Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)”


DI PUSKESMAS MEKAR SARI BALIKPAPAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. EDNAWARTI ROSALINA
2. FRIMA RIZKY ADYATMA
3. KARTIKA ENDANG S
4. RUS ANDRAINI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : 1000 hari Pertama Kehidupan

Sasaran : Ibu yang memiliki Balita di Puskesmas Mekar Sari

Tempat : Puskesmas Mekar sari Balikpapan

Hari / Tanggal : Sabtu, 23 Nopember 2019

Waktu : 09.00 s.d 10.00 wite

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran mampu
mengetahui tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan dapat
mengertahui :
a. Pengertian 1000 hari pertama kehidupan
b. Pentingnya 1000 hari pertama kehidupan bagi pertumbuhan bayi
c. Cara pemenuhan kebutuhan gizi sejak kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun
untuk mendukung program 1000 hari pertama kehidupan

B. SASARAN
1. Ibu hamil
2. PUS (Pasangan Usia Subur)
3. Ibu Nifas

C. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian 1000 hari pertama kehidupan
2. Pentingnya 1000 hari pertama kehidupan bagi pertumbuhan bayi
3. Cara pemenuhan kebutuhan gizi sejak kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun
untuk mendukung program 1000 hari pertama kehidupan,

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
E. MEDIA
1. LCD Proyektor
2. Leaflet
3. Laptop
4. Sound

F. PELAKSANAAN KEGIAN

No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran


Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri dan 2. Memperhatikan
kelompok
3. Menjelaskan maksud dan 3. Memperhatikan
tujuan penyuluhan
4. Menyampaikan materi yang 4. Memperhatikan
akan diberikan
5. Apersepsi 5. Menjawab dan menjelaskan
secara ringkas
6. Membagikan leaflet 6. Menerima dan membaca
2. Isi 15 menit Pelaksanaan :
1. 1. Menjelaskan Pengertian 1000 1. Memperhatikan
2. hari pertama Kehidupan
3. 2. Menjelaskan Pentingnya 1000 2. Memperhatikan
4. hari pertama kehidupan bagi
5. pertumbuhan Bayi
6. 3. Memberi kesempatan pada 3. Bertanya dan mendengarkan
7. audien untuk bertanya jawaban
8. 4. Menjelaskan Cara pemenuhan 4. Memperhatikan
9. kebutuhan gizi sejak masa
10. kehamilan sampai bayi berusia
11. 2 tahun untuk mendukung
12. program 1000 hari pertama
13. Kehidupan
14. 5. Memberi kesempatan pada 5. Bertanya dan mendengarkan
15. audien untuk bertanya jawaban
16.
3. Penutup 10 Menit Evaluasi :
1. Memberi kesempatan pada 1. Bertanya dan memperhatikan
audien untuk bertanya bila ada jawaban yang diberikan
penjelasan yang kurang jelas
2. Meminta audien untuk 2. Menjelaskan pengertian 1000
menjelaskan pengertian 1000 hari pertama kehidupan
hari pertama kehidupan
17. 3. Meminta audien untuk 3. Menjelaskan Menjelaskan
18. Menjelaskan tentang Pentingnya tentang Pentingnya 1000 hari
19. 1000 hari pertama kehidupan pertama kehidupan bagi
20. bagi pertumbuhan Bayi pertumbuhan Bayi
4. Meminta audience untuk 4. Menjelaskan Cara pemenuhan
21. Menjelaskan Cara pemenuhan
27. kebutuhan gizi sejak masa
22. kebutuhan gizi sejak28.
masa kehamilan sampai bayi berusia
23. kehamilan sampai bayi
29. berusia 2 tahun untuk mendukung
24. 2 tahun untuk mendukung
30. program 1000 hari pertama
25. program 1000 hari pertama
31. Kehidupan
26. Kehidupan

Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas 1. Memperhatikan
perhatian yang diberikan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Membalas salam

G. SETTING TEMPAT

C
Keterangan
P C : Clien
P : Preceptor
C P1 P1 : Pemateri

H. RENCANA EVALUASI

1. Struktur
a. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang dipakai
Adalah LCD, Proyektor, laptap dan leaflet
b. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam bentuk
laporan dan power point yanng mudah dipahami.
c. Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang adalah ibu-ibu yang membawa anaknya
untuk imunisasi BCG, ibu hamil, pasangan usia subur dan ibu pasca
melahirkan.
2. Proses Penyuluhan
a. Peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dan peserta.
c. Peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

3. Hasil penyuluhan
a. Jangka Pendek
1) 60% dari peserta dapat menjelaskan tentang pengertian 1000 hari pertama
kehidupan
2) 60% dari peserta dapat menyebutkan tentang Pentingnya 1000 hari pertama
kehidupan bagi pertumbuhan bayi
3) 60% dari peserta dapat menyebutkan Cara pemenuhan kebutuhan gizi sejak
kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun untuk mendukung program 1000
hari pertama kehidupan,
b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan audien mengenai mengetahui tentang pentingnya
1000 hari pertama kehidupan
I. LAMPIRAN MATERI

1000 Hari Pertama Kehidupan


A. Pengertian
Istilah “the first thousand days” atau 1000 hari pertama kehidupan
diperkenalkaan pertama kalinya oleh WHO (World Health Organization) pada tahun
2010 dalam program "Scalling-up Nutrition (SUN) Movement" atau Gerakan
Peningkatan Nutrisi demi mensukseskan gerakan Millenium Development Goals
(MDGs) di tingkat dunia yang memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas
kehidupan manusia dimasa dewasa (Yuwono, 2015). Adapun pengertian dari 1000 hari
pertama kehidupan adalah masa dimulainya terlambat haid seorang wanita sampai
dengan lahirnya seorang bayi dan umur bayi mencapai tepat dua tahun.

B. Pentingnya 1000 hari pertama kehidupan (Periode Emas dimulai dari 1000 Hari
Pertama Kehidupan )

Mendengar 1000 Hari Pertama Kehidupan nampaknya sudah mulai akrab


ditelinga sejak Kementrian Kesehatan menggaungkan pentingnya pembentukan
tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama atau masa periode emas. Namun,
tahukah anda ? 1000 hari itu terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada
2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Pada masa ini nutrisi yang diterima oleh bayi
saat dalam kandungan dan menerima ASI, memiliki dampak jangka panjang terhadap
kehidupan saat usia dewasa.
Pentingnya Masa Kehamilan
dr. Nelson Edwin Pratama, SpOG, RS Columbia Asia Pulomas mengatakan
bahwa tidak sulit merencanakan mengkonsumsi makanan sehat selama hamil. ada 5
kelompok makanan yang kita ketahui, terdiri dari: grain (biji-bijian), buah-buahan,
sayuran, daging, dan susu. Kelimanya kadang disebut dengan 4 sehat 5 sempurna.
Selain itu ada juga minyak dan lemak. Sumber makanan yang diperlukan selama
kehamilan berasal dari 5 kelompok makanan diatas yang masing-masing memiliki
peran dalam proses kehamilan. Berikut ini merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi oleh wanita baik yang merencanakan maupun dalam masa kehamilannya.

Asam folat
Asam folat merupakan salah satu dari vitamin B. Vitamin ini sangat penting untuk
dikonsumsi, baik dalam merencanakan kehamilan, maupun saat hamil. Kebutuhan saat
merencanakan kehamilan sebesar 400 mcg/hari 1 bulan sebelum kehamilan, saat hamil
meningkat menjadi 600 mcg/hari dapat mencegah terjadinya neural tube defect pada
janin. Agak sulit mendapatkan jumlah kadar asam folat melalui makanan saja, oleh
karena itu, sebaiknya perlu mengkonsumsi asam folat melalui suplemen hamil.

Zat besi
Zat besi merupakan substansi dalam sel darah merah yang berfungsi untuk
mengantarkan oksigen ke organ dan jaringan tubuh. Selama hamil, kebutuhan zat besi
meningkat 2x lipat. Zat besi ini berguna untuk meningkatkan volume darah supaya
dapat mengangkut oksigen ke janin (secara difusi). Kebutuhan harian zat besi selama
hamil ialah 27 mg/hari, yang bisa didapatkan melalui suplemen hamil. Zat besi juga
bisa didapat dari makanan sehari-hari misalnya daging merah, daging unggas, ikan,
kacang hijau, bayam, dan sereal.

Omega 3 dan DHA


Sumber makanan ini sangat penting dalam perkembangan otak janin baik didalam
kandungan hingga setelah lahir. Sumber makanan ini didapatkan dari ikan. Dengan
mengkonsumsi ikan sebanyak 8-12 ons per minggu, maka kebutuhan zat ini dapat
terpenuhi.

Lemak dan minyak


Walaupun kelompok ini berada di luar 4 sehat 5 sempurna, komponen makanan
ini sangat penting. Lemak merupakan salah satu bahan pembentuk janin dan plasenta
sekaligus sebagai sumber energi. Lemak dan minyak yang dianjurkan ialah lemak yang
berasal dari nabati, sementara yang berasal dari hewan dalam dikonsumsi sebaiknya
sangat dibatasi.

Kalsium dan vitamin D


Kalsium dan vitamin D diperlukan dalam pembentukan tulang dan gigi janin,
selain itu, vitamin D juga berfungsi untuk menyehatkan kulit dan mata. Kebutuhan
kalsium ibu hamil sebanyak 1000 mg/hari dan kebutuhan vitamin D sebanyak 600
IU/hari. Sumber kalsium dan vitamin D paling banyak berasal dari susu dan produk
turunannya.

ASI Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling kompleks yang mengandung zat
gizi lengkap dan bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan
pemeliharaan kesehatan bayi. Maka dari itu sangat dianjutkan setelah melahirkan,
penuhi hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, minimal selama 6 bulan. Karena
bayi yang berumur di bawah 6 bulan ASI merupakan makanan yang paling dianjurkan.
Hal ini disebabkan sistem pencernaan bayi yang masih belum bisa menerima makanan
lain. Tidak ada makanan lain yang kandungan gizinya sebaik ASI. Hebatnya lagi, ASI
menyesuaikan dengan usia anak, termasuk jika anak lahir prematur, kualitas ASInya
akan sesuai untuk bayi prematur. Dan sudah pasti, bayi yang mengonsumsi ASI tidak
akan terkena infeksi.
Memberikan makanan yang baik, menciptakan situasi yang baik, dan menjaga
anak di lingkungan yang baik adalah faktor penting yang harus diperhatikan dalam
1000 hari pertama kehidupan seorang anak. Inilah awal tumbuh kembang seorang anak
yang akan berdampak pada kecerdasan dan kesehatannya di masa mendatang.
C. Cara pemenuhan kebutuhan gizi sejak masa kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun
untuk mendukung program 1000 hari pertama
Status gizi masyarakat sering digambarkan dengan besaran masalah gizi pada kelompok
anak balita. Kekurangan gizi pada balita dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental serta kecerdasan, bahkan dapat menjadi penyebab kematian
(Achadi et al., 2012). Dampak dari defisiensi gizi dapat mempengaruhi perkembangan mental
anak. Anak yang kurang gizi mengalami penurunan interaksi dengan lingkungannya dan
keadaan ini akan menimbulkan perkembangan anak yang buruk. Keadaan gizi kurang
mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak, yang akan berpengaruh
terhadap tingkat kecerdasan anak. Kegiatan pemantauan balita gizi kurang atau buruk
merupakan kegiatan yang penting untuk mengetahui dengan cepat kasus gizi buruk di
masyarakat.
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu
kelompok umur tertentu akan mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan
berikutnya (intergenerational impact). Masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Indeks beratnya
masalah gizi balita menurut World Healty Organization (WHO) didasarkan pada masalah gizi
buruk, wasting dan stunting yang ditemukan pada suatu wilayah survey. Prevalensi wasting
(kurus) dikatakan tinggi bila diatas 10-14% dan sangat tinggi bila ≥ 15%, dan prevalensi
stunting (pendek) dikatakan tinggi bila diatas 30-39% dan ≥ 40%. Pada tahun 2013, secara
nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1 persen, yang artinya masalah kurus di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius (Riskesdas, 2013).
Dilihat dari beratnya masalah gizi menurut WHO, maka masalah gizi pada anak balita di
Indonesia tergolong sangat tinggi dan menjadi masalah yang sangat serius untuk ditangani.
Perkembangan terkini menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada masa janin dan usia 2
tahun pertama kehidupan berpengaruh sangat penting terhadap risiko terjadi berbagai penyakit
tidak menular yang kronis pada usia dewasa (Achadi et al., 2012). Peryataan tersebut didukung
oleh pernyataan Murti (2011) yang menyatakan bahwa hasil-hasil studi epidemiologi
sepanjang hayat (life course epidemilogy) menunjukkan fondasi kesehatan di usia dewasa telah
diletakkan sejak dini pada awal kehidupan sebelum dan setelah kelahiran. Dampak malnutrisi
pada masa anak-anak terhadap orang dewasa di Indonesia dengan semakin banyaknya anggota
masyarakat yang mengalami obesitas maupun penyakit non-infeksi seperti diabetes, penyakit
jantung, dan hipertensi (Adianti Handajani, Betty Roosihermiatie, Herti Maryani, 2010).
Untuk itu, perlu dilakukan intervensi sejak dini untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi
pada masa-masa awal kehidupan terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) untuk
meminimalkan terjadinya kasus penyakit kronik degeneratif pada masa dewasa. Penelitian
Shrimpton et al. (2001) menjelaskan bahwa Intervensi selama awal periode kehidupan,
sebelum lahir dan selama masa bayi dan awal masa anak-anak cenderung memiliki dampak
terbesar dalam mencegah kekurangan gizi anak. Jenis intervensi termasuk pendidikan gizi,
budaya diet yang tepat dan serta konseling gizi.
Gizi dan kesehatan anak mulai ditentukan dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, yaitu
dimulai sejak terjadinya kehamilan. Selain itu, kondisi kesehatan dan gizi orang tua, terutama
ibu sebelum dan selama hamil turut menentukan kesehatan anak di masa depan. Jika tidak
ditangani selama rentang masa tersebut, masalah gizi dan kesehatan anak akan memberikan
dampak negatif pada usia selanjutnya. Achadi et al (2012) menjelaskan periode perkembangan
janin di dalam kandungan dan selama dua tahun pertama kehidupanberpengaruh terhadap
berbagai aspek kualitas sumber daya manusia. Tidak semata-mata mencakup kualitas fisik,
tetapi juga kualitas kognitif dan risiko terhadap kejadian penyakit kronis.
Masalah gizi di Indonesia selama ini masih menjadi prioritas utama pemerintah.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2010), persentase BBLR di
Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita pendek sebesar 35,6 persen, anak balita kurus sebesar
13,3 persen, anak balita gizi kurang sebesar 17,9 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2
persen. Hasil riset ini menunjukkan bahwa bangsa kita memiliki beban gizi yang bersifat
ganda, dimana salah satu sisi mengalami kekurangan gizi sedangkan di sisi lain mengalami
kelebihan gizi. Adapun akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut bisa dalam jangka
pendek atau jangka panjang yang semuanya mempengaruhi kehidupan negara Indonesia.
Adapun masalah yang ditimbulkan dalam jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan, dalam jangka panjang dampak buruk yang timbul yaitu menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Hal-hal tersebut akan menurunkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa (Depkes, 2013).
Masa 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) yaitu masa selama 270 hari (9 bulan) dalam
kandungan ditambah 730 hari (2 tahun pertama) pasca lahir. Pada masa ini merupakan masa-
masa penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pasca lahir dan dewasa, karena sebagian besar organ dan
sistem tubuh terbentuk pada periode ini. Menurut (Achadi et al., 2012) Pertumbuhan pada
periode 1000 hari pertama yang berhubungan sangat erat dengan kemampuan ibu
menyediakan zat gizi yang dibutuhkan janin dan bayi direpresentasikan oleh status gizi ibu.
Pengaruh kritis dan dampak jangka panjang status gizi ibu terhadap perkembangan janin
semakin dipertegas oleh berbagai bukti pendukung. Menurut Wilkinson dan Marmot, (2003)
dalam Murti (2011) menyatakan bahwa keadaan yang buruk selama kehamilan, seperti
defisiensi nutrisi selama kehamilan, stres maternal, olahraga yang tidak cukup (ibu hamil juga
memerlukan senam) dan perawatan prenatal yang tidak memadai, dapat menyebabkan
perkembangan fetus yang tidak optimal. Perkembangan fetus yang buruk merupakan resiko
kesehatan pada kehidupan selanjutnya.
Dampak malnutrisi pada masa anak-anak terhadap orang dewasa adalah dengan semakin
banyaknya anggota masyarakat yang mengalami obesitas maupun penyakit non-infeksi seperti
diabetes, penyakit jantung dan hipertensi (Nurhaedar Jafar, 2011). Penyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif, sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi segmentasi permasalahan
tersendiri bagi tiap negara di seluruh dunia. Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi
penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun
akibat epidemi global penyakit degeneratif.
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif merupakan
penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
kegemukan dan lainnya (Handajani et al, 2010). Lebih lanjut dikatakan oleh Achadi et al.
(2012) prevalensi berbagai penyakit tidak menular di Indonesia tergolong tinggi, antara lain
hampir sepertiga penduduk dewasa menderita penyakit tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu,
pada masa yang akan datang, Indonesia dihadapkan pada beban yang berat akibat biaya
penatalaksanaan yang tinggi dan produktivitas penduduk yang rendah akibat penyakit tersebut.
Sehingga Indonesia menanggung beban gandapenyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit
infeksi masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit penyakit kronik degeneratif.
Achadi et al (2012) menjelaskan bahwa keterlambatan pertumbuhan pada seribu hari
pertama tersebut menyebabkan perubahan permanen pada bayi. Apabila setelah periode
tersebut terjadi perubahan lingkungan yang mendukung pertumbuhan yang cepat, maka tubuh
dan fungsi organ tidak dapat menyesuaikan diri sehingga meningkatkan risiko berbagai
penyakit kronis. Pertumbuhan pada periode seribu hari pertama yang berhubungan sangat erat
dengan kemampuan ibu menyediakan zat gizi yang dibutuhkan janin dan bayi
direpresentasikan oleh status gizi ibu. Pengaruh kritis dan dampak jangka panjang status gizi
ibu terhadap perkembangan janin semakin dipertegas oleh berbagai bukti pendukung. Hasil
penelitian Kattula et al (2014) menyatakan bahwa Efek gizi kurang di dalam kandungan dapat
memanjang ke 3 generasi, seperti diindikasikan oleh hubungan antara ukuran TB nenek dan
berat badan lahir bayi yg dilahirkan oleh wanita dalam studi kohor tersebut.

Teori Developmental Origins Of Health And Disease (DOHaD)


Konsep Development Origins of Health and Disease (DOHaD) Merupakan sebuah
konsep yang dalam mempersiapkan kehamilan dengan mempertimbangkan keseimbangan gizi
pada fase awal kehidupan. Kualitas kesehatan seseorang ketika hidup sangat dipengaruhi oleh
nutrisi yang diasup ibu sebelum dan selama kehamilan. Para ibu yang kekurangan gizi
terutama pada masa kehamilan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Jika hal
tersebut terus berlangsung, maka anak beresiko menderita pengakit kronis (NCD) pada saat
dewasa (Uauy et al., 2011).
Pemenuhan asupan vitamin yang seimbang merupakan salah satu faktor penting dalam
menjaga nutrisi ibu selama masa atau pasca kehamilan. Status vitamin yang memadai
merupakan prasyarat untuk pembangunan kesehatan pada awal kehidupan yang juga akan
mempengaruhi orang kesehatan dan kesejahteraan saat dewasa. Sebuah diet seimbang yang
sehat selama kehamilan dan menyusui bayi adalah sumber terbaik dalam memperoleh nutrisi
penting dalam pemenuhan gizi untuk wanita hamil (Elmadfa & Meyer, 2012).
Barker (2007) menemukan ada serangkaian tahapan yang kritis dalam perkembangan
anak. Jika tahapan tersebut dilalui tidak sempurna maka akibatnya akan timbul di kemudian
hari saat anak dewasa dan tua. Masalah kesehatan yang muncul bisa ditelusuri kembali dengan
melihat riwayat saat si anak di dalam rahim atau perkembangannya yang buruk di 2 tahun usia
pertamanya. Barker memberi contoh ibu yang mengonsumsi gizi buruk saat hamil, merokok,
stres atau minum obat-obatan akan mempengaruhi seberapa baik plasenta bekerja dan
bagaimana kondisi berat badan bayinya saat lahir. Barker (2007) juga menjelaskan hasil
penelitiannya menunjukkan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg maka
peluangnya terkena penyakit jantung di kemudian hari, 2 kali lebih besar dibandingkan bayi
yang lahir dengan berat sampai 4,2 Kg.
Barker (2007) juga menjelaskan ketika makanan di rahim tidak mencukupi, itu sangat
mempengaruhi pertumbuhan awal otak si janin dan membuat jantungnya melemah karena
berkurangnya aliran darah. Lalu bibit-bibit diabetes juga akan muncul sebelum proses
kelahiran karena sel-sel pankreas yang berfungsi membuat insulin, perkembangannnya ada di
dalam rahim. Kondisi di dalam rahim juga akan mempengaruhi berat badan si anak di masa
mendatang. Banyak faktor-faktor yang terbentuk sejak dini yang tidak bisa diubah atau
dibatalkan. Maka itu penting untuk menjaga kesehatan perempuan dan makan dengan baik agar
generasi berikutnya tumbuh dengan baik.

Masa dari terjadinya kehamilan


sampai anak berumur 2 tahun

D. Asosiasi NCD Dengan 1000 Hari Pertama kehidupan Dan DOHaD kaitannya
dengan NCD
Tingginya angka NCD belakangan ini bersamaan dengan lambatnya pertumbuhan status
gizi di Indonesia, Transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif merupakan
penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
kegemukan dan lainnya (Adianti Handajani, dkk., 2010).
Gizi dan kesehatan anak mulai ditentukan dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, yaitu
dimulai sejak terjadinya kehamilan. Selain itu, kondisi kesehatan dan gizi orang tua, terutama
ibu sebelum dan selama hamil turut menentukan kesehatan anak di masa depan. Jika tidak
ditangani selama rentang masa tersebut, masalah gizi dan kesehatan anak akan memberikan
dampak negatif pada usia selanjutnya. Achadi et al. (2012) menjelaskan periode perkembangan
janin di dalam kandungan dan selama dua tahun pertama kehidupanberpengaruh terhadap
berbagai aspek kualitas sumber daya manusia. Tidak semata-mata mencakup kualitas fisik,
tetapi juga kualitas kognitif dan risiko terhadap kejadian penyakit kronis.
Konsep Development Origins of Health and Disease (DOHaD) Merupakan sebuah konsep
yang dalam mempersiapkan kehamilan dengan mempertimbangkan keseimbangan gizi pada
fase awal kehidupan. Kualitas kesehatan seseorang ketika hidup sangat dipengaruhi oleh nutrisi
yang diasup ibu sebelum dan selama kehamilan. Para ibu yang kekurangan gizi terutama pada
masa kehamilan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Jika hal tersebut terus
berlangsung, maka anak beresiko menderita pengakit kronis (NCD) pada saat dewasa (Uauy et
al., 2011).
1000 hari pertama kehidupan dan DOHaD diasosiasikan memiliki hubungan dengan pola
pertumbuhan, komposisi struktur tubuh dan akhirnya mempengaruhi pola penyakit yang terjadi
di usia dewasa, selanjutnya berat badan lahir rendah yang diakibatkan oleh diabetes
meningkatkan resiko metabolik, tekanan darah, penyakit cardiovasculer dan kematian.
Penerapan gizi seimbang dalam 1000 hari pertama kelahiran menyesuaikan dengan kondisi
bayi pada saat dalam kandungan agar pada saat kelahiran bayi tersebut tidak mendapatkan
asupan gizi berlebihan sesuai dengan kondisi sebelumnya. 1000 hari pertama kelahiran
bertujuan untuk meningkatkan gizi janin dalam masa intra uterin sehingga tidak lahir dalam
kondisi BBLR dan jika hal ini pun terjadi maka seorang ibu harus memberikan asupan gizi
secara bertahap tidak berlebihan agar bayi tidak menjadi obesitas dalam waktu singkat(Uauy
et al., 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Achadi E.L., Kusharisupeni K., Atmarita A. & Untoro R., Status Gizi Ibu Hamil dan Penyakit
Tidak Menular pada Dewasa, Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
2012;7(4).
Barker D.J., The origins of the developmental origins theory, Journal of internal medicine,
2007;261(5):412-417.
Depkes R., Penyakit Tidak Menular (Ptm) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia,
2013.
Elmadfa I. & Meyer A.L., Vitamins for the first 1000 days: preparing for life, Int J Vitam Nutr
Res, 2012;82(5):342-7.
Indonesia K.K.R., Riset kesehatan dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2013.
Kattula D., Sarkar R., Sivarathinaswamy P., Velusamy V., Venugopal S., Naumova E.N., et al.,
The first 1000 days of life: prenatal and postnatal risk factors for morbidity and
growth in a birth cohort in southern India, BMJ open, 2014;4(7):e005404.
Murti B., Editorial: Kesehatan Anak dan Epidemiologi Sepanjang Hayat, Jurnal Kedokteran
Indonesia, 2011;2(1).
Shrimpton R., Victora C.G., de Onis M., Lima R.C., Blössner M. & Clugston G., Worldwide
timing of growth faltering: implications for nutritional interventions, Pediatrics,
2001;107(5):e75-e75.
Uauy R., Kain J. & Corvalan C., How can the Developmental Origins of Health and Disease
(DOHaD) hypothesis contribute to improving health in developing countries?, The
American journal of clinical nutrition, 2011;94(6 Suppl):1759S-1764S.
Yuwono S.R., SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN YANG BERHARGA,“THE
GOLDEN PERIODE”*(INTERVENSI DINI UNTUK MENGHINDARI
TERJADINYA GENERASI OTAK KOSONG–LOSS GENERATIOAN), Jurnal
Gizi, 2015;1(1).

Anda mungkin juga menyukai