Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan
oleh TIO tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan berkurangnya
serabut saraf optic.2 Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan
humor akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular
dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer
aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.2
Glaukoma sudut terbuka adalah glaucoma yang penyebabnya tidak ditemukan
dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini
diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaucoma pada kedua mata pada pemeriksaan
pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.2,3

Gambar 2.1 Glaukoma

1
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma:1,2
A. Glaukoma primer
 Sudut terbuka
 Sudut tertutup
B. Glaukoma sekunder
 Sudut terbuka
 Sudut tertutup
C. Glaukoma kongenital

2.3 ETIOLOGI
Penyebab glaukoma sudut terbuka tidak pasti, dimana tidak didapatkan
kelainan yang merupakan penyebab glaukoma.2,3 Glaukoma ini didapatkan pada orang
yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:3
a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan
anatomis bilik mata yang menyempit.
b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
( goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan
goniodisgenesis.
Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan
pada penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan
biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4

2.4 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.
Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko
menderita glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.5 Glaukoma sudut terbuka adalah
bentuk glaukoma yang tersering dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40
tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma
sudut terbuka.1

2
Gambar 2.2 Epidemiologi glaukoma

2.5 PATOGENESIS6
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, biji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan
akhir perifer endotel dan membran desemet, kanal schlemn yang menampung cairan
mata kesalurannya.

Gambar 2.3 Hambatan pada aliran aquos humor

3
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan
disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal.
Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua
komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (akueus
humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular
meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang,
kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata
depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran
ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak
pada jaringan trabekulum maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi
karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat
dicapai oleh akueus.

Bagan 2.1 Patofisiologi Glaukoma

4
Gambar 2.4 Kerusakan papil saraf akibat glaukoma

2.6 GEJALA KLINIS


Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa
ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui
disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan. 2,5,7 Glaukoma primer
yang kronis dan berjalan lambat sering tidak diketahui bila mulainya, karena keluhan
pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah terasa berat, kepala pening
sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak
mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata koreksi untuk presbiopia lebih kuat
dibanding usianya. Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan
glaukomanya sudah berat.3 Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang
yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika
penderita melihat lurus ke depan ( disebut penglihatan terowongan).4

5
2.7 PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata
dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter
spesialis lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap
orang berusia di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara umum.
Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer
aplanasi Goldman.

Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran
tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat
daya tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi
Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan terhadap
kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi
horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%.
Penderita diminta melihat lurus ke suatu titik di langit-langit, atau penderita
diminta melihat lurus ke salah satu jarinya, yang diacungkan, di depan
hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari
tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata; jari
kelingking tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak inferior.
Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan tonometer diletakkan
di atas kornea.
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea,
sedang mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar
penderita. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap
angka pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5
gram (beban standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau
10 gram. Untuk tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.


Tonometri Digital
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan
cepat yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus

6
(tonometer). Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan
besarnya tekanan di dalam bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
 Penderita disuruh melihat ke bawah
 Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas
penderita
 Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita
 Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola
mata.

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat


menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal. Cara ini
sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau dinilai
seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara
pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor
subyektif.

b. Gonioskopi 3,6,8
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata
dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan
patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik
mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma
penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.

b. Oftalmoskopi 3,6
Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang
dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam
mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf
optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok
saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma
yang sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat : 8
 Kelainan papil saraf optik

7
- saraf optik pucat atau atrofi
- saraf optik tergaung
 Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau
 Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.

c. Pemeriksaan lapang pandang 6


Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti
perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus
selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma
yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi
lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma.
Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan
berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan
bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision,
seolah-olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

2.8 DIAGNOSIS

Pada anamnesa tidak khas, seperti mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah,
kadang-kadang penglihatan kabur. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan
memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya.3

Kita harus waspada terhadap glaukoma sudut terbuka pada orang-oarang : berumur 40
tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, pengobatan kortikosteroid lokal atau
sistemik yang lama dan dalam keluarga ada penderita glaukoma, miopia
tinggi.2,3,4,6,8

Pemeriksaan Tonometri bila antara kedua mata, selalu terdapat perbedaan tensi
intraokular 4 mmHg atau lebih, maka itu menunjukkan glaukoma sudut terbuka.6

Pemeriksaan lapang pandangan 6
Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menunjukkan
kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-
macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga
memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas.
8

Pemeriksaan oftalmoskopi 6
Pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi
yang primer, yaitu disebabkan oleh insufisiensi vaskuler.

Pemeriksaan gonioskopi 6
Pada glaukoma sudut terbuka sudutnya normal. Pada stadium yang lanjut, bila
telah timbul goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea atau trabekula )
maka sudut dapat tertutup.

Tes provokasi 6
 tes minum air kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan, 10 mmHg pasti
patologis
 tes steroid kenaikan 8 mmHg menunjukkan glaukoma
 pressure congestive test kenaikan 9 mmHg atau lebih, mencurigakan .
sedangkan 11 mmHg pasti patologis.

