Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun
dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering
ditemukan pada anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus
appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi
pada anak usia 6-10 tahun.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum
pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis akut
mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan
peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik,
appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap
memiliki angka morbiditas yang signifikan2. Diagnosis appendicitis akut pada
anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70% pasien-
pasien pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pediatrik
berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik
merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.
Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix
yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila
tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama
disebabkan karena peritonitis

1|Page
dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang
menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Hari/Tanggal Sesi I : Senin, 21 Januari 2019
Hari/Tanggal Sesi II : Rabu, 23 Januari 2019
Tutor : dr. Suci Nirmala, S. ked
dr. Dina Qurratu Ainin, MHPE
Moderator : Yusri Ilham Fahmi
Sekretaris : Putu Arie Buana Permana Putra

2.2 Skenario
LBM IV
ADUH PERUTKU SAKIT
Seorang anak perempuan berusia 15 tahun datang ke UGD RS Bersama
dengan ibunya dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya. Nyeri
dirasakan sejak tadi pagi, semakin lama semakin hebat dan perut terasa lebih
kencang. Awalnya nyeri dirasakan di sekitar pusat, kemudian menjalar ke
daerah perut kanan bawah, nyeri tidak menjalar ke punggung. Selain nyeri
perut, pasien juga mengeluhkan demam tinggi sejak kemarin, demam terus
menerus dan tidak membaik dengan obat penurun panas, disertai mual dan
muntah. Pasien tidak BAB sejak kemarin, BAK normal.
Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 390C,
nadi 112x/mnt, RR 24x/mnt. Hasil laboratorium didapatkan leukositosis. Apa
yang harus anda lakukan sebagai dokter jaga UGD RS?

3|Page
2.3 Pembahasan LBM
2.3.1. Klarifikasi Istilah
Mc Burney
Titik pada kuadran kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral
dari garis yang menghubungkan SIAS dengan umbilicus.

2.3.2. Identifikasi Masalah


1. Anatomi dan fisiologi apendiks?
2. Mekanisme keluhan pada skenario?
3. Intepretasi pemeriksan fisik pada skenario?
4. Hubungan tidak dapat BAB dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah?
2.3.3. Brainstorming
1. Anatomi dan fisiologi apendiks
A. Anatomi
Appendix vermiformis adalah organ kecil berbentuk
tabung yang terletak di regio iliaca dextra, memiliki panjang
yang bervariasi antara 8-13cm dan mengandung banyak
jaringan limfoid. Dasarnya melekat pada permukaan
posteromedial caecum, sedangkan bagian ujung lainnya bebas.
Pendarahan pada apendiks berasal dari arteri
appendicularis yang merupakan cabang dari arteri caecalis
posterior dan merupakan arteri tanpa kolateral. Vena
appendicularis mengalirkan darahnya ke vena caecalis
posterior.

4|Page
Pada posisi yang lazim, apendiks terletak pada dinding
abdomen dibawah titik McBurney. Titik McBurney dicari
dengan cara menarik garis dari spina iliaka superior kanan ke
umbilikus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal
dari apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus
vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri
appendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis X. Oleh sebab itu, nyeri viseral pada
apendisitis bermula disekitar umbilikus.

Gambar: Anatomi Apendiks


B. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL perhari.
Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di
muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis
apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang

5|Page
saluran cerna, termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak memengaruhi sistem
imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlah saluran cerna dan diseluruh tubuh.

2. Mekanisme keluhan pada skenario?


a. Mual dan muntah
Sumbatan pada lumen apendiks juga menyebabkan mual
dan muntah di karenakan tekanan intra abdominalnya
meningkat sehingga menekan rongga diatasnya seperti gaster.
b. Nyeri dari pusat menjalar ke perut kanan bawah
Karena adanya proses inflamasi pada apendiks yang
akan menstimulasi serabut nervus sensorius visceralis. Serabut-
serabut ini memasuki medulla spinalis di T10 dan akan di
alihkan ke regio periumbilicalis bersifat tidak terlokalisir
disebut nyeri visceral, pada tahap lanjut inflamasi akan
mengiritasi bagian peritonium parietal di regio fosa iliaca
dextra yang di persarafi oleh nervus sensorius somaticae,
sehingga menyebabkan terjadinya nyeri yang menetap dan
terlokalisasi disebut nyeri somatik.
c. Demam terus menerus dan tidak membaik dengan obat penurun
panas
Demam tidak membaik karena pada skenario pasien di
tatalaksana untuk menghilangkan gejala demamnya saja,
akibatnya demam yang disebabkan infeksi tersebut tidak turun
6|Page
atau bahkan demam bisa meningkat akibat inflamasi yang
berubah jadi perforasi.

3. Intepretasi pemeriksaan fisik pada skenario


a. TD: 110/80 mmhg (Normal)
b. Suhu: 390C (meningkat)
 Terjadi proses inflamasi yang mengakibatkan tubuh
merespon dengan meningkatkan batas thermostat.
c. Nadi: 112x/mnt (takikardi)
d. RR: 24x/mnt (takipneu)
e. Nyeri tekan Mc Burney (+)
 Tanda khas dari apendisitis

4. Hubungan tidak dapat BAB dengan keluhan nyeri perut kanan


bawah
Apabila makan makanan yang rendah serat atau melakukan
diet rendah serat mengakibatkan pengerasan pada feses (Fekalik).
Feses yang mengeras mengakibatkan terjadinya konstipasi
sehingga gas tidak dapat dikeluarkan sehingga pasien pasien tidak
dapat BAB menyebabkan penyumbatan pada lumen apendiks dan
meningkatkan secret mucus, sehingga menggangu aliran appendix
ke sekum, jika terus tersumbat apendiks akan mengalami inflamasi
akibat infeksi dan penumpukan sekret bisa menyebabkan nyeri.

7|Page
2.3.4. Rangkuman Permasalahan

Apendiks

keluhan di
skenaro

DIAGNOSIS
BANDING

Apendisitis Divertikulitis Peritonitis

2.3.5. Learing Issue


1. Diagnosis banding
2. Diagnosis kerja

2.3.6. Pembahasan Learning Issue


1. Diagnosis Banding
A. APENDISITIS
a. Definisi
Apendisitis merupakan radang pada appendix
vermiformis yang merupakan proyeksi dari apeks sekum.
8|Page
Apendisitis akut merupakan suatu emergensi bedah
abdomen yang umum terjadi dan mengenai 7-12% dari
populasi. Kelompok usia yang umumnya mengalami
apendisitis yaitu pada usia antara 20-30 tahun, namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada segala usia.

b. Etiologi
Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi
pada lumen appendix sehingga terjadi kongesti vaskuler,
iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Appendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri.
Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith.
Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks
meliputi:
- Hiperplasia folikel lymphoid
- Carcinoid atau tumor lainnya
- Benda asing (pin, biji-bijian)
- Kadang parasit
Penyebab lain yang diduga menimbulkan
Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit
E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi
pada pasien appendicitis yaitu:

Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob

9|Page
 Escherichia coli  Bacteroides fragilis
 Viridans streptococci  Peptostreptococcus micros
 Pseudomonas aeruginosa  Bilophila species
 Enterococcus  Lactobacillus species

c. Klasifikasi
Menurut Sjamsuhidayat (2012), apendisitis terdiri dari
lima bagian antara lain:
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum pariental setempat sehingga
menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi
bila apendisitis ganggrenosa di tutupi pendinginan oleh
omentum.
3. Apendisitis perforate
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau
anak muda) dan keterlambatan diagnosa merupakan faktor
yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan, namun apendiks tidak
pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan
lagi sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis

10 | P a g e
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi
kronik.

d. Patofisiologi
Obstruksi lumen apendiks disebabkan oleh
penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid
submukosa. Feses yang terperangkap dalam lumen
apendiks mengalami penyerapan air dan terbentuklah
fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.
Sumbatan lumen apendiks menyebabkan keluhan
sakit di sekitar umbilikus dan epigastrium, nausea, dan
muntah. Proses selanjutnya ialah invasi kuman E. Coli dan
speksibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa,
submukosa, lapisan muskularis dan akhirnya ke
peritoneum parietalis sehingga terjadilah peritonitis lokal
kanan bawah. Suhu tubuh mulai naik. Gangren dinding
apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah dinding
apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan
intra lumen terus meningkat terjadi perforasi dengan
ditandai kenaikkan suhu tubuh meningkat dan menetap
tinggi.
Sebagian besar pasien dengan apendisitis akut
menderita rasa nyeri tekan terlokalisasi di daerah regio
inguinalis dextra. Mula-mula nyeri berawal di daerah

11 | P a g e
central/periumbilicalis, nyeri dirasakan hilang timbul.
Seiring perjalanan waktu, nyeri beralih ke regio inguinalis
dextra bawah dan terlokalisasi.
Bila appendix vermiformis mengalami inflamasi
pertama kali, serabut-serabut nervus sensorius visceralis
terstimulasi. Serabut-serabut ini memasuki medulla
spinalis di level T10. Nyeri dialihkan ke dermatom T10 di
regio periumbicalis. Nyeri bersifat menyebar, tidak
terlokalisasi, setiap timbul gelombang peristaltik melewati
regio ileocaecale, nyeri timbul. Tipe nyeri hilang timbul
ini disebut nyeri kolik.
Pada tahap lanjut, appendix vermiformis akan
berhubungan dan mengiritasi peritoneum parietale di regio
fosa iliaca kanan, yang dipersarafi oleh nervi sensorius
somaticae. Hal ini menyebabkan terjadinya nyeri tetap
yang terlokalisasi, yang mendominasi kolik yang
dirasakan pasien beberapa jam yang lalu sehingga pasien
tidak lagi merasakn nyeri alihan.

e. Manifestasi Klinis
Tanda gejala klinis tergantung pada fase patologis
apendisitis pada pemeriksaan. Tiga gejala klasik terdiri
dari nyeri, muntah, dan demam. Pada awal masa obstruksi
apendiks, nyeri didaerah eriumbilikus. Demam tidak
terlalu tinggi jika belum terjadi perforasi dengan
peritonitis.
12 | P a g e
Nyeri abdomen pada apendisitis bersifat viseral hal
ini disebabkan karena kontraksi apendiks atau distensi
lumen apendiks. Lokasi nyeri di daerah periumbikalis atau
epigastrium yang berlangsung selama 4-6 jam. Seiring
menyebarnya proses inflamasi ke permukaan peritoneum
parietal, nyeri menjadi somatik, menetap dan lebih berat.
Suhu badan biasanya normal atau ringan (37,20C – 380C)
namun bila suhu badan diatas 38,30C dicurigai adanya
perforasi pada apendiks.

B. PERITONITIS
a. Definisi
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh
infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonitis
merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai
dengan bakterecemia atau sepsis.

b. Etiologi
- Perforasi apendisitis
- Perforasi typhus abdominalis
- Trauma organ hollow viscus
- Infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.

c. Klasifikasi
Infeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai:
- Peritonitis primer
13 | P a g e
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ
peritoneal yang langsung dari rongga peritoneum.
Penyebab paling sering adalah spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis.
- Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering
adalah perforasi apendisitis, perforasi gaster dan
penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling
sering kolon sigmoid), akibat diverticulitis, volvulus,
kanker serta strangulasi usus halus.
- Peritonitis tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat,
superinfeksi kuman, dan akibat tindakan operasi
sebelumnya.

d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dapat dibagi menjadi (1) tanda
abdomen yangberasal dari awal peradangan dan (2)
manifestasi dari infeksi sistemik. Penemuan lokal meliputi
nyeri abdomen, nyeri tekan, kekakuan daridinding
abdomen, distensi, adanya udara bebas pada cavum
peritoneumdan menurunnya bising usus yang merupakan
tanda iritasi dariperitoneum parietalis dan menyebabkan
ileus. Penemuan sistemikmeliputi demam, menggigil,
takikardi, berkeringat, takipneu, gelisah, dehidrasi,

