Kel 7 Eritropoesis Hema PDF
Kel 7 Eritropoesis Hema PDF
“ ERITROPOESIS ”
Dosen Pembimbing :
Budi Siswanto S.Kep, Ners, M.Sc
Disusun Oleh :
Angel Permata Lahagu ( P27903118052 )
Ayu Gustina ( P27903118056 )
Windy Ajeng Cahyani ( P27903118091 )
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1. Pengertian Eritropoesis ............................................................................. 2
2.2. Proses Eritropoesis .................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.Memahami definisi dari eritropoesis dan cara pembentukan nya
2. Memahami adanya kelainan sel eritropoesis
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda
seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan
16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila
eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat
pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi
manusia yang normal.
Dalam pembentukan eritropoesis, terdapat beberapa urutan atau lebih dikenal dengan
maturasi sel eritrosit, maturasi sel ini berlangsung kira-kira selama 23 hari untuk merubah sel
puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit, dalam urutan tersebut karakteristik yang paling
menonjol saat pematangan eritrosit adalah ukuran sel yang menurun, volume sitoplasma yang
meningkat dan berkurang sampai hilangnya inti saat sel telah matang dengan pelarutan materi
kromatin.
Dari Stem Cell menjadi sel Rubrisit terjadi selama 10-13 hari, dan dari Rubrisit ke
retikulosit selama 8-11 hari, kemudian dari retikulosit berubah menjadi sel eritrosit
membutuhkan waktu selama 1-2 hari.
3
c. Berinti besar dengan benang kromatin tampak jelas dengan warna gelap, sering
tersusun seperti terali sepeda.
d. Sitoplasmanya menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak tetapi lebih kurang
basophilik daripada rubriblast.
3. Rubrisit / Normoblast Polikromatik / Eritroblast Poliokromatik
Memiliki ciri-ciri sel seperti berikut :
a. Bentuknya Irreguler.
b. Ukurannya mencapai 2x eritrosit ( 7 – 14 u ).
c. Berinti besar dengan benang kromatin padat berwarna gelap dan sering tersusun
seperti terali sepeda, kadang ada nucleoli.
d. Sitoplasma menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak dari sitoplasma
pronormoblast namun lebih kurang basofilik.
e. Tidak bergranula.
4. Metarubrisit / Normoblast Ortokromatik / Eritroblast Ortokromatik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Bentuknya regular.
b. Ukurannya sedikit lebih besar dari eritrosit (7 – 10 u).
c. Intinya pknotik, kadang terletak eksentrik.
d. Sitoplasma menempati 50 – 80 % bagian sel.
5. Retikulosit
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a. Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak berinti berasal dari proses
pematangan normoblas di sumsum tulang.
b. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai retikulosit
selama 1-2 hari.. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang
lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
6. Eritrosit
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berwarna merah muda seluruhnya.
b. Bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti.
c. Tak mempunyai mitokondria,ribosom dan tidak dapat bergerak.
4
2.4. Faktor yang Menghambat Proses Eritropoesis
a. Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor
yang terikat untuk eritropoiesis.
b. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan).
c. Intergritas proses pematangan eritrosit.
5
2) Kelainan Berdasarkan Warna Eritrosit
a. Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi
normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia
sideroblastik, thallasemia dan pada infeksi menahun.
b. Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c. Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom.
Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti
kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d. Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan
hemopoeisis ekstrameduler.
3) Kelainan Berdasarkan Bentuk Eritrosit
a. Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang
kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan
bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi
sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b. Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah
kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membran
eritrosit.
c. Schistocyte
d. Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna
lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.
6
2. Anemia
Anemia merupakan kelainan penurunan massa eritrosit. Berkaitan dengan fungsi
eritrosit untuk tranportasi oksigen yang diperankan oleh hemoglobin, maka anemia
cenderung di definisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari normal.
Kadar Hb manusia dewasa normalnya adalah 13,5 – 18 g/dL (pria) dan 12 – 16
g/dL (wanita). Penurunan kadar hemoglobin biasanya diiringi dengan penurunan
jumlah sel eritosit dan hematokrit. Perubahan total volume plasma darah serta total
massa hemoglobin yang beredar menentukan konsentrasi hemoglobin. Pada keadaan
penurunan volume plasma misalnya akibat dehidrasi, dapat menutupi atau
menyamarkan anemia atau bahkan menyebabkan pseudopolisitemia. Sebaliknya,
peningkatan volume plasma, seperti pada keadaan splenomegaly atau kehamilan, dapat
menyebabkan anemia bahkan dengan jumlah sel eritrosit normal dan massa
hemoglobin yang normal.
Berdasarkan morfologi eritrosit, anemia dapat di klasifikasikan menjadi 3
golongan, yaitu anemia mikrositik-hipokromik, anemia normositik-normokromik, dan
anemia makrositik. Penyebab anemia berdasarkan morfologinya adalah sebagai
berikut:
1. Anemia mikrositik-hipokromik
Anemia defisiensi besi
Thalassemia
Anemia penyakit kronis
Anemia sideroblastik
Anemia akibat keracunan timah
2. Anemia normositik-normokromik
Anemia hemolitik
Anemia akibat pendarahan akut
Anemia penyakit kronis
Anemia akibat penyakit ginjal
Anemia akibat defisiensi campuran (defisiensi besi dan asam folat/vitamin
B12)
Anemia karena kegagalan sumsum tulang (seperti pada pasca kemoterapi,
keganasan hematologi, atau keganasan yang metastasis ke sumsum tulang)
7
3. Anemia makrositik
Anemia megaloblastik (yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau
asam folat)
Anemia non megaloblastik (alkoholiesme, myelodisplasia, penyakit hati,
anemia aplastic)
Berdasarkan penyebabnya, anemia dapat di sebabkan oleh tiga penyebab utana, yaitu anemia
karena penurunan produksi eritrosit, anemia karena peningkatan kerusakan eritrosit, dan
anemia karena kehilangan darah, penyebab anemia tersebut sebagai berikut :
1. Anemia yang disebabkan oleh penurunan produksi eritrosit
Anemia defisiensi besi
Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi nutrisi
Anemia penyakit kronis
Anemia karena penyakit ginjal
Anemia aplastic
Anemia karena keganasan yang menginfiltrasi sumsum tulang
Anemia karena pasca kemoterapi
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel eritrosit yang diregulasi ketat
melalui kendali umpan balik. Dalam pembentukannya diperlukan bahan antara lain asam
folat dan vitamin b12, besi, mineral, asam amino dan vitamin yang lain, kemudian faktor
yang mempengaruhi pembentukan dari sel eritrosit adalah eritropoietin, kemampuan respon
sumsum tulang dan intergritas proses pematangan eritrosit. Proses yang dilalui untuk
membentuk sel eritrosit selama 23 hari untuk merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui
retikulosit.
Struktur sel eritrosit memiliki 3 struktur utama yang terbagi atas membran eritrosit,
sistem enzim dan hemoglobin. Di karenakan sel eritrosit mengandung hemoglobin maka
fungsi utama dari sel ini ialah sebagai sistem transportasi untuk mengedarkan oksigen dan
nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa metabolismeuntuk di buang melalui
proses ekskresi. Umur dari sel eritrosit ini rata-rata hanya sekitar 120 hari, sehingga apabila
sel telah mencapai umurnya (menua) atau rusak maka sel eritrosit ini akan di destruksi atau
dihancurkan melalui makrofag dan di lakukan di dalam reticuloendothelial yang kemudian
sisa dari penghancuran sel eritrosit ini dibuang melalui urine maupun feses.
9
DAFTAR PUSTAKA
10