Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas
tentang “Peran Bidan dalam Pelayanan dan Fungsi Bidan dalam Pelayanan”.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan nabi Muhamad SAW
semoga selalu terlimpahkan. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Indrayanti, S.Pd., M.Keb. selaku dosen yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi
kami dan bagi pembaca pada umumnya.

Bojonegoro, 05 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 1

Daftar Isi ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5

C. Tujuan ............................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mekanika Tubuh ................................................................................ 6

B. Fungsi Bidan dalam Pelayanan ........................................................................ 12

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidan .......................................................... 13

D.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam hidup ini manusia perlu mempertahankan keseimbangan tubuh.


Akan tetapi, terkadang manusia juga mengalami penurunan dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh. Maka dari itu, kita perlu
mempelajari kebutuhan mekanika tubuh. Mekanika tubuh merupakan
bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Mekanika tubuh meliputi
pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot tertentu yang digunakan
untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman.
Sehingga perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk
bagaimana mengkoordinasikan Gerakan tubuh yang meliputi fungsi
integrasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf. Dalam makalah ini, kami
akan membahas bagaimana cara memenuhi kebutuhan dasar manusia
dalam mempertahankan keseimbangan tubuh di kehidupan sehari-hari.
Disini juga kami akan membahas tentang macam-macam pengaturan
posisi yang benar untukmeningkatkan efensiesi kerja.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mekanika tubuh?

2. Apa saja prinsip mekanika tubuh?

3. Apa saja pergerakan dasar dalam mekanika tubuh?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh?

5. Apakah dampak mekanika tubuh?


6. Apa saja macam pengaturan posisi?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian mekanika tubuh.

2. Untuk mengetahui prinsip mekanika tubuh.

3. Untuk mengetahui pergerakan dasar dalam mekanika tubuh.

4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh.

5. Untuk mengetahui dampak mekanika tubuh.

6. Untuk mengetahui berbagai macam pengaturan posisi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan


sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada
dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien,
yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam
menggerakan dan mempertahankan keseimbanangan selama beraktivitas.

2.2. Tujuan Mekanika Tubuh

Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi penggunaan


kelompok otot yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga
keseimbangan, mengurangi energi yang digunakan, menurunkan
keletihan dan menurunkan resiko cedera. Kebutuhan bergerak sangat
dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia
dan melindungi diri dari kecelakaan, seperti jatuh.

2.3. Prinsip Mekanika Tubuh

a. Gravitasi, merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan


dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang
gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor
yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
1. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan
tubuh.

2. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal


melalui pusat gravitasi.

3. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat


seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan
tubuh.

b. Keseimbangan, keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh


dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara
pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

c. Berat. dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan


adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda
tersebut akan memengaruhi mekanika tubuh.

2.4. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.


Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar
yang harus diperhatikan, di antaranya:

a. Gerakan (ambulating)

Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan


keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang
berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan
lebih mudah stabil dibandingkan dengan orang yang berjalan karena
pada saat berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan
pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan
terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang
akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.

b. Menahan (squatting)

Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai


contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang
jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi
adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat
dalam menahan. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan
yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan
yang akan dilakukan.

c. Menarik (pulling)

Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda.


Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda,
diantaranya:

1. Ketinggian.

2. Letak benda (sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik).

3. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong ke depan dari
panggul).

4. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi


pasien.

5. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta
pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk.

d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya
tarik ke atas. Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar
dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang

e. Memutar (pivoting)

Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan


bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah
dengan memerhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar
tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh

a. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi


sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.

b. Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh
dapat menyebabkann kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.

c. Emosi Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku


individu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan
mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah,
akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
d. Situasi dan kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang,
misalnya sering mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

e. Gaya hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres


dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

f. Pengetahuan, pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan


mendorong seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga
akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai
dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko
mengalamigangguan koordinasi sistem muskuloskeletal dan saraf

2.6 Dampak Mekanika Tubuh

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi


pengeluaran energi secara berlebihan. Kesalahan dalam penggunaan
mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagi berikut:

a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan


gangguandalam sistem muskuloskeletal.

b. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Apabila


seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan
memudahkan terjadinya gangguan dalamstruktur muskuloskeletal.
Misalnya kelainan pada tulang vertebrae.
2.7. Macam-Macam ,Pengaturan Posisi

a. Posisi Fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernapasan pasien.

Tujuan
1.Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Me n i n g k a t k a n r a s a n ya m a n .
3 . Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
Indikasi
1.Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Dudukkan pasien.

3. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,
untuk posisi fowler (90˚) dan semi fowler (30-45˚).

4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.


Gambar 2.1: Posisi fowler.

b. Posisi Sim

Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini
dilakukanuntuk memberi kenyamanan dan memberikan obat
(Supositoria) melalui anus.

