Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi.
Pemahaman yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi
profesi bidan agar mampu menerapkan dan memberikan pelayanan kebidanan
yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam berkarya di
pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami
kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan
kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai
dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etilka dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Metaetika (etika)
2) Etika atau teori moral;
3) Etika praktik.

Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme


untuk memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika
dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi
keputusan harus segera dibuat.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang
baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

1
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui pengertian etika, etiket, moral dan hukum.
b. Memahami sistematika etika.
c. Mengetahui fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.
d. Memahami tentang Sumber etika
e. Mengetahui Hak, kewajiban, dan tanggung jawab seorang bidan dan pasien

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum

A. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam
bentuk tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat,
akhlak, waktu, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha
mempunyai arti adat kebiasaan.
Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika
berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Etika berasal dari bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah laku
atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yagn harus
dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya moral,
yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah
sama, hanya bahasa asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1953), Etika artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak
(moral). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) etika
mengandung arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Sedangkan Bertens merumuskan arti kata etika sebagai berikut:


1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai bisa berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

3
2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode
etik.
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.

 Macam- macam etika


Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu
memenuhi hajat hidupnya dalm rangka asas keseimbangan antara kepentingan
pribada dengan pihak lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan anatara
sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Terdapat dua macam etika,
sebagai berikut:
a. Etika deskriptif, yakni etika yang menelaah secara kritis dan
rasional tentang sikap dan perilaku manusia. Artinya etika
deskriptif tersebut bebicara mengenai fakta secara apa adanya.
b. Etika normatif, yakni etika yang menetapkan berbagai sikap dan
perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau
apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa
yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak
secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika diatas, dapat diklasifikasikan


menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang
khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari
perilaku manusia.
b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam
kehidupan bersama.
c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai
baik buruknya terhadap perilaku manusia.

4
Contoh penerapan etika
Etika terbagi dalam 3 bagian:
a. meta-ethics : bentuk filsafah morral yang paling abstrak,
mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu
kejadian.
b. Ethical/moral theory : mekanisme untuk menyelesaikan
masalah etika atau pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat
c. Practical ethics : mengaplikasikan bentuk etika dalam
wujud sikap/perilaku untuk menghadapi masalah etika
yang dihadapi

Etika dalam pelayanan kebidanan


Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based etika, yakni penerapan, proses, dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia
tentang apa yang baikatau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban
moral, apa yang boleh atau yang tidak boleh dilakukan.

B. Etiket
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lan. Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette.
Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun.
Persamaan etika dan etiket yaitu:
1. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia
2. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya
memeberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian
menyatakan apa yang harus dilakukan an apa yang tidak boleh
dilakukan.
Perbedaan etika dan etiket yaitu:
1. Menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan.

5
2. Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi
nilai tentang perbuatan itu sendiri.
3. Hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada orang lain tidak
berlaku.
4. Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau tidaknya seseorang.
5. Bersifat relatif, tidak sopan dalam satu kebudayaan, sopan dalam
kebudayaan lain.
6. Bersifat absolut, contoh jangan mencuri, jangan berbohong.
7. Memandang manusia dari segi lahiriah.
8. Memandang manusia dari segi batiniah.

C. Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti
mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun
waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan norma atau nilai. Moralitas
berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:
1. Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
2. Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.

Jika dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral
sekuler. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal
ini orang tinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki dibidang
moral. Moral sekuler merupakn moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama
dan hanya bersifat duniawi semata-mata.

Moral dan nilai dalam kebidanan


Kemajuan lmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh
terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi
tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan prkatik kebidanan serta dalam memeberikan
pelayanan berkualitas.

6
D. Hukum
Pada umumnya, yang dimaksudkan hukum adalah segala peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah dalam kehidupan bersama yang dapat
dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Pada dasarnya hukum
merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan memegang
nilai-nilai secara konsisten merupana tindakan yang etis, sehingga anatara
hukum dan etika juga memiliki keterkaitan.
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral.
Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya
moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang
abstrak saja tanpa adanya hukum. Contoh bahwa mencuri itu adalah moral
yang tidak baik, supaya prinsip etis ini berakar di masyarakat maka harus
diatur dengan hukum.
Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:
1. Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang,
mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.
2. Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidakpastian
lebih besar.
3. Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum meminta
legalitas.
4. Moral menyangkut sikap batin seseorang.
5. Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.
6. Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak
tenang, sanksi dari Tuhan.
7. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat
atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak menilai moral.
8. Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat
dan negara, masyarakat dan negara tidak dapat merubah moral. Moral menilai
hukum.

