INSOMNIA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik
Disusun oleh :
1413010031
2018
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan tutorial klinik dengan judul
INSOMNIA
Disusun Oleh:
Nama : Nadya Ratu Aziza Fuady
NIM : 1413010031
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Rabu, 6 Desember 2018
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
2
1. Fisiologi Tidur
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan
beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola
dunia disebut sebagai irama sirkadian.
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses deaktivasi sistem
Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron
di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi
terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai
pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center).
Y
Dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan
tatanan rapi, bantal enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur,
bahkan ada orang begitu mencium bantal dalam 3-5 menit langsung tertidur.
Salah satu kriteria yang digunakan adalah “Siklus Kleitman”, yang terdiri dari
3
aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus tidur yang juga dikenal sebagai
activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid Eye Movement (REM) dan Non-
Rapid Eye Movement (NREM). Sebenarnya bentuk pola tidur dapat dibedakan
dengan memperhatikan pergerakan bola mata yang dimonitor selama fase tidur.
Secara obyektif, EEG dapat digunakan untuk mencatat fase REM maupun NREM
selama tidur. Tidur yang dipengaruhi oleh NREM ditandai dengan gelombang
EEG yang bervoltase tinggi tetapi berfrekuensi rendah, sedangkan tidur yang
dipengaruhi oleh REM ditandai oleh gambaran EEG yang berfrekuensi tinggi
tetapi bervoltase rendah.
Siklus dari Kleitman akan berulang selama periode tidur setiap pengulangan
diserati dengan pemendekan fase 3-4 dari NREM yang disebut SWS (Slow Wave
Sleep) sedangkan lama REM lebih panjang. Kenyenyakan tidur sebenarnya
tergantung pada lamanya fase-fase yang dilalui dari fase pertama sampai fase
empat dari NREM. Sedangkan fase ini berjalan cepat, maka orang itu belum tidur
nyenyak.
Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiapa hari akan makin
berkurang dan disertai fragmen-fragmen tidur yang banyak sehingga jumlah SWS
makin berkurang dan ini menunjukkan bahwa mereka mengalami masa tidur yang
tidak terlalu nyenyak.
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur
16-20jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada
umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.
4
Tahap tidur normal orang dewasa adalah sebagai berikut :
5
Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam.
Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur.
- Stadium 5 (REM) ditandai dengan rekaman EEG yang menyerupai tahap
pertama, yang terjadi bersamaan dengan gerak bola mata yang cepat dan
penurunan level muscle tone. Periode REM akan disertai dengan frekuensi
pernafasan dan frekuensi jantung yang berfluktuasi. Periode ini dikenal
sebagai desynchronized sleep.
Pola siklus tidur dan bangun adalah bangun sepanjang hari saat cahaya terang
dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya perubahan
gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan
mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra chiasmatic
(NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi
pengeluaran berbagai hormon pengatur temperatur badan, kortisol, growth
hormone, dan lain-lain yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC bekerja
seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun tidur. Jika pagi hari cahaya terang
masuk, NSC segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan
temperatur badan, kortisol dan GH sehingga orang terbangun. Jila malam tiba,
NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan
tidur. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh glandula pineal. Saat hari
mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam darah dan akan mempengaruhi
6
terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan dan kortisol. Kadar
melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat
sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi.
Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-kira
90 menit sebelum periode pertama REM, periode ini dikenal sebagai periode
REM laten. Rangkaian dari tahap tidur selama tahap awal siklus adalah sebagai
berikut : NREM tahap 1,2,3,4,3, dan 2; kemudian terjadi periode REM. Jumlah
siklus REM bervariasi dari 4 sampai 6 tiap malamnya, tergantung pada lamanya
tidur.
Siklus tidur lebih pendek pada bayi dibandingkan pada orang dewasa.
Periode REM pada bayi berkisar antara 50-60 menit pada awalnya, yang lama-
kelamaan akan meningkat. Siklus tidur dewasa berlangsung 70-100 menit selama
masa remaja.
7
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang
diterima dari pusat otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus
cahaya, dan sistem limbic seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk tidur,
mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap
dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum
serotonin. Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS
(Ascending Reticulary Activity System). Bila aktivitas ARAS ini meningkat
orang tersebut dalam keadaan sadar, aktivitas ARAS menurun, orang tersebut
akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,
histaminergik (Czeisler, 2000).
• Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang
terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk / tidur. Bila
serotonin dari trypthopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak
bisa tidur / jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem
serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana
terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
• Sistem Adrenergik
• Sistem Kholinergik
8
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra
vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan
aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat
pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat
antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari
lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
• Sistem histaminergik
• Sistem hormon
Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam periode 24 jam, orang
dewasa tidur sekali, kadang 2 kali. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh
siklus terang gelap, rutinitas harian, periode makan, dan penyelaras eksternal
lainnya. Faktor-faktor inilah yang membentuk siklus 24 jam.
Secara garis besar, otak manusia menghasilkan empat jenis Gelombang Otak
(Brainwave) secara bersamaan, yaitu Gamma, Beta, Alpha, Tetha, Delta. Akan
9
tetapi selalu ada jenis Gelombang Otak yang dominan, yang menandakan aktivitas
otak saat itu. Misalnya jika kita tertidur, maka Gelombang Otak yang dominan
adalah Delta. Berikut disajikan klasifikasi Gelombang Otak berdasarkan
frekuensinya.
10
lain di sekitar Anda. Frekwensi beta adalah keadaan pikiran anda sekaran ini,
ketika Anda duduk di depan komputer membaca artikel ini. Gelombang beta
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang merupakan
transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 hz -18 hz) yang juga
merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15
hz). Gelombang Beta di perlukan otak ketika Anda berpikir, rasional, pemecahan
masalah, dan keadaan pikiran di mana Anda telah menghabiskan sebagian besar
hidup Anda.
d. ALPHA ( 8 hz – 12 hz)
Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang yang
mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai
menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan
tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena alpha
banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti
kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga
menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi
pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Anda bisa mengingat
mimpi Anda, karena Anda memiliki gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah
mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha
pada saat Anda bermimpi. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk
pemrograman bawah sadar
11
e. THETA ( 4 hz – 8 hz )
Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang
mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya napas mulai
melambat dan dalam. Selain orang yang sedang diambang tidur, beberapa orang
juga menghasilkan Gelombang Otak (Brainwave) ini saat trance, hypnosis,
meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyu.
2. Gangguan Tidur
Menurut Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke
empat (DSM-IV), gangguan tidur diklasifikasikan berdasarkan kriteria diagnostik
klinik dan perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV
adalah gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan
gangguan tidur mental lain, dan gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur
akibat kondisi medis umum atau yang disebabkan oleh zat.
12
ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur.
13
- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah
halusinasi pada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam
keadaan terjaga, kemudian ke kerangka pikiran
normal.
14
kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid
arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat, anemia.
(v) Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)
Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum
onset tidur.Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus
nokturnal.Pergerakan kaki secara periodik disertai dengan rasa
nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan sehingga
penderita selalu mendorong - dorong kakinya. Ditemukan pada
penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil.
Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otak, hipotalamus.
(vi) Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan
Terdapat tiga jenis sleep apnea, yaitu central sleep apnea, upper
airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya.
Sleep apnea adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur,
yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan sleep
apnea patologis jika penderita mengalami episode apnea lebihh
dari sama dengan lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea
selama semalam. Selama periode ini, gerakan dada dan dinding
perut sangat dominan. Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut,
yang ditandai dengan intermiten penurunan kemampuan respirasi
akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai oleh
terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik
selama tidur, sehingga pergerakan dada dan dinding perut
menghilang. Hal ini diduga akibat kerusakan pada batang otak atau
hiperkapnia. Obstruksi saluran nafas atas (upper airway
obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan
pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding
perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui
obstruksi.Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM.
Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap
atau mendengkur pada saat tidur.Mendengkur ini berlangsung 3-6
15
kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50
detik.Serangan apnea terjadi pada saat pasien tidak mendengkur.
Hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif, hal
ini diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi medula,
sehingga pasien dapat bernafas kembali secara spontan.Baik pada
sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulang kali
di malam hari dan terkadang sulit untuk jatuh tidur
kembali.Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau
perasaan tidak enak pada pagi hari.Pada anak-anak sering
berhubungan dengan gangguan kongenital saluran nafas atau
hipertrofi adenotonsilar. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas
terjadi akibat septal defek, hipotiroid, bradikardi, gangguan
jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, Arnord-Chiari
Malformation.
(vii) Gangguan tidur irama sirkadian
Gangguan jadwal tidur yaitu gangguan dimana penderita tidak
dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun
jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan
irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam
pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah,
urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi
irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur-bangun,
dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk
bangun/aktivitas.Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami
gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran.Menurut
beberapa penelitian, terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset
waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler.Perubahan
gangguan irama sirkadian dengan penyebab organik adalah tumor
pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
Sementara (Acute work shift, Jet lag)
Menetap (Shift worker)
16
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga
terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan
pada fase REM. Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama
sirkadian adalah sebagai berikut:
I. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)
yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih
lambat daripada yang diinginkan. Gangguan ini sering
ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja
sosial. Orang - orang tersebut sering tertidur
(kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari
(insomnia sekunder).
II. Tipe jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu
yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi
setelah berpergian melewati lebih dari satu zona
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latennya
panjang dengan tidur yang terputus-putus.
III. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran
kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat
mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi
jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama
dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum.
Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin
pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
IV. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase
syndrome).Tipe ini sangat jarang, lebih sering
ditemukan pada pasien usialanjut,dimana onset tidur
pada pukul 6-8 malam dan terbangun antarapukul 1-3
pagi. Namun, pasien ini merasa cukup untuk waktu
tidurnya.
V. Tipe bangun-tidur beraturan
VI. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam
17
Parasomnia sendiri berarti peristiwa fisiologis atau tingkah laku yang
abnormal terjadi selama tidur, disebabkan oleh aktivasi sistem fisiologis
yang tidak tepat waktunya.Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan
perubahantingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga sangat
potensial menimbulkanangka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering
ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi padausia dewasa (3%).Ada 3 faktor
utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
i. Peminum alcohol
ii. Kurang tidur (sleep deprivation)
iii. Stress psikososial
Yang termasuk kelompok gangguan tidur parasomnia adalah:
(i) Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder)
(ii) Gangguan teror tidur
(iii) Gangguan tidur berjalan
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek
termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur,
menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan
dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal
gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang
rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur
NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak
memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk
berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah.
gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang
alpha.
2. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental
18
lain (sering karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk
ditegakkan sebagai gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa
mekanisme patofisiologik yang mendasari gangguan mental juga
mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun. Gangguan tidur ini
terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia terkait aksis I
atau II.
3. Definisi Insomnia
19
yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The
International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur
yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur
tersebut.
Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk
melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala
yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan
pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi
dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.
5. Etiologi Insomnia
• Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk
tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit
dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat
menyebabkan insomnia.
• Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan
kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
20
• Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,
termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,
stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
• Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung
kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat
menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu
seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering
menyebabkan terbangun di tengah malam.
• Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan
bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami
insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut.
Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung,
penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit
Parkinson dan penyakit Alzheimer.
• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh
atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama
sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai
jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi
resiko insomnia meningkat jika terjadi pada:
21
Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu
tidur.
Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang
seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan
insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan
risiko terjadinya insomnia.
Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari
sering meningkatkan resiko insomnia.
7. Klasifikasi Insomnia
Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali
tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian.
Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri,
kecemasan obat, depresi, atau stres yang hebat.
Insomnia sering terjadi di masyarakat umum dan lebih sering terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan kejiwaan; meskipun hanya sedikit jumlah
orang-orang dengan insomnia yang berkonsultasi ke dokter. Kesulitan tidur lebih
22
sering terjadi pada orang tua, wanita, individu dengan pendidikan rendah dan
status ekonomi rendah, dan orang-orang dengan masalah medis kronis.
Transient insomnia sering terjadi pada orang yang biasanya tidur normal.
Bentuk insomnia ini terjadi bersamaan dengan adanya stres piskologis akut,
seperti saat kehilangan. Keadaan ini cenderung untuk sembuh sendiri.
Insomnia kronis adalah kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam
selama sebulan atau lebih. Salah satu penyebab kronik insomnia yang paling
umum adalah depresi. Penyebab lainnya adalah arthritis, gangguan ginjal, gagal
jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, parkinson, dan hypertyroidism.
Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku,
termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun
yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronik.
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
23
8. Diagnosis
Pada pasien dengan insomnia primer harus diperiksa riwayat medis dan
psikiatrinya. Riwayat medis harus dinilai secara seksama, mengenai riwayat
penggunaan obat dan pengobatan.
- Bangun dan pergi ke tempat tidur pada waktu yang sama setiap hari,
walaupun pada akhir pekan.
- Batasi waktu ditempat tidur setiap harinya.
- Tidak menggunakan tempat tidur sebagai tempat untuk membaca, nonton
TV atau bekerja.
- Meninggalkan tempat tidur dan tidak kembali selama belum mengantuk
- Menghindari tidur siang.
24
- Latihan minimal tiga atau empat kali tiap minggu (tetapi bukan pada sore
hari, kalau hal ini akan mengganggu tidur).
- Pemutusan atau pengurangan konsumsi alkohol, minuman yang
mengandung kafein, rokok dan obat-obat hipnotik-sedatif.
25
• Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
diagnosis insomnia diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan adanya
gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak
memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”) tidak
didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau
gangguan penyesuaian (F43.2)
9. Tatalaksana
1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku
ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk
penderita insomnia.
26
kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol
pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
- Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan
pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling
tatap muka atau dalam grup.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di
tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
27
Cek kesehatan secara rutin
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
2. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan
yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
Pengaturan Dosis
28
- Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan
dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off
(untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat)
- Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih
perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
- Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3
kali seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia
lanjut
Lama Pemberian
29
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat
terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction”
Interaksi obat
Perhatian Khusus
30
Di antara obat anti-insomnia tersebut, benzodiazepin paling sering
digunakan dan tetap merupakan pilihan utama untuk mengatasi insomnia
baik primer maupun sekunder. Kloralhidrat dapat pula bermanfaat dan
cenderung tidak disalahgunakan. Antihistamin, prekursor protein seperti l-
triptofan yang saat ini tersedia dalam bentuk suplemen juga dapat
digunakan.
Obat hipnotik sebaiknya digunakan dalam waktu terbatas atau
untuk mengatasi insomnia jangka pendek. Dosis harus kecil dan durasi
pemberian harus singkat. Benzodiazepin dapat direkomendasikan untuk
dua atau tiga hari dan dapat diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi
penyakit yang mendasari.
Penggunaan benzodiazepin harus hati-hati pada pasien penyakit
paru obstruktif kronik, obesitas, gangguan jantung dengan hipoventilasi.
Benzodiazepin dapat mengganggu ventilasi pada apnea tidur. Efek
samping berupa penurunan kognitif dan terjatuh akibat gangguan
koordinasi motorik sering ditemukan. Oleh karena itu, penggunaan
benzodiazepin pada lansia harus hati-hati dan dosisnya serendah mungkin.
Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek (triazolam dan
zolpidem) merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang yang sulit
masuk tidur. Sebaliknya, obat yang waktu paruhnya panjang (estazolam,
temazepam, dan lorazepam) berguna untuk penderita yang mengalami
interupsi tidur. Benzodiazepin yang kerjanya lebih panjang dapat
memperbaiki anxietas di siang hari dan insomnia di malam hari.
Sebagian obat golongan benzodiazepin dimetabolisme di hepar.
Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang menghambat oksidasi sitokrom
(seperti simetidin, estrogen, INH, eritromisin, dan fluoxetine) dapat
menyebabkan sedasi berlebihan di siang hari.
Triazolam tidak menyebabkan gangguan respirasi pada pasien COPD
ringan-sedang yang mengalami insomnia. Neuroleptik dapat digunakan
untuk insomnia sekunder
31
terhadap delirium pada lansia. Dosis rendah-sedang benzodiazepin seperti
lorazepam digunakan untuk memperkuat efek neuroleptik terhadap tidur.
Antidepresan yang bersifat sedatif seperti trazodone dapat
diberikan bersamaan dengan benzodiazepin pada awal malam.
Antidepresan kadang-kadang dapat memperburuk gangguan gerakan
terkait tidur (RLS).
Mirtazapine merupakan antidepresan baru golongan noradrenergic
and specific serotonin antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek
onset tidur, stadium 1 berkurang, dan meningkatkan dalamnya tidur.
Latensi REM, total waktu tidur, kontinuitas tidur, serta efisiensi tidur
meningkat pada pemberian mirtazapine. Obat ini efektif untuk penderita
depresi dengan insomnia tidur.
Tidak dianjurkan menggunakan imipramin, desipramin, dan
monoamin oksidase inhibitor pada lansia karena dapat menstimulasi
insomnia. Lithium dapat menganggu kontinuitas tidur akibat efek samping
poliuria.
Khloralhidrat dan barbiturat jarang digunakan karena cenderung
menekan pernafasan. Antihistamin dan difenhidramin bermanfaat untuk
beberapa pasien tapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat
menginduksi delirium.
32
10. Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang
teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
Komplikasi Insomnia
33
11. Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada
gangguan lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.
34
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
35