Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

Nevus Verukosus

OLEH :

Anggri Septianto

PEMBIMBING :

Dr. Filiandini SpKK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

SMF ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD EMBUNG FATIMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2012

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat kemurahanNya
makalah perbahasan referat “NEVUS VERUKOSUS” ini dapat diselesaikan. Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah tentang ILMUPENYAKIT KULIT
KELAMIN.

Pembahasan referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam pelaksanaan
kepaniteraan klinik

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Filiandini SpKK selaku pembimbing


dalam penyusunan tugas ini serta seluruh pihak yang telah membantu, termasuk rekan- rekan
mahasiswa yang telah memberi banyak masukan untuk makalah ini sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahawa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan referat ini.

BATAM, 07 JULI 2012

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan .......................................................................... 1

BAB II Isi dan Pembahasan

A. Anatomi dan Fisiologi kulit..........................................................


B. Nevus Verukosus..........................................................................
C. Laporan kasus...............................................................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan........................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit tumor kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di
kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka orang-
orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis tumor kulit ini. Hal tersebut
diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di
Indonesia penderita tumor kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,
namun demikian tumor kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak
penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita(1).

tumor ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan biopsy,
diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya tumor kulit dapat
dideteksi secara dini. Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah
karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel squamosa, yang tergolong non melanoma dan
melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum. Di Amerika, sekitar 800.000
orang menghidapi kanker ini setiap tahun. 75% kanker kulit adalah kanser sel basal.
Karsinoma sel skuamos pula didapati apa 200.000 orang Amerika setiap tahun. Melanoma
adalah yang paling jarang dijumpai tetapi menyebabkan paling banyak kematian. Menurut
WHO, sebanyak 160.000 orang menghidapi melanoma setiap tahun dan sebanyak 48.000
kematian dilaporkan setiap tahun(3).

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis serta penatalaksanaan dari Nevus verukosus

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Nevus verukosus adalah istilah umum yang menggambarkan adanya bercak berpigmen pada
kulit. yang membentuk lesi lesi verukosus berwarna coklat. Nevus terdiri dari bermacam-
macam jenis, antara lain yang disebut nevus melanositik dan giant hairy nevus. Nevus jenis
ini merupakan kelainan yang jinak. Nevus melanositik oleh orang awam dikenal sebagai
istilah “tahi lalat” (nevus pigmentosus). Giant hairy nevus menjadi penting karena sekitar 10-
15% dapat berkembang menjadi ganas.

II.2 Anatomi dan Fungsi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong(6).

Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri,
virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi
pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit,maka
ciran tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit yang penting akan
menghilang dari tubuh, akan menguap dan lektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam
saja. Contoh dari keadaan ini adalah penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap
dari kulit berfungsi sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit
juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan ujung-
ujung saraf yang bertautan(7).

5
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat(6).

Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b.
lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain
kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang
terdapat pada kulit dinamakan appendices atau adnexa kulit(2).

A. EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu(6).

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia
dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

6
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan
dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans)(6).

B. DERMIS

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”.
Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung dan paling tipis pada palpebrae.
Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi
berbentuk gelombang. Bagian dermis yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla,
sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge. Papila ini pada
telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang member gambaran kulit yang
berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar
seperlima dari tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis
retikuler yang mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya(7).

Dermis ini tersusun dari beberapa unsure atau organ yang meliputi: unsure seluler, unsure
fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe, system saraf. Kelima unsure atau organ
yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.

1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari:
1. fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan substansi
dasarnya
2. Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamine dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
3. Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahan-bahan
asing fan mikroorganisme.
4. Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat berupa
mononuclear ataupun granulosit.
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
1. Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut ini
terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polypeptide. Serabut
ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsure pembentuk
garis langer (cleavage line)

7
2. Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga
dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus disbandingkan dengan
kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
3. Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanyalah dapat
dilihat dengan pewarna khusus.
3. Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan dermatan
sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya merupakan 0,1%
dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini mampu menahan sejumlah
air, sehingga akan menempati ruang terbesar dari dermis.
4. Pembuluh darah dan limfe :

Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan 10% dari seluruh
peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :

1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun sejajar dengan
epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas kepiler-kapiler, endarteriole dan
venulae yang member makan ke papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat subcutis dan
terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dari pada plexus
superficialis.

Pada jari-jari di antara arteriole dan venulae terdapat kelompokan otot polos yang mempunyai
fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering dinamakan glomus. Sedangkan
pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh darah(2).

1. Sistem saraf

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar terdapat pada
wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit. Serabut saraf ini
mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root ganglia . Serabut saraf ini
masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian masing-masing terbagi dua yaitu
serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan
horizontal membentuk anyaman dengan serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama
pembuluh darah dan menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya
serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di

8
dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke
epidermis.

Ada 3 macam serabut saraf yag terdapat pada kulit, yaitu :

1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk


vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot tersebut), dan
kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : 1. Korpuskulum Meisnerri, 2.
Korpuskulum Paccini, 3. Akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :

1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan tekanan


ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat dijumpai pada telapak
tangan dan kaki.
2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam dan
terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan yang sering
menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas, dingin,
nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla dermis dan sekitar
folikel rambut.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis. Dengan
menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4 komponen yaitu :
membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah intermembranous, lamina basalis,
komponen fibrous dermis yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus
menggunakan PAS. Zone membrane basalis ini merupakan filter semipermeable yang
memungkinkan pertukaran sel dn cairan antara dermis dan epidermis(2).

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi(6).

9
C. SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber(6).

VASKULARISASI KULIT

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis(6).

II.3 Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah
diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan
suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari
kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang
menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas(6).

10
Nevus verukosus

nevus verrucosus sangat jarang ditemukan. Nevus verrucosus sendiri merupakan bagian
tumor permukaan epidermis(surface epidermis). Seperti lazimnya, tumor-tumor epidermis
dibagi atas tumor yang berasal dari permukaan epidermis dan yang berasal dari apendiks
epidermis. Kelainan ini juga sering dinamakan Nevus Unius Lateralis atau Nevus Lateralis
saja, Localised Linear Epidermal Nevus dan Nevus Systematicus.Kelainan ini biasanya
dijumpai sejak lahir atau tidak lama sesudah lahir dan sering ditemukan di tungkai atau di
lengan terutama di bagian fleksor, tetapi dapat juga di bagian lain tubuh dan lebih sering
unilateral. Secara histopatologik tumor-tumor permukaan epidermis dibagi dalam tiga bentuk
: (1) Tipe yang lokalisata dengan gambaran histopatologik papiloma, (2) Tipe inflamasi
dengan gambaran dermatitis, (3) Tipe sistemik dengan gambaran histopatologik papiloma
yang sering disertai degenerasi granuler
Secara histologis nevus dapat dibagi berdasarkan lokasinya:
1. Junctional nevus: bila sel nevus berada di batas antara epitel dengan jaringan ikat.
2. Intramukosa nevus: bila sel nevus berada pada jaringan ikat.
3. Compound nevus: bila sel nevus berada pada dua daerah sekaligus, baik pada
jaringan ikat maupun pada sel epitel.
4. Blue nevus: bila sel nevus terletak amat dalam pada jaringan ikat dan berbentuk
seperti gerombol.

Gambar 1. Klasifikasi nevus pigmentosus secara histologi

Bila ditinjau secara histologis, sel nevus memiliki prevalensi tinggi menjadi suatu
melanoma. Hal ini membuat lesi berpigmen intraoral sebaiknya tidak di abaikan
begitu saja dan dilakukan suatu biopsy.

11
Penyebab dan epidemiologi

belum jelas, biasanya imbul setelah dewasa muda dan terjadi dengan frekuensi yang sama
antara pria dan wanita.

Gejala penyakit

Tampak benjolan tak teratur dengan permukaan kasar, warna coklat abu-abu.

Lokalisasi

terdapat pada kepala yang berambut, dada, wajah dengan

efloresensi

nodula-nodula konfluen dengan permukaan tak rata, warna sama dengan kulit sekitarnya dan
pada perabaan kasar.

Gambaran histopatologi berupa epidermis hiperkeratosis, akantosis, dan pailomatosis. Dermis


ditemukan sel-sel radang tak spesifik.

Nevus verukosis di diagnosis banding dengan nevus pigmentosus dan karsinoma sel basal.

Penatalaksanaan

dengan eksisi total dan bedah listrik dengan elektrokauterisasi atau elektrokoagulasi dengan
prognosis baik.

.
contoh kasus dan penatalaksanaanya
Penderita seorang wanita, umur 16 tahun, bangsa Indonesia dirawat di bagian Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sejak tanggal 27 Oktober 1978. Dalam alo-
anamnesa (penderita tidak mengerti bahasa Indonesia) sejak lahir di tungkai bawah dan atas
kiri ditemukan kutil-kutil berwarna kemerahan yang lambat laun berubah menjadi abu-abu
kehitaman. Kelainan ini meluas sampai ke daerah pusar dan kira-kira satu tahun yang lalu
tungkai membengkak, pegal dan timbul borok kecil di kaki kiri. Pengobatan oleh dokter
berupa pil, kapsul dan suntikan tidak memberikan perbaikan. Dalam pemberiksaan status
internus didapatkan seorang penderita yang tidak tampak sakit, tidak anaemik, kompos
mentis, gizi sedang, tensi 120/80 mm Hg, nadi 80/menit, suhu axila 36 C dan berat badan 50
kg. Tidak didapatkan kelainan jantung, paru-paru, hati maupun limpa. Dalam pemeriksaan
status dermatologikus di seluruh tungkai dan kaki kiri, labium mayus kiri, gluteal kiri,
abdomen kuadrant kiri bawah sampai setinggi umbilikus tampak efloresensi berupa papula-
papula yang verukus dan berwarna keabu-abuan serta menunjukkan hiperkeratotik. Di kaki
kiri ditemukan edema dan di per-tengahan tungkai bahwah kiri didapati ulkus yang bulat

12
dengan diameter 2,5 cm, dinding tidak bergaung, dasarnya rata ditutupi pus dan berbau
busuk. Kelenjar inguinal lateral kiri serta femoralis kiri tidak menunjukkan pembesaran atau
tanda-tanda radang. Pemeriksaan laboratorium rutin untuk urin feces dan darah tepi masih
dalam batas-batas normal, sedangkan LED 70/110(60 /120 )cara Westergren. Pemeriksaan
parasitologik dilaku-kan tgl. 7 November 1978 tiga malam berturut-turut; tidak ditemukan
mikrofilaria di dalam darah. Pemeriksaan sinar tembus tgl.30Oktober 1978 tampak
pembengkakan softtissue tidak merata, berbenjol banyak, tulang intact.

Hasil pemeriksaan histopatologik


1).Sediaan kesatu (jaringan kulityangverukus). Jaringan kulit dengan epidermis
hiperkeratotik akantosis hebat. Dermis sembab, pembuluh darah melebar, terlihat proliferasi
sel-sel fibroblast dan sebukan sel-sel radang menahun. Tidak tampak kelainan khas atau
tanda-tanda keganasan. Gambaran histologik lebih menyerupai Nevus verrucosus.
2).Sediaan kedua (jaringan kulit yang ulceratif). Jaringan kulitdengan epidermis akantotik
hebat, terdapat exositosis. Dermis sembab, pembuluh darah melebar. Terlihat sebukan sel-sel
radang menahun dan sel-sel PMN. Tidak tampak tanda-tanda khas atau keganasan..
Bambaran histologik sesuai dengan proses kronik non-spesifik dengan infeksi sekunder .

13
Pengobatan

Penderita menolak cara pengobatan yang dianjurkan dan keluar rumah sakit tanggal
5Desember 1978. Rencana pengobatan berupa dermabrasi bertahap dan pemberian 5-
fluorouracil 2 - 5% sesudah operasi untuk mencegah residif .
nevus verrucosus seperti kasus ini sangat jarang ditemukan. Pada kasus ini dadapatkan
peradangan sebuah ulkus yang diduga mungkin merupakan degenerasi maligna dari Nevus
verrucosus tersebut, tetapi pemeriksaan histopatologiktidak menunjukkan keganasan. Oleh
Dogliotti MA dkk. Dilaporkan suatu kasus degenerasi maligna di mana timbul suatu karsino-
ma planocellulare (1). Untuk pengobatan Nevus verukus yang setempat ataupun yang luas
dianjurkan untuk dilakukan dermabrasi sekaligus/ataupun bertahap. Prof. Makuto Seiji di
Jepang (2) banyak melakukan tindakan ini dengan hasil yang cukup memuaskan. Sesudah
dermabrasi diberikan salep 5-fluorouracil 2 - 5% untuk mencegah residif. Jika residif dapat
dilakukan dermabrasi ulangan. Selain dermabrasi, beberapa penulis menganjurkan
pengobatan dengan salep methotrexate 5% yang dioleskan beberapa kali sehari dengan hasil
yang cukup baik. Pengobatan lain yang dianjurkan di dalam kepustakaan ialah pemberian
retinoic acid yang diberikan secara oral dengan hasil yang juga memuaskan.

14
BAB III

KESIMPULAN

1. Nevus verukosus adalah istilah umum yang menggambarkan adanya bercak


berpigmen pada kulit yang membentuk lesi lesi verukosus berwarna coklat.
2.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A., Hamzah. M., Aisah. S., 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Tumor
Kulit edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Jakarta.
2. Lim Pei-wen, Sharen, 2008. tumor Kulit. Diakses dari
http://wikipedia.org/kanker_kulit.htm
3. Agung, Gusti, 1985. Tumor jinak. Cermin Dunia Kedokteran. FKUI, Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
4. Anonim, 2006. Mengenal Kanker Kulit. Diakses dari http://www.dharmais.co.id
5. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC,
Jakarta.
6. Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai