Anda di halaman 1dari 16

OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No.

2 Februari 2018 94

PESANTREN DI ANTARA GENERASI ALFA DAN TANTANGAN


DUNIA PENDIDIKAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Erfan Gazali
IAIN Syekh Nurjati
Erfangazali@gmail.com

Abstract
Pesantren as an educational institution-based religion that has the main
task of transmission of Islamic knowledge, maintenance of Islamic tradition
and reproduction of 'ulama' has been faced with the challenges of changing
times and the character of generations that live in the present. This study is
descriptive explorative which analyzes the challenges of pesantren in the
aspects of education and da'wah in the fourth industrial revolution era (RI
4.0) and the presence of students from alpha generation with all their
characteristics as digital natives. This paper uses generation categorization
theory by Bencsik, Juhász, & Horváth-Csikós (2016), industrial revolution
by Schwab, K. (2016, i-scoop. (2018) and pesantren studies by (Azra and
Jamhari 2006; Ahmad, 2010).

Keywords: Pesantren, the fourth industrial revolution, native digital,


generations alpha

Abstrak
Pesantren sebagai Sebagai lembaga pendidikan berbasis agama yang
memiliki tugas pokok yaitu transmisi ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam,
pemeliharaan tradisi Islam, dan reproduksi (calon-calon) ulama telah
dihadapkan pada tantangan perubahan zaman dan karakter generasi yang
hidup pada masa sekarang. Kajian ini bersifat deskriptif eksploratif yang
menganalis tantangan pesantren dalam aspek pendidikan dan dakwah di
era revolusi industri keempat (RI 4.0) dan kehadiran peserta didik dari
generasi alfa dengan segala karakteristik mereka sebagai penduduk asli
digital. Tulisan ini mengunakan teori kategorisasi generasi oleh Bencsik,
Juhász, & Horváth-Csikós (2016), revolusi industri oleh Schwab, K. (2016,
i-scoop. (2018) dan kajian pesantren oleh (Azra dan Jamhari 2006;Ahmad,
2010)
Kata kunci: Pesantren, Revolusi Industri 4.0, penduduk digital, Generasi
alfa

Pendahuluan tradisi Islam (maintenance of Islamic


tradition). Ketiga, melahirkan (calon-
Pendidikan Islam memiliki tiga
calon) ulama (reproduction of ‘ulama’)
tugas pokok. Pertama, transmisi ilmu-
(Azra & Jamhari, 2006). Pesantren
ilmu pengetahuan Islam (transmission of
sebagai lembaga pendidikan berbasis
Islamic knowledge). Kedua, pemeliharaan
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 95

agama (educational institution-based Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan


religion) di Indonesia yang memiliki Agama dan Pendidikan Keagamaan.
peran krusial dalam membentuk umat dan Peraturan tersebut di pertegas dengan
peradaban di Indonesia sudah dapat Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor
dipastikan telah menjadi percontohan 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan
dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Keagamaan Islam yang berbicara khusus
Pesantren dinilai sebagai pusat diantaranya tentang nomenklatur pondok
produksi pemikiran Islam di Indonesia pesantren. Bahkan, tidak cukup disitu
(Ahmad, 2004) bahkan juga sebagai motor pondok pesantren mendapatkan penegasan
terbentuknya peradaban pendidikan Islam lebih lanjut melalui Peraturan Menteri
di Indonesia (Azra dan Jamhari Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang
2006;Ahmad, 2010). Ia dianggap sebagai Satuan Pendidikan Muadalah pada
institusi pendidikan tertua dan merupakan Pondok Pesantren.
produk budaya keilmuan yang lahir dari Tidak hanya sekedar berkutat dalam
rahim bumi Nusantara jauh sebelum area pendidikan dan penguatan sumber
lahirnya Negara Republik Indonesia. daya manusia, pesantren memiliki fungsi
Cikal bakal keberadaannya diyakini telah sentral dalam peningkatan kehidupan
ada sejak abad 13 Masehi seiring masa sosial dan ekonomi masyarakat (lihat
pengenalam Islam di Nusantara. (lihat Tan kajian Muchsin, Gani, & Islamy, 2009),
(2014), Geertz (1976), Azra (2005). dan benteng keutuhan bangsa
Bahkan I.J. Brugman dan K. Meysdi (Wahyuddin, 2016; Aziz, 2016; Bizawie,
memprediksi praktik lembaga pendidikan 2014). Hal tersebut mempertegas besar
ala pesantren telah ada sebelum Islam dan luasnya peran pesantren bagi
hadir di bumi Nusantara melalui tradisi kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana
belajar pemeluk Hindu yang kemudian tersurat dalam tridharma pondok
mengalami proses asimilasi dengan nilai- pesantren yaitu (a) Keimanan dan
nilai keislaman. ketaqwaan terhadap Allah SWT; (b)
Secara legal formal eksistensi Pengembangan keilmuan yang
pesantren di Indonesia diakui berdasarkan bermanfaat, dan (c) Pengabdian terhadap
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 agama, masyarakat dan negara. (Suharto,
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 2016).
30 ayat 4 yang berbunyi, ”Pendidikan Pada sisi lain, realita kehidupan
keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, manusia telah masuk era revolusi
pesantren, pasraman, pabhaja samanera, teknologi yang secara fundamental
dan bentuk lain yang sejenis.” Dalam mengubah cara hidup, bekerja dan
pasal tersebut disebutkan bahwa pesantren berhubungan antara satu dengan yang lain.
berfungsi sebagai satuan pendidikan yang Dalam skala ruang lingkup dan
mempersiapkan peserta didik menjadi kompleksitasnya, transformasi yang
anggota masyarakat yang memahami dan sedang terjadi mengalami pergeseran gaya
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya hidup dari sebelumnya. Kemajuan bidang
dan/atau menjadi ahli ilmu agama informasi komunikasi dan bioteknologi
(tafaqquh fiddin). hingga teknik material mengalami
Undang-undang tersebut dikuatkan percepatan luar biasa dan membawa
kembali dalam Peraturan Pemerintah perubahan radikal di semua dimensi

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 96

kehidupan (Pouris, 2012). Kondisi gaya hidup yang semakin modern. Hal ini
mengiring kita memasuki era baru dalam memunculkan generasi baru dengan
kehidupan kemanusiaan terutama bidang perubahan perilaku sosial yang berbeda
manafuktur dan industri yaitu revolusi dari sebelumnya. Istilah generasi mengacu
industri keempat atau disebut juga sebagai pada sekelompok orang yang secara
industri 4.0 (selanjutnya disingkat RI. 4.0) perkiraan berada di usia yang sama dan
Transformasi digital manufaktur memiliki pengalaman sosial utama
dan pemanfaatan teknologi platform (seperti keadaan ekonomi, peristiwa
ketiga menjadi identitas RI 4.0. Teknologi sejarah, dan nilai-nilai budaya yang
informasi menjadi basis dalam kehidupan dominan) yang memiliki potensi untuk
manusia. Semuanya tanpa batas dengan saling memperngaruhi. Generasi biasanya
penggunaan daya dan data komputasi tak ditentukan oleh kohort kelahiran (Strauss
terbatas, karena dipengaruhi oleh & Howe, 1991).
perkembangan Internet dan teknologi Generasi Alfa adalah istilah yang
digital masif sebagai tulang punggung diberikan oleh peneliti sosial Mark
gerakan manusia dan mesin serta McCrindle untuk kategori orang-orang
konektivitasnya. Revolusi ini akhirnya yang lahir pada tahun 2010 dan
mengubah perspektif seseorang dalam setelahnya, angka kelahiran generasi ini
menjalani kehidupan modern dan diperkirakan sekitar 2,5 juta setiap
canggih.(i-scoop, 2018) Klaus Schwab minggunya di seluruh dunia. Mereka akan
sebagai pendiri sekaligus ketua forum bermain, belajar, dan berinteraksi dengan
ekonomi dunia mempertegas kondisi cara baru. Mereka dilahirkan di era digital,
diatas, masuknya era RI 4.0 ditandai dimana perangkat teknologi berada pada
dengan kemunculan superkomputer, tingkat kecerdasan yang tinggi.
robotika, kendaraan tanpa pengemudi, lingkungan fisik dan digital saling
editing genetik dan perkembangan terhubung menjadi satu. Ketika mereka
neuroteknologi yang memungkinkan tumbuh dewasa, teknologi telah menjadi
manusia untuk lebih mengoptimalkan bagian hidup mereka dan akan
fungsi otak (Schwab, 2016), kecerdasan membentuk pengalaman, sikap, dan
buatan (Artificial intelligence), big data, harapan mereka terhadap dunia. Beberapa
nano teknologi, komputasi quantum, ahli saraf dan psikolog bahkan percaya
seluruhnya ditujukan untuk kesejahteraan bahwa pola pikir mereka akan berbeda
manusia. (Tjandrawinata, 2016) dari generasi sebelumnya. (WIRED,
Kemajuan sains dan teknologi telah 2017). Konsep "terkoneksi jaringan
membawa babak baru bagi peradaban internet" adalah pusat aktifitas generasi
manusia, Daya jangkau yang sangat luas Alfa, bahkan melebihi generasi Z sebagai
membuat interaksi manusia dalam dimensi pendahulu mereka (Riedling, 2007).
ruang dan waktu semakin tak terbatas. Berdasarkan kondisi diatas,
Perangkat teknologi sejatinya diciptakan pertanyaan mendasar yang menarik untuk
untuk memudahkan manusia dalam dicermati. Bagaimana lembaga pendidikan
menjalani berbagai aktivitas kehidupan Islam khususnya pesantren merespon
sehingga memicu perubahan sikap, tuntutan perubahan di era RI 4.0?.
perilaku, dan cara hidup yang semakin Pertanyaan tersebut terus dieksplorasi
efisien dan produktif, serta perubahan untuk menemukan kekuatan ide pada

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 97

aspek pendidikan tentang (1) apa dan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan
bagaimana tantangan pesantren dalam di pesantren meliputi pendidikan Islam,
dunia pendidikan di era RI 4.0 terutama dakwah, pengembangan kemasyarakatan
hadirnya generasi baru dari masyarakat dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para
digital yang akan menjadi calon-calon peserta didik pada pesantren disebut santri
santri pesantren dimasa mendatang? (2) yang umumnya menetap di pesantren.
apa dan bagaimana tantangan pesantren Tempat dimana para santri menetap, di
terhadap perubahan perilaku masyarkat lingkungan pesantren, disebut dengan
digital dalam memperoleh informasi istilah pondok. Dari sinilah timbul istilah
keagamaan? pondok pesantren (Dirjen Kelembagaan
Agama Islam, 2013).
Metode
Secara eksplisit Imam Zarkasyi
Jenis penelitian yang dipilih oleh memaknai pesantren sebagai lembaga
penulis ini adalah penelitian kepustakaan pendidikan Islam dengan sistem asrama
(library research), karena sumber data atau pondok, di mana sosok kyai sebagai
yang digunakan adalah seutuhnya berasal figur sentral, masjid sebagai pusat
dari perpustakaan atau dokumentatif, kegiatan yang menjiwainya, dan
Yakni mengkaji sumber data yang terdiri pengajaran agama Islam dibawah
dari literatur-literatur yang berkaitan bimbingan sang kyai yang diikuti para
dengan tema pesantren, generasi alfa dan santri sebagai kegiatan utamanya
revolusi Industri 4.0. Penelitian ini (Wiryosukarto & Efendi, 1996).
menggunakan (Neuman, 1994; Berg, Berdasarkan data Bagian Data,
2001) Sistem Informasi, dan Hubungan
Selanjutnya pengolahan data dalam Masyarakat Sekretariat Direktorat
penelitian ini menggunakan metode Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
deskriptif-analitis, yaitu model penelitian Agama yang dikutip dari laman koran
yang berupaya mendeskripsikan, Republika di tahun 2016 terdapat 28,194
mencatat, menganalisa dan pesantren yang tersebar baik di wilayah
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang kota maupun pedesaan dengan 4,290,626
ada sehingga diharapkan memberi santri (Muhyiddin, 2017).
gambaran kepada lembaga pesantren Pesantren memiliki tradisi khas
dalam mensikapi perilaku masyarakat yang tidak dimiliki oleh lembaga
digital terutama hadirnya generasi alfa pendidikan di luar pesantren. Tradisi-
sebagai generasi yang lahir di era revolusi tradisi itu diwariskan dari generasi ke
industri ke empat. generasi untuk kelangsungan hidup
Hasil dan Pembahasan pesantren dari waktu kewaktu (Dhofier,
1994). Pesantren bukan semata-mata
Kata pesantren bersinonim dengan
sebagai sebuah institusi pendidikan saja.
kata surau (di Sumatera Barat) dan dayah
Sejak kemunculannya, pesantren sebagai
(di Aceh), kata pesantren atau pondok
sebuah institusi yang telah berakar kuat di
pesantren lebih umum dikenal masyarakat
dalam masyarakat Indonesia. Pesantren
Jawa dan Kalimantan (Tan, 2014).
merupakan produk dari sistem pendidikan
Pesantren didefinisikan sebagai lembaga
pribumi yang memiliki akar sejarah,
pendidikan keagamaan yang mempunyai
budaya dan sosial di Indonesia. Oleh
kekhasan tersendiri dan berbeda dengan
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 98

karena itu, pesantren merepresentasikan kelahiran, usia, lokasi, dan peristiwa


pendidikan yang unik yang mensintesakan dalam kehidupan yang memberi pengaruh
dimensi sosial, budaya dan agama. Akar signifikan terhadap tahapan
dan sintesis ini kemudian mempengaruhi perkembangan mereka. Anggota generasi
fungsi pesantren baik secara internal saling berbagi pengalaman yang
maupun eksternal. Pesantren muncul mempengaruhi pikiran, nilai, perilaku, dan
sebagai sebuah komunitas. Kehidupan reaksi mereka. Setiap Individu, tentu saja,
yang memiliki kemampuan untuk terlibat membawa kepribadian mereka sendiri,
dalam aktivitas-aktivitas kreatif yang pengaruh, dan latar belakang tertentu dari
menggunakan pendidikan alternatif yang ras, kelas sosial, jenis kelamin, wilayah,
menggabungkan pendidikan dan keluarga, agama dan banyak lagi, tetapi
pengajaran dengan pembangunan beberapa generalisasi luas dimungkinkan
komunitas. Dalam konteks keindonesiaan, tentang karakteristik mereka yang lahir di
ia menjadi wacana yang selalu hidup, sekitar tahun yang sama.
dinamis, aktual dan segar untuk Permis diatas memunculkan
diperbincangkan. Termasuk bagaimana pengelompokan antar generasi. Banyak
fungsi sosial pesantren diperlukan dengan teori yang mengklasifikasi kelompok
menimbang ulang peranan dan dinamika generasi dan setiap teori tersebut belum
pesantren dalam masyarakat indonesia bisa memastikan rentang waktu disetiap
modern dimana dinamika modernitas generasinya. Para ahli menggunakan
mempengaruhi keberadaan pesantren nama-nama yang berbeda untuk
secara fundamental terutama dalam menggambarkan kelompok generasi
menghadapi era digital yang ditandai oleh bahkan kategorisasi waktu mereka yang
RI 4.0 dan kehadiran para generasi digunakan juga didefinisikan secara
milenial hingga Alpha sebagai sebagai berbeda meskipun demikian secara
penduduk aslinya era itu. karakteristik dasar di setiap generasinya
Dalam menghadapi era globalisasi memiliki kesamaan ((lihat Howe &
dan informasi yang begitu cepat, Strauss (1991; 2000), Zemke, Raines, &
pesantren sebagai institusi pendidikan, Filipczak (2000),Pitt-Catsouphes, Matz-
keagamaan, dan sosial diharapkan Costa, & Besen (2009) Martin & Tulgan
melakukan kebijakan strategis dengan (2006)). Tulisan ini mengunakan
melakukan pembaharuan-pembaharuan kategorisasi generasi Bencsik, Juhász, &
adaptif terhadap kebutuhan masyarakat Horváth-Csikós (2016) yang
millinal terutama aspek pendidikan dan mengklasifikasi generasi dalam 6
pemberdayaan masyarakat yang lebih kelompok hasil adaptasi karya Zemke et
accessible dan kontekstual tanpa harus al. (2000).
mengorbankan watak aslinya sebagai
penjaga tradisi dan budaya pendidikan Tabel 1 Kelompok Generasi (Bencsik, Juhász, &
Horváth-Csikós, 2016)
Islam yang khas Indonesia.
Nama Generasi Tahun Lahir
Karakteritik ‘sang calon santri’ dari Generasi Veteran 1926 - 1946
generasi Alfa Generasi Baby 1946-1960
Kata generasi menurut Tolbize Boom
(2008) adalah sekelompok orang yang Generasi X 1960-1980
dapat diidentifikasi berdasarkan tahun Generasi Y 1980-1995
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 99

Generasi Z 1995-2010 itu sebagai Digital Native atau penduduk


Generasi Alfa 2010 + pribumi yang sangat memahami digital
komputer, permainan video dan Internet".
Generasi Alfa atau disebut juga
Bennett et al., (2008) menganggap para
dengan Gen-A adalah penduduk bumi
Digital Native sebagai generasi yang
yang terlahir di tahun 2010 (Augusto et
memiliki pengetahuan dan keterampilan
al., 2018). Mereka adalah penerus dari
dengan teknologi informasi canggih, yang
generasi sebelumnya yang dikenal dengan
sangat berbeda dengan generasi
generasi Z (Tootell, Freeman, & Freeman,
sebelumnya. Perbedaan-perbedaan juga
2014). Generasi Alfa adalah anak-anak
sangat terasa dalam harapan dan
yang lahir dari generasi Millenial, mereka
pengalaman pembelajaran mereka.
tumbuh berinteraksi dengan ragam
Secara definisi Generasi Y, Z, dan
teknologi Artificial Intelligence
Alfa sama-sama dikenal sebagai digital
(kecerdasan buatan) dan robot yang
native atau generasi digital (lahir dan
layaknya manusia. Mereka akan bermain
besar di era internet), namun masing-
dengan mainan yang terhubung yang akan
masing generasi tersebut kenal dengan
merespon perintah dan juga mampu
internet pada tingkat umur yang berbeda.
menunjukkan kecerdasan emosional
Generasi Y sebagai generasi digital native
(Theko, 2018). Generasi Alfa akan
pertama mengenal internet di masa remaja
menjadi generasi paling banyak di antara
dan dewasa awal, sedangkan generasi Z
yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi
adalah mereka yang mengenal internet di
Alfa lahir setiap minggu. Membuat
masa kanak-kanak. Kemudian generasi Y
jumlahnya akan membengkak menjadi
dan Z inilah yang melahirkan generasi
sekitar 2 miliar pada 2025 (Williams,
Alfa, dimana sejak lahir mereka sudah
2015).
hidup di dunia dengan perkembangan
Menurut Mark McCrindle generasi
teknologi yang pesat.
ini dianggap sebagai generasi milenium
Generasi digital lebih mengetahui
yang sesungguhnya, ia lahir dan terbentuk
teknologi dibanding generasi yang lebih
sepenuhnya di abad 21, dan generasi
tua dari zamannya. Bagaimana
pertama yang dalam jumlah besar yang
perkembangan generasi ini di Indonesia?.
akan terlihat di abad ke-22. itulah
Menurut laporan Badan Pusat Statistik
mengapa dia menamainya generasi Alfa.
Indonesia pada tahun 2015 jumlah
bukan kembali ke awal pasca munculnya
penduduk muda Indonesia yang berusia
Generasi X, Y, dan Z, tetapi awal dari
15-34 tahun berjumlah 83,56 juta orang
nomenklatur baru untuk generasi yang
(33%) dari total penduduk Indonesia
sepenuhnya baru, di era milenium baru ini
sekitar 255 juta orang. sedangkan
(McCrindle, 2018).
penduduk berusia 0-14 tahun sebanyak
Istilah lain yang digunakan untuk
70,8 juta orang atau 28% (Subdirektorat
menggambarkan generasi ini adalah
Demografi, 2015). Berdasarkan estimasi
"digital native” (Bennett, Maton, & Lisa
data BPS penduduk Indonesia tahun 2015
Kervin, 2008). Julukan ini berdasarkan
tersebut jumlah generasi digital (gen-Y,
istilah yang disematkan oleh Prensky
Gen-Z dan Gen-A) Indonesia berkisar
(2001), yang melihat "siswa masa
158,8 juta jiwa atau 62,27 %. Untuk
sekarang sebagai Gen-N (Net/jaringan
generasi alfa (0 – 5 tahun) diperkirakan
Internet) atau Gen-D (digital). lebih dari
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 100

sebanyak 27,5 juta jiwa dari seluruh total MENGAPA sekarang menjadi bagian
penduduk Indonesia atau terdapat 10,7% yang sangat penting untuk dipelajari.
yang terkategori generasi alfa. Siswa perlu belajar cara berpikir,
Menurut Kartadinata (2018) jumlah bukan apa yang harus dipikirkan, dan
generasi digital yang suka berinteraksi di itu termasuk menjadi metakognitif
internet di Indonesia mencapai 54 persen, tentang tindakan dan pilihan mereka
Asia sebanyak 55 persen. Mereka merasa sendiri.
ada yang kurang tanpa media sosial.
2. Memberikan pembelajaran dengan
Generasi yang mengalami hal seperti ini
fleksibilitas dan tujuan yang lebih
di Indonesia mencapai 69 persen, Asia
besar (Provide learning with
sebanyak 46 persen.
flexibility and a greater purpose)
Menjadi pendidik generasi yang
sangat akrab dengan teknologi dengan Generasi Alfa akan tertarik pada
informasi yang melimpah bukan hal yang keaslian dan menolak materi
mudah. Ada sejumlah hal yang perlu pelajaran yang terpisah dengan
disiapkan oleh guru dan lembaga konteks yang mereka alami. Mereka
pendidikan dalam menyiapkan sistem ingin menciptakan produk bernilai
pendidikan untuk generasi ini. menurut yang memungkinkan mereka
Zmuda, Alcock, & Fisher (2017), terdapat memadukan materi yang mereka
empat hal yang perlu disiapkan oleh guru pelajari dengan pengalaman
sebelum siswa-siswa dari generasi alfa pengetahuan yang mereka miliki dan
memasuki ruang belajarnya : menunjukkan apa yang mereka
ketahui tersebut dengan cara yang
1. Fokus pada keterampilan, bukan tidak tradisional. Guru perlu
isi materi (Focus on skills, not mempertimbangkan hasil belajar yang
content) memungkinkan siswa dapat
Bukan suatu berlebihan di era menunjukkan apa yang mereka
teknologi dengan akses informasi ketahui dan mampu lakukan dengan
yang terbuka saat ini bila kita cara inovatif dan kreatif di berbagai
nyatakan bahwa materi belajar dan bidang materi dan berbagi kreasi
perangkat aksesnya sangat melimpah tersebut dengan masyarakat virtual
dan tersedia dimana saja dan kapan (virtual community) baik lokal
saja. Ditopang pesatnya maupun global.
perkembangan perangkat teknologi
3. Perencanaan untuk peningkatan
gawai dan kecepatan internet yang
kemampuan kolaboratif (Plan for
dapat digunakan siswa untuk collaboration):
mengakses banyak informasi
termasuk materi-materi belajar. Dalam beberapa tahun terakhir,
Karena itu, tugas guru harus lebih orientasi belajar mengarah pada
memperhatikan keterampilan kemampuan berpikir kritis dan
siswanya ketimbang pada isi materi. mengatasi masalah secara kreatif
Terkait APA yang akan mereka (Learning innovation skills),
pelajari sudah ada di luar sana. khususnya melalui upaya kolaborasi
Tinggal BAGAIMANA dan dengan siswa lain. Teknik ini akan
terus berlanjut. Guru perlu
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 101

memberikan pengalaman kepada baru, yang akhirnya „mengganggu„ pasar


siswa berinteraksi secara digital atau dan nilai yang terlebih dahulu sudah ada,
interaksi virtual (proses penyampaian lantas menggantikan „pemain lama‟
dan penerimaan pesan menggunakan tersebut untuk menjadi pemimpin pasar
atau melalui / ruang maya kemudian membuat aliansi di dalamnya
(cyberspace) yang bersifat interaktif), (Bower & Christensen, 1995). Pergerakan
pembuatan prototipe, permaianan dunia industri atau persaingan kerja tidak
edukatif virtual, memproduksi video, lagi linear. Perubahannya sangat cepat,
dan sebagainya. Siswa akan fundamental dengan mengacak-acak pola
membutuhkan banyak kesempatan tatanan lama untuk menciptakan tatanan
untuk menunjukkan proses yang baru. Disrupsi menginisiasi lahirnya
mereka lalui untuk melakukan sesuatu model bisnis baru dengan strategi lebih
yang unik atau memecahkan masalah inovatif dan disruptif. Cakupan
otentik. perubahannya luas mulai dari dunia bisnis,
perbankan, transportasi, sosial
4. Mengembangkan soft skill
masyarakat, hingga pendidikan.
(Cultivate soft skills)
Dampak Inovasi disrupsi bisa kita
Siswa generasi alfa membutuhkan rasakan langsung dalam gaya hidup dan
pengalaman kelas dengan bermasyarakat era revolusi digital,
menumbuhkan soft skill mereka, yaitu perkembangan sains dan teknologi.
keterampilan non teknis yang Seperti kehadiran Internet of Things (IoT),
digunakan dalam berinteraksi dengan big data, cloud database, blockchain, dan
orang lain (intrapersonal) dan dirinya lain-lain telah mengubah pola kehidupan
sendiri (interpersonal). Bagaimana manusia. Mobilitas semakin mudah
berperilaku dengan orang lain, dengan perkembangan sains dan
pengaturan diri, dan penetapan tujuan teknologi. akses internet yang mudah
hidup dan karir. Softskill adalah mendorong pertumbuhan e-commerce
keterampilan yang membutuhkan yang melahirkan transportasi online, niaga
proses untuk dikembangkan. Guru elektronik. Peralihan transaksi tunai ke e-
perlu melibatkan siswa dalam cash atau e-money perlahan mulai
berbagai kesempatan untuk mengerus transaksi tunai di kehidupan era
membangun sumber daya manusia RI 4.0.
baik sebagai modal manusia (human Berdasarkan Internet world stats,
capital), modal sosial (social capital), (2018), Indonesia berada pada peringkat
dan modal putusan (decisional kelima sebagai pengguna internet tertinggi
capital). di dunia setelah China, India, Amerika
Tantangan pesantren dalam Serikat dan Brasil. Asosiasi
pendidikan dan dakwah di era RI Penyelenggara Jasa Internet Indonesia-
4.0 APJII (2017) melaporkan tentang
RI 4.0 telah menciptakan fenomena penetrasi & perilaku pengguna internet di
dalam dunia bisnis yang disebut sebagai Indonesia pada tahun 2017 mencapai
inovasi disrupsi (disruptive innovation), 143,26 juta orang-orang. Angka ini
yaitu sebuah inovasi yang menciptakan meningkat dibanding tahun sebelumnya,
sebuah tren baru dan jejaring industri di tahun 2016 penguna internet telah

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 102

mencapai 132,7 juta orang. Artinya perubahan perilaku berkat pengalaman


pengguna internet pada tahun 2017 dan latihan. Belajar juga merupakan
sebesar 54,68 persen dari total penduduk sebuah proses sepanjang hayat yang dapat
Indonesia yang mencapai 262 juta orang. berlangsung kapanpun dan dimanapun
Teknologi juga membuat para (Knight, 2007)
generasi net (generasi millenial) Terkait dengan pembelajaran dalam
mengandalkan media sosial sebagai perspektif pesantren, KH. Abdurahman
tempat mendapatkan informasi. Saat ini, Wahid atau yang lebih dikenal dengan
media sosial telah menjadi platform Gus Dur menyatakan bahwa pendekatan
pelaporan dan sumber berita utama bagi pembelajaran di pesantren harus mampu
masyarakat. Tren tersebut sudah terbukti merangsang kemampuan berpikir kritis,
disepanjang 2016 melalui beberapa sikap kreatif dan juga merangsang peserta
peristiwa penting, seperti aksi teror bom. didik untuk bertanya sepanjang hayat. Ia
Masyarakat benar-benar mengandalkan sangat menolak sistem pembelajaran yang
media sosial untuk mendapatkan doktriner dan banking yang akhirnya
informasi terkini dari sebuah peristiwa hanya akan membunuh daya eksplorasi
(Republika.co.id, 2016). anak didik. Sedangkan terkait dengan
Guru dan pemimpin menurut Gus Dur
a. Pendidikan di era RI. 4.0
harus dilakukan perpaduan antara
Dunia pendidikan pasca hadirnya bercorak karismatik dengan corak yang
fenomena inovasi disrupsi diprediksi akan demokratis, terbuka dan menerapkan
masuk pada era digitalisasi sistem manajemen modern (Nata, 2005).
pendidikan, Kegiatan belajar-mengajar Aspek-aspek pendidikan di
akan berubah total. Ruang kelas pesantren yang menjadi sorotan Gusdur
mengalami evolusi dengan pola diantaranya visi, misi tujuan, kurikulum,
pembelajaran digital yang memberikan manajemen dan kepemimpinan pesantren
pengalaman pembelajaran yang lebih yang perlu disesuaikan dengan
kreatif, partisipatif, beragam, dan perkembangan zaman era globalisasi.
menyeluruh. Keberadaan teknologi Oleh karena itu kurikulum pesantren
informasi telah menghapus batas-batas selain harus kontekstual dengan
geografi yang memicu munculnya cara- kebutuhan zaman juga harus mampu
cara baru untuk menghasilkan inovasi- merangsang daya intelektual kritis santri.
inovasi baru. perkembangan dalam Disisi lain ia tetap mampu
teknologi digital dengan artificial mempertahankan identitas dirinya sebagai
intelligence (AI) yang mengubah data penjaga tradisi keilmuan klasik, tanpa
menjadi informasi, membuat orang harus larut sepenuhnya dengan
dengan mudah dan murah modernisasi, serta mampu mengambil
memperolehnya. sesuatu yang dipandang manfaat-positif
Istilah belajar didefinisikan Gredler untuk perkembangan pesantren (Abdullah,
(1991) sebagai proses yang dilakukan oleh 2016).
manusia untuk memperoleh berbagai Upaya membuka ruang dialog
kecakapan, keterampilan, dan sikap. dengan perubahan zaman dengan
adapun Djamarah & Zain (2002) mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih
memaknai belajar sebagai proses relevan dan membawa maslahat juga lebih

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 103

sempurna dalam menjaga eksistensi dan kejadiannya) mengandung tanda-


pesantren selaras dengan kaedah fiqhiyah : tanda yang memperlihatkan pesan-pesan
‫األخ ُذ ابِجلَ ِديم ِد‬ َّ ‫ا َحملافَظَة َعلَى ال َق ِد مِْي‬
‫الصا ِحل َو م‬
Tuhan yang menggambarkan kehadiran
kesatuan sistem gobal, yang dengan
‫األصالَ ِح‬
‫م‬ mendalaminya, seseorang akan mampu
„Menjaga teguh dan melestarikan nilai- menangkap makna dan kebijaksanaan dari
nilai lama yang masih relevan dan suatu yang transenden. Dengan demikian,
mengambil nilai-nilai baru yang jauh lebih iman tidak boleh dipertentangkan denga
relevan‟.
ilmu pengetahuan.
Gagasan modernisasi pesantren
Kedua, lembaga-lembaga pendidikan
bertitik tolak dari modernisasi pendidikan
Islam sampai saat ini, belum atau kurang
Islam yang mempunyai akar-akar dalam
mampu memenuhi kebutuhan umat Islam,
gagasan tentang modernisasi pemikiran
dalam menghadapi tantangan dunia
dan institusi Islam secara keseluruhan
modern dan tantangan masyarakat dan
yaitu modernisasi pemikiran dan
bangsa Indonesia Di segala bidang. Oleh
kelembagaan Islam yang merupakan
karena itu, untuk menghadapi dan menuju
prasyarat bagi kebangkitan kaum
masyarakat madani Diperlukan konsep
muslimin dimasa modern. Karena itu,
pendidikan Islam serta peran sertanya
pemikiran kelembagaan Islam (termasuk
secara mendasar dalam memberdayakan
pendidikan) harus dimodernisasi sesuai
umat Islam. Dalam perspektif ini, lembaga
dengan kerangka modernitas (Azra, 2000)
pendidikan Islam diharapkan sanggup
Menurut Solichin (2011) ada dua
membenahi diri, sehingga ia tidak hanya
alasan pokok yang melatarbelakangi
mampu menjadi media transmisi budaya,
pentingnya dilakukan modernisasi
ilmu dan keahlian, tapi juga sebagai
pendidikan Islam, yaitu :
interaksi potensi dan budaya, yaitu
pertama, konsep dan praktik pendidikan
bagaimana lembaga-lembaga pendidikan
Islam selama ini terlalu sempit, terlalu
Islam mampu menumbuh-kembangkan
menekankan pada kepentingan akhirat,
potensi anak yang diberikan Allah sejak
yang melahirkan dikotomi keilmuan yang
lahir dalam konteks mempersiapkan anak
telah diwariskan ummat Islam sejak masa
didik untuk menjalani kehidupannya.
kemunduran Islam (abad kedua belas).
Dikotomi keilmuan dalam pendidikan b. Dakwah di era digital
Islam meliputi (a) dikotomi antara ilmu Pada konteks sosial keagamaan
agama dan ilmu non agama, yang tantangan pesantren di Era RI 4.0, selain
melanggengkan supremasi ilmu-ilmu menghadapi pertarungan ideologi-ideologi
agama yang berjalan secara monoton, (b) besar dan kecanggihan teknologi
dikotomi antara wahyu dan alam yang informasi dan komunikasi juga arus
menyebabkan kemiskinan penelitian globalisasi yang menimbulkan berbagai
empiris dalam pendidikan Islam, dan macam perubahan pola dari segala aspek
ketiga, (c) dikotomi antara iman dan akal. kehidupan. Tren kenaikan penggunaan
Dalam perspektif ini, Islam harus diyakini internet dikalangan kaum muda milenial
sebagai religion of nature, yang berimplikasi terhadap perubahan pola
dengannya segala bentuk dikotomi antara konsumsi generasi tersebut terhadap
agama dengan ilmu pengetahuan informasi agama. Artinya, pola
dihilangkan. Alam beserta isinya (materi
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 104

konvensional, yakni mendapatkan atau Paul Gilster. Ia mengemukakan literasi


belajar agama melalui buku-buku (kitab- digital sebagai kemampuan
kitab) dan pengajian ustadz-ustadz menggunakan teknologi dan informasi
maupun da‟i sudah mulai “ditinggalkan”, dari piranti digital secara efektif dan
dan mulai bermigrasi ke media-media efisien dalam berbagai konteks seperti
online yang kebanyakan menyajikan akademik, karir dan kehidupan sehari-
informasi agama secara instan dan parsial. hari. Dengan kata lain, literasi digital
Fakta itu diperkuat dengan jumlah adalah kemampuan pengunaan
penonton pengajian berbasis youtube, teknologi dan disertai cara mengambil,
facebook dan media lainnya yang semakin menggunakan, dan menganalisis
meningkat. informasi yang disediakan oleh media
Pesantren tidak bisa lagi bersikukuh digital secara bersama (Riel, Christian,
mengunakan cara-cara lama seperti & Hinson, 2012).
ceramah sebagai satu-satunya teknik Literasi digital diterapkan dalam
dominan dalam menyampaikan materi sistem manajemen pesantren dan
dakwah dan pembelajaran, bukan saja proses pembelajaran diruang kelas.
karena jangkauan segmen pendengarnya Sistem informasi pesantren atau sistem
yang terbatas ruang dan waktu tetapi juga manajemen pesantren berbasis ICT di
terkait fleksibilitas akses terhadap materi era digital menjadi keharusan untuk
dakwah. Media dakwah dan pendidikan digunakan oleh pesantren yang
yang berbasis teknologi mutlak berorientasi pada layanan pendidikan
diperlukan. Karena realitas masyarakat baik kepada orangtua maupun peserta
millennial telah dapat mengakses didiknya. Sistem manajemen pesantren
ceramah, tausiyah dan materi dakwah akan membantu pengelolaan
secara mudah di mana pun dan kapan pun administrasi dan sumber daya di
mereka menginginkannya maka secara pesantren mulai informasi dan sistem
perlahan media sosial telah banyak penerimaan, menjalankan aktivitas
memberi pengaruh pemahaman agama belajar mengajar, sampai santri
terutama anak muda 'zaman now'. menyelesaikan masa belajar mereka
Kondisi ini perlu menjadi perhatian kesemuanya terekam dengan rapi
pesantren dalam mengimbangi literatur didalam sistem manajemen pesantren
keislaman yang tersebar melalui media yang berbasis teknologi.
sosial (medsos) terutama pesan-pesan Kemampuan literasi digital pada
yang mengandung bias-bias ideologi aspek pendidikan berupa peningkatan
konservatif yang intoleran, liberal dan kemampuan dalam mengakses dan
radikal dengan memproduksi literatur mengunakan berbagai sumber
keislaman yang moderat, humanis dan pengetahuan berbentuk digital seperti
toleran berbantukan teknologi. Upaya e-book, e-paper, e-journal dan
yang bisa bisa dikembangkan di pesantren mengoperasionalkan ragam piranti
dalam upaya tersebut diantaranya: lunak komputer juga dibutuhkan dalam
1. Membangun literasi digital di kegiatan literasi. Peralihan naskah-
pesantren. naskah keagamaan dari cetak ke bentuk
Istilah literasi digital (digital digital piranti lunak (Software) seperti
literacy) pertama kali gunakan oleh maktabah syamila, Maktabah At-

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 105

Tafasir, I-waris dan sejenisnya akan Shomad; (3) Kanal Aa Gym official
banyak membantu proses pembelajaran dikelola oleh pesantren Darut Tauhid
dan percepatan pemahaman secara Bandung yang menjadi sarana dakwah
komprehensif. KH. Abdullah Gymnastiar, tidak hanya
di youtube tetapi juga melalui fanpage
2. Membuat kanal (channel) kajian
facebook dan website.
keislaman
Dahulu dakwah banyak dilakukan Kesimpulan
dengan menggunakan media cetak Pesantren sebagai salah satu
semacam koran, buletin, majalah, lembaga pendidikan agama yang menjadi
selebaran pamplet dan lainnya. rahim bersemayamnya para calon
Sekarang hal itu mulai ditinggalkan. cendikiawan muslim, ia juga memiliki
Ongkos yang mahal, distribusi yang mandat untuk menjalankan misi
terbatas, dan kompleksitas produksi- pendidikan berdasarkan Pasal 1 (1) UU
distribusi-konsumsi yang nyata telah Nomor 20/2003 yaitu mengembangkan
membuat orang berpindah dari potensi diri perserta didik untuk memiliki
teknologi konvensional tersebut ke kekuatan spiritual keagamaan,
dunia digital. Bila dulu dakwah pengendalian diri, kepribadian,
dilakukan dengan media elektronik kecerdasan, berakhlak mulia serta
semacam tivi dan radio yang memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya,
keterbatasan pada waktu siar, maka masyarakat, bangsa dan negara. Saat ini
hari ini pun perlahan mulai dalam era informasi global, metode dan
ditinggalkan (terutama di perkotaan) pendekatan pebelajaran telah berkembang
mereka lebih suka menonton live dengan cepat seiring dengan perubahan
melalui media Youtube atau facebook pola pikir dan gaya masyarakat di
yang menyediakan layanan streaming dalamnya yang tidak lagi bisa
secara kegiatan dakwah, sehingga memaksakan cara mendidik 100 tahun
mereka bisa belajar dan mengikuti lalu. Ketersediaan terabyte informasi yang
proses pengajian tanpa harus dibatasi lahir dari revolusi digital membuat semua
ruang dan tempat dan mengonsumsi orang dapat mengakses ilmu pengetahuan
pesan-pesan agama di sela-sela tanpa dibatasi ruang dan waktu, karena itu
kesibukannya sebagai manusia modern. kurikulum pesantren terus didorong agar
Beberapa pesantren dan komunitas kontekstual dengan kebutuhan zaman
keagamaan pun sudah mulai dengan mengambil sesuatu yang
menjadikan teknologi sebagai bagian dipandang manfaat-positif untuk
media dakwah dalam menyampaikan perkembangan pesantren itu sendiri,
pesan-pesan agama diantaranya (1) pendekatan pembelajaran di pesantren
kanal alBahjah TV yang dikelola oleh harus mampu merangsang kemampuan
pesantren al-Bahjah Cirebon secara berpikir kritis santri, sikap kreatif dan juga
konsisten menyebarkan dakwah dan merangsang santri untuk bertanya
tausiyah Buya Yahya atau (2) kanal sepanjang hayat. tetapi di sisi lain
Tafaqquh kelompok kajian keilmuan pesantren tetap mampu mempertahankan
Islam yang menyebarluaskan pengajian identitas dirinya sebagai penjaga tradisi
subuh dan tabligh akbar ustad Abdul

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 106

keilmuan klasik, tanpa harus larut 2. Departemen Agama (khususnya


sepenuhnya dengan modernisasi. Direktorat Pendidikan Keagamaan
Pada aspek sosial kemasyarakatan, dan Pondok Pesantren) perlu
para generasi net (generasi milenial) mengadakan pelatihan pemanfaat
mengandalkan media sosial sebagai teknologi bagi tenaga pendidik di
tempat mendapatkan informasi-informasi pesantren baik berupa penguasaan
yang mereka butuhkan termasuk ilmu- perangkat keras dan lunak yang dapat
ilmu keagamaan. Hadirnya fasilitas media digunakan sebagai media publikasi
sosial seperti facebook, instagram, atau pembelajaran, melalui diklat dan
youtube dan lainnya telah telah menjadi seminar-seminar tentang TI secara
pusaran informasi dengan ragam terencana dan berkelanjutan.
pemikiran dan ideologi termasuk yang
bertentangan dengan nilai-nilai Daftar Pustaka
kebinekaan dan kerukunan beragama dan Abdullah. (2016). Kurikulum Pesantren
berbangsa di Indoensia. Kondisi ini perlu Dalam Perspektif Gus Dur; Suatu
menjadi perhatian pesantren dalam Kajian Epistemologis. Jurnal
mengimbangi literatur keislaman yang Pendidikan Agama Islam, 4(2), 227–
248.
mengandung bias-bias ideologi
https://doi.org/dx.doi.org/10.15642/jp
konservatif dan radikal dengan ai.2016.4.2.227-248
memproduksi literatur keislaman yang
Ahmad, K. B. (2004). Metamorfosis
moderat, humanis dan rahmatan lil
Pemikiran Intelektual Muda NU:
‘alamain berbasiskan teknologi. Diantara Suatu Pandangan dari Outsider NU.
upaya yang bisa dikembangkan adalah Millah, 04(02), 111–126.
membangun literasi digital di pesantren
Ahmad, K. B. (2010). Pesantren Sebagai
dan membuat kanal (channel) kajian Pusat Peradaban Pendidikan Islam :
keislaman. Pengalaman Indonesia untuk Asia
Saran : Tenggara. Edukasi :Jurnal Penelitian
1. Pesantren perlu membuka diri Pendidikan Agama dan Keagamaan,
terhadap kemajuan teknologi dengan 08(02), 3939–3966.
menjadikan teknologi sebagai media Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
dalam menunjang peningkatan Indonesia - APJII. (2017). Penetrasi
kualitas pembelajaran dengan & Perilaku Pengguna Internet
mempertimbangkan karakteristik Indonesia - Survey 2017. Jakarta.
Diambil dari
siswa dan manajemen pesantren yang https://apjii.or.id/content/read/39/342
lebih baik. Pemanfaatan teknologi /Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-
dalam dakwah terbukti lebih efektif Pengguna-Internet-Indonesia-2017
untuk meyampaikan nilai-nilai Augusto, T., Gomes, C., Fernanda, C.,
keislaman di tengah-tengah Bezerra, D. M., Oste, G., &
masyarakat digital. Perubahan Cremonezi, G. (2018). Study on The
dinamis pesantren dalam merepon Alpha Generation And The
modernitas tidak serta merta Reflections of Its Behavior in the
menghilangkan nilai-nilai kekhasan Organizational Environment. Quest
Journals journal of Research in
pesantren.
Humanities and Social Science, 6(1),
9–19.
Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 107

Aziz, M. (2016). Pahlawan Santri: Tulang Dirjen Kelembagaan Agama Islam.


Punggung Pergerakan Nasional. (2013). Pondok pesantren dan
Tangerang: Pustaka Compass. madrasah Diniyah: pertumbuhan
dan perkembangannya. Jakarta:
Azra, A. (2000). Pendidikan Islam,tradisi
Departemen Agama RI.
dan modernisasi menuju melinium
baru. Jakarta: Logos Wacana ilmu. Djamarah, S. B., & Zain, A. (2002).
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Azra, A. (2005). Jaringan Ulama Timur
Rineka Cipta.
Tengah dan Kepulauan Nusantara
https://doi.org/10.1017/CBO9781107
Abad XVII & XVIII: Akar
415324.004
Pembaruan Islam Indonesia (2 ed.).
Jakarta: Prenada Media. Geertz, C. (1976). The Religion of Java.
Chicago: University of Chicago
Azra, A., & Jamhari. (2006). Pendidikan
Press.
Islam Indonesia Dan Tantangan
Globalisasi: Perspektif Sosio- Gredler, M. E. B. (1991). Belajar dan
Historis. In J. Burhanuddin & D. Membelajarkan. (Munandir, Penerj.).
Afrianty (Ed.), Mencetak Muslim Jakarta: Rajawali.
Modern: Peta Pendidikan Islam Howe, N., & Strauss, W. (2000).
Indonesia (hal. 1–22). Jakarta: Raja Millennials Rising: The Next Great
Grafindo Persada. Generation (3 ed.). New York:
Bencsik, A., Juhász, T., & Horváth- Vintage.
Csikós, G. (2016). Y and Z i-scoop. (2018). Industry 4.0: the fourth
Generations at Workplaces. Journal industrial revolution – guide to
of Competitiveness, 6(3), 90–106.
Industrie 4.0. Diambil 4 Maret 2018,
https://doi.org/10.7441/joc.2016.03.0 dari https://www.i-scoop.eu/industry-
6 4-0/
Bennett, S., Maton, K., & Lisa Kervin. Internet world stats. (2018). Top 20
(2008). The “digital natives” debate: Countries With The Highest Number
A critical review of the evidence. Of Internet Users. Diambil 26
British Journal of Educational Februari 2017, dari
Technology, 39(5), 775–786.
https://www.internetworldstats.com/t
https://doi.org/10.1111/j.1467- op20.htm
8535.2007.00742.x
Kartadinata, S. (2018, Januari 12).
Berg, B. L. (2001). Qualitative Research Tantangan Pendidikan Dalam Era
Methods for the Social Sciences.
Digital. Jabarekspress.com. Diambil
Massachussets: Allyn and Bacon. dari
Bizawie, Z. M. (2014). Laskar Ulama- http://jabarekspres.com/2018/tantang
Santri & Resolusi Jihad; Garda an-pendidikan-dalam-era-digital/
Depan Menegakkan Indonesia 1945- Knight, G. R. (2007). Filsafat Pendidikan.
1949. Tangerang: Pustaka Compass. (M. Arif, Penerj.). Yogyakarta: Gama
Bower, J. L., & Christensen, C. M. Media.
(1995). Disruptive Technologies: Martin, C. A., & Tulgan, B. (2006).
Catching the Wave. Harvad Business Managing the generation mix : from
Review, 73(1), 43–53. urgency to opportunity. Amherst,
Dhofier, Z. (1994). Tradisi Pesantren, Massachusetts: HRD Press.
Studi Tentang Pandangan Hidup
McCrindle, M. (2018). What comes after
Kiai. Jakarta: LP3ES. Generation Z? Introducing

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 108

Generation Alpha. Diambil 7 Januari https://www.republika.co.id/berita/ko


2018, dari ran/inovasi/16/12/26/ois64613-
https://mccrindle.com.au/insights/blo mengenal-generasi-millennial
garchive/what-comes-after- Riedling, A. M. (2007). An Educator’s
generation-z-introducing-generation- Guide to Information Literacy: What
alpha/ Every High School Senior Needs to
Muchsin, M. B., Gani, Y. A., & Islamy, Know. Portland: Book News, Inc.
M. I. (2009). Upaya Pondok Riel, J., Christian, S., & Hinson, B.
Pesantren Dalam Pemberdayaan (2012). Charting Digital Literacy: A
Masyarakat Sekitar Hutan. Wacana, Framework for Information
12(2), 376–401. Technology and Digital Skills
Muhyiddin. (2017). Pertumbuhan Education in the Community
Pesantren di Indonesia Dinilai College. In Innovations 2012 (hal. 1–
Menakjubkan. Diambil 2 Maret 22). Philadelphia, PA: the League for
2018, dari Innovation in the Community
https://www.republika.co.id/berita/du College Abstract.
nia-islam/islam- https://doi.org/10.2139/ssrn.2781161
nusantara/17/11/30/p088lk396-
Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial
pertumbuhan-pesantren-di-indonesia- Revolution. Geneva, Switzerland:
dinilai-menakjubkan World Economic Forum.
Nata, A. (2005). Tokoh-tokoh Solichin, M. M. (2011). Modernisasi
Pembaharuan Pendidikan Islam di Pendidikan Pesantren. Tadris,
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo 1(juni), 28–46.
Persada.
Strauss, W., & Howe, N. (1991).
Neuman, W. L. (1994). Social Research Generations: The History of
Methods: Qualitative and America’s Future, 1584 to 2069.
Quantitative Approaches. New York, London, Toronto,
Massachusett: Allyn and Bacon. Sydney: Harper Parennial.
Pitt-Catsouphes, M., Matz-Costa, C., & Subdirektorat Demografi. (2015).
Besen, E. (2009). Age &
Penduduk Indonesia : Hasil Survei
Generations : Understanding Penduduk Antar Sensus 2015
Experiences at the Workplace. (Katalog BPS 2101014 No.
Research Highlight, 6(March), 1–43. 04110.1541). Jakarta. Diambil dari
Pouris, A. (2012). Technology Trends: A https://bps.go.id/website/pdf_publika
Review of Technologies and si/Penduduk-Indonesia-hasil-
Policies. Institute for Technological SUPAS-2015_rev.pdf
Innovation, Business Enterprises at Suharto, B. (2016). Marketing
University of Pretoria (Pty) Ltd, Pendidikan : Menata Ulang PTKI
Pretoria, (December), 61–62. Menghadapi Pasar Bebas ASEAN.
Prensky, M. (2001). Digital Natives, (Z. Abidin, Ed.). Yogyakarta: PT.
Digital Immigrants. On the Horizon, LKiS Pelangi Aksara.
9(5), 1–6. Tan, C. (2014). Educative Tradition and
https://doi.org/10.1108/10748120110 Islamic Schools in Indonesia.
424816 Journal of Arabic and Islamic
Republika.co.id. (2016). Mengenal Studies, 14(May 2010), 47–62.
Generasi Millennial. Diambil 5 Diambil dari
Januari 2013, dari http://www.lancaster.ac.uk/jais/volu

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2 Februari 2018 109

me/docs/vol14/v14_03_tan_047- Wiryosukarto, A. H., & Efendi, A. F.


062.pdf (1996). Biografi KH. Imam Zarkasih
dari Gontor Merintis Pesantren
Theko, K. (2018). Meet generation alpha.
Modern. Ponorogo: Gontor Press.
Diambil 12 Januari 2018, dari
http://www.fluxtrends.com/meet- Zemke, R., Raines, C., & Filipczak, B.
generation-alpha/ (2000). Generations at work :
Managing the Clash of Boomers,
Tjandrawinata, R. R. (2016). Industri 4.0:
Gen Xers, and Gen Yers in the
Revolusi Industri Abad Ini Dan
Workplace. New York: AMACOM.
Pengaruhnya Pada Bidang Kesehatan
Dan Bioteknologi. Dexa Zmuda, A., Alcock, M., & Fisher, M.
Laboratories of Biomolecular (2017). Meet Generation Alpha:
Sciences (DLBS), 29(February), 1– Teaching the Newest Generation of
12. Students. Diambil 15 Januari 2018,
https://doi.org/10.5281/zenodo.49404 dari
https://www.solutiontree.com/blog/te
Tolbize, A. (2008). Generational
aching-generation-alpha/
differences in the workplace.
Research and Training Center on
Community Liviing, 4(3), 1–8.
https://doi.org/Retrieved from
http://search.proquest.com.library.ca
pella.edu/docview/195561673?accou
ntid=27965
Tootell, H., Freeman, M., & Freeman, A.
(2014). Generation alpha at the
intersection of technology, play and
motivation. In Proceedings of the
Annual Hawaii International
Conference on System Sciences (hal.
82–90). IEEE.
https://doi.org/10.1109/HICSS.2014.
19
Wahyuddin, W. (2016). Kontribusi
Pondok Pesantren Terhadap NKRI.
Saintifika Islammica : Jurnal Kajian
Keislaman, 3(1), 21–42.
Williams, A. (2015). Meet Alpha: The
Next „Next Generation.‟ Diambil 2
Februari 2018, dari
https://www.nytimes.com/2015/09/1
9/fashion/meet-alpha-the-next-next-
generation.html
WIRED. (2017). Understanding
Generation Generation Alpha.
London: Wired Consulting. Diambil
dari
https://cnda.condenast.co.uk/wired/U
nderstandingGenerationAlpha.pdf

Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era


ERFAN GAZALI
Revolusi Industri 4.0

Anda mungkin juga menyukai