7
2.2. Sistematika Etika
1. Pengenalan Etika Umum
a. Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk
berhubungan dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani memerintahkan atau
melarang kita untuk melakukan sesuatu sekarang dan disini. Ketika kita tidak
mengikuti hati nurani berarti kita menghancurkan integritas kepribadian kita dan
mengkhianati martabat terdalam kita. Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan
bahwa manusia mempunyai kesadaran.
Terdapat hubungan timbalbalik antara kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa
manusia itu bertanggung jawab tanpa kebebasan. Batas-batas kebebasan meliputi:
a. Faktor internal
b. Lingkungan
c. Kebebasan orang lain
d. Generasi penerus yang akan datang
Dalam hati nurani ada suatu kesadaran bahwa ada yang turut mengetahui
tentang perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani merupakan semacam saksi terhadap
perbuatan moral kita. Hati nurani bisa merupakan penilaian terhadap perbuatan
yang berlangsung di masa lampau (retrospektif). Hati nurani juga bisa merupakan
penilaian perbuatan yang sedang dilaksanakan saat ini atau penilaian terhadap
perbuatan kita di masa yang akan datang (prospektif).

b. Kebebasan dan Tanggung Jawab


Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa
manusia itu bertanggung jawab. Tidak mungkin kebebasan tanpa tanggung jawab
dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa kebebasan. Batas-batas kebebasan
meliputi:
1) Faktor internal
2) Lingkungan
3) Kebebasan orang lain

8
4) Generasi penerus yang akan datang
Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa seseorang harus mampu
menjawab, tidak boleh mengelak bila dimintai penjelasan tentang perbuatannya.
Tanggung jawab meliputi tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah
berlangsung dengan segala konsekuensinya, tanggung jawab terhadap perbuatan
yang sedang dilaksanakan dan tanggung jawab terhadap perbuatan yang akan
datang.

c. Nilai dan Norma


Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang
dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yan disukai, sesuatu yang diinginkan.
Menurut filsuf Jerman Hang Jones nilai adalah the addressee of a yes, sesuatu
yang ditujukan dengan ya kita. Sesuatu yang kita iyakan. Nilai mempunyai
konotasi yang positif. Nilai mempunyai tiga ciri:
1. Berkaitan dengan subyek.
2. Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin membuat sesuatu.
3. Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat yang dimiliki
obyek.
Norma berasal dari bahasa Latin Norma, artinya aturan atau kaidah yang
dipakai sebagai tolok ukur menilai sesuatu. Norma umum meliputi tiga hal:
1. Norma kesopanan atau etiket.
2. Norma hukum.
3. Norma moral, adalah norma yang tertinggi, dan norma moral tidak dapat
dilampau oleh norma yang lain tetapi menilai norma-norma yang lain.
4. Norma merupakan hal yang terpenting bagi martabat manusia. Sumber dari nilai
dan norma adalah agama, kebudayaan, nasionalisme dan lain-lain.

d. Hak dan Kewajiban


Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala ikatan
dengan hukum obyektif. Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau
sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa
macam hak, antara lain hak legal, hak moral, hak individu, hak social, hak positif,

9
dan hak negatif. Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum. Hak
moral adalah hak yang didasarkan pada prinsip atau etis.
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak
seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut.
Menurut John Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan
kewajiban tidak sempurna. Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan
atas keadilan, selalu terkait dengan hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak
sempurna, tidak terkait dengan hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas
kemurahan hati atau niat berbuat baik.
Faktor-faktor yang melandasi etika adalah meliputi hal-hal tersebut di
bawah ini:
a. Nilai-nilai atau value.
b. Norma
c. Sosial budaya, dibangun oleh konstruksi sosial dan dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Religius.
- Agama mempunyai hubungan erat dengan moral.
- Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik.
- Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling
penting.
- Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku
para anggotanya.
e. Kebijakan atau policy maker, siapa stake holdersnya dan bagaimana kebijakan yang
dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika maupun kode etik.

e. Amoral dan immoral


Menurut oxford dictionary, kata amoral dijelasknan sebagai unconcerned
with,out of spere of moral,nonmoral,diluar atis.
Sedangkan immoral berarti opposed to morality, morally evil, yang berarati
tertentang dangan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.

10
f. Moral dan agama
Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dasar terpenting dari
tingkah laku moral adalah agama. Mengapa perbuatan itu boleh atau tidak tidak
boleh dilakukan, dasarnya adalah agama melarang untuk melakukannnya.

2. Pengenalan Etika Sosial


Seorang bidan adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang bidan
harus mempunyai etika, karena yang dihadapi bidan adalah juga manusia. Bidan
harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini dilakukan
karena bidan adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk
keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang bidan bisa menjalin
hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati
dan menghargai di antara keduanya. Etika dapat membantu para bidan
mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup,
menerima pelajaran, sehingga para bidan dapat mengetahui kedudukannya dalam
masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para bidan dapat
mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama.
Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti
saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Sejalan dengan
tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara
lain ditentukan oleh pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan
masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat
dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan
budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan,
termasuk jabatan bidan.

