PEREKONOMIAN INDONESIA
Disusun Oleh :
APRIANI NURJANAH NIM : S1-0216.025
HERIYANI NIM : S1-0216.038
RAMDHAN ARDHANI NIM : S1-0216.058
RACHMA DINI NIM : SI-0216.044
Semester IV
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Perekonomian Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kemiskinan dan Kesenjangan
Pendapatan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
kk
Penyusun
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................................2
n n
Gini = (1/2n2- ^y ¿ ∑ ∑ ¿ y i− y j ∨¿
i=1 j=1
Ide dasar dari perhitungan koefisien Gini berasal dari kurva Lorenz. Koefisien
Gini adalah rasio : (a) daerah di dalam grafik tersebut yang terletak di antara kurva
Lorenz dan garis kemerataan sempurna (yang membentuk sudut 45º dari titik 0 dari
sumbu y dan x) terhadap (b) daerah segitiga antara garis kemerataan tersebut dan
sumbu y dan x. Semakin tinggi nlai rasio Gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh
kurva Lorenz dari garis 45º tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi
pendapatan.
Kurva
Lorenz
Selain tiga alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum d igunakan,
terutama oleh Bank Dunia, adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan
menjadi tiga grup: 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan
pendapatan menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah
penduduk. Selanjutnya, ketidakmerataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan
yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah. Menurut kriteria
Bank Dunia,tingkat ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan dinyatakan tinggi,
apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah menerima lebih kecil
dari 12% dari jumlah pendapatan. Tingkat ketidakmerataan sedang, apabila kelompok
tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan; sedangkan
ketidakmerataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar dari 17%
dari jumlah pendapatan.
Indeks Pa ini sensitive terhadap distribusi jika a>1. Bagian [(z− y j )/z ] adalah
perbedaan antara garis kemiskinan (z) dan tingkat pendapatan dari kelompok ke i
keluarga miskin (yi) dalam bentuk persentase eksponen dari besarnya pendapatan
S = H [I + (1-I)Gini]
Dimana I adalah jumlah rata-rata defisit pendapatan dari orang miskin sebagai
suatu presentase dari garis kemiskinan, dan koefisien Gini yang mengukur
ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut naik,
tingkat kemiskinan bertambah besar (yang diukur dengan S).
b. Rendahnya sumber daya fisik, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kualitas dan
aset produksi serta modal kerja.
c. Rendahnya penerapan teknologi, ditandai oleh rendahnya penggunaan input
mekanisasi pertanian.
d. Rendahnya potensi wilayah yang ditandai dengan oleh rendahnya potensi fisik dan
infrastruktur wilayah.
e. Kurang tepatnya kebijaksanaan yang dikukan oleh pemerintah dalam investasi
dalam rangka pengentasan kemiskinan.
f. Kurangnya peranan kelembagaan yang ada.
Menurut Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor tersebut
antara lain:
Rendahnya taraf pendidikan
Rendahnya taraf kesehatan.
Terbatasnya lapangan kerja.
Kondisi keterisolasian.
Kemiskinan melekat pada diri penduduk miskin, mereka miskin karena tidak
memiliki aset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas. Mereka
tidak memiliki aset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam
lingkungan kemiskinan tanpa ujung dan pangkal.
Pendapat Ginanjar (1996) bahwa kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain:
Kebijakan Pertumbuhan
Prokemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Pertumbuhan
kemiskinan
Pertumbuhan
Kelembagaan Propemerataan
Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dsb.
a. Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan bagi kelompok miskin.
b. Pengembangan SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka
kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang
diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi.
c. Membuat suatu jaringan pengaman sosial bagi penduduk miskin yang tidak mampu
memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja serta
pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan mental, bencana alam, konflik
social atau wilayah yang terisolasi.
World bank (2000) memberikan resep baru dalam memerangi kemiskinan dengan 3 pilar:
a. Jangka pendek yaitu membangun sektor pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan.
b. Jangka menengah dan panjang mencakup:
Pembangunan dan penguatan sektor swasta
Kerjasama regional
Manajemen APBN dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan kesehatan
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
Pembagian tanah pertanian yang merata
BAB III
DAFTAR PUSTAKA