARBITRASE
ARBITRASE INSTITUTIONAL
AD HOC (BANI)
PROSES
PERSIDANGAN
PN.DOMISILI
KEPUTUSAN TERMOHON
(30 HARI)
BERHASIL GAGAL EKSEKUSI
PELAKSANAAN
SUKARELA PENGADILAN
Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan
konstruksi dapat dilakukan dengan mekanisme
pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan
ketentuan :
1. Persyaratan dan jangka waktu ditetapkan atas dasar
kesepakatan
2. Premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya
premi yang menjadi tanggungan penyedia jasa
menjadi bagian unsur biaya pekerjaan konstruksi.
Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan
premi maka resiko kegagalan bangunan menjadi
tanggung jawab pengguna jasa
PROFESIONALISME BENAR-BENAR
DIWUJUDKAN
SOSIAL KEUANGAN
RESIKO
PROYEK
DESIGN POLITIK
TENAGA
KERJA
Berdasarkan pp 28/2000 pasal 10 (1) tentang usaha
dan peran serta masyarakat jasa konstruksi, kriteria
resiko :
1.Resiko kecil : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan
umum dan harta benda.
2.Resiko sedang : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya beresiko membahayakan keselamatan
umum dan harta benda
3.Resiko tingi : pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan
keselamatan umum dan harta benda.
Berdasarkan pp 29/2000 pasal 6 :
Proyek dengan resiko kecil, teknologi
sederhana & biaya kecil : penunjukkan
langsung
Proyek dengan resiko sedang, teknologi
sederhana sampai madya & biaya kecil sampai
sedang : pemilihan langsung
Proyek dengan resiko tinggi, teknologi tinggi &
biaya besar : pelelangan terbatas
Berdasarkan penjelasana uu ri no.18/1999 pasal 13 :
Untuk mengatasi resiko dan tanggung jawab hukum
kepada pihak lain dapat ditempuh melalui
pertanggungan dengan mitra usaha antara lain :
1.Jaminan Penawaran
2.Jaminan Pelaksanaan
3.Jaminan Uang Muka
4.Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5.Construction All Risk Insurance
6.Profesional Liability Insurance
Disamping Itu Jasa Konstruksi Memerlukan dukungan
sumber informasi mengenai ketersediaan peralatan,
bahan dan komponen bangunan
Teknologi sederhana
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan alat kerja
sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli
Teknologi madya
Pekerjaan konstruksi yang menggunakan sedikit
peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli
Teknologi tinggi
Pekerjaan Konstruksi Yang Menggunakan Banyak
Peralatan Berat Dan Memerlukan Tenaga Ahli Dan
Tenaga Terampil
RESIKO >>
KONTRAKTOR ASURANSI
GANTI RUGI
MAX 100 %
RESIKO
RESIKO
TERBATAS
OWNER BOND
GANTI RUGI
TERBATAS
Pada tanggal 12 Agustus
1999 telah diundangkan dan
diberlakukan :
UU RI No. 30 thn 1999
tentang arbritrase dan
alternatif penyelesaian
sengketa.
Pada bab i pasal 1, point 10 disebutkan :
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara :
KONSULTASI
NEGOSIASI
MEDIASI
KONSILIASI ATAU
PENILAIAN AHLI
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat
“personal” antara suatu pihak tertentu, yang
disebut “klien” dengan pihak lain yang merupakan
pihak “konsultan” yang memberikan pendapat
(hukum) kepada klien tersebut.
NEGOSIASI
Negosiasi Merupakan Salah Satu Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Yang Dilaksanakan Diluar
Pengadilan, Sedangkan perdamaian dapat
dilakukan baik sebelum proses persidangan
pengadilan dilakukan, maupun setelah sidang
peradilan dilaksanakan, baik didalam maupun
diluar sidang pengadilan.
1. KOMPETITIF
2. KOOPERATIF
3. LUNAK DAN KERAS
4. INTEREST BEST
Negosiasi Bersifat Alot Dan Bersaing, Ciri Negosiasi :
1.Mengajukan permintaan awal yang tinggi diawal negosiasi
2.Menjaga tuntutan agar tetap tinggi sepanjang proses negosiasi
dilangsungkan
3.Menggunakan cara-cara yang berlebihan dan melemparkan
tuduhan-tuduhan dengan tujuan menciptakan ketegangan dan
tekanan terhadap pihak lain
TEKNIK NEGOSIASI KOOPERATIF
Menganggap pihak negosiator lawan bukan sebagai
musuh, melainkan sebagai mitra kerja untuk mencari
penyelesaian sengketa yang adil berdasarkan analisis yang
obyektif dan atas fakta hukum yang jelas
SOFT (LUNAK) HARD (KERAS)
NEGOSIATOR ADALAH TEMAN NEGOSIATOR DIPANDANG SEBAGAI
LAWAN
1.People (orang)
2.Interest (kepentingan)
3.Option / solusi
4.Criteria
Memberikan tenggang waktu penyelesaian
paling lama 14 hari
Penyelesaian sengketa tersebut harus
dilakukan dalam bentuk “pertemuan
langsung” oleh dan antara para pihak yang
bersengketa
Mediasi adalah sebuah proses
penyelesaian sengketa
berdasarkan perundingan.
GANTI RUGI
COMPENSATION
PEMBATALAN PERJANJIAN
RESCISSION
Berdasarkan Uu Ri No.18/ 1999 Bab Vi Disebutkan ;
Pasal 26 (1)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Perencana Atau Pengawas Konstruksi, Dan hal tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas
konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan
dikenakan ganti rugi
Pasal 26 (2)
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pelaksana Konstruksi Dan Hal Tersebut Terbukti Menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab
sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi
Pasal 27
Jika Terjadi Kegagalan Bangunan Yang Disebabkan Kesalahan
Pengguna Jasa Dalam Pengelolaan Bangunan Dan Hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa wajib
bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi
Ganti rugi yang dapat
dituntut :
1.Kerugian
yang diderita dari
masing-masing pihak
2.Keuntungan yang akan
diperoleh
Suatu keadaan yang terjadi diluar
kekuasaan para pihak, sehingga
untuk melaksanakan kewajibannya
sesuai kontrak menjadi tidak terpenuhi
1. Timbulnya perang,
pemberontakan,perang
saudar, dll
2. Kekacauan dan huru hara
3. Bencana alam : gempa,
badai, gunung meletus dll
4. Atau keadaan yang
ditetapkan dalam kontrak,
misal; wabah penyakit,
kebakaran dll
ACT OF GOD (KEHENDAK ALLAH)
SUATU KEADAAN ATAS KEHENDAK ALLAH, SEPERTI ; BANJIR,
TANAH LONGSOR, GUNUNG MELETUS, HALILINTAR, GEMPA,
TSUNAMI DLL
TINDAKAN PEMERINTAH ATAU PIHAK LAIN, MISALNYA;
KEBIJAKAN MONETER, PEPERANGAN, PEMBERONTAKAN, HURU
HARA, PEMOGOKKAN DLL
Keadaan Memaksa Dibagi Menjadi 2 Jenis :
1.Keadaan Memaksa Absolut
Suatu Keadaan Yang Samasekali Tidak Dapat
Memenuhi Prestasinya (Gempa, Banjir
Bandang Dll)
2.Keadaan Memaksa Relatif
Suatu keadaan yang masih memungkinkan
untuk melaksanakan prestasinya, dengan
resiko tertimpa bahaya kerugian yang sangat
besar
Ada tiga akibat keadaan memaksa :
1. Penyedia jasa tidak perlu membayar ganti
rugi
2. Beban resiko tidak berubah
3. Pengguna jasa tidak berhak atas
pemenuhan prestasi
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung
jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun.