DISUSUN OLEH:
Nama:
NIM:
Mengetahui
Ketua Program Studi Pend. Teknik Mesin
Wahyu Erlangga
NIM. 06121281722037
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat melaksanakan kerja praktek yang bertempat di PT.Bukit
Asam pada tanggal 26 November 2018 sampai 21 Desember 2018. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini kami buat sebagai salah
satu syarat menyelesaikan mata kuliah kerja praktek yang dilakukan oleh penulis.
Dalam kerja praktek ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Arviyan Arifin, selaku Direktur Utama di PT. Bukit Asam Tbk,
Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
2. Bapak A. Junaidi B Madani, selaku Manager Perawatan Mesin di PT.
Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
3. Bapak RM.Fauzih selaku Asisten Manager Bucket Wheel Excavator
merangkap sebagai pembimbing utama.
4. Kepada Bapak Afriyal B Muchtar selaku supervisor crew Hidrolik yang
telah membimbing selama kerja praktek kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan kerja praktek ini dengan sebaik-baiknya.
5. Keduaorang tua, serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan
motivasi, doa, serta cinta yang tulus bagi penulis.
6. Teman seperjuangan Mesi Awaliyah, Adel Lia Mardiana, Sainan
Samudra, Dandi Subhana, Ronaldo, Wahyu Awaludin.
7. Rekan-Rekan Mahasiswa dan adik-adik SMK, Serta Staff dan karyawan
dari PT. Bukit Asam Tbk, khususnya satuan kerja Perawatan Mesin di
Bucket Wheel Excavator.
iv
Dalam melakukan penulisan laporan kerja praktek ini penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam tata cara penulisan
maupun data-data yang telah ditulis oleh penulis, untuk itu penulis harapkan kritik
dan saran kepada pembaca agar tercapainya kesempurnaan laporan kerja praktek
ini nantinya.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagai mana mestinya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Denah lokasi PT. Bukit Asam Tbk Citra Satelit ................................. 9
Gambar 2.2 Bucket Wheel Excavator (BWE) ...................................................... 13
Gambar 2.3Belt Wagon (BW)............................................................................... 14
Gambar 2.5 Hopper Car (HC) ............................................................................... 15
Gambar 2. 6 Belt Conveyor .................................................................................. 16
Gambar 2.7 Spreader ............................................................................................. 17
Gambar 2.8 Stacker/Reclaimer (SR) ..................................................................... 18
Gambar 2.9 Train Loading Station........................................................................ 19
Gambar 3.1 Bucket wheel excavator .................................................................... 22
Gambar 3.2 proses produksi batu bara .................................................................. 24
Gambar 3.3 Control panel/listrik........................................................................... 28
Gambar 3.4 Grease tangki ..................................................................................... 28
Gambar 3.5 grease pump....................................................................................... 29
Gambar 3.6 Valve SA-K ....................................................................................... 29
Gambar 3.7 Motor grease ...................................................................................... 30
Gambar 3.8 jalur/ line ........................................................................................... 30
Gambar 4.1 Distributor ........................................................................................ 31
Gambar 4.2 Sirkuit main slew bearing .................................................................. 32
Gambar 4.3 Penunjukan lambang sirkuit .............................................................. 32
viii
DAFTAR BAGAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktek,karena
secara umum kegiatan penambangan menggunakan berbagai jenis mesin dalam
kegiatan operasional.
PT. Bukit Asam Tbk, merupakan tambang terbuka dengan sistem
penambangan secara berkesinambungan (Continous Surface Mining) yang
merupakan alat terpadu dimana sebagai alat akan saling berhubungan dalam
Proses penambangan batubara. Sistem penambangan ini akan berjalan dengan
baik dan efektif bila semua alat tambang di tunjang dengan perawatan yang
optimal dan efektif pula. Bila terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu
rangkaian sistem maka rangkaian sistem yang terhubung akan ikut terheti. Melalui
pengamatan secara dekat maka penyusun memperoleh beberapa masukan untuk
menulis laporan kerja praktek khususnya Pelumasan Main Slew Bearing pada
Bucket Wheel Excavator.
2
1.3 Manfaat Kerja Praktik
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Memberikan gambaran ruang lingkup dunia kerja kerja dan
permasalahannya bagi mahasiswa untuk menghadapi persaingan
tenaga kerja dimasa yang akan datang.
2. Membantu memberikan perbekalan dan pengetahuan serta
keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang
terdapat di lapangan secara nyata.
3. Perwujudan program keterkaitan dan kesepadaan antara dunia
pendidikan dan dunia industri/kerja.
4. Menjadi fasilator bagi pengembangan minat dan bakat mahasiswa
yang bersangkutan.
3
1.4 Pembatasan Masalah
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero)
Sejarah penambangan batubara di Tanjung Enim dimulai tahun 1919. Saat itu
tambang batubara pertama dimulai dibuka dan beroperasi di Tambang Air Laya
pada zaman kolonial Belanda dengan sistem penambangan terbuka (open pit
mining).
Tambang bawah tanah (underground mining) mulai dilakukan tahun 1923
sampai tahun 1940-an .Pada tahun 1938, produksi untuk kepentingan komersial
mulai dilakukan di dua lokasi tambang yaitu Tambang Air Laya untuk Batubara
jenis butiminous dan di daerah Tambang Air Suban untuk Batubara jenis semi
antrasit. Ketika tuntutan nasionalisasi perusahaan Belanda kian kencang,buruh
Tambang Bukit Asam berjuang menunt status yang sama . Tahun 1950
pemerintah menyetujui pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit
Asam ( PN TABA).
Pada tahun 1981,PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (PERSERO) , yang
selanjutnya di sebut perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batubara di Indonesia ,tahun 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan dan mulai tahun 1994 ditugaskan
mengelola Proyek Bricket Batubara.
Pada akhir 2002,PT. Bukit Asam mulai menjadi perusahaan publik dan
sahamnya mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan
kode PTBA. Kemudian pada tahun 2003 PT. Bukit Asam (Persero) berubah status
menjadi Perseroan Terbuka, dan namanya berubah menjadi PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk
5
Tahun 2017 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk tergabung dalam holding BUMN
perusahaan tambang dengan PT.ANTAM, PT.Timah, PT.INALUM. Dimana
PT.INALUM menjadi induk dari holding tersebut dan dengan status holding
tersebut maka nama dari PT. Bukit Asam (Persero) Tbk berubah namanya
menjadi PT.Bukit Asam Tbk.
2.2 Filosofi, Visi,Misi dan Strategi PT. Bukit Asam Tbk
a. Filosofi
Melalui Visi, Misi, dan Strategi yang telah ditetapkan, PTBA
mengarahkan seluruh potensi yang ada disetiap aspek agar fokus untuk
mencapai tujuan PTBA.
b. Visi
Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan
c. Misi
Mengelolah sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
koorporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tumbuh
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.
d. Strategi Perusahaan
Berdasarkan hasil pertimbangan pemetaan maka untuk meningkatkan nilai
perusahaan dan menjamin terjadinya pertumbuhan secara berkesinambungan
disusun strategi utama perusahaan yaitu :
Fokus pada proyek-proyek dengan skala kesiapan satu
Fokus pada pertumbuhan produksi dan penjualan batubara
Restrukturisasi korporasi
Meningkatkan kompetensi dan regenerasi SDM serta meningkatkan
budaya korporasi yang mengutamakan kinerja
Meningkatkan sistem renumerasi berdasarkan kinerja
Meningkatkan peningkatan kinerja penataan pengelolaan lingkungan
6
2.3 Struktur Organisasi PT. Bukit Asam Tbk,
7
SM
PERAWATAN
JULISMI
AM. AM. BWE- AM. CD-SP AM. CHF 1&2 AM. CHF 3&4 AM. TROUBLE SHOOTING
RABELT CE SUGIANTO
RM. FAUZIH HENDRIYA YUHENDRA
PANI DEWIN
RHEINO SW LINAFRI
ALFRIYALDI
HERIZAL
Bagan 2.2 Struktur satuan kerja Perawatan PT. Bukit Asam Tbk
8
e. Sadar biaya dan lingkungan
Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengolahan aktifitas dengan
menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal dan kepedulian
lingkungan.
2.5 Denah lokasi Perusahaan PT. Bukit Asam Tbk
Gambar 2.1 Denah lokasi PT. Bukit Asam Tbk Citra Satelit
9
WKKP PTBA Tbk UPTE terdiri dari DU.1426, DU.8/SS dan DU.1422
dengan luas total 155 km ( 15.500 Ha) yang meliputi 3 lokasi penambangan
yaitu:
Tambang Air Laya (TAL) dengan luas ± 7.700 Ha
Muara Tiga Besar ( MTB) dengan luas ± 3.300 Ha dan
Bangko Barat dengan luas ± 4.500 Ha
2.5.1 Tambang Air Laya
Tambang Air Laya terletak di kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten
Muara Enim. Areal Tambang Air Laya merupakan dataran rendah dengan
beberapa bukit di sekitarnya, yaitu Bukit Nurman, Bukit Munggu, Bukit
Tapuan dan Bukit Asam. Sungai terdekat adalah sungai Enim di sebelah Timur
dan Sungai Lawi disebelah Barat. Sungai Enim mengalir ke arah Timur dan
bermuara di Muara Enim.
2.5.2 Tambang Muara Tiga Besar
Tambang Muara Tiga Besar (MTBU dan MTBS) mempunyai luas
ekspoitasi seluas 3.300 Ha dengan sumber daya batubara masing-masing 299
juta ton dan 422 juta ton (Data 2002) .Tambang ini dioperasikan dengan
menggunakan peralatan Shovel dan Truck juga dibantu dengan menggunakan
Bucket wheel Excavator (BWE).
2.5.3 Tambang Bangko Barat
Tambang Bangko Barat mempunyai luas eksploitasi seluas 4.500 Ha
dengan sumber daya batubara 590,27 juta ton (Data 2002). Tambang Bangko
Barat merupakan tambang terbuka yang dioperasikan dengan menggunakan
peralatan Shovel dan Truck.
2.6 Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang dilakukan di PTBA UPTE dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem Continous mining
b. Sistem Konvesional
10
2.6.1 Tahapan Penambangan dengan Sistem Continous Mining di lokasi
Tambang Air Laya (TAL)
Sistem penambangan continous mining di Tambang Air Laya yaitu
sistem penambangan dimana peralatan gali, angkut dan penimbuhan
merupakan suatu sistem rangkaian kerja ,sehingga mampu menghasilkan
produksi dalamm jumlah besar. Adapun garis besar penambangan di Tambang
Air Laya adalah sebagi berikut :
Bucket Wheel Excavator (BWE) menggali material galian tanah atau
batubara di bantu Belt Wagon (BW) untuk meperpanjang jangkauan
penggalian.
Material hasil galian dicurahkan ke Conveyor Excavating (CE) melalui
Hopper Car (HC), kemudian diteruskan ke Conveyor Coal lalu
batubara ditranfortasikan ke Stacker/Reclaimer (SR) dicurahkan ke
Stockpile atau langsung diteruskan ke stasiun pemuatan gerbong
batubara Train Loaded Station (TLS).
Seluruh kegiatan penambangan di Tambang Air Laya ini di kontrol di pusat
kendali yang disebut Mine Control Center (MCC). Tahapan sistem
penambangan berdasarkan Alat Tambang Utama (ATU) sebagai berikut :
1. Bagian Penggalian
Bagian Penggalian meliputi :
a. Bucket Whell Excavator (BWE)
Bucket wheel excavator (BWE) adalah alat berat yang digunakan
pada surface mining, dengan fungsi utama sebagai mesin penggali
terus menerus dalam skala besar pada penambangan terbuka. Sistem
pengoprasian paling efktif digunakan di tanah lunak yang tidak
banyak mengandung bahan keras seperti halnya tambang batubara.
Komponen utama bucket wheel excavator adalah roda berputar besar
(bucket wheel) yang seperti piringan besar pada sebuah lengan
raksasa secara vertical dengan beberapa ember besi/ baja (bucket)
bergigi-gigi logam dibagian ujung bucket.
11
Bagian-bagian bucket wheel excavator (BWE) terdiri dari:
- Bucket Wheel
- Arm Depan
- Belt Conveyor
- Undercarriage
- Arm Belakang
Cara kerja pada bucket wheel excavator ( BWE ) adalah penggalian
dilakukan oleh arm yang di ujungnya terdapat roda besar dimana
disekelilingnya dipasang mangkuk-mangkuk (Bucket). Arm beserta
mangkuk-mangkuknya yang berputar pada rodanya diletakan kea rah
material yang akan diangkat. Setelah mangkuk-mangkuk tersebut
terisi penuh, selanjutnya ditumpahkan ke belt conveyor yang sudah
dipasang sebagai alat angkut. Jumlah bucket yang banyak maka
penggalian dengan BWE dapat dilakukan secara terus menerus.
Disamping itu karena hasil penggaliannya langsung dimuat ke alat
angkut yang biasanya berupa rangkaian belt conveyor atau belt
wagon,maka bucket wheel excavator juga berfungsi sebagai alat m
muat. Kelebihan bucket wheel excavator dapat memberikan tingkat
produksi karena kerjanya yang terus menerus dan mesin raksasa ini
dioperasikan dengan system hidrolik. Kelemahan pada BWE ialah
harga pada alat yang sangat tinggi dan karakteristik mesin yang
cocok digunakan di tanaga yang relative lunak.
12
Gambar 2.2 Bucket Wheel Excavator (BWE)
13
Gambar 2.3 Belt Wagon (BW)
14
Gambar 2.4 Cable Reel Car (CRC)
d. Hopper Car (HC)
Hopper Car (HC) adalah alat pengarah lompatan material ke
Conveyor Excavating (CE) dimana HC mempunyai fungsi sebagi
pengatur jatuhnya material sehingga dapat masuk ke Belt
Conveyor sistem,juga sebagai penahan agar gaya potensial
material tidak terlalu besar. HC dapat bergerak sepanjang reel
yang terpasang dikanan dan dikiri sistem ban berjalan yang selalu
mengikuti gerakan BWE. Konsumsi energi listrik HC adalah 10,3
KW.
15
2. Bagian Pengangkutan
Bagian pengkutan dilakukan dengan sistem ban berjalan ( Belt Conveyor )
bertugas membawa material galian. Belt Conveyor digunakan unutk
membawa material hasil galian.
16
membuang tanah yang digali oleh BWE yang disalurkan melalui Belt
Conveyor.
Data teknis Spreader
Type : ARS 1600. 15/35 + 60
Kapasitas : 2600 m /jam
Lebar Belt : 1600 mm
Kecepatan Belt : 6.5 m/s
Konsumsi listrik : 1380,86 kW
Berat total : 900 Ton
17
Operasi Reclaiming yaitu S/R akan mengambil kembali batubra yang
ditimbun di Stockpile dan kemudian disalurkan ke Train Loading
Station (TLS) melalui CC11 dan CC12.
Operasi By-pass yaitu batubara dari CC langsung disalurkan ke TLS
tanpa singgah di Stockpile.
Operasi gabungan merupakan gabungan operasi By-Pass dan operasi
Reclaiming.
18
Gambar 2.9 Train Loading Station
TLS 2
TLS 2 terhubung dengan stokpile 2 dengan material dari MTBU.
TLS 3
TLS 3 terletak di banko Barat. Stasiun pemuat batubara kegerbong
merupakan bagian batubara yang terdiri dari ban berjalan CC tempat
pengisian gerbong dengan ukuran berikut :
Panjang : 11m
Lebar : 8,7m
Tinggi : 32m
TLS 4
TLS 4 terletak disamping TLS 3 Banko barat, Merupakan stasiun pemuat
batubara ke gerbong-gerbong kereta api.
Penambangan dengan menggunakan sistem Continous Surface
Mining di Tambang Air Laya (TAL) dimulai dengan proses penggalian
material yang terdiri dari batubara dan tanah dengan menggunakan Bucket
Wheel Excavator (BWE) yang kemudian melalui Belt Wagon (BW)
ditumpahkan ke Conveyor Excavator (CE) dengan perantara Hopper
Car(HC) dan Cable Reel Car selanjutnya masuk ke rangkaian Conveyor
Shunting (CS) samping ke Conveyor Distribution Point (CDP) ,dari CDP
19
dipisahkan materialnya. Tanah ke Conveyor Dumping (CD) menuju
Dumping Area dan batubara ke Conveyor Coal (CC) menuju Stockpile
oleh Stacker/Reclaimer (S/R). Kemudian oleh S/R batubara diambil dan
didistribusikan ke Train Loading Station (TLS) untuk dimuat ke gerbong
kerepa api dan kemudian diangkut ke Pelabuhan Batubara Tarahan Bandar
Lampung dan Pelabuhan Kertapati Palembang. Selain itu pada jalur yang
lain batubara dapat langsung dipindahkan dari tempat penggalian langsung
dikirim ke TLS tanpa melalui Stockpile.
20
diarahkan nantinya untuk diambil kembali guna revegetasi pada bekas
lahan tambang yang sudah tidak aktif atau final.
3. Pengeboran dan peledakan
Walaupun secara umum untuk semua material tanah penutup dapat
digali dengan Buldozer, namun informasi geoteknik awal menunjukkan di
beberapa tempat cukup keras dan memerlukan proses peledakan. Selain
dengan peledakan maka material tanah tersebut dapat dibongkar juga
dengan alat Dozer.
4. Pemuatan dan pengangkutan tanah penutup
Untuk proses selanjutnya setelah Land Clearing, maka tanah
penutup digali dengan bantuan Bulldozzer, untuk beberapa daerah yang
cukup keras juga dibantu dengan Ripper untuk mengeru. Setelah tanah
ditumpuk lalu dimuat dengan Loader atau Excavator ke Dump Truck,
kemudian diangkut ke lokasi tanah buangan (outside dump) yang
berjarak 2-3 km.
5. Penggalian dan Pengangkutan Batubara
Penggalian batubara pada Tambang Non Air laya dengan
Excavator dan juga Bucket Wheel Excavator (BWE) seperti di Banko
Barat dan P2BM, pengangkutannya juga ada yang menggunakan Belt
Conveyor dan juga Dump Truck.
21
Alat Penambang yang digunakan oleh PT Bukit Asam Tbk yaitu elektrik
excavator dan dump truck.
1. Excavator
Excavator adalah alat berat yang terdiridari lengan (arm), boom (bahu), serta
bucket (alat keruk) dan digerakkan oleh tenaga hidrolik dan dimotori oleh mesin
diesel dan berada di atas roda rantai (trackshoe). Excavator memiliki fungsi utama
untuk pengerjaan penggalian dan memuat tanah ke truck. Excavator memiliki
empat jenis ukuran yaitu (1) excavator mini yang biasa digunakan untuk
perkerjaan penggalian dengan skala yang kecil sperti melakukan perkerjaan
plumbing, landscaping, atau pun penggalian saluran. Dapat menampung beban
sebesar 0,6 – 6 tons. (2) Excavator kecil biasanya digunakan untuk melakukan
pekerjaan skala yang lebih besar seperti pembuatan di lapangan konstruksi. (3)
Excavator sedang memiliki fungsi yang tak jauh beda dengan excavator kecil
tatapi memiliki ukuran yang lebih besar. (4) Excavator supersize memiliki ukuran
yang sangat besar dan biasanya digunakan untuk area pertambangan. (lanjutkan
tentang materi excavator)
2. Dump truck
22
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK
22
Motor Hoist (AC) : 2 x 1 KW/500V
Motor Slewing (AC) : 1 x 37 KW/500V
Motor Oil Pump (AC) : 1 x 1,5 KW/500V
Motor Oil Pump (AC) : 1 x 4 KW/500V
Motor Slewing (AC0 : 2 x 4 KW/500V
Total Daya : 1,935,94 KW
Komponen utama pada BWE adalah:
1. Bucket Wheel (roda bucket)
Bucket wheel adalah bagian dari BWE yang bertugas mengeruk material
tambang dengan diameter bucket wheel 9.1 m dengan 14 buah bucket
yang setiap bucket terdapat 6 buah gigi. Bucket wheel di gerakkan oleh
motor sliring 700 kw dengan putaran 987 rpm.
2. Receiving Boom
Receiving boom adalah lengan BWE yang menompang bucket wheel,
sepanjang receiving boom 15.7 m yang di dalamnya terdapat system
belt conveyor untuk mengangkut material yang di keruk oleh bucket.
3. Discharge Boom
Discharge boom adalah lengan kedua dari BWE yang menampang
material galian dari receving boom untuk selanjutnya di teruskan ke belt
wagon (BW), Panjang discharge boom 27.2 m.
4. Travel Gear
BWE dalam operasinya juga dapat bergerak maju mundur dan juga
gerakan berbelok sesuai dengan perkembangan penggalian yang di
gerakkan oleh system travelling roda BWE yang berupa dua buah
crawler, yang masing-masing di gerakkan oleh sebuah motor DC 90 kw
yang dapat di atur mulai dari 200 rpm.
5. System Hidrolik
Sistem hidrolik yang digunakan untuk menggerakan atau mengedalikan
alat gerak hidrolis seperti discharge boom dan juga bucket wheel boom.
6. Kabin Operator
23
Kabin Operator merupakan tempat dimana operator BWE untuk
menjalankan dan berkomunikasi dengan operator di luar yang sedang
melakukan proses penambangan.
Cara kerja pada bucket wheel excavator adalah melakukan gerakan
berputar sekaligus m elakukan gerakan menggeruk material yang di gali.
Penggalian batu bara di lakukan oleh bagian bucket yang berputar, bucket
yang berjumlah 14 buah menempel pada bagian bucket wheel yang di
gerakkan oleh motor listrik. Kemudian batu bara atau tanah yang sudah di
gali atau di keruk dan di salurkan ke conveyor band 1 dan band 2.
Selanjutnya di teruskan oleh belt wagon (BW) band 3 dan band 4
selanjutnta ke conveyor excavator (CE).
3.1.2 Proses Produksi
24
menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami
gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.
Adapun Fungsinya :
25
1. Calcium soap grease
Grease ini mempunyai struktur halus seperti mentega serta memiliki
stabilitas dan mekanis yang baik. Grease tersebut tidak larut dalam air
dan tetap stabil dengan 1-3% air. Pelumas ini tidak dipergunakan untuk
bantalan yang di operasikan pada bearing yang suhunya lebih dari 60
deg.c. calcium soap grease dengan tambahan lead soap (sa-pb)
disarankan untuk instalasi yang bebas air yang suhunya sampai 60 deg.c.
26
5. Grease dengan pemekat zat inorganic
Seperti pada metalic soap, beberapa zat inorganic dapat digunakan
sebagai pemekat seperti bentonite dan silica gel. Penggunaan partikel aktif
pada permukaan, zat ini untuk pemakaian suhu tinggi dan tahan terhadap air.
6. Grease synthetic
Pelumasan ini berbasis minyak pelumas sistetic seperti minyak ester
dan silicon yang tidak korosi secepat minyak mineral. Pelumas ini
mempunyai rentang waktu yang sangat lebar, pemekat yang di gunakan
antara lain lithium soa, bentonite dan PTFE (polietra flora ethylene).
Umumnya grease memiliki fungsi untuk melumasi dua benda kerja yang
terbuat dari logam dan saling bersinggungan. Grease ini memiliki banyak
fungsi selain dari melumasi, ialah:
1. Membentuk lapisan film lubrikasi di antara dua bidang kontak
sehingga dapat membantu menahan beban kerja dari keausan dan
kerusakan prematur.
2. Mencegah karat/korosi pada bearing.
3. Menyerap panas yang akibat gesekan.
4. Menghindari suara bising akibat gesekan.
5. Sebagai sistem sealing tambahan.
6. Mencegah konstaminasi kotoran-kotoran yang berasal dari luar.
7. Untuk membantu kelancaran putaran bearing sehingga bebas
hambatan serta memastikan kehandalan bearing
Adapun karakteristik grease :
Grease tidak mudah mengalir dari dalam bearing, sehingga dapat
melumasi untuk waktu yang lebih lama.
Grease juga dapat mencegah kotoran atau air masuk ke dalam bagian yang
di lumasi.
Mempunyai kemampuan melumasi yang baik pada berbagai beberapa
tempat.
27
Melumasi bagian yang tidak dioperasikan untuk jangka waktu yang lama
tanpa adanya oil film, sehingga bisa mencegah terjadinyakarat atau korosi.
2. Grease Tangki
28
3. Grease Pump
5. Injektor Grease
Menyalurkan grease ke setiap sambungan bergerak dari proses kerja
autolube sebelumnya.
29
6. Motor Grease
7. jalur/ Line
8. Preasure Gauge
30
Berfungsi sebagai menunjukan/membaca tekanan (preasure) yang sedang
bekerja.
9. Distributor
31
3.2.3 Rangkaian Sistem Pelumasan pada Main Slew Bearing BWE
Penjelasan :
32
1. Kipas pada tangki macet
Faktor yang mempengaruhi :
Ada material keras atau kotoran berupa besi atau tanah
yang sering masuk.
Cara mengatasi :
Dilakukan pengecekan dan pembersihan pada kotoran
tersebut.
2. Pompa tidak bertekanan
Faktor mempengaruhi :
Piston dari pompa memang sudah aus atau masa
pakainya sudah habis.
Ini terjadi karena adanya kotoran yang tersumbat.
Pengisian grease pada tabung tidak padat.
Cara mengatasi :
Bersihkan filter/saringan yang terdapat dalam pompa.
Bersihkan saluran hisap pada pompa.
Ganti elemen pompa.
Bersihkan kotoran yang tersumbat.
3. Adanya angin yang terkurung di dalam pipa
Faktor pengaruh :
Pada saat pengisian grease pada tabung tidak padat.
Cara mengatasi :
Di buka pipa yang paling ujung kemudian pompa terus
di hidupkan sampai grease keluar dalam pipa dengan
keadaan yang tidak terputus-putus.
4. Tidak berjalan rangakaian pada motor
Faktor pengaruh :
Motor bekerja berat tidak sesuai kapasitas yang di miliki.
Cara mengatasi :
33
Lakukan pengecekan pada tangki kemungkinan ada
material yang nyangkut di dalamnya atau bisa juga
motornya yang sudah rusak.
5. Kebocoran pada saluran utama
Faktor pangaruh :
Terjadinya kebocoran konekan-konekan tidak kuat
dalam mengincinya.
Terjadinya korosi
Cara mengatasi :
Dalam penguncian di kuatkan/dikencangkan lagi
Pergantian pipa.
6. Distributor tidak berfungsi akibat kebocoran karena sudah
melebihi waktu.
Faktor mempengaruhi :
Titik pelumasan buntu.
Tersumbat kotoran.
Cara mengatasi :
Di ganti dengan yang baru.
7. Pipa dari distributor ketitik pelumasan rusak
Faktor pengaruh :
Terjadinya korosi.
Terjadinya patah/lepas pada pipa.
Terjadinya penyempitan (kempot).
34
3.2.6 Implementasi
Dari hasil yang sudah diamati pada main klew bearing. Pada saat
bearing ini berfungsi tentunya akan ada gesekan yang terjadi pada alat
berat tersebut melalui dari komponen-komponen yang lainnya. Maka
sangat dibutuhkan rawatan/pelumasan secara rutin dengan menggunakan
grease yang akan menjadi bahan untuk perawatan bearing pada mesin
BWE ini.
Untuk memastikan agar bearing-bearing dapat terlumasi pastikan
dengan pelumas yang cocok, kuantitas yang akurat pada frekuensi yang
sesuai dengan metode yang benar dan melakukannya pada titik yang tepat.
Selalu menjaga kebersihan pada pelumas dan alat-alat pelumas serta label-
label titik pelumasan. Dengan dilakukan perawatan yang secara rutin ini,
maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada alat berat tersebut.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari keterangan di atas dan hasil pengamatan dilapangan yang sudah
dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa :
1. PT. Bukit Asam (persero) tbk. Merupakan salah satu perusahaan
pertambangan yang menghasilkan batu bara yang terletak di jalan parigi
no.01 Tanjung Enim, kecamatan Lawang Kidul, kabupaten Muara Enim,
provinsi sumatera selatan.
2. Bucket wheel excavator (BWE) ialah alat berat yang di gunakan pada
surface mining dengan fungsi utamanya mesin penggali secara terus
menerus (continous figging machine) dalam skala yang besar dalam
pertambangan yang terbuka.
3. Grease bisa dikatakan penolong atau bahkan nyawa dari suatu alat berat.
Karena grease ialah bahan yang sangat penting untuk membantu
mengurangi gesekan yang terjadi pada komponen yang akan saling
bergesekan bagi alat-alat berat seperti bearing. Bahkan suatu sistem grease
ini dapat mengakibatkan matinya seluruh sistem saat terjadinya
permasalahan pada sistem greasenya.
4. Kerusakan yang biasanya terjadi pada main klew bearing pada BWE dapat
terjadi karena beberapa faktor seperti :
Adanya kotoran atau material yang masuk.
Pada saat pengisian grease pada tabung tidak padat.
Piston dari pompa masa pakainya sudah habis.
Pada saluran utama tidak kuat menguncinya sehingga terjadinya
kebocoran konekan.
Titik pelumasan buntu
Pipa dari distributor terjadinya penyempitan atau pata
36
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis dalam laporan ini untuk
Perawatan Mesin (Watsin). Untuk semua crew di watsin perlu di
tingkatkan lagi semangat dalam bekerjanya dan kesolidaritasan supaya
bisa memberikan hasil yang maksimal. Meskipun dalam kecelakaan kerja
sangatlah minim, namun harus tetap di perhatikan K3 nya (Kesehatan
Keselamatan Kerja). Agar dapat menghindari bahaya kecelakaan yang
terjadi pada pekerja.
37
DAFTAR PUSTAKA
http:mineritysriwijaya.blogspot.com/2012/12/bucket-wheel-excavator.
Stepin V, veseley v. 1992. Luriciants and Special Fluids. Tribologi seri 23.
Elsevier : Amsterdam.
38