1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN UMUM
Setelah mendapatkan penyuluhan peserta diharapkan mampu memahami tentang
Napza
3. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat menjelaskan:
A. Menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya.
B. Menyebutkan Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.
C. Menyebutkan tanda dan gejala ketergantungan obat.
D. Menyebutkan bahaya penggunaan NAPZA.
E. Menyebutkan cara pencegahan penggunaan NAPZA
4. ISI MATERI
Terlampir
5. METODE PENYULUHAN
Ceramah dan diskusi
6. MEDIA PENYULUHAN
Power point dan Lefleat
7. STRATEGI PENYULUHAN
8. EVALUASI
A. Evaluasi Struktur
1) Menyiapkan SAP
2) Menyiapkan materi dan media
3) Kontrak waktu dengan sasaran
4) Menyiapkan tempat
5) Menyiapkan pertanyaan
B. Evaluasi Proses
Peserta berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
C. Evaluasi Akhir
Peserta mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh penyuluh
LAMPIRAN MATERI NAPZA
1. Pengertian NAPZA
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku )
serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Karena itu bagi
yang sudah menghayatinya selalu muncul dorongan kuat untuk
menggunakan napza guna memperoleh kenikmatan lahir batin atau eforia.
Semakin kuat napza mempengaruhan pusat-pusat penghayatan maka
semakin kuat pula potensi ketergantungan yang akan ditimbulkanYang
termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.
2. Jenis Jenis
A. Narkotika :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3
golongan :
1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
B. Psikotropika :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri
dari 4 golongan :
1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine.
3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
C. Zat Adiktif Lainnya :
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi
1) Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh
manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Johny
Walker ).
2) Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat
Kuku, Bensin.
3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain
yang berbahaya.
3. Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA
Pada setiap kasus, ada berbagai penyebab yang khas mengapa seseorang
menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang
akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak
dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Beberapa faktor yang
berperan pada penyalahgunaan NAPZA adalah :
A. Faktor Keluarga
1) Faktor orangtua atau keluarga yang ikut menjadi pencetus remaja
menjadi penyalahgunaan napza adalah orangtua yang:
2) Kurang komunikatif dengan anak dan terlalu menuruti kemauan
anak (permisif).
3) Terlalu sibuk dan kurang memberi perhatian pada anak, Tidak
sepaham dalam mendidik anak.
4) Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orangtua) mengalami
ketergantungan NAPZA
5) Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan
ibu.
6) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.
Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan
anak, maupun antar-saudara.
7) Keluarga dengan orangtua yang otoriter. Di sini peran orangtua
sangat dominan, dengan anak yang hanya sekadar harus menuruti
apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau
demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi
kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
8) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut
anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang
harus dicapai dalam banyak hal.
B. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam
perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki
konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan
emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidak mampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif
dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya
secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari
pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan
dengan mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat
faktor- faktor di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam
hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan
peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya
pemecahan masalah yang dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan
pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas diri.
Namun bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan
menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan
sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk
mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya
peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada
anak remajanya.
C. Faktor Kelompok
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan
kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk
mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.
Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja,
karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada
yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman
sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih
populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial dan
akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain
yang dapat menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok
teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung
penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
D. Faktor Kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga
dapat dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan
pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah
diperoleh. Bahkan beberapa media massa mendapat informasi bahwa
para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah,
termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya
berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan
usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
E. Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat yang bayak berperan dalam menentukan
karakteristik seseorang, sifat serta perilaku seseorang akan sangat
berpengarug terhadap penyalah gunaan obat tersebut karena kondisi
lingkungan yang kurang aktiv dalam upaya pemberantasan peredaran
obat- obatan tersebut atau sikap tak acuh seolah membiarkan
penyalahgunaan napza.
4. Tanda dan Gejala Ketergantungan
Tanda-tanda umum untuk mengenali apakah anak sudah mulai terlibat dalam
penyalahgunaan NAPZA:
A. Perubahan Fisik
1) Badan kurus
2) Tampak mengantuk
3) Mata merah, cekung
4) Bekas suntikan/goresan di lengan /kaki
B. Perubahan Perilaku
1) Emosi labil
2) Takut sinar/air
3) Menyendiri
4) Bohong/mencuri.
5) Menjual barang
6) Pergi tanpa pamit
7) Halusinasi
8) Paranoid
9) Prestasi di sekolah menurun
5. Bahaya Penggunaan NAPZA
Semua jenis obat dan zat dapat membahayakan tubuh bila digunakan
tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya. Efek obat akan sangat tergantung
pada berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seberapa besar efeknya bagi
tubuh tergantung pada jenis obat yang digunakan, berapa banyak dan sering
digunakan, bagaimana cara menggunakan obat itu, dan apakah digunakan
bersama obat lain. Efek obat terhadap tubuh manusia juga tergantung dari
berbagai faktor psikologis seperti kepribadian, harapan atau perasaan saat
memakai, dan faktor biologis seperti berat badan, kecenderungan alergi, dll.
Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
syaraf pusat (SSP) , termasuk otak dan sumsum belakang organ-organ
otonom seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan pancaindera. Kerusakan
pada organ-organ tubuh itu menghilangkan dan merusak fungsi-fungsi tubuh
pemakai sebagai manusia normal, sehingga selanjutnya pemakai tidak dapat
lagi hidup normal.
NAPZA membahayakan hidup pemakai sendiri maupun orang lain.
Bagi pemakai, selain tidak dapat hidup normal, ia juga bisa menghadapi
kematian karena overdosis atau penyakit lain. Para pemakai NAPZA
biasanya juga menjadi beban bagi orang-orang lain di sekitarnya mulai dari
keluarganya sendiri sampai masyarakat luas..
Ketergantungan fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit luar biasa bila
ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaian akan
dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku
yang kompulsif (berkeras, ngotot) untuk memperoleh obat-obatan tersebut
Ketergantungan ini menyebabkan perilaku orang tersebut menjadi aneh dan
kadang-kadang tak terkendali.
Keadaan ini semakin buruk manakala tubuh sang pemakai menjadi
kebal, sehingga kebutuhan tubuh akan zat yang biasa dipakainya tersebut
meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama “tingginya” (disebut
toleransi). Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering diperlukan untuk
menenangkan keinginan yang besar. Semakin tinggi dosis dan semakin
sering pemakaian, semakin besar kemungkinan pemakai mengalami over
dosis (takaran melebihi kemampuan tubuh menerimanya) yang menyebabkan
kematian.
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan berbagai perasaan enak,
nikmat, senang, bahagia, tenang dan nyaman pada pemakainya. Tetapi
perasaan positif ini hanya berlangsung sementara, yaitu selama zat bereaksi
dalam tubuh. Begitu efek NAPZA habis, yang terjadi adalah justru rasa sakit
dan tidak nyaman sehingga pemakai merasa perlu menggunakannnya lagi.
Hal ini terus berulang sampai pemakai menjadi tergantung. Ketergantungan
pada NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai dampak negatif dan
berbahaya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
A. Fisik : sistim syaraf pusat yaitu otak dan sum-sum tulang belakang,
organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera.
B. Psikologis atau kejiwaan : Perasaan tertekan bila tidak memakai obat
tersebut, percobaan bunuh diri karena tidak dapat mendapatkan obat yang
dibutuhkan, melakukan tindak kekerasan.
C. Sosial dan Ekonomi : Merugikan keluarga, sekolah, lingkungan,
masyarakat bahkan bangsa.
D. Hukum Dan Keamanan : Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat
mengendalikan diri dan bersikap sesuai dengan norma-norma umum
masyarakat dan hal itu melanggar hukum yang berlaku di negera
Indonesia.
E. Lingkungan : pengguna NAPZA akan cenderung berperilaku tidak
sesuai dengan norma dalam masyarakat
Depkes RI. (2000). Pedoman Terapi Pasien Ketergantngan Narkotika dan Zat
Adiktif Lainnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
PENYALAHGUNAAN NAPZA
OLEH