2.9 PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa 6
Harusnya disadari betul, bahwa glaukoma primer merupakan masalah terapi
pengobatan (medical problem). Pemberian pengobatan medikamentosa harus
dilakukan terus-menerus, karena itu sifat obat-obatnya harus mudah diperoleh dan
mempunyai efek sampingnya sekecil-kecilnya. Harus dijelaskan kepada penderita
dan keluarga, bahwa perlu pemeriksaan dan pengobatan seumur hidup. Obat-obat
ini hanya menurunkan tekanan intraokularnya, tetapi tidak menyembuhkan
penyakitnya. Minum sebaiknya sedikit-sedikit. Tak ada bukti bahwa tembakau dan
alkohol dapat mempengaruhi glaukoma.
Obat-obat yang dipakai :
 Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow
a. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari
b. Eserin ¼-1/2 %, 3-6 dd 1 tetes sehari
Kalau dapat pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu
diteteskan pada waktu tekanan intraokular menaik. Eserin sebagai salep mata

9
dapat diberikan malam hari. Efek samping dari obat-obat ini; meskipun dengan
dosis yang dianjurkan hanya sedikit yang diabsorbsi kedalam sirkulasi
sistemik, dapat terjadi mual dan nyeri abdomen. Dengan dosis yang lebih
tinggi dapat menyebabkan : keringat yang berlebihan, salivasi, tremor,
bradikardi, hipotensi.

 Simpatomimetik : mengurangi produksi humor akueus.


Epinefrin 0,5%-2%, 2 dd 1 tetes sehari.
Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.

 Beta-blocker (penghambat beta), menghambat produksi humor akueus.


Timolol maleat 0,25-0,5% 1-2 dd tetes, sehari.
Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif. Nadi harus diawasi terus. Pada wanita hamil, harus
dipertimbangkan dulu masak-masak sebelum memberikannya. Pemberian pada
anak belum dapat dipelajari. Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan
perubahan pupil, gangguan visus, gangguan produksi air mata, hiperemi.
Dapat diberikan bersama dengan miotikum. Ternyata dosis yang lebih tinggi
dari 0,5% dua kali sehari satu tetes, tidak menyebabkan penurunan tekanan
intraokular yang lebih lanjut.

 Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase), menghambat


produksi humor akueus.
Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet ( diamox, glaupax).
Pada pemberian obat ini timbul poliuria
Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni,
kelainan ginjal.
Obat-obat ini biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat
dikombinasi. Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekwensi penetesannya
atau prosentase obatnya, ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet.
Monitoring semacam inilah yang mengharuskan penderita glaukoma sudut
terbuka selalu dikelola oleh dokter dan perlu pemeriksaan yang teratur.

b. Operasi 8
10
Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila :
 tekanan intraokular tak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg
 lapang pandangan terus mengecil
 orang sakit tak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya
 tidak mampu membeli obat
 tak tersedia obat-obat yang diperlukan
Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humor akueus,
oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.

Pembedahan pada glaukoma :


1) Bedah filtrasi
Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu pasien dirawat dengan memberi
anestesi lokal kadang-kadang sedikit obat tidur. Dengan memakai alat sangat
halus diangkat sebagian kecil sklera sehingga terbentuk suatu lubang. Melalui
celah sclera yang dibentuk cairan mata akan keluar sehingga tekanan bola
mata berkurang, yang kemudian diserap di bawah konjungtiva. Pasca bedah
pasien harus memakai penutup mata dan mata yang dibedah tidak boleh kena
air. Untuk sementara pasien pascabedah glaukoma dilarang bekerja berat.
2) Trabekulektomi
Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi
(pengeluaran) cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata
sehingga tekanan bola mata naik. Bedah trabekulektomi merupakan teknik
bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada. Pada
trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran
keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Bedah trabekulektomi
membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan masuk di bawah
konjungtiva. Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk diberikan 5
fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar sehingga
tekanan bola mata sangat menurun. Pembedahan ini memakan waktu tidak
lebih dari 30 menit. Setelah pembedahan perlu diamati 4-6 minggu pertama.
Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan.

3) Bedah filtrasi dengan implan


Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong
pengaliran (implant urgary). Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin
untuk membuat filtrasi secara umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan
(artificial) yang ditanamkan ke dalam mata untuk drainase cairan keluar.

11
Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat keluarnya
cairan dari bilik mata depan.
Upaya di dalam membuat ini adalah :
 Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan.
 Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase.
 Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat.
 Tahan terhadap kemungkinan penutupan
 Minimal terjadinya hipotensi
 Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.
 Bersifat atraumatik

2.10 PROGNOSIS 5
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat
tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat
mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi
glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai
oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta
dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan pandang). Glaukoma sudut terbuka adalah
glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan
yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada
kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan
penyebab.

12
Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa
ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui disaat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan. Glaukoma sudut terbuka perlu
diwaspadai pada orang : usia 40 tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, dalam keluarga
ada penderita glaukoma, miopia tinggi.
Pemeriksaan glaukoma yaitu : pemeriksaan tekanan bola mata ( tonometri Schiotz,
tonometri aplanasi, tonometri digital ), gonioskopi, oftalmoskopi, pemeriksaan lapang
pandangan, tes provokasi. Penatalaksanaan glaukoma dilakukan dengan 2 cara yaitu :
medikamentosa dan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum, ed.


Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-232
2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,
dipublikasikan 3 Desember 2006.
3. Ilyas Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai
Penerbit FKUI, 2002, hal 212-217.

13
4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.medicastore.com/images/glaucoma.
jpg&imgreful , dipublikasikan tahun 2004.
5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari http://www.klinikmatanusantara.com
/glaukoma.php , dipublikasikan Tahun 2006.
6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6,
Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.
7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari http://www.pfizerpeduli.com/pfizer ,
dipublikasikan Tahun 2007.
8. Ilyas, Sidarta, Glaukoma. edisi 3, Jakarta, Sagung Seto, 2007, hal 57-60, 121-139.

14

Anda mungkin juga menyukai