TINJAUAN TEORI
b. Etiologi
Penyebab secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih
jarang terjadi bawaan gen autosomal resesif yang menjadi penyebab
atresia ani (Adele,2013).
Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius
yang terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang
melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau
supra levator, septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti
pada suatu tempat jalan penurunannya (Adele,2013).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2) Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 7
minggu Adanya gangguan atau berhentinya perkebangan embriologik
di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
c. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat
ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang
vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi
karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga
fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan
d. Klasifikasi
1) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
e. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
letaknya
ada fistula).
f. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
1) Pemeriksaan radiologist
4) CT Scan
g. Penatalaksaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani, antara lain:
1) Asidosis hiperkloremia.
2) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4) Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
5) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6) )Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
7) Prolaps mukosa anorektal.
8) Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Identitas
a) Biodata klien.
Nama :
Umur :
Tempat, Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama :
b) Biodata Orang Tua
Nama :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Riwayat keperawatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus
(anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan
terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki
dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada
vagina.
3) Riwayat Kesehatan dahulu
a) Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan
atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
b) Riwayat Intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal
timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.
c) Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.
d) Riwayat kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan system gastrointestinal.
e) Riwayat Psikologis.
Koping keluarga dalam menghadapi masalah.
f) Riwayat tumbuh kembang anak.
- BB lahir abnormal.
- Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit.
- Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal. Saat kelahiran
tidak keluar mekonium
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak bermasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus, usus melebar, kadang –
kadang tampak ileus obstruksi, pada auskultasi terdengan
hiperperistaltik
b) Genetalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium
pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium pada vagina.
c) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah,. Thermometer yang
dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina
2) Pemeriksaan Pennjang
a) Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b) Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
c) Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
d) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang
buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong
rectal.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa Preoperasi:
a) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, muntal
b) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
c) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual, muntah,
anoreksia
d) Gangguan Pola Eliminasi BAB berhubungan dengan aganglion
2) Diagnosa Post Operasi :
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma
sekunder dari kolostomi.
b) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
c) Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka kolostomi.
d. Intervensi