Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet
Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet
(lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan
lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri
karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk
bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti
ban, komponen, dan sebagainya (Arif, 2009).
Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk
antara lain adalah : RSS I, RSS II, RSS III, Crumb Rubber, Lump, dan Lateks.
Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan
di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin.
Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik
Crumb Rubber/Karet Remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk
berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang,
karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai produk hilir lainnya (Arif, 2009).
Karet alam dibuat dari getah pohon. Sari yang berupa susu dipanaskan
sampai kering untuk dibuat karet mentah. Kemudian dimastikasi, diplastiskan
agar dapat diproses dengan lebih mudah, dan dicampur pengisi seperti karbon
hitam, zat pewarna, belerang, dibuat campuran, dibuat dengan tekanan, dan
divulkanisasi oleh reaksi penyilangan sambil dipanaskan untuk mendapatkan
benda cetakan (Prasetia, 2016).
Karet alam dianggap polimer dari poliisopren. Struktur karet alam dapat
dilihat pada Gambar 2.1. Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa,
pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar
perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati (Litbang
Deptan, 2007). Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan

5
6

(Sumsel), nilai ekspor karet mencapai US$1,51 miliar pada 2018 atau lebih
rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai US$2,06 miliar (Wulandari, 2019).

Gambar 2.1 Struktur Karet Alam


(Sumber: Prasetia, 2016)

2.1.1. Sifat Karet Alam


Adapun sifat-sifat karet alam sebagai berikut (UNCTAD, 2011 dan Long,
1985) tersedia pada Tabel 2.1.1.
Tabel 2.1.1. Sifat Karet Alam

Nama Karet Alam (NR) Poliisoprene alam


Suhu transisi kaca (°C) -70
Titik leleh (°C) 25
Rentang kekerasan
30-100
Sifat (Shore A)
Molekul Kekuatan tarik
4000
maksimum (70oF, psi)
Perpanjangan maksimum
750
(70oF, %)
Gaya pegas yang sangat baik
kekuatan sobek sangat baik
ketahanan abrasi sangat baik
Tahanan fisik
Impact strength sangat baik
Pengurangan tahanan sangat baik
Pengaturan tekanan baik
Keunggulan
sifat tahan air sangat baik
Ketahanan terhadap
fleksibilitas pada suhu rendah baik
Lingkungan
Cukup tahan terhadap oksidasi
Tahan terhadap alkohol dan pelarut
Ketahanan kimia oksigen
Cukup tahan terhadap asam
Kelemahan Ketahanan Lingkungan Tidak tahan ozon
7

Tidak tahan sinar matahari


Sangat sedikit menghambat api
Tidak tahan minyak dan bensin
Ketahanan kimia Tidak tahan terhadap pelarut hidrokarbon
(alifatik dan aromatik)
2.1.2. Jenis Karet alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan
bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga
karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

karet alam

bahan olah karet lateks pekat : karet karet  reclaimed


: spesifikasi konvensional : rubber
 sentrifugasi teknis :
 lateks kebun - HA  crepes rubber
 sheet angin - LA  crumb  RSS
 slab tipis  pendadihan rubber
 lump segar  Penguapan
 dekantasi
listrik

Gambar 2.2 Skema Pembagian Jenis Karet Alam


(Sumber: industrikaret.wordpress.com, 2011)

2.2 Kompon Karet


Salah satu tahapan proses yang harus dilakukan dalam industri pembuatan
produk karet alam adalah pembuatan kompon karet. Pada proses ini, semua bahan
termasuk karet alam sebagai bahan baku utama akan dicampurkan secara merata
sampai homogen. Bahan pengisi (filler) adalah bahan pendukung dengan porsi
terbesar dalam pembuatan kompon karet yang fungsinya untuk meningkatkan
sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan dan mengurangi biaya (Alfa,
2008). Dengan porsi yang cukup besar ini pemilihan bahan pengisi pada
pembuatan kompon karet menjadi sangat penting karena dapat menentukan sifat
fisik karet dan biaya produksi.
Menurut Handoko (2003), kompon karet adalah campuran antara karet
dengan berbagai bahan kimia untuk memperoleh hasil akhir atau vulkanisat
setelah melalui proses tertentu. Abednego (1998), menyatakan penambahan
8

kompon karet meliputi pemilihan jenis dan jumlah bahan kimia karet serta
pencampuran karet mentah dan jenis bahan kimia tertentu sehingga dihasilkan
barang jadi karet dengan sifat-sifat fisik yang diinginkan. Pada pembuatan
kompon karet terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu sifat kompon,
karakteristik pengolahan, dan biaya.
2.3 Tanah Liat sebagai Bahan Pengisi (Filler)
Filler (bahan pengisi) sering ditambahkan pada polimer untuk
meningkatkan kekuatan regang dan tegangan pampat, ketahanan abrasi,
kekerasan, kestabilan dimensi dan termal, dan sifat lainnya. Bahan yang
digunakan sebagai pengisi biasanya partikel yang mengandung bubuk kayu
(serpihan bubuk kayu halus), bubuk silika, pasir, kaca, tanah liat, batu kapur, dan
bahkan beberapa polimer sintetis lainnya. Ukuran partikel mulai dari 10 nm
sampai dimensi makroskopik. Karena bahan-bahan yang tidak mahal ini
menggantikan beberapa volume dari polimer yang lebih mahal sehingga harga
produk akhirnya dapat dikurangi (Callister, 2002).
Menurut Haryadi (2010), ada dua macam bahan pengisi, yaitu bahan
pengisi aktif dan bahan pengisi tidak aktif. Bahan pengisi aktif akan
meningkatkan kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikis dan ketegangan putus
pada barang jadi karet. Bahan pengisi aktif seperti aluminium silika, magnesium
silika dan carbon black. Bahan pengisi tidak aktif atau netral akan menambah
kekerasan dan kekakuan pada karet. Bahan pengisi tidak aktif misalnya berbagai
jenis tanah liat, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan
barit.
Penguatan bahan pengisi ditentukan oleh ukuran, keadaan permukaan dan
kehalusan butir. Penambahan optimum bahan pengisi akan meningkatkan
kekuatan tarik, modulus, ketahanan sobek, ketahanan kikis dan retak lentur. Untuk
memperoleh penguatan optimum maka butir butir bahan pengisi harus tersebar
dengan baik dan merata dalam kompon dan peningkatan jumlah Filler (bahan
pengisi) mempengaruhi perbaikan sifat vulkanisat (Abednego, 1998).
Efek penguatan bahan pengisi ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan
permukaan dan bentuk, kehalusan butiran dan kerataan penyebarannya. Jenis dan
jumlah bahan pengisi ditentukan terutama oleh karakteristik produk yang
9

diinginkan dan kelenturannya. Bahan pengisi adalah campuran dari berbagai


material. Tanah liat digunakan sebagai alternatif bahan pengisi karena
mengandung unsur kimia yang dapat menambah kekuatan ikatan yang terjadi
pada komponen vulkanisat karet. Clay dikenali sebagai tanah liat, merupakan
jenis mineral halus, berbentuk kepingan dan komposisi makro dari Clay SiO2
50,03% (Sebayang, 2010).

Gambar 2.3 Tanah Liat


(Sumber: Prasetia, 2016)

Sumber tanah liat yang sangat banyak dapat diperoleh dari hasil
kegiatan penambangan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Ada beberapa lokasi
penambangan di PT Bukit Asam yaitu Tambang Air Laya (TAL), Tambang
Muara Tiga Besar (MTB), dan Tambang Banko Barat. Litologi batuan yang
terletak di daerah penambangan Banko Barat tergolong ke dalam formasi Muara
Enim dan tersusun atas seam A1, A2, B1, B2, dan C. Di antara lapisan batubara
terdapat lapisan batuan. Litologi batuan yang terdapat di daerah banko barat
(Prasetia, 2016) yaitu :
1. Lapisan Tanah Penutup
Terdiri dari tanah buangan lama, batu lempung bentonitan, batu pasir, gravel,
dan endapan lempur. Selain itu dijumpai clay ironstone.
2. Lapisan Batubara A1
Lapisan ini memiliki ketebalan sekitar 7,3 meter yang dicirikan oleh adanya
lapisan pengotor sebanyak 2-3 lapis dan di bagian base kadang dijumpai
lensa-lensa batu lanau.
10

3. Lapisan Interburden A1-A2


Lapisan ini terdiri dari batu lempung atau batu pasir tufaan dengan ketebalan
sekitar 4 meter.
4. Lapisan Batubara A2
Lapisan ini dicirikan oleh adanya lapisan silikaan pada bagian atas dan
kadang dijumpai pita pengotor karbonan serta dijumpai juga lensa-lensa batu
lanau. Ketebalan lapisan ini sekitar 9,8 meter.
5. Lapisan Interburden A2-B1
Lapisan ini merupakan perulangan batu pasir dan batu lanau dengan sisipan
tipis batubara/batu lempung karbonan disebut juga dengan Suban Marker.
Ketebalan lapisan ini sekitar 18 meter.
6. Lapisan Interburden B1
Biasanya terdapat lapisan pengotor sebanyak 2-3 lapis yang berupa batu
lempung, lanauan karbonan. Ketebalan lapisan ini sekitar 12,7 meter.
7. Lapisan Interburden B1-B2
Lapisan ini merupakan selang-seling batu lempung dan batu lanau. Ketebalan
lapisan ini sekitar 3 meter.
8. Lapisan Batubara B2
Pada lapisan ini dijumpai adanya pita pengotor berupa batu lempung lanauan
karbonan yang kadang-kadang berbentuk seperti lensa. Ketebalan lapisan ini
sekitar 4,5 meter
9. Lapisan Interburden B2-C1
Lapisan ini merupakan perulangan batu pasir dan batu lanau dengan
ketebalan sekitar 38 meter.
10. Lapisan batubara C1
Pada lapisan ini dijumpai adanya 1-2 lapis pita pengotor berupa batu
lempung, batu lanau karbonan. Ketebalan lapisan ini sekitar 5,1 meter.
11. Lapisan Interburden C1-C2
Lapisan terdiri dari selang-seling batu lempung dan batu lanau. Ketebalan
lapisan ini sekitar 3,5 meter.
11

12. Lapisan Batubara C2


Pada lapisan ini dijumpai adanya 1-2 lapis pita pengotor berupa batu
lempung, batu lanau karbonan. Ketebalan lapisan ini sekitar 6,2 meter.

Tabel 2.1.2 Kandungan Mineral di Setiap Lapisan Tanah Liat di Area PT Bukit
Asam (Persero) Tbk. Sumatera Selatan Indonesia

(Sumber : Hasan dkk., 2018)

2.4 Cangkang Telur


Cangkang telur memiliki komposisi utama CaCO3 yang bisa menyebabkan
polusi karena aktivitas mikroba di lingkungan ( Rahmawati, W.A.,dan Fitri
Choirun Nisa, 2015). Cangkang telur terdiri dari 4 lapisan berbeda yang dapat
digambarkan sebagai struktur terorganisasi dengan baik, yaitu (dari dalam ke luar)
lapisan membran, lapisan mamilary, lapisan busa, dan lapisan kurtikula (Virginia
Tech. 2008 dalam Rahmawati, W.A.,dan Fitri Choirun Nisa, 2015 ).

2.5 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian


Kompon karet pada umumnya mengandung tiga atau lebih jenis bahan
kimia karet. Setiap jenis bahan tersebut memiliki fungsi spesifik dan
mempunyai pengaruh terhadap sifat, karakteristik pengolahan, dan harga dari
komponnya (Alfa, 2008).
2.4.1 Sulfur
Sulfur merupakan bahan kimia pertama yang digunakan
sebagai bahan pemvulkanisasi. Bahan pemvulkaniasi adalah sejenis
bahan kimia karet yang dapat bereaksi dengan gugus aktif molekul
12

karet pada proses vulkanisasi, membentuk ikatan silang antar


molekul karet, sehingga terbentuk jaringan tiga dimensi.
2.4.2 TBBS (C11H14N2S2)
TBBS merupakan bahan akselerator. Bahan akselerator
(umumnya berupa senyawa organik) adalah bahan yang digunakan
untuk mempercepat reaksi vulkanisasi kompon oleh belerang dan
memungkinkan vulkanisasi berlangsung dalam waktu yang lebih
singkat atau pada suhu yang lebih rendah. Bahan pencepat yang
digunakan dapat berupa satu atau kombinasi dari dua atau lebih bahan
pencepat.

2.4.3 Zinc Oxide dan Stearic Acid


Zinc Oxide merupakan bahan aktivator. Bahan aktivator adalah
bahan kimia yang ditambahkan ke dalam sistem vulkanisasi, untuk
menggiatkan proses vulkanisasi. Dalam sistem vulkanisasi dengan
bahan akselerator, bahan ini berfungsi sebagai pengaktif kerja bahan
akselerator karena pada umumnya bahan akselerator organik tidak
dapat berfungsi secara efisien tanpa adanya bahan aktivator. Bahan
pengaktif terbagi menjadi dua golongan, yaitu anorganik berupa
oksida logam (ZnO, PbO, dan Mg) dan organik berupa asam lemak
rantai panjang (stearat dan oleat). Bahan pengaktif yang paling umum
digunakan adalah seng oksida (ZnO) dan asam stearat.
2.4.4 TMQ
TMQ merupakan bahan antioksidan. Penambahan anti oksidan
pada kompon karet akan menghambat kerusakan karet karena udara (O2),
sinar matahari, dan ozon. Karet tanpa anti oksidan akan mudah teroksidasi
sehingga menjadi lunak kemudian lengket dan akhirnya menjadi keras dan
retak-retak (aging).
2.4.5 Paraffinic Oil
Paraffinic oil merupakan bahan softener. Bahan softener berfungsi
untuk melunakkan karet mentah agar mudah diolah menjadi kompon
karet dan mempermudah karet lepas dari cetakan.
13

Anda mungkin juga menyukai