5. Rosalinda
2019/2020
SMAN 1 SUBANG
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memerikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah Integrasi Nasional dalam Bingai Bhineka Tunggal Ika.
C. Tujuan
1. Siswa mengetahui pengertian Integrsi Nasional.
2. Siswa mengetahui proses dalam Integrasi Nasional.
3. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan
penghambat Integrasi Nasional.
Penutup
A. Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan.Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
B. Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional
dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini
berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu
yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia
BAB I “KEBHINEKAAN BANGSA INDONESIA”
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan
fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan
secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun
peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan
Negara Republik Indonesia.
Dasar hukum bela negara yang paling gamblang dan paling kuat adalah UU No. 20 tahun 1982 ini. Di
dalamnya dengan jelas disebutkan apa itu arti dari pertahanan keamanan negara, bela negara, upaya
bela negara, perlawanan rakyat semesta, sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, dan lain
sebagainya. Undang-undang ini juga mempertegas pentingnya peran rakyat di dalam mempertahankan
kedaulatan negara. pemerintah diwajibkan oleh undang-undang ini untuk mendidik rakyatnya agar
senantiasa siap melakukan upaya bela negara. Undang-undang ini juga menjadikan aspek wawasan
nusantara sebagai salah satu komponen penting di dalam pendidikan pendahuluan bela negara. selain
itu, tugas dan fungsi TNI Polri dalam hal bela negara juga diatur di dalam Undang-Undang ini.
3. Undang-Undang No. 56 Tahun 1999 Tentang Rakyat Terlatih
Dasar hukum bagi bela negara di Indonesia selanjutnya adalah UU No. 56 Tahun 1999. UU ini
mengatur secara lengkap mengenai rakyat terlatih. Rakyat terlatih merupakan unsur dasar dari
kekuatan pertahanan keamanan negara yang mampu melaksanakan fungsi ketertiban umum,
perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat dalam rangka penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara.
Secara lebih lanjut, undang-undang ini mengatur tentang pembentukan dan pembinaan rakyat terlatih
yang menjadi tanggung jawab dari pemerintah. Rakyat terlatih yang dimaksud adalah semua warga
negara berusia 18-45 tahun yang sehat jasmani dan rohani, serta tidak dalam keadaan hilang haknya
untuk upaya bela negara. setelah selesai dibina, maka rakyat terlatih diberi penugasan atas wewenang
presiden. Apabila terjadi pelanggaran dalam hal bela negara, terdapat pidana yang juga diatur di
dalam undang-undang ini.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VI Tahun 2000 Tentang Pemisahan TNI
dengan Polri
Sebelum adanya ketetapan MPR RI No. VI tahun 2000, terjadi bias kekuasaan dan wewenang di
dalam dunia pertahanan keamanan negara ini. TNI dan Polri menjadi satu di dalam wadah ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). selain itu, terjadi pula Dwifungsi ABRI di dalam dunia
politik dan hankam sehingga dibentuklah suatu Tap MPR untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Tap MPR No. VI tahun 2000 ini menjadikan ABRI terbagi dua, yaitu TNI dan Polri.
Ditegaskan pula bahwa TNI ialah alat negara untuk pertahanan negara, sedangkan Polri adalah alat
negara untuk memelihara keamanan negara. Di dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara, TNI
dan Polri harus saling bekerja sama dan saling membantu.
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. VII Tahun 2000 Tentang Peranan TNI dan
Polri
Sebagai bentuk tindak lanjut dari Tap MPR No. VI tahun 2000 tentang pemisahan TNI dan Polri,
MPR RI kembali mengesahkan suatu Tap yang berkaitan dengan Tap sebelumnya, yaitu Tap No. VII
tahun 2000 tentang peranan TNI dan Polri. Ketetapan MPR ini digunakan untuk menegaskan
pemisahan TNI dengan Polri. Dalam pasal 2 Tap ini, disebutkan tugas pokok TNI yaitu menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, serta
menyelenggarakan wajib negara bagi WNI. Di sisi lain, pada pasal 6 Tap ini disebutkan bahwa Polri
memiliki peranan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
6. Amandemen Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) sampai ayat (5) dan
Pasal 27 ayat (3)
Perubahan UUD NKRI 1945 pasal seperti tersebut di atas menghasilkan suatu ketentuan yang harus
diikuti atau hak dan kewajiban warga negara. secara khususnya, pasal 27 ayat (3) mengatur mengenai
kewajiban warga negara untuk berpartisipasi dalam upaya bela negara. sebagai tambahan, di dalam
pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) disebutkan bahwa warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan melalui sistem semesta. Ayat-ayat selanjutnya menjadi dasar bagi peran
TNI dan Polri dalam upaya pertahanan dan keamanan negara.
Di mana transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini,
justru kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik dari luar maupun dari dalam seperti
yang telah diuraikan di atas. Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara
tidak selalu harus berarti "memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga
negara sipil dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk,
sepanjang massa, dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara sebagai berikut.
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan
menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.
Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat.
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika),
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang, dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://raihanindraguna.blogspot.com/2017/01/laporan-materi-kebhinekaan-
bangsa.html
2. https://www.penuliscilik.com/tantangan-dalam-menjaga-keutuhan-nkri-dan-
penjelasannya/
3. https://materibelajar.co.id/pengertian-bela-negara/
4. https://belajar-ppkn.blogspot.com/2016/04/kesediaan-warga-negara-untuk-
melakukan.html