14 | P a g e
oliguria, disorientasi dan pada akhirnya dapat menjadi
syok.
C. DIVERTIKULITIS
a. Definisi
Divertikulitis merupakan suatu keadaan pada kolon
yang dicirikan dengan adanya herniasis mukosa melalui
tunika muskularis yang membentuk kantong berbentuk
seperti botol. Bila satu kantong atau lebih mengalami
peradangan, keadaan ini yang disebut sebagai
diverticulitis.

b. Etiologi
- Mikor dan makro perforasi
- Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta
kelemahan dinding colon
- Diet rendah serat
- Kuman-kuman seperti Taenia coli.

c. Manifestasi Klinis
Pada banyak pasien, gejala bersifat ringan dan terdiri
atas flatulen, diare atau konstipasi intermiten, serta rasa
tidak enak pada kuadran kiri bawah abdomen. Gejala ini
biasanya dapat digolongkan sebagai sindrom iritasi kolon
yang mendahului timbulnya diverticulosis pada beberapa
pasien.

15 | P a g e
Pada diverticulitis akut, terdapat demam,
leukositosis, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
abdomen. Selama serangan akut dapat terjadi perdarahan
dari jaringan granulasi vascular namun biasanya ringan.

2. Diagnosis Kerja
Berdasarkan tanda dan gejala, riwayat keluhan serta
intepretasi pemeriksaan fisik pada skenario, kami menarik
kesimpulan bahwa anak perempuan berusia 15 tahun di skenario
menderita penyakit APENDISITIS AKUT.
A. Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis anamnesis dimulai dengan riwayat
menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Demam sering
ditemukan pada pasien apendisitis dan biasanya disertai
nyeri pada perut dibagian kanan bawah. Jika peradangan
telah menyebar ke peritoneum, dijumpai adanya nyeri
lepas.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan melihat
gaya berjalan si penderita. Pasien dengan apendisitis
sering bergerak perlahan dan terbatas, membungkuk ke
depan dan sering dengan sedikit pincang. Perut kembung
menunjukkan suatu komplikasi seperti perforasi atau
obstruksi. Inspeksi abdomen memperlihatkan gerakan
terbatas pada fossa iliaca kanan.
16 | P a g e
Auskultasi bisa menunjukkan suara usus normal
atau hiperaktif pada apendisitis dini diganti dengan suara
usus hipoaktif ketika sudah perforasi. Gastroentritis berat
biasanya menyebabkan suara usus hiperaktif menetap.
Palpasi abdomen harus dilakukan pada kuadran
kanan bawah titik McBurney. Titik McBurney adalah
perpotongan lateral dan duapertiga dari garis yang
menghubungkan spina iliaka superior anterior dextra dan
umbilikus. Pada palpasi terasa nyeri tekan pada daerah
McBurney hal ini dikarenakan kita menekan pada
apendiks yang meradang.
Melakukan pemeriksaan rektal untuk menetukan
nyeri tekan rektal pada sisi kanan dapat terjadi, misalnya
karena adneksa atau vesikula seminalis yang mengalami
inflamasi, selain itu bisa juga karena apendiks yang
mengalami inflamasi.
Melakukan test khusus pada pasien apendisitis
yaitu psoas test dilakukan dengan meletakkan tangan
diatas lutut kanan pasien dan meminta pasien untuk
mengangkat pahanya dan melawan tekanan tangan.
Tanda psoas yang positif menunjukkan iritasi muskulus
psoas karena apendiks yang mengalami inflamasi dan
untuk tanda obturator dilakukan dengan cara
memflexikan paha dengan lutut ditekuk kemudian
dilakukan rotasi tungkai ke sebelah dalam pada sendi
paha untuk meregangkan muskulus obturator interna.
17 | P a g e
Nyeri hipogastric kanan menunjukkan tanda obturator
yang positif karena iritasi otot obturatot akibat apendiks
yang mengalami inflamasi.
Melakukan tes rovsing dan nyeri lepas yang beralih
dengan melakukan penekanan yang merata dan pada
abdomen kuadran kiri bawah. Kemudian melakukan
pelepasan abdomen dengan cepat. Rasa nyeri pada
abdomen kuadran kanan bawah pada saat melakukan
tekanan disisi sebelah kiri menunjukkan apendisitis.
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan
palpasi dengan tekanan pada
kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan
Psoas sign atau pasien dibaringkan pada sisi
Obraztsova’s sign kiri, kemudian dilakukan
ekstensi dari panggul kanan.
Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi
panggil dan dilakukan rotasi
internal pada panggul.
Positif jika timbul nyeri
pada hipograstrium
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada
testis kanan bawah dengan
batuk
Ten horn sign Nyeri yang timbul saat
dilakukan traksi lembut
pada korda spermatic kanan
Kocher (kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada
daerah epigastrium atau
sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan
bawah
Sitkovskiy (Rosenstein)’s Nyeri yang semakin
sign bertambah pada perut
18 | P a g e
kuadran kanan bawah saat
pasien dibaringkan pada sisi
kiri
Bartomier-Michelson’s Nyeri yang semakin
sign bertambah pada kuadran
kanan bawah pada pasien
dibaringkan pada sisi kiri
dibandingkan dengan posisi
terlentang
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan
jari pada petit triangle kanan
(akan positif schetkin-
bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri
lepas. Palpasi pada kuadran
kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba.
Tabel: sign of appendicitis
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung Leukosit
Jumlah sel darah putih dalam darah biasanya
meningkat karena infeksi. Pada 80-85% orang
dewasa dengan radang usus buntu didapati sel darah
putih >10.500 sel/µL dan neutrofilia >75-78%
pasien. Kurang dari 4% pasien apendisitis memiliki
nilai sel darah putih <10.500 sel/µL dan neutrophilia
<75%. Pada apendisitis akut sebelum terjadi infeksi,
leukosit bisa saja normal tetapi paling sering
meningkat. Tetapi, usus buntu bukan suatu kondisi
yang menyebabkan nilai sel darah putih meningkat.
Hampir semua infeksi atau peradangan dapat
menyebabkan nilai sel darah putih meningkat tinggi.

