Anda di halaman 1dari 8

Dwita Anggraini Nabila Putri

1900019133
Teknik Industri
Kelas C

1. Hadits ke-3 Rukun Islam

‫يﷺ‬ َّ ‫س ِم ْعتُ النَّ ِب‬َ :‫ع ْن ُه َما قَا َل‬


َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن الخ‬ ُ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬
َ ‫الرحْ َم ِن‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
‫ َوإِقَ ِام‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ش َها َدةِ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
َ :‫علَى خ َْم ٍس‬ َ ‫اإل ْسالَ ُم‬
ِ ‫ي‬َ ِ‫ «بُن‬:ُ‫يَقُ ْول‬
.‫َاري َو ُم ْس ِل ٌم‬
ِ ‫ضانَ » َر َواهُ البُخ‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َّ ‫َاء‬
َ ‫ َو‬،ِ‫ َو َحجِ البَ ْيت‬،‫الز َكا ِة‬ ِ ‫ َو ِإ ْيت‬،‫صالَ ِة‬
َّ ‫ال‬
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu
‘Anhuma, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, “Islam dibagun di atas lima hal: syahadat lâ ilâha
illâllâh dan muhammadur rasûlûllâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji
ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Penjelasan:

Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman, yang berarti ketundukan dan


penyerahan diri. Hakikat Islam adalah mengikuti rasul (utusan Allah) di setiap zaman
dan ajaran yang dibawanya. Kalimat syahadat adalah kunci seseorang untuk menjadi
muslim dan mendapatkan tiket ke surga. Shalat adalah ruh dari ajaran Islam. Shalat
merupakan komunikasi dan interaksi seorang muslim dengan Allah secara langsung
dan tanpa perantaraan apapun. Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang tidak
dapat gugur dari seorang muslim mukallaf (balig dan berakal) dalam keadaan apapun
–bahkan di tengah-tengah berkecamuknya perang sekalipun– kecuali perempuan haid
atau nifas. Zakat merupakan ibadah pada harta guna menambah keberkahannya dan
mensucikan hati pemiliknya. Puasa Ramadhan merupakan momen yang selalu
ditunggu oleh muslim setiap tahun. Ramadhan merupakan bulan panen pahala karena
Allah melipat gandakan setiap amal ibadah yang dilakukan. Jika seorang muslim
melakukan puasa dengan penuh keikhlasan niscaya Allah akan menghapuskan dosa-
dosanya yang telah lalu. Haji adalah ibadah penyempurna karena menggabungkan
antara ibadah badaniah dan maliyah (harta). Seperti ibadah lainnya, haji juga
memiliki ganjaran yang sangat besar.

2. Hadits ke-5 Bahaya Bid’ah

َ ‫ « َم ْن أَحْ َد‬:‫س ْو ُل هللاِ ﷺ‬


‫ث‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،‫ع ْن َها‬
َ ُ‫ي هللا‬َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬ َ ‫ع ْن أ ُ ِم ال ُمؤْ ِمنِيْنَ أ ُ ِم‬
َ ِ‫ع ْب ِد هللا‬
َ ِ‫عائ‬ َ
.‫ي َو ُم ْس ِل ٌم‬
ُّ ‫َار‬ َ ‫فِي أ َ ْم ِرنَا َه َذا َما لَي‬
ِ ‫ْس ِم ْنهُ فَ ُه َو َرد» َر َواهُ البُخ‬

»‫علَ ْي ِه أ َ ْم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َمالً لَي‬


َ ‫ْس‬ َ ‫ « َم ْن‬:‫َوفِي ِر َوا َي ٍة ِل ُم ْس ِل ٍم‬
َ ‫ع ِم َل‬
Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang
mengada-mengada dalam urusan kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia
tertolak.” (HR. Al-Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718) .Dalam riwayat
Muslim, “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintahnya dari kami, maka amal itu
tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Penjelasan:
Orang yang mengada-adakan dalam urusan ini –yakni Islam- perkara-perkara
yang tidak ada asalnya, maka amalan itu tertolak, walaupun pelakunya memiliki
niatan yang baik. Berdasarkan prinsip ini, maka segenap bid’ah adalah tertolak dari
pelakunya kendati ia memiliki niatan yang baik. barangsiapa melakukan jual beli
dengan cara yang diharamkan, maka jual beli tersebut bathil, dan barangsiapa yang
melakukan shalat tathawwu’ (sunnah) pada waktu yang terlarang tanpa adanya suatu
sebab, maka shalatnya bathil. Dan barangsiapa berpuasa pada hari raya (‘Iedul fitri /
‘Iedul adha), maka puasanya bathil. Demikianlah seterusnya. Karena semua amalan
tersebut tidak sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya, sehingga amalan tersebut
tertolak.
3. Hadits ke-7 Agama Adalah Nasihat

ِ « :‫ي ﷺ قَا َل‬


‫الدي ُْن‬ َّ ِ‫ أ َ َّن النَّب‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َّاري ِ َر‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُرقَيَّةَ ت َِمي ِْم ب ِْن أ َ ْو ٍس الد‬ َ
ُ‫عا َّمتِ ِه ْم» َر َواه‬ ُ ‫ َو ِل َر‬،‫ َو ِل ِكت َابِ ِه‬،ِ‫ «هلل‬:‫ ِل َم ْن؟ قَا َل‬:‫ص ْي َحةُ» قُ ْلنَا‬
َ ‫ َو‬، َ‫ َو ِِلَئِ َّم ِة ال ُم ْس ِل ِميْن‬،‫س ْو ِل ِه‬ ِ َّ‫الن‬
.‫ُم ْس ِل ٌم‬
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari Radhiyallahu ‘Anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami
bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya,
dan pemimpin kaum Muslimin dan orang awamnya.” (HR. Muslim no. 55).
Penjelasan:
Nasihat bagi kaum muslimin pada umumnya, yaitu bagi seluruh kaum muslimin,
yaitu menyampaikan nasihat kepada mereka dengan berdakwah kepada Allah,
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, mengajarkan kebaikan kepada mereka, dan
lain-lainnya.
4. Hadits ke-12 Apa Yang Tidak Berguna

‫ « ِم ْن ُحس ِْن إِس َْال ِم ال َم ْر ِء ت َْر ُكهُ َما‬:‫س ْو ُل هللاِ ﷺ‬


ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
.ُ‫غي ُْره‬ ُّ ‫ َر َواهُ التِ ْر ِم ِذ‬،‫س ٌن‬
َ ‫ي َو‬ ٌ ‫الَ َي ْعنِ ْي ِه» َح ِدي‬
َ ‫ْث َح‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, “Di antara bagusnya ke-Islaman seseorang adalah meninggalkan
apa yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, HR. At-Tirmidzi no. 2317 dan
selainnya
Penjelasan:
Jika seorang muslim menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya, niscaya ia
akan menyibukkan diri dengan berbagai hal yang mendatangkan manfaat, bagi dunia
maupun akhiratnya, dan akan menghindari segala hal yang tidak mendatangkan
manfaat. Perlu diketahui bahwa perkara yang bermanfaat lebih sedikit dibanding
dengan perkara yang tidak bermanfaat. Karenanya dengan membatasi diri pada
perkara yang bermanfaat, niscaya dia akan terhindar dari segala keburukan dan dosa,
dan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi
akhiratnya. Ini adalah tanda kesempurnaan Islam dan iman seseorang. Ia pun akan
mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhannya.
5. Hadits ke-13 Mencintai Sesama Muslim

َ‫ «ال‬:‫ع ِن النَّبِي ِ ﷺ قَا َل‬


َ ،‫س ْو ِل هللاِ ﷺ‬ ُ ‫ع ْنهُ خَاد ِِم َر‬
َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِي َح ْمزَ ة َ أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َر‬ َ
.‫ي َو ُم ْس ِل ٌم‬ ِ ‫ُؤم ُن أ َ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ ِل َ ِخ ْي ِه َما ي ُِحبُّ ِلنَ ْف ِس ِه» َر َواهُ البُخ‬
ُّ ‫َار‬ ِ ‫ي‬
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu pelayan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang dari kalian hingga
dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-
Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45
Penjelasan:
Mencintai bisa jadi berkaitan dengan urusan diin (agama), bisa jadi berkaitan
dengan urusan dunia. Sangat suka jika dirinya mendapatkan kenikmatan dalam hal
agama, maka wajib baginya mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
mendapatkan hal itu. Jika kecintaan seperti itu tidak ada, maka imannya berarti
dinafikan sebagaimana disebutkan dalam hadits. Sangat suka jika dirinya
memperoleh dunia, maka ia suka saudaranya mendapatkan hal itu pula. Namun untuk
kecintaan kedua ini dihukumi sunnah. Misalnya, suka jika saudaranya diberi keluasan
rezeki sebagaimana ia pun suka dirinya demikian, maka dihukumi sunnah. Begitu
juga suka saudaranya mendapatkan harta, kedudukan, dan kenikmatan dunia lainnya,
hal seperti ini dihukumi sunnah.
6. Hadits ke-14 Sebab-sebab Darah Ditumpahkan

َّ‫ئ ُم ْس ِل ٍم ِإال‬ ٍ ‫ « َال َي ِح ُّل َد ُم ا ْم ِر‬:‫سو ُل هللاِ ﷺ‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫عن اب ِْن َم ْسعُو ٍد َر‬
َ ‫ض‬ ِ
ُ‫ع ِة» َر َواه‬ َ ‫ار ُق ِل ْل َج َما‬ ِ َّ ‫ َوالت‬،‫س بِالنَّ ْف ِس‬
ِ َ‫اركُ ِل ِد ْينِ ِه ال ُمف‬ ُ ‫ َوالنَّ ْف‬،‫الزانِي‬
َّ ‫ب‬ ُ ِ‫ الثَّي‬:ٍ‫بِإِحْ َدى ث َ َالث‬
.‫ي َو ُم ْس ِل ٌم‬
ُّ ‫َار‬
ِ ‫البُخ‬
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak halal darah seorang Muslim kecuali karena salah
satu dari tiga hal: orang yang berzina padahal sudah menikah, membunuh jiwa, dan
orang yang meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Al-
Bukhari no. 6878 dan Muslim no. 1676)
Penjelasan:
Hadits ini menunjukkan bahwa asalnya darah seorang muslim yang bertauhid
haram ditumpahkan ketika ia bersyahadat laa ilaha illallah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mengerjakan shalat, dan menunaikan zakat sebagaimana disebutkan
dalam hadits nomor delapan sebelumnya dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Dan menumpahkan darah seorang muslim adalah haram dan termasuk dosa besar.
7. Hadits ke-16 Jangan Marah

‫ضبْ » فَ َر َّد َد‬ ِ ‫ أ َ ْو‬:‫ أ َ َّن َر ُجالً قَا َل ِللنَّبِي ِ ﷺ‬،ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ «الَ ت َ ْغ‬:‫صنِ ْي! قَا َل‬ َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
.‫ي‬
ُّ ‫َار‬ َ ‫ «الَ ت َ ْغ‬:‫ارا َوقَا َل‬
ِ ‫ضبْ » َر َواهُ البُخ‬ ً ‫ِم َر‬
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa seseorang berkata kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Berilah aku nasihat!” Beliau
menjawab, “Jangan marah.” Dia mengulangi beberapa kali dan beliau tetap
menjawab, “Jangan marah.” (HR. Al-Bukhari no. 6116).

Penjelasan:

Maksud “jangan marah” ada dua makna:


1. Menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak
marah.
2. Jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah
hingga mau mentalak istrinya, maka kita katakan, “Bersabarlah, tahanlah diri
terlebih dahulu.”
8. Hadits ke-20 Malu Akhlak Para Nabi

ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬


ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫اري ِ ال َبد ِْري ِ َر‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ع ْم ٍرو اِل َ ْن‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي َم ْسعُ ْو ٍد‬
َ ‫عق َبةَ ب ِْن‬ َ
ُ‫ت» َر َواه‬ َ ْ‫صن َْع َما ِشئ‬ْ ‫اس ِم ْن َكالَ ِم النُّب َُّوةِ اِل ُ ْولَى إِ َذا لَ ْم ت َ ْستَحْ ي ِ فَا‬
ُ َّ‫ « ِإ َّن ِم َّما أَد َْر َك الن‬:‫ﷺ‬
.‫ي‬
ُّ ‫َار‬
ِ ‫البُخ‬
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri Radhiyallahu
‘Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah
bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari
perkataan para Nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak punya rasa malu, berbuatlah
sesukamu.’” (HR. Al-Bukhari no. 3483).
Penjelasan:
Sebagian manusia telah diberi kelebihan oleh Allah Ta’ala rasa malu. Ketika dia
masih kecil saja sudah memiliki sifat demikian. Dia malu berbicara kecuali jika ada
urusan mendesak atau tidak mau melakukan sesuatu kecuali jika terpaksa, karena dia
adalah pemalu.
Sedangkan malu jenis kedua adalah malu karena hasil dilatih. Orang seperti ini biasa
cekatan dalam berbicara, berbuat. Kemudian ia berteman dengan orang-orang yang
memiliki sifat malu dan dia tertular sifat ini dari mereka. Rasa malu yang pertama di
atas lebih utama dari yang kedua ini. malu yang mesti diusahakan bisa diperoleh dari
mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, merasa Allah dekat dengannya. Inilah
tingkatan iman yang paling tinggi, bahkan derajat ihsan yang paling tinggi. Sifat malu
bisa muncul pula dari Allah dengan memperhatikan berbagai nikmat-Nya dan melihat
kekurangan dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Jika rasa malu yang diusahakan
ini pun tidak bisa diraih, maka seseorang tidak akan bisa tercegah dari melakukan
keharaman, seakan-akan iman tidak ia miliki, wallahu a’lam.
9. Hadits ke-34 Merubah Kemungkaran

‫ « َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم‬:ُ‫سو َل هللاِ ﷺ يَقُ ْول‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ :‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫ي هللا‬َ ‫ض‬ ِ ‫س ِع ْي ٍد ال ُخد ِْري ِ َر‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬ َ
»‫ان‬ ِ ‫اإل ْي َم‬
ِ ‫ف‬ ُ َ‫ضع‬ ْ َ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َيست َِط ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َو َذ ِل َك أ‬،‫سا ِن ِه‬
َ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َيست َِط ْع فَ ِب ِل‬،ِ‫ُم ْن َكرا ً فَ ْليُغ َِي ْرهُ ِب َي ِده‬
.‫َر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa dari kalian melihat
kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, maka dengan
lisannya. Jika tidak bisa, maka dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemah
iman.” (HR. Muslim no. 49)

Penjelasan:

1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang


dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2. Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.
3. Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4. Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga
merupakan buahnya keimanan.
5. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan
pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.
10. Hadits ke-21 Beriman Dengan Istiqomah

ُ ‫ َيا َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬


‫س ْو َل‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ َ ‫س ْف َيانَ ب ِْن‬
ِ ‫ع ْب ِد هللاِ َر‬ َ ‫ َو ِق ْي َل أ َ ِبي‬- ‫ع ْم ٍرو‬
ُ -َ ‫ع ْم َرة‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬
َ
َ ً ‫ع ْنهُ أ َ َحدا‬
»‫ «قُ ْل آ َم ْنتُ باهللِ ث ُ َّم ا ْست َ ِق ْم‬:‫غي َْر َك؟ قَا َل‬ َ ‫اإلس َْال ِم قَ ْوالً الَ أَسْأ َ ُل‬ِ ‫هللاِ! قُ ْل ِلي فِي‬
.‫َر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬

Dari Abu ‘Amr –ada yang berpendapat Abu Amroh– Sufyan bin Abdillah
Ats-Tsaqafi Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku berkata, “Wahai Rasulullah!
Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah ucapan yang tidak aku tanyakan lagi
kepada selain Anda.” Beliau menjawab, “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah!’
kemudian istiqomahlah.’” (HR. Muslim 38)
Penjelasan:
Kalimat “suatu perkataan yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada
seorang pun selainmu”, maksudnya kalimat tersebut sangat berbeda, kalimat tersebut
sudah jadi definisi, sifat kalimat tersebut jaami’ dan maani’. Jaami’ dan maani’
artinya memasukkan semua yang tercakup di dalamnya dan mengeluarkan yang tidak
tercakup di dalamnya.
Beriman kepada Allah itu terkait dengan amalan hati, sedangkan “kemudian
istiqamahlah” berarti istiqamah dalam ketaatan termasuk amalan jawarih (anggota
badan).

Anda mungkin juga menyukai