Anda di halaman 1dari 16

Tugas PPKN

Integrasi Sosial dalam Bingkai Bhineka


Tunggal Ika

Ketua : Amelya Putri

Anggota : 1. Devi Berliana

2. Dody Kristianto Sinaga

3. Dwi Rizky Nugraha

4. Gusti Raditya Wicaksono

5. Rosalinda

2019/2020
SMAN 1 SUBANG
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memerikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah Integrasi Nasional dalam Bingai Bhineka Tunggal Ika.

Makalah ini memuat materi-materi: Pengertian, Faktor pendorong dan


penghambat, Tantangan Kebhinekaan Bangsa Indonesia dan Integrasi Nasional
serta dengan peran serta warga negara dalam menjaga kesatuan dan
persatuan bangsa.

Semoga makalahh ini bermanfaat bagi banyak orang. Kami sebagai


manusia tidak luput dari kekuragan. Oleh karea itu kami sangat senang jika ada
saran ataupun kritik terhadap makalah yang telah kami buat.
Daftar Isi
A. Kata pengantar
B. Daftar isi
C. Pendahuluan
D. Pengertian Kebhinekaan Bangsa Indonesia
E. Pengertian dan pentingnya Integrasi sosial
F. Faktor pendorong dan penghambat Integrasi sosial
G. Tantangan dalam menjaga keutuhan NKRI
H. Peran serta warga negara dalam menjaga kutuhan NKRI
I. Penutup
J. Daftar pustaka
Pendahuluan
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan
dan konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku,
etnik, budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya,
suku, etnik, bahasa, dan sebagainya dibandingkan dengan negara lain. Pernahkah
kalian mendengar atau membaca peristiwa konflik antarsuku di Indonesia atau
konflik yang mengatasnamakan wilayah atau daerah? Jadikanlah peristiwa konflik
tersebut sebagai pelajaran agar tidak terjadi kembali di masa yang akan datang.
Konflik dapat mengakibatkan perpecahan dan akhirnya merugikan seluruh rakyat
Indonesia. Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan
Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan
kepentingannya sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga
Pancasila hanya akan menjadi mimpi yang tak akan pernah terwujud. Kalian harus
mampu menghidupkan kembali semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti
berbedabeda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk masyarakat
Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga
perbedaan tersebut. Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa Indonesia
dalam keberagaman.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Kebhinnekaan Bangsa Indonesia !
2. Jelaskan Pentingnya Konsep Integrasi Nasional !
3. Sebutkan Faktor-Faktor Pembentuk Integrasi Nasional !
4. Bagaimana Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI ? 5. Bagaimana Peran
Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa ?

C. Tujuan
1. Siswa mengetahui pengertian Integrsi Nasional.
2. Siswa mengetahui proses dalam Integrasi Nasional.
3. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan
penghambat Integrasi Nasional.
Penutup
A. Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan.Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
B. Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional
dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini
berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu
yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia
BAB I “KEBHINEKAAN BANGSA INDONESIA”

Kebhinekaan merupakan realitas bangsa yang tidak dapat


dipungkiri keberadaannya untuk mendorong terciptanya
perdamaian dalam kehidupan Bangsa dan Negara.
Kebhinekaan harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman
multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas.
Perbedaan etnis, religi maupun ideologi menjadi bagian tidak
terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia dengan Bhinneka
Tunggal Ika dan toleransi yang menjadi perekat untuk bersatu
dalam kemajemukan bangsa. Semboyan bangsa Indonesia
tersebut tertulis pada kaki lambang negara Garuda Pancasila.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk
itu, kita harus benar-benar memahami maknanya. Selain
semboyan tersebut, negara kita juga memiliki alat-alat
pemersatu bangsa sebagai berikut.
a. Dasar Negara Pancasila.
b. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan.
c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
persatuan.
d. Lambang Negara Burung Garuda.
e. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
f. Lagu-lagu perjuangan.
BAB II “INTEGRASI NASIONAL”

integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk


bersatu sebagai suatu bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara
resmi, dan direalisasikan dalam satu kesepakatan atau konsensus
nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “integrasi” dan
“nasional”. Integrasi berasal dari bahasa Inggris, integrate, artinya
menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari bahasa
Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.
a. Secara Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk
suatu identitas nasional.
b. Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di
antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

Menurut para ahli:


a. Howard Wriggins
Integrasi bangsa berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak
menjadi satu kesatuan bangsa.
b. Myron Weiner
Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok
sosial dan budaya ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka
pembentukan suatu identitas nasional. Integrasi biasanya mengandalkan
adanya satu masyarakat yang secara etnis majemuk dan setiap kelompok
masyarakat memiliki bahasa dan sifat-sifat kebudayaan yang berbeda.
c. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin
Integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yang
mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik,
ekonomi, dan budaya. Integrasi juga meliputi aspek vertikal dan
horisontal.
d. J. Soedjati Djiwandono
Integrasi nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan
nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib
sendiri. Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak,
persatuan nasional akan dibahayakan.

Penting nya “INTEGRASI NASIONAL”

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


disebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai
menyalahgunakan hak karena akan banyak sekali orang yang bisa
sewenang-wenang melakukan sesuatu hal yang bisa merugikan orang
lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari
kewajibannya sebagai warga negara. Pelanggaran hak orang akan
menyebabkan terjadinya disintegrasi sehingga orang yang haknya
dilanggar kemungkinan tidak akan menjalankan kewajibannya.
Keseimbangan dalam menjalankan hak dan kewajiban harus dilakukan.
Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa mengakibatkan
kerugian bagi orang lain dan diri sendiri. Misalnya, pertumbuhan
pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan) di satu daerah dengan
daerah lainnya harus sama. Jika berbeda akan terjadi kecemburuan dan
berakibat terganggunya integrasi nasional. Setiap warga masyarakat
harus menyadari adanya perbedaan etnik, suku, agama, budaya,
bahasa, dan sebagainya. Perbedaan tersebut jangan sampai dijadikan
sebagai pemicu terjadinya disintegrasi nasional.

BAB III “FAKTOR INTEGRITAS NASIONAL”


1. Faktor pembentuk integrasi nasional
a. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor
sejarah.
b. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu
Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
c. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa
indonesia seperti yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
d. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat
nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia.
e. Penggunaan bahasa Indonesia.
f. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan
tanah air Indonesia.
g. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu
Pancasila.
h. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi
keagamaan yang kuat.
i. Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
j. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.

2. Faktor penghambat integrasi nasional

a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat


heterogen.
b. Kurangnya toleransi antargolongan.
c. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan
gangguan dari luar.
d. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan
hasil-hasil pembangunan.

Upaya untuk mencapai integrasi nasional dapat dilakukan


dengan cara menjaga keselarasan antarbudaya. Hal itu dapat
terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi masyarakat
dalam proses integrasi nasional.

BAB IV “TANTANGAN DALAM MENJAGA NKRI”


Tantangan Internal keutuhan NKRI
Berikut ini tantangan internal dalam menjadi hambatan dalam menjaga
keutuhan Negara Indonesia.

1. Agama yang berbeda, di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui.


2. Budaya yang beraneka ragam di Indonesia.
3. Negara kepulauan, dimana terdapat ribuan pulau yang memiliki suku dan
bahasa yang berbeda.
4. Pendidikan, pengetahuan yang rendah membuat banyak orang kurang
bijaksana dalam menyikapi perbedaan.
5. Moral yang buruk, pada beberapa orang yang ingin memecah belah
bangsa, akibat dari keserakahan atau keegoisan untuk mencapai
keuntungan pribadi.

Tantangan Eksternal keutuhan NKRI


Berikut ini tantangan eksternal atau yang bersumber dari luar NKRI,
diantaranya:

1. Jaringan narkoba internasional yang masuk ke Indonesia, sebagaimana


kita tahu bahwa narkoba merusak moral anak bangsa.
2. Budaya asing yang masuk, dimana beberapa diantaranya bertentangan
dengan budaya nasional atau kepribadian bangsa Indonesia.
3. Globalisasi mempermudah akses informasi, mengakibatkan media asing
yang sangat mudah masuk ke Indonesia, tentunya mempermudah asing
dalam melakukan propaganda melalui media.
4. Berbagai kepentingan asing yang ingin menguasai Indonesia.

BAB V “BELA NEGARA”


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau
seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi
negara tersebut.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan
fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan
secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun
peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Dasar hukum BELA NEGARA

1. Undang-Undang No. 29 Tahun 1954 Tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat


UU ini merupakan UU pertama yang membahas mengenai peran serta rakyat dalam rangka bela
negara. UU No. 29 Tahun 1954 disahkan pada masa demokrasi parlementer dan di dalamnya berisi
mengenai kehormatan warga negara adalah dengan turut serta dalam upaya pertahanan negara.
maksud dari pertahanan negara adalah membela kemerdekaan negara dan daerahnya. Selain itu, di
dalam pasal 2 UU ini, disebutkan bahwa setiap warga negara tidak dapat menghindar dari kewajiban
pertahanan negara. kewajiban ini akan hilang apabila warga negara sedang dihukum oleh negara
karena kejahatannya, demikian isi pasal 3 UU No. 29 Tahun 1954.

2. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan
Negara Republik Indonesia.
Dasar hukum bela negara yang paling gamblang dan paling kuat adalah UU No. 20 tahun 1982 ini. Di
dalamnya dengan jelas disebutkan apa itu arti dari pertahanan keamanan negara, bela negara, upaya
bela negara, perlawanan rakyat semesta, sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, dan lain
sebagainya. Undang-undang ini juga mempertegas pentingnya peran rakyat di dalam mempertahankan
kedaulatan negara. pemerintah diwajibkan oleh undang-undang ini untuk mendidik rakyatnya agar
senantiasa siap melakukan upaya bela negara. Undang-undang ini juga menjadikan aspek wawasan
nusantara sebagai salah satu komponen penting di dalam pendidikan pendahuluan bela negara. selain
itu, tugas dan fungsi TNI Polri dalam hal bela negara juga diatur di dalam Undang-Undang ini.
3. Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 Tentang Rakyat Terlatih
Dasar hukum bagi bela negara di Indonesia selanjutnya adalah UU No. 56 Tahun 1999. UU ini
mengatur secara lengkap mengenai rakyat terlatih. Rakyat terlatih merupakan unsur dasar dari
kekuatan pertahanan keamanan negara yang mampu melaksanakan fungsi ketertiban umum,
perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara.

Secara lebih lanjut, undang-undang ini mengatur tentang pembentukan dan pembinaan rakyat terlatih
yang menjadi tanggung jawab dari pemerintah. Rakyat terlatih yang dimaksud adalah semua warga
negara berusia 18-45 tahun yang sehat jasmani dan rohani, serta tidak dalam keadaan hilang haknya
untuk upaya bela negara. setelah selesai dibina, maka rakyat terlatih diberi penugasan atas wewenang
presiden. Apabila terjadi pelanggaran dalam hal bela negara, terdapat pidana yang juga diatur di
dalam undang-undang ini.

4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VI Tahun 2000 Tentang Pemisahan TNI
dengan Polri
Sebelum adanya ketetapan MPR RI No. VI tahun 2000, terjadi bias kekuasaan dan wewenang di
dalam dunia pertahanan keamanan negara ini. TNI dan Polri menjadi satu di dalam wadah ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). selain itu, terjadi pula Dwifungsi ABRI di dalam dunia
politik dan hankam sehingga dibentuklah suatu Tap MPR untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Tap MPR No. VI tahun 2000 ini menjadikan ABRI terbagi dua, yaitu TNI dan Polri.
Ditegaskan pula bahwa TNI ialah alat negara untuk pertahanan negara, sedangkan Polri adalah alat
negara untuk memelihara keamanan negara. Di dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara, TNI
dan Polri harus saling bekerja sama dan saling membantu.

5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VII Tahun 2000 Tentang Peranan TNI dan
Polri
Sebagai bentuk tindak lanjut dari Tap MPR No. VI tahun 2000 tentang pemisahan TNI dan Polri,
MPR RI kembali mengesahkan suatu Tap yang berkaitan dengan Tap sebelumnya, yaitu Tap No. VII
tahun 2000 tentang peranan TNI dan Polri. Ketetapan MPR ini digunakan untuk menegaskan
pemisahan TNI dengan Polri. Dalam pasal 2 Tap ini, disebutkan tugas pokok TNI yaitu menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, serta
menyelenggarakan wajib negara bagi WNI. Di sisi lain, pada pasal 6 Tap ini disebutkan bahwa Polri
memiliki peranan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
6. Amandemen Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) sampai ayat (5) dan
Pasal 27 ayat (3)
Perubahan UUD NKRI 1945 pasal seperti tersebut di atas menghasilkan suatu ketentuan yang harus
diikuti atau hak dan kewajiban warga negara. secara khususnya, pasal 27 ayat (3) mengatur mengenai
kewajiban warga negara untuk berpartisipasi dalam upaya bela negara. sebagai tambahan, di dalam
pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) disebutkan bahwa warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan melalui sistem semesta. Ayat-ayat selanjutnya menjadi dasar bagi peran
TNI dan Polri dalam upaya pertahanan dan keamanan negara.

7. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara


Undang-Undang ini mengatur lebih lanjut mengenai upaya bela negara dalam konteks terdapat
ancaman dari luar negeri yang mengancam kemerdekaan Indonesia. aktor utama dalam UU ini adalah
Tentara Nasional Indonesia. namun, tidak lupa warga negara juga dicantumkan dalam UU ini karena
ia berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara. Penanggung jawab tertinggi dari pertahanan negara menurut UU ini adalah
presiden RI dengan memperhatikan pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Pembinaan
kemampuan pertahanan, pengawasan, dan pembiayaan pertahanan negara juga diatur dalam UU ini.

KESEDIAAN WARGA NEGAR UNTUK MELAKUKAN BELA NEGARA

1. Bela Negara Secara Fisik

Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara


merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap warga Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Namun, seperti diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 2002 dan
sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta, maka pelaksanaannya
dilakukan oleh Rakyat Terlatih (Ratih) yang terdiri dari berbagai unsur, misalnya
Resimen Mahasiswa, Perlawanan Rakyat, Pertahanan Sipil, Mitra Babinsa, OKP
yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lainnya.

Rakyat Terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu ketertiban umum,


perlindungan masyarakat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat. Tiga fungsi
yang disebut pertama, umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat
terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih
membantu pemerintah daerah dalam menangani kemanan dan ketertiban
masyarakat. Sementara fungsi perlawanan masyarakat dilakukan dalam keadaan
darurat perang, di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi
pasukan reguler TNI dan terlibat langsung di medan perang. Apabila keadaan
ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat
pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan wajib militer bagi warga
negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di
Barat. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan sebagai upaya militerisasi masyarakat
sipil, tetapi memperkenalkan "dwi fungsi sipil". Maksudnya sebagai upaya
sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan dan keamanan negara
bukanlah semata-mata tanggung jawab TNI, tetapi merupakan hak dan kewajiban
seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Bela Negara Secara Nonfisik

Di mana transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini,
justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik dari luar maupun dari dalam seperti
yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara
tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga
negara sipil dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
sepanjang massa, dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara sebagai berikut.
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan
menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat.
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika),
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://raihanindraguna.blogspot.com/2017/01/laporan-materi-kebhinekaan-
bangsa.html

2. https://www.penuliscilik.com/tantangan-dalam-menjaga-keutuhan-nkri-dan-
penjelasannya/
3. https://materibelajar.co.id/pengertian-bela-negara/

4. https://belajar-ppkn.blogspot.com/2016/04/kesediaan-warga-negara-untuk-
melakukan.html

Anda mungkin juga menyukai