Anda di halaman 1dari 19

MUSTAKIM

PO7220419114

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama:
Resiko Perilaku Kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut
maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu
(riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari,
2015:137).
2. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
3. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK


Klien mampu Klien gagal Klien merasa
Klien Perasaan
mengungkapkan menapai tidak dapatmengeks- marah dan
rasa marah tujuan mengungkapkan
presikan bermusuhan
tanpa kepuasan saat perasaannya,
secara fisik, yang kuat dan
menyalahkan marah dan tidak berdaya
tapi masih hilang
orang lain dan tidak dapat dn menyerah.
terkontrol, kontrol
memberikan menemukan mendorong disertai
kelegaan. alternatifnya. orang lain amuk,
dengan merusak
ancaman lingkungan
Gambar Rentang Respon Marah
a. Respon adaptif

1
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan
yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku
kekerasan meliputi:
a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku

2
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran eksternal
(Nuraenah, 2012: 31).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 142).
3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising
5. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai
menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
a. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah,
kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatife, kemampuan
mengungkapkan/konfrontasi perasaan marah., tidak semangat untuk
menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan interpersonal,
mempunyai pegetahuan dalam pemecahan masalah secara asertif, intelegensi
kurang dalam menghadapi stressor., identitas ego tidak adekuat.
b. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan
atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai budaya
c. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau barang
yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi
hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
3
d. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian terhadap
pelayanan kesehatan
6. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat unutk
suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan melebih lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan
misalnya sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan memperlakukan
orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu
,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
4
bermai perang-perangan dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal
104).
C. PohonMasalah

Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain

effect

Perilaku Kekerasan

Core problem

Halusinasi

Penyebab

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Faktor Predisposisi dan Prespitasi

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan / amuk
3. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

E. Data Yang Perlu Dikaji


Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
5
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F. DiagnosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:

6
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
4.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

7
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.4. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
1.5. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

8
1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN

9
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
3. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas
dalam).

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
1. Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Rahmawati
Shoufiah, saya biaya dipanggil Sopie. Saya perawat yang dinas diruang Gelatik
ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7
sampai jam 3 siang, jadi selama 2 minggu ini saya yang merawat bapak.
Nama bapak siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan bapak R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang
bapak rasakan,”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit”
“Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja :

10
“apa yang menyebabkan bapak R marah?
Apakah sebelumnya bapak R pernah marah?”
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang
bapak R rasakan?“
Apakah bapak R merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”
“Apakah dengan bapak R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
”ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,
“ begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak rasakan bapak berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali.
Bagus sekali bapak R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini bapak R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak R sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?”
“ Coba bapak R sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan dan
apa yang bapak lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya pak”
” berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong bapak tulis M, bila bapak melakukannya sendiri, tulis B, bila
bapak dibantu dan T, bila bapak tidak melakukan”
“baik pak, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah bapak R.

11
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya pak?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu bapak…Assalamu’alaikum.”

Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus Ibapak,,ya
saya shopie”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”

12
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya pak”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam bapak dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal atau marah, bapak langsung kekamar dan lampiaskan
marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba bapak
lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“
Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba bapak sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul
berapa bapak mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore,
lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
pak.“ sekarang bapak istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya pak, kita akan
belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!” Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

13
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja
dan terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus bapak,,,ya
saya sopie”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat
yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10
menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara bapak baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: 1. Meminta dengan baik
tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-
kata kasar. Kemarin bapak mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba bapak

14
minta sediakan makan dengan baik:” pak, tolong sediakan makan dan
bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta
obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan . Bagus pak. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak
tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan . Bagus pak.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah
karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya pak!”
“Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau dimana pak? Disini
lagi? Baik sampai nanti ya bapak …Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :

15
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
ibadah/ berdoa)

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” Betul bapak
“Bagaiman pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa
marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu
ditempat biasa?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus, yang
mana yang mau di coba?”“Nah, kalau bapak sedang marah coba langsung
duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.“ bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk
meredakan kemarahan.”
“Coba bapak u sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau

16
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai
kesebuatan pasien).”
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapak sedang marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal
yang telah kita buat tadi”
“2 jam lagi kita ketemu ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju pak?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien
minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat,
susun jadwal minum obat secara teratur)
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan
terminasi setiap SP)
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum bapak R, masih ingat nama saya” bagus bapak,,,ya saya
sopie, “sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang

17
kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“bapak sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang bapak minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa bapak minum?Bagus”“Obatnya ada 3
macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang,
yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu
ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3x
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum
obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa
mengisap-isap es batu”.“Bila terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan waktu
minum obat kedalam jadwal ya pak”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”“Coba bapak sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu
minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara
mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan
jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Selamat siang pak, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum

18
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta.
EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai