Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS

NAMA : NURWAHYUNI
STAMBUK : A251 16 041
KELAS :A
KELOMPOK : 2
ASISTEN : FITRIANI MANDASARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS
I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mempelajari sifat ion
logam melalui karakteristik spektrum UV-VIS.
II. Dasar Teori
VII. Pembahasan
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (Radiasi Elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Fatimah,
2005).
Prinsip dasar spektronik 20 adalah analisis kuantitatif maupun kualitatif suatu
sampel pada panjang gelombang dari 340 sampai 600 nm. Larutan yang di analisis
harus berwarna. Jika tidak berwarna harus di komplekskan terlebih dahulu agar
berwarna (Arlina,2011)
Prinsip kerja spektronik 20 adalah sumber cahaya berupa lampu tungsten akan
memancarkan sinar polikhromatik. Setelah melewati pengaturan panjang gelombang,
hanya sinar yang monokhromatik di lewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan di deteksi oleh fotodetektor ( Arlina, 2011).
Hukum Lambert-Beer adalah rumus yang mendeskripsikan melemahnya
intensitas pencahayaan saat melalui suatu medium dengan substansi yang dapat
melakukan absorpsi. Intensitas ini bergantung pada konsentrasi substansi yang
menyerap cahaya dan ketebalan lapisan. Hukum Beer-Lambert merupakan dasar
fotometri modern sebagai metode analisis (Khopkar, 1990).
Percobaan ini menggunakan 3 larutan yaitu larutan CuSO4 0,1 M, CuCl2 0,2
M, dan CoCl2 0,2 M (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
1. Larutan K2CrO4 0,1 M
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan K2CrO4 0,1 M kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu, mengatur
panjang gelombang 420 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang
berada dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades,
aquades tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Fungsi dari mengatur
nilai transmitan agar mendapatkan hasil yang akurat, lalu absorbansi atau persen
transmitan dapat terbaca pada skala pembacaan. Dimana absorbansi merupakan
penyerapan energi cahaya sesuai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk melakukan
perubahan molekul dan transmitan adalah bagian dari cahaya yang diteruskan oleh
suatu larutan. Langkah selanjutnya memasukkan larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam
spektronik 20, langkah berikutnya yaitu melakukan pengukuran kembali dengan
panjang gelombang 570-640. Penggunaan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,1 M
bertujuan untuk mencapai absorbansi maksimum. Digunakan panjang gelombang
maksimum dalam pengukuran dikarenakan pada panjang gelombang maksimum
maka kepekaannya juga akan maksimal. Selain itu disekitar panjang gelombang
maksimal akan diperoleh bentuk kurva absorbansi yang datar dimana pada posisi
tersebut Hukum Lamber Beer terpenuhi Percobaan ini, maka diperoleh pengukuran
nilai absorbansi pada larutan K2CrO4 0,1 M dengan panjang gelombang 420-500 nm,
berturut-turut yaitu 1,5228 ; 1,3979 ; 1,3010 ; 1,1870 ; 1,0969 ; 1,0706 ; 0,5686 ;
0,3565. Sedangkan untuk panjang gelombang maksimalnya adalah 640 nm (Staf
Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
2. Larutan CuSO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan CuSO4 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur panjang
gelombang 510 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang berada
dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades
tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan CuSO4 ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 510-620.Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan CuSO4, pada panjang gelombang
dimulai dari 510-620 nm berturut-turut adalah 0,0223 ; 0,0269 ; 0,0315 ; 0,0362 ;
0,0457 ; 0,0506 ; 0,0655 ; 0,0757 ; 0,0915 ; 0,1034 ; 0,1249. Sedangkan panjang
gelombang maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
3. Larutan CoCl2
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan CoCl2 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur panjang
gelombang 470 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang berada
dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades
tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan CoCl2 0,2 M ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 470-530. Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan CoCl2 0,2 M, pada panjang gelombang
dimulai dari 470-530 nm berturut-turut adalah 0,221 ; 0,244 ; 0,259 ; 0,283 ; 0,301 ;
0,292 ; 0,251. Sedangkan panjang gelombang maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar
Kimia Anorganik Fisik, 2018).
4. Larutan KmNO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan KmNO4 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur
panjang gelombang 480 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang
berada dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades,
aquades tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan KmNO4 ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 480-580. Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan KmNO4, pada panjang gelombang
dimulai dari 480-580 nm berturut-turut adalah 0,091 ; 0,091 ; 0,096 ; 0,102 ; 0,107 ;
0,107 ; 0,102 ; 0,096 ; 0,091 ; 0,075 ; 0,075. Sedangkan panjang gelombang
maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
Percobaan yang dilakukan menggunakan panjang gelombang dengan rentang
yang berbeda-beda untuk setiap sampel agar penyerapan maksimum dari suatu ion
logam dapat terlihat dengan jelas. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode ini
hanya sampel yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari
metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki
warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang
akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus betul-betul
spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk
senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Basset, 1994).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Harjadi,
1990).

Daftar Pustaka
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Day, R. (2002). Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Fatimah, S. (2005). Kualifikasi Alat Spektrometer UV-Vis untuk Penentuan Uranium


dan Besi dalam-U30. Hasil Penelitian.

Harjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.

Keenan, C. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik. (2018). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik
Fisik. Palu: Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai