PENDAHULUAN
hal-hal yang abstrak yang sulit, dan yang berbelit-belit, Mereka kurang atau
terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua
bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi
semua pelajaran yang bersifat teoretis. Dan juga mereka kurang/terhambat dalam
akibat. Keadaan seperti itu sulit dilakukan oleh anak tunagrahita karena mereka
mengalami kesulitan untuk dapat berpikir secara abstrak, belajar apapun harus
terkait dengan objek yang bersifat konkrit. Kondisi seperti itu ada hubungannya
dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar
berbeda. Hal ini dikarenakan adanya gangguan intelegensi yang dialami anak
1
2
yaitu daya ingat/memori terhadap materi pelajaran yang rendah (mudah lupa)
Indonesia saat ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991
(IQ) 50-70 (ringan), 35-50 (sedang), 20-35 (berat), dan <20 (sangat berat)
(Apriyanto, 2012).
anak tunagrahita seluruh dunia adalah 3% dari total populasi. Jumlah penyandang
tunagrahita adalah 2.3% atau 1,95% anak usia sekolah menyadang tunagrahita
40% atau 3.21. Pada data Pondok Sekolah Luar Biasa terlihat dari kelompok usia
Prevalensi anak umur 24-59 tahun yang menyandang satu jenis cacat pada
penyandang kecacatan sebesar 24,27%. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah
dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih
Tuban jumlah tunagrahita kelas A sebanyak 14 anak, dan anak tunagrahita kelas B
sebanyak 10 anak.
tunagrahita perlu keadaan yang rileks dan suasana yang menyenangkan, karena
3
dalam keadaan tegang seseorang tidak akan dapat menggunakan otaknya dengan
dkk, 2012). Menurut Susanti (2009), puzzle merupakan sebuah permainan untuk
menyatukan pecahan keping untuk membentuk sebuah gambar atau bentuk huruf
yang telah ditentukan, dalam kegiatan bermain puzzle dapat mengasah otak karena
play ini, permainan puzzle dilakukan secara berkelompok. Setiap anak saling
anak. Dalam studi ini yang akan diteliti adalah kecerdasan yang juga menjadi
bagian dari kemampuan kognitif individu, dan biasanya terdapat hambatan pada
bagian kecil dan ditata secara berurutan, b) setiap bagian dari bahan ajar diajarkan
untuk melakukan apa yang sedang ia pelajari, e) ciptakan suasana belajar yang
4
Apriyanto, 2012). Salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat adalah dengan
kelompok dan kegiatan yang terorganisir antara pemimpin dan anggota kelompok
(Santrock, 2006). Dalam cooperative play disini, salah satu yang diterapkan
yang memiliki kemampuan berfikir kongkrit dan sulit berfikir abstrak, mengalami
kesulitan konsentrasi, anak kurang mempunyai minat dalam belajar karena anak
mau belajar tergantung dari “moodnya” maka peneliti lebih memilih untuk
(Prihartawati, 2016).
anak dalam belajar masih kurang. Anak tersebut dalam belajar tergantung dari
“mood” nya, sehingga ketika anak tidak ingin belajar maka anak juga tidak mau
5
”Apakah ada pengaruh terapi puzzle terhadap kecerdasan kognitif pada anak
kecerdasan kognitifnya.
masukan untuk membuat karya tulis ilmiah lebih lanjut, terutama yang
Media
4 Rr. Ekanti Prihartawati/ Single pre tes dan pos
permainan
Pengaruh Media Subject tes
puzzle
Permainan Puzzle Eksperimen Research
8
Terhadap berpengaru
Kemampuan Mengenal h terhadap
Huruf Vokal Pada kemampua
Anak Tunagrahita n mengenal
Kategori Sedang huruf vokal
Kelas Iii Slb N pada anak
Sleman/2016 tunagrahita
kategori
sedang.