19 | P a g e
Oleh karena itu, jumlah sel darah putih saja tidak
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis
apendisitis.
2. Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan
mikroskopik yang dapat mendeteksi sel darah
merah, sel darah putih, dan mikroorganisme dalam
urine. Urinalisis biasanya normal bila ada
peradangan atau batu ginjal. Urinalisis juga mungkin
abnormal dengan ussu buntu karena usus buntu
terletak di dekat ureter dan kandung kemih. Jika
radang ussu buntu cukup berat, dapat menyebar ke
ureter dan kandung kemih yang menyebabkan
urinalisis yang abnormal. Oleh karena itu urin
normal menunjukkan apendisitis lebih dari masalah
saluran kemih.
3. X-Ray Abdomen
X-Ray abdomen dapat mendeteksi terlihat
fekalith (tinja yang mengeras, seukuran kacang yang
menghalangi pembukaan apendiks) yang mungkin
menjadi penyebab radang usus buntu.
4. Ultrasonography (USG)
USG menggunakan gelombang suara untuk
memberikan gambaran identifikasi organ dalam
tubuh. USG dapat mengidentifikasi organ yang
membesar ataupun abses.
20 | P a g e
5. Laparoskopi
Laparoscopy adalah prosedur penbedahan
dimana tabung serat optik kecil dengan kamera
dimasukkan kedalam perut melalui tusukan kecil
yang dibuat pada dinding perut. Laparoscopy
memungkinkan pandangan langsung dari usus buntu
serta organ perut dan panggul lainnya. Jika usus
buntu ditemukan, usus buntu yang meradang dapat
dihilangkan dengan laparoskop. Kerugian
laparoscopy dibandingkan dengan USG adalah
bahwa alat ini memerlukan anastesi umum.

Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan


menggunakan skor Alvarado. System skor dibuat untuk
meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut 1
kanan bawah
Mual-muntah 1
Anoreksia 1
tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam >37,50C 1
Pemeriksaan Leukositosis 2
Lab Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10
Intepretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut
Tabel: The Modified Alvarado Score

21 | P a g e
B. Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling
tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah
apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya
tidak diperlukan antibiotik kecuali pada apendisitis
gangrenosa atau apendisitis perforata. Penundaan tindakan
bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan
abses atau perforasi.
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau
dengan laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi
McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada
penderita ynag didiagnosis tidak jelas, sebaiknya dilakukan
observasi masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskop,
tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat
segera menetukan akan dilakukan operasi atau tidak.
a. Terapi
1. Apendisitis perforasi
Persiapan prabedah: pemasangan sonde
lambung dan tindakan dekompresi. Rehidrasi.
Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan sprektum
luas, dosis cukup, diberikan secara intravena.
2. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum
Umumnya pasien dalam kondisi buruk.
Tampak septik dan dalam kondisi hipovolemik serta
hipertensi. Hipovolemik diakibatkan oleh puasa
lama, muntah, dan pemusatan cairan di daerah

22 | P a g e
proses radang seperti edema organ peritoneal,
dinding abdomen dan pengumpalan cairan dalam
rongga usus dan rongga peritoneal
b. Pembedahan
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha
penurunan suhu tubuh telah tercapai. Suhu tubuh tidak
melebihi 38ᵒ C, produksi urin berkisar 1-2ml kg/jam, nadi
dibawah 120x/menit.
1. Persiapan prabedah
- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
- Rehidrasi
- Antibiotika spektrum luas dosis tinggi dan
berikan secara intravena misalnya sefotaksim
dosis dewasa: 1-2g/6-12 jam, anak: 50-
200mg/kg BB/hari dalam 4-6 dosis, neonatus
100mg/kg/hari dalam 2dosis
- Obat-obat penurun panas misalnya salisilat
dosis, dewasa: 325mg-650mg diberikan secara
orak 3 atau 4 jam, anak: 15-20 mg/kgBB
diberikan tiap 4-6jam. Diberikan setelah
rehidrasi tercapai.
2. Teknik pembedahan

23 | P a g e
Insisi Grid Iron (McBurney Incision)
Insisi gridiron pada titik Mc Burney. Garis
insisi parallel dengan otot oblikus eksternal,
melewati titik Mc Burney yaitu 1/3 lateral garis
yang menghubungkan SIAS dengan umbilikus

Lanz transverse incision


Insisi dilakukan pada 2 cm dibawah pusat,
insisi transversal pada garis midklavikula-
midinguinal. Mempunyai keuntungan
kosmetik yang lebih baik dari pada insisi grid
iron.

Rutherford Morisson’s incision (insisi


suprainguinal)
Merupakan insisi perluasan dari insisi
McBurney. Dilakukan jika apendiks terletak di
parasekal atau retrosekal dan terfiksir.

24 | P a g e
Low Midline Incision
Dilakukan jiga apendisitis sudah terjadi
perforasi dan terjadi peritonitis umum

Insisi paramedian kanan bawah


Insisi vertical parallel dengan midline 2,5 cm di
bawah umbilicus sampai di atas pubis

Tabel: teknik pembedahan apendisitis

25 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami dapat disimpulkan bahwa,
pasien perempuan berusia 15 tahun di skenario mengalami Apendisitis Akut.
Hal ini karena keluhan yang dialami Wanita di skenario sesuai dengan gejala
klinis dari penyakit Apendisitis serta dari hasil perhitungan Alvarado skor
didapatkan skor 9. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan
tingkat keparahan serta penanganan yang sesuai dengan kasus tersebut.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. 2010. Shwartz’s Principles of Surgery.
9th Ed. USA: McGrawHill Companies.
Patnalk VG, Singla RK, Bansal VK. 2001. Surgical Incisions-Their Anatomical
Basis. J Anat. Soc. India 50(2) 170-178
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta:
EGC.
Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Tangerang : Binarupa Aksara Publisher. 115-6.
Richard S, Snell. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta :
EGC. 230-1
Sjamsuhidajat, De Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC, 755-62.
Schrock, Theodore R. 2010. Ilmu Bedah Edisi 7. Jakarta : EGC. 276-78.
Tranggono, Untung. 2011. Akurasi Sistem Skor Alvarado dalam Menegakkan
Diagnosis Apendisitis Akut. Pontianak : s.n.,

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai