BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kasus EAK yang paling sering terjadi saat persalinan baik pervaginam
maupun sesar, tidak ada yang bisa aman 100% dari resiko EAK.
2. TUJUAN
BAB II
ISI
1. PENGERTIAN
Air ketuban adalah cairan yang memenuhi seluruh rahim dan memiliki
berbagai fungsi untuk menjaga janin. Fungsi dari air ketuban :
• Multiparitas
3. PATOFISIOLOGI
Saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama)
vena, terbuka akibat tekanan yang tinggi. Air ketuban beserta komponennya
masuk kedalam sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, aliran ketuban
dapat menyumbat pembuluh darah di paru – paru ibu, jika sumbatan di paru
– paru meluas, lama kelamaan akan menyumbat aliran darah kejantung,
akibatnya timbul 2 gangguan sekaligus yaitu pada jantung dan paru – paru.
Kondisi tersebut bisa diperberat dengan terjadinya gangguan pembekuan
darah. Adanya penyumbatan pada vena, secara otomatis akan mendorong
tubuh mengeluarkan zat – zat anti beku darah untuk membuka sumbatan
tersebut. Jika didiamkan zat anti beku darah akan habis, padahal habisnya
at penting ini bisa berujung pada perdarahan di jalan lahir / dibagian tubuh
lainnya, ini yang disebut dengan gangguan bekuan darah. Jika tidak dapat
pertolongan segera, ibu akan mengalami kejang – kejang, karena otaknya
kekurangan oksigen, bahkan bisa mengakibatkan kematian ibu.
Tanda dan gejala embolisme cairan amnion ( Fahy , 2001 ) Antara lain:
• Henti kardiopulmoner
• Sianosis
• Koagulopati
• Koma, kematian.
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan
• Perdarahan alveolar
b. Jantung
c. Gangguan Koagulasi
DIAGNOSA 1
Perfusi jaringan b/d penghentian aliran darah.
TUJUAN
Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual
INTERVENSI
1. Auskultasi frekwwensi dan irama jantung, catat bunyinya, jantung ekstra.
RASIONAL
1. Takikardi sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upaya peningkatan
aliran darah dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan
hipoksemia. Peningkatan regangan jantung kanan. Bunyi jantung ekstra
terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
2. Gelisah, bingung, disorientasi perubahan sensasi / motorik dapat
menunjukan gangguan aliran darah, hipoksia / cedera vaskuler
serebral sebagai akibat emboli sistemik
3. Kulit pucat/sianosis, kuku, membran bibir dan lidah dingin, kulit burik
menunjukan vasokonstriksi perifer / gangguan aliran darah sistemik.
DIAGNOSA 2
Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trake bronkial untuk bekuan darah
TUJUAN
Menunjukan pola nafas efektif dengan frekwensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas bersih
INTERVENSI
1. Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada, catat
upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal.
RASIONAL
1. Kecepatan biasanya meningkat, dipsneu dan terjadi peningkatan kerja
nafas, kedalaman pernafasan berfariasi tergantung derajat gagal nafas.
Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis / nyeri
dada pleuritik.
TUJUAN
Ansietas hilang / menurun sampai tingkat yang dapat dtangani.
INTERVENSI
1. Catat derajat ansietas dan takut, informasikan pasie / orrang terdekat
bahwa perasaan nya normal dan dorong mengekspresikan perasaan.
RASIONAL
1. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu
pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi.
DIAGNOSA 4
Penurunan curah jantung b/d vasokontriksi
TUJUAN
• mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
INTERVENSI
1. Catat keberadaan, kwalitas denyutan sentral dan periver.
RASIONAL
1. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati.
Denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dari
vasokonstriksi dan kongesti vena.
2. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat,
mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi / penurunan curah jantung.