Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
a. Atresia Ani
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah
kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan normal (Suriadi & Yuliani, R, 2011)
Atresia ani atau disebut juga anus imperforate adalah salah satu jenis cacat
atau kelainan sejak lahir. Pada kondisi ini, perkembangan janin mengalami
gangguan sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus
umumnya terbentuk tidak sempurna
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoder mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung
ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum (Purwanto, 2010).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 2013).

b. Etiologi
Penyebab secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih
jarang terjadi bawaan gen autosomal resesif yang menjadi penyebab
atresia ani (Adele,2013).
Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius
yang terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang
melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau
supra levator, septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti
pada suatu tempat jalan penurunannya (Adele,2013).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2) Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 7
minggu Adanya gangguan atau berhentinya perkebangan embriologik
di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
c. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat

proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses

perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung

ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang

jadi genitor urinary dan struktur anoretal (Ngastiyah, 2014).

Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan

perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin.

Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan

vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi

karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga

menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan (Ngastiyah, 2014).


Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula.

Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah

dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju

rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis

hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius

menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk

fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan

fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-

laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria

atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra

(rektourethralis) (Ngastiyah, 2014).

d. Klasifikasi
1) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.

2) Inperforata membran adalah terdapat membran pada anus.


3) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.

4) Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

(Wong, Whaley. 1985).

e. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :

1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.


3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah

letaknya

4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak

ada fistula).

5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

7) Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

f. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang

sebagai berikut :

1) Pemeriksaan radiologist

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2) Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk

mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

3) Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam

system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti

obstruksi oleh karena massa tumor.

4) CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

5) Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.


6) Pemeriksaan fisik rectum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan

selang atau jari.

7) Rontgen abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang

berhubungan dengan traktus urinarius.

g. Penatalaksaan

1) Penatalaksanaan Keperawatan

a) Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan

output ) dan ukur TTV tiap 3 jam.

b) Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor

kulit, bising usus, jumlah asupan parental dan enteral.

c) Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada

produksi, jaga kulit tetap kering.

d) Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.

e) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy

dengan cara membersihkan dengan kapas air hangat kemudian

keringkan dan daerah sekitar ostoma diberi zing zalf, colostomybag

diganti segera setiap ada produksi

2) Melakukan pembedahan rekonstruktif:


a) Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
b) Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
c) Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
3) Penanganan pasca operasi:
a) Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
b) Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari

h. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani, antara lain:
1) Asidosis hiperkloremia.
2) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4) Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
5) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6) )Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
7) Prolaps mukosa anorektal.
8) Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Identitas
a) Biodata klien.
Nama :
Umur :
Tempat, Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama :
b) Biodata Orang Tua
Nama :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Riwayat keperawatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus
(anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan
terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki
dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada
vagina.
3) Riwayat Kesehatan dahulu
a) Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan
atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
b) Riwayat Intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal
timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.
c) Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.
d) Riwayat kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan system gastrointestinal.
e) Riwayat Psikologis.
Koping keluarga dalam menghadapi masalah.
f) Riwayat tumbuh kembang anak.
- BB lahir abnormal.
- Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit.
- Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal. Saat kelahiran
tidak keluar mekonium
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak bermasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus, usus melebar, kadang –
kadang tampak ileus obstruksi, pada auskultasi terdengan
hiperperistaltik
b) Genetalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium
pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium pada vagina.
c) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah,. Thermometer yang
dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina
2) Pemeriksaan Pennjang
a) Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b) Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
c) Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
d) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang
buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong
rectal.

c. Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa Preoperasi:
a) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, muntal
b) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
c) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual, muntah,
anoreksia
d) Gangguan Pola Eliminasi BAB berhubungan dengan aganglion
2) Diagnosa Post Operasi :
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma
sekunder dari kolostomi.
b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
c) Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka kolostomi.
d. Intervensi

Anda mungkin juga menyukai