Tujuan
1.Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah
aspirasi.
2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter
mayorotot pinggang
3. Memasukkan obat supositoria.
4. Mencegah dekubitus
Indikasi
1.Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perinea.
2. Pasien yang tidak sadarkan diri.
3. Pasien paralisis.
4. Pasien yang akan dienema.
5. Untuk tidur pada wanita hamil

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan ke


kiri
dengan posisi badan setengah telungkup, maka lutut kaki kiri dilur
uskan serta paha kanan ditekuk diarahkan ke dada. Tangan kiri
di belakang punggung dan tangan kanan di depan kepala.

3. Bila pasien miring ke kanan, posisi badan setengah telungkup dan


kaki kanan lurus, sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk dan
diarahkan ke dada. Tangan kanan di belakang punggung dan tangan
kiri di depan kepala

Gambar 2.2: Posisi Sim.

c. Posisi Trendelenburg
Posisi Trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat
tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.

Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Indikasi
1.Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2.Pasien shock
3. Pasien hipotensi

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang. Letakkan bantal di antara


kepala dan ujung tempat tidur pasien, serta berikan bantal di bawah
lipatan lutut.

3. Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur
tempat tidur secara khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

Gambar 2.3: Posisi Trendelenburg.


d. Posisi Dorsal Recumbent

Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring telentang


dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat
tidur. Posisi ini dilakukan untukmerawat dan memeriksa genetalia
serta proses persalinan.

Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan
punggung belakang.
Indikasi
1.Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.

3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat


tidur dan renggangkan kedua kaki.

4. Pasang selimut
Gambar 2.4: Posisi Dorsal Recumbent.

e. Posisi Litotomi

Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan


mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.

Tujuan

1.Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal


vagina,taucher, pemeriksaan rektum, dan sistoscopy.

2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,


pemasangan alat intra uterine devices (IUD) &, dan lain-lain.

Indikasi

1.Pada pemeriksaan genekologis.

2.Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatanterhadap


penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.
Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua


paha dan tarik ke arah perut.

3. Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.

4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk
posisi litotomi.

5. Pasang selimut.

Gambar 2.5: Posisi Litotomi.


f. Posisi Genu Pektoral
Posisi genu pectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Posisi ini
dilakukkan unutuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi

1.Pasien hemorrhoid.
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara pelaksanaan:

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2. Anjurkan pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan


kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur kasur tempat
tidur.

3. Pasang selimut pada pasien

Gambar 2.6: Posisi Genu Pektoral

2.8 Teknik Memindahkan Pasien

A.Teknik Memindahkan Klien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda


Pengertian Memindahkan klien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan
dandilakukan dari tempat tidur ke kursi roda.
Tujuan :
1. Mengurangi atau menghindarkan pergerakan pasien sesuai
dengankeadaan fisiknya.
2. Memberikan rasa nyaman pada pasien.
3. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan.
Persiapan alat
a. Kursi roda (rollstul).
b. Selimut

Prosedur pelaksanaana.
1. Memberitahu pasien tentang hal yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, siapkan kursi
roda dalam posisi 45 derajat terhadap tempat tidur.
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu.
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil
dantidak licin.
6. Renggangkan kedua kaki anda.
7. Fleksikan panggul dan lutut Anda, sejajar lutut anda dengan lutut
klien.
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan anda di scapula pasien.
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan
panggul dan tungkai Anda,dengan tetap mempertahankan lutut agak
fleksi.
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis denganlutut.k.
11. Tumpukan pada kaki yang jauh dari kursi.
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegangkursi
untuk menyokong.
13. Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien kekursi.
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk.
15. Posisikan pasien pada posisi yang di pilih.
16. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap
pemindahan.Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan
adanya titik tekan.
17. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
19. Hal-hal yang perlu diperhatikan.
20. Observasi keadaan umum pasien.
21. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah pada pasien.

B. Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda (Rool Stoel) Ke Tempat Tidur


Pengertian Memindahkan pasien yang tidak dapat atau yang tidak
boleh berjalan dan di lakukan dari kursi roda ke tempat tidur.

Tujuan :

1. Mengurangi atau menghindarkan pergerakan pasien sesuai


dengankeadaan fisiknya.
2. Memberikan rasa nyaman pada pasien.
3. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan.

Persiapan Alat :

a. Tempat tidur
b. Selimut
c. Bantal dan sarungnya

Prosedur pelaksanaana.
a. Memberitahu pasien tentang hal-hal yang akan dilakukanb.
b. Mencuci tangan
c. Mengunci kursi roda,bila tidak memakai kunci bagian belakang
harusdi tahan oleh perawat lain.
d. Perawat berdiri di depan pasien.
e. Kedua tangan perawat memegang pasien dan kedua tangan
pasien.memegang bahu perawat.
f. Membantu pasien berdiri dan keluar dari kursi roda.
g. Menuntun pasien sampai ke sisi tempat tidur dengan
melangkahkankaki secara teratur (kalau pasien melangkahkan kaki
kirinya makaperawat melangkahkan kaki kirinya), kemudian
membantu pasienmembelakangi tempat tidur.
h. Mendudukan pasien kesisi tempat tidur.
i. Merapikan pasien.
j. Mengembalikan kursi roda pada tempatnya.
k. Mencuci tangan

Hal-hal yang perlu diperhatikana.

1. Observasi keadaan umum pasien.


2. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah pada pasien

C. Teknik Memindahkan Klien Dari Tempat Tidur Ke Brancard


Pengertian Memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh
berjalandilakukan dari tempat tidur ke brancard.

Tujuan :

a. Mengurangi atau menghindari pergerakan pasien sesui dengankeadaan


fisiknya.
b. Memberi rasa man dan nyaman pada pasien.
c. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruang.

Persiapan alat dan bahan :

a. Brancard
b. Pengalas brancard
c. Selimut tipis
d. Tiga orang tenaga perawat

Prosedur pelaksanaan :
1. Menempatkan kereta dorong sedemikian rupa sehingga
membentuksudut 90° yaitu bagian kepala brancard berada pada bagian
kakitempat tidur atau sejajar dengan tempat tidur (bila pasien
dapatmenggerakkan badannya sendiri).
2. Memberitahu pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Mengambil seprei atas dari atas kereta dorong dan menutupnya
padapasien. Perawat yang akan mengangkat pasien berdiri di
sebelahkanan pasien, berdiri menurut tinggi yaitu paling tinggi berdiri
dibagian kepala, yang terpendek berdiri di tengah di antara perawat.
5. Masukkan kaki kiri masing-masing perawat sedikit ke muka/depan
6. Susupkan lengan-lengan perawat di bawah leher, punggung,
bokong,paha, kaki pasien dengan telapak tangan menghadap ke atas
sampai mencapai sisi kiri pasien, telapak tangan perawat dirapatkan
kebadan pasien dengan sedikit ditekan untuk menahan agar
pasientidak lepas/jatuh.
7. Perawat yang berdiri di bagian kepala memberi aba-aba dan
denganserentak pasien diangkat, dan melangkahkan kaki secara teratur
danhati-hati.
8. Meletakkan pasien secara bersama-sama dan perlahan-lahan.
9. Merapikan pasien.
10. Mencuci tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Observasi keadaan umum pasien.


b. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah pada pasien

D. Teknik Memindahkan Klien Dari Brancard Ke Tempat Tidur


PengertianPemindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh
berjalan dilakukan dari brancard ke tempat tidur.
Tujuan :
a. Mengurangi atau menghindari pergerakan pasien sesuai
dengankeadaan fisiknya.
b. Memberi rasa aman dan nyaman pada pasien.
c. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruang3.
Persiapan alat :
a. Tempat tidur.
b. Bantal lengkap dengan sarungnya.
c. Selimut tipis.
d. Tiga orang tenaga perawat.
Prosedur pelaksanaana.
1. Memberitahu pasien tentang hal-hal yang akan dilaksanakan.
2. Menempatkan kereta dorong sedemikian rupa sehingga
membentuksudut 90° yaitu bagian kepala brancard berada pada bagian
kaki tempat tidur atau sejajar dengan tempat tidur (bila pasien
dapatmenggerakkan badannya sendiri).
3. Mencuci tangan.
4. Mengambil seprei atas dari atas tempat tidur dan menutupnya
padapasien. Perawat yang akan mengangkat pasien berdiri di
sebelahkanan pasien, berdiri menurut tinggi yaitu paling tinggi berdiri
dibagian kepala, yang terpendek berdiri di tengah di antara perawat.
5. Masukkan kaki kiri masing-masing perawat sedikit ke muka/depan.
6. Susupkan lengan-lengan perawat di bawah leher, punggung,
bokong,paha, kaki pasien dengan telapak tangan menghadap ke atas
sampaimencapai sisi kiri pasien, telapak tangan perawat dirapatkan
kebadan pasien dengan sedikit ditekan untuk menahan agar
pasientidak lepas/jatuh.
7. Perawat yang berdiri di bagian kepala memberi aba-aba dan
denganserentak pasien diangkat, dan melangkahkan kaki secara teratur
danhati-hati.
8. Meletakkan pasien secara bersama-sama dan perlahan-lahan.
9. Merapikan pasien.
Mencuci tangan
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan.
b. Observasi keadaan umum pasien.
c. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah pada pasien

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan


sistem saraf untukmempertahankan keseimbangan dengan tepat.
Mekanisme tubuh merupakan caramenggunakan tubuh secara
efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,terkoordinasi serta
aman dalam menggerakkan dan mempertahankan
keseimbanganselama aktivitas. Prinsip-prinsip mekanika tubuh
meliputi gravitasi, keseimbangan dan berat. Dalam mekanika tubuh
juga memiliki faktor-faktornya dan dasar-dasar pergerakan.
Mekanika tubuh juga memiliki dampak jika terjadi kesalahan dalam
penerapannya. Dalam perawatan pasien, mekanika tubuh juga
digunakan denganmelakukan berbagai macam pengaturan posisi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. 2006.Keterampilan Dasar Praktik Klinik .


Jakarta:Salemba Medika.
Ulyah, Musrifatul. 2004.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, M., Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik. Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai