Anda di halaman 1dari 5

1.

Failure to thrive

Failure to thrive (FTT) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan berat badan
(BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun
dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Istilah yang lebih
tepat adalah fail to gain weight.
Definisi
Perpindahan posisi berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama
atau 2 standar deviasi ke bawah jika diplot pada grafik BB menurut umur.
Diagnosis
Anamnesis
- Asupan kalori yang tidak mencukupi
- Nafsu makan kurang
- Anemia
- Masalah psikososial (apatis)
- Kelainan SSP (hidrosefalus, tumor)
- Infeksi kronik (ISK)
- Gangguan GI (esophagitis reflux)
- Anomali kraniofasial (bibir sumbing, sumbing langitan, glossoptosis, atresia koana)
- Sesak nafas (PJB, penyakit paru)
- Kelemahan otot menyeluruh (miopati)
- Fistula trakeoesofageal
- Sindrom kongenital
- Paralisis palatum mole
- Teknik pemberian makan tidak tepat
- Jumlah makanan tidak cukup
- Makanan tidak sesuai usia
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan antropometri (2 periode pertama dalam 3 tahun pertama kehidupan)
didapatkan penurunan persentil berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2
persentil mayor
- Mencari penyakit lain seperti PJB, paru, endokrin, neurologis, dan lain-lain
Pemeriksaan Penunjang
- Darah perifer lengkap, LED, urinalisis, Analisa gas darah
- Photo rontgen
- Test Mantoux
Tata Laksana
Evaluasi pemberian ASI pada bayi
- Perbaiki manahemen laktasi
- Pastikan jumlah asupan serta jadwal pemberian ASI disesuaikan dengan kebutuhan
bayi (on demand).
- Frekuensi pemberian berkisar antara 8-12 kali dalam 24jam dengan lama pemberisan
minimal 10menit disetiap payudara

2. Indikator pertumbuhan pada KMS


KMS (Kartu Menuju Sehat)
- kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri
berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan
gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara
lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat.
KMS terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :

 Kurva penimbangan dan pengukuran berat badan (2 bagian).


 Catatan pemberian vitamin A dan pemberian imunisasi.
 Informasi tentang ASI, penanganan diare, dan perkembangan anak sehat.
 Identitas balita.

KMS mempunyai 3 fungsi utama, yaitu :

1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang
anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan
anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil
resiko anak akan mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat
badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan beresiko mengalami
gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A,
pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak
seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila diare

Kesimpulan
Jika hasil penimbangan menunjukkan bahwa BB/U kurang dari 60% atau berada pada
>-3SD<-2SD maka anak Berat Badannya Kurang. Namun jika terjadi edema perlu
diwaspadai anak menderita gizi buruk. Bila hasil penimbangan BB/U menunjukkan hasil
kurang dari 60% atau <-3 SD maka tentukan status gizi anak dengan BB/TB-PB. Jika
hasilnya menunjukkan BB/TB
- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan
makanan untuk anak KEP
- Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan
tentang gizi dan kesehatan
- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan dan
gizi anak
- Anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg
selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG, apabila setelah 2 minggu berat
badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi mengenai asupan makanan
dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab
lain

3. Faktor resiko KEP


KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi
makro (zat tenaga, zat pembangun dan lemak) yang biasanya disertai kekurangan zat gizi
mikro (Vitamin A, Besi, Seng, Vitamin B dan sebagainya) sesuai dengan angka
kecukupan gizi (AKG) (Dep.Kes RI, 2005).
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro
dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein. Masalah gizi makro yang
utamanya disebabkan oleh ketidak seimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan
protein. Kekurangan gizi makro umumnya disertai kekurangan zat gizi mikro (Depkes RI,
2007)
Penyebab tidak langsung antara lain adalah pengetahuan/pendidikan orang tua,
kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah, pola konsumsi yang kurang baik,
persediaan pangan yang tidak cukup, umur, jenis kelamin anak, dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang sulit dijangkau.

4. Pemantauan pemberian gizi

Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai
masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan  50 g/minggu. Awal fase
rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu setelah dirawat.
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung dan
intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak secara mendadak.

Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus
awal ke formula khusus lanjutan :

Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula
khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48
jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi
dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya
pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).

Pemantauan pada masa transisi:

- frekwensi nafas
- frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal
kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:

Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.


Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
Protein 4-6 gram/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi dan protein
ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Pemantauan setelah periode transisi:

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :


Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
Evaluasi kenaikan BB setiap minggu

Bila kenaikan BB:

kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh :


cek apakah asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
- Baik ( 50 g/minggu), lanjutkan pemberian makanan

Anda mungkin juga menyukai