2.3. Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai

11
dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu
sejak konseling pra konsepsi, screening antenatal, pelayanan intrapartum,
perawatan intensive pada neonatal, dan pengakhiran kehamilan.
Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah,
kelahiran SC dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin
pelayanan yang professional dan akutabilitas serta aspek legal dalam pelayanan
kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan
praktik berdasarkan evidence based. Sehingga disini berbagai dimensi etik dan
bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan
dipahami. Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh,
moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain
selain manusia.
Moralitas berasal dari bahasa latin moralis, artinya pada dasarnya sama
dengan moral, moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau
baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang
menyangkut baik dan buruk. Kaitan antara etika dan moralitas adalah, bahwa etika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu yang
membahas tentang moralitas.
Moral adalah mengenai apa yang dinilai seharusnya oleh masyarakat. Etika
adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika
berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan
tindakannya didasari nilai-nilai. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Mete etika (nilai);
2) Etika atau teori moral;
3) Etika praktik.
Metaetika berasal dari bahasa Yunai meta, artinya melebihi, yang dipelajari
disini adalah ucapan-ucapan kita di bidang moralitas atau bahasa yang digunakan
di bidang moral. Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang
digunakan dalam batasan pengertian baik, buruk atau bahagia. Etika atau teori
moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk memecahkan
masalah etika. Teori praktik.

12
Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana
dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat.
Bagaimana menjaga prinsip moral, teori nilai dan penentuan suatu tindakan. Etika
pada hakekatnya berkaitan dengan falsafah dan moral, yaitu mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, karena etika
bisa berubah dengan lewatnya waktu. Etika khusus adalah etika yang dikhususkan
bagi profesi tertentu, misalnya etika kedokteran, etika rumah sakit, etika
kebidanan, etika keperawatan, dll.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia tentang: apa yang
baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut
berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-ketentuan
apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi,
tidak hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga
dengan tingkah lakunya secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota
dan organisasi, meliputi :
1) menjunjung tinggi martabat dan citra profesi;
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota;
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
4) Meningkatkan mutu profesi. Dimensi kode etik meliputi:
a.Anggota profesi dan klien;
b.Anggota profesi dan system;
c. Anggota profesi dan profesi lain;
d. Semua anggota profesi.
Prinsip kode etik terdiri dari:
a. Menghargai otonomi;
b. Melakukan tindakan yang benar;
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan;

13
d. Memperlakukan manusia secara adil;
e. Menjelaskan dengan benar;
f. Menepati janji yang telah disepakati;
g. Menjaga kerahasiaan.

2.4. Sumber Etika


Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat
dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah
nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang


baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian
yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

2.5. Hak dan Kewajiban serta tanggung jawab bidan dan pasien
1. Hak bidan
 Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya
 Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan
 Bidan berhak menolak keinginan pasien /klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi
 Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain
 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai

14
 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan
 Bidan berhak mendapat kompensasi dan keseahteraan yang sesuai

2. Kewajiban bidan
 Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara bidan tersebut dengan rumah bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja
 Bidan waib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
profesi dengan menghormati hak-hak pasien
 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
 Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami
atau keluarga
 Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami
atau keluarga
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh
suami atau keluarga
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh
suami atau keluarga
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuia dengan keyakinan
 Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang
pasien
 Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul
 Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atau tindakan yang akan dilakukan
 Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
 Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal
 Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.

15
Hak dan Kewajiban Pasien
1. Hak pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :
 Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan Peraturan yang
berlaku di Rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
 Pasien berhajk atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur
 Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi
 Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tan
diskriminasi
 Pasien berhak memilih bidan untuk menolongnya sesuai dengan keinginannya
 Pasien berhak mendapat informasi yang melipiti kehamilan persalinan, nifas
dan bayinya yang baru dilahirkan
 Pasien berhak mendapat pendamping suami selama proses persalinan
berlangsung
 Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit,dll

2. Kewajiban pasien
 Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat
yang merawatnya
 Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan
atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter
bidan dan perawat
 Pasien atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibu

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan santun. Moral
merupakan nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Hukum berhubungan erat
dengan moral. Hukum membutuhkan moral, hukum tidak mempunyai arti, kalau
tidak dijiwai oleh moralitas. Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issue
utama di berbaai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para
praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses
dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive
pada neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek
legal dalam pelayanan kebidanan kode etik profesi bidan merupakan suatu
pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
profesional bidan.

3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan
meningkatkan mutu profesi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Th. Endang Purwoastuti, S. Pd, APP.2015. ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK


KEBIDANAN. Pustaka Baru Press: Yogyakarta
http://modulkesehatan.blogspot.co.id/2012/12/prinsip-etika-dan-moral-dalam-
pelayanan_17.html
http://muhsakirmsg.blogspot.co.id/2013/03/makalah-prinsip-etika-dan-
moralitas_8482.html

18

Anda mungkin juga menyukai