File Dikonversi
File Dikonversi
NAJAT
0906493376
NAJAT
0906493376
ii
DEWAN PENGUIN
Pembimbing:
Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN
Penguji:
Ns. Istianna Nurhidayati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom (
Ditetapkan di
Tanggal : 14 Juli 2014
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Perawatan Payudara sebagai Intervensi dalam Mengatasi Masalah
Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Keluarga Bapak RM, Kelurahan
Sukatani, Depok”. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka
memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu,Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.An selaku koordinator mata ajar
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas
Akhir.
3. Ibu Wiwin Wiarsih, SKp., MN selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya
ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Istianna Nurhidayati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku penguji di
presentasi akhir KIAN.
5. Drg. Anti selaku kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan
kami selama praktik klinik keperawatan Masyarakat Perkotaaan.
6. Bapak Husnuddu’at dan Ibu Zuhriah selaku orang tua, Kakak saya Sholah,
Abdul Aziz, Noura, serta Adik saya Ahmad, Jawahir, dan Siti Maulida
Suroyya. yang penulis sayangi dan selalu mendoakan dengan segenap cinta,
mendukung keberhasilan laporan penulisan baik secara moril maupun materil.
Penulis berharap karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca.
Najat, S.Kep
vi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalihmedia/
fonnatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
( Najat, S.Kep )
Ketidakefektifan pemberian ASI merupakan ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau
anak menjalani proses pemberian ASI. Salah satu permasalahan yang mengakibatkan
masih rendahnya pemberian ASI di perkotaan adalah aspek kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya pemberian ASI, dan salah satunya cara meningkatkan proses
pemberian ASI. Perawatan payudara merupakan salah satu tindakan yang digunakan
untuk memperlancar pengeluaran ASI dengan cara merawat payudara. Karya Ilmiah
Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga untuk mengatasi
masalah ketidakefektifan pemberian ASI. Implementasi yang telah dilakukan bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga yang
memfokuskan pada intervensi perawatan payudara. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan produksi ASI dan peningkatan kepuasan bayi saat menyusu.
Peningkatan produksi ASI dan kepuasan bayi dalam menyusui didukung dengan upaya
keluarga dalam modifikasi lingungan dalam proses pemberian ASI dan perawatan
payudara secara rutin 2 kali sehari.
viii
ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 9
1.4.1 Pendidikan Keperawatan.............................................. 9
1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................. 10
x
3.3 Diagnosis Keperawatan ............................................................... 35
3.4 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................................... 35
3.5 Implementasi Keperawatan ......................................................... 38
Perawatan payudara ..., Najat, FIK UI, 2014
3.6 Evaluasi Keperawatan .................................................................
DAFTAR ISI 39
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................... 50
5.2 Saran ............................................................................................. 51
5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas ........................................ 51
5.2.2 Keluarga............................................................................ 52
5.2.3 Masyarakat/Kader ............................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
Gambar 2.1 (a) Pengurutan buah dada dari tengah payudara lalu keatas; (b)
Pengurutan buah dada berputar dari atas ke samping kemudian
kebawah; (c) Pengurutan buah dada dengan terapi ketuk menuju
putting; (d) Membersihkan payudara dengan waslap
xiii
xiv
Pemberian ASI juga dapat mengurangi kemiskinan, karena ASI gratis. Jika dihitung,
harga satu kaleng susu formula kurang lebih Rp. 40.000, dan diperkirakan 44 kaleng
untuk 6 bulan maka biaya susu formula untuk satu bayi adalah sekitar Rp 1.760.000.
Pemberian ASI yang gratis dapat membantu mengurangi kemiskinan, sehingga dapat
membantu program pertama MDGs, yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan.
Dalam era pembangunan ini menyusui bayi mempunyai arti ekonomi yang besar,
dari 214 juta jiwa penduduk Indonesia terdapat kurang lebih 15 juta jiwa anak-
anak usia di bawah 2 tahun (Profil Indonesia, 2003). Bila seluruh bayi disusukan
sampai usia 2 tahun, maka jumlah ASI yang dihasilkan oleh 15 juta ibu yang
menyusukan kurang lebih 15 juta liter per hari (Suradi, 2002).
Program MGDs juga mempunyai tujuan mengurangi angka kematian anak. Menyusui
mengurangi dua per tiga kematian anak dibawah 5 tahun. Pada tahun 2012 jumlah
kematian bayi di Depok sebanyak 114 dari 40.445 kelahiran hidup (Dinkes Depok, 2012).
Jones Lancet dan Edmond (Pediatrics 2006) memberikan penjelasan bahwa intervensi
ASI dan Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan faktor resiko kematian bayi sampai
22%, sedangkan dengan pemberian ASI 13 %, dengan vitamin A hanya 2 % dan Zinc
5%. Ada 3 penyebab utama kematian balita yaitu: sepsis neonatorum, diare dan
pneumonia yang pada umumnya akan terjadi lebih sering dan lebih berat apabila tidak
1 Universitas Indonesia
diberikan ASI. Ternyata, 40% kematian bayi terjadi pada 1 bulan pertama dari
kehidupannya, dan inisiasi menyusu dini dapat menurunkan faktor-faktor resiko kematian
ini, sehingga dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari (NN, 2013). Dari beberapa
rangkaian peristiwa kematian bayi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah
kematian bayi diantaranya tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan
pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk
merubah pola perilaku hidup (Dinkes Depok, 2012).
Kesehatan perkotaan dapat muncul dari beberapa agregate salah satunya ibu
hamil dan menyusui. Kehamilan adalah masa yang menggembirakan, bagi calon
orang tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki
pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak. Air susu
ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi yang tidak perlu disangsikan lagi. Di
samping zat-zat nutrisi yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga
mempunyai beberapa keuntungan yaitu: steril dan aman dari pencemaran kuman,
produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung zat antibody yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman juga virus, serta bahaya
alergi pun tidak ada. Selama kehamilan perlu dilakukan persiapan menyususi yang
baik seperti intake nutrisi yang adekuat, perawatan payudara pre dan post natal.
Bimbingan perawatan payudara pre dan post natal merupakan komponen utama
sebagai keberhasilan menyusui. Perawatan payudara baik pada masa kehamilan
ataupun masa nifas mempunyai tujuan: memlihara kebersihan payudara,
melenturkan dan menguatkan putting susu, mengeluarkan putting susu yang
masuk ke dalam atau datar, dan menyiapkan produksi ASI (Manuaba, 2009).
Universitas Indonesia
Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan
teknik perawatan payudara pre dan postnatal dari perawat. Perawat sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan berkewajiban untuk melatih teknik perawatan
payudara, karena bila ibu hamil kurang mengetahui tentang tenknik perawatan
payudara, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada
awal masa laktasi seperti putting susu lecet, payudara bengkak dan air susu
tersumbat. Sekitar 57% dari ibu hamil menyusui di Indonesia pernah menderita
kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002).
Masalah kelecetan pada puting bila dibiarkan akan berdampak buruk pada bayi.
Bayi akan rentan terkena penyakit seperti diare dan ISPA karena bayi tidak
mendapatkan ASI Eksklusif sehingga kekebalan yang terbentuk di dalam tubuh
kurang sempurna. Dari hasil pengamatan Sri Purwati (2004) pada praktik
lapangan, bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare
sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi
dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak
defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan
lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat
ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang dibersi susu
formula (Sri Purwati, 2004).
Tahun 2012 jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Kota Depok sebanyak 8.980
(53,8%) dari jumlah bayi (Dinkes Depok, 2012). Berdasarkan data tersebut
diperoleh gambaran lebih dari setengah jumlah total bayi di Depok sudah
mendapat ASI eksklusif. Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh
Nutrition and Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes
dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang,
Makasar) dan 8 Pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB,
Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara
4%-12%, sedangkan di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di
Universitas Indonesia
perkotaan berkisar antara 1-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Pada ibu yang
bekerja, masa cuti hamil/ melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian
ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya
pemberian ASI eksklusif (NN, 2007).
Pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui kendala.
Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya
ASI ekslusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah factor sosial
budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu
formula dan ibu bekerja (NN, 2007). Sekitar 70% ibu di Indonesia bekerja, ini
merupakan salah satu factor pendukung ibu kurang bisa menyusui bayinya secara
eksklusif. Selain itu kesibukan pula menyebabkan ibu tidak sempat melakukan
teknik perawatan payudara, sehingga ibu-ibu masih banyak yang mengalami tidak
lancarnya pemberian ASI pada masa awal laktasi. Ibu-ibu hamil tidak akan
mengalami kesulitan dalam pemberian ASI bila sejak awal telah mengetahui
bagaimana teknik perawatan payudara yang benar (Soetjiningsih, 2002).
Universitas Indonesia
Ibu V mengatakan telah mendapat informasi terkait ASI eksklusif dari bidan. Ibu
V juga telah mengetahui bahwa sebaiknya 6 bulan pertama bayi hanya
mendapatkan ASI, akan tetapi Ibu V belum mengetahui secara detail mengenai
ASI seperti pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, manfaat ASI, dan teknik
menyusui yang benar. Ibu V mengatakan merasa ASI nya terlalu sedikit untuk
Universitas Indonesia
Ibu V mengeluh payudaranya sudah mulai terasa kencang. Payudara ibu V tampak
membesar, ariola menghitam dan membesar. Saat ditekan tidak ada cairan yang
keluar. Payudara teraba kencang dan padat. Ibu V mengatakan tidak pernah secara
khusus melakukan perawatan pada payudara. Ibu V tidak pernah mengompres
puting, tidak pernah mengompres payudara dengan air hangat, dan tidak pernah
melakukan pijat payudara.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasarkan data susenas tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, cakupan
pemberian ASI pada seluruh bayi dibawah 6 bulan meningkat dari 58,9% pada
tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007. Tetapi kemudian menetap dan
sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008 (Depkes RI, 2008). Ibu yang
mempunyai tingkat sosial menengah ke atas, terutama di perkotaan pada zaman
sekarang, dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI
dengan tepat dan sesuai dengan praktik pemberian ASI terhadap bayi. Praktik
pemberian ASI di kota besar mengalami penurunan sedangkan di daerah pedesaan
sering terjadi pemberian makanan yang diberikan tidak pada usia yang telah
dianjurkan (Haryono, 2010).
RW 01 merupakan salah satu wilayah dari Kelurahan Sukatani yang menjadi salah
satu daerah dengan jumlah ibu hamil dan menyusui yang cukup banyak. Hasil
screening yang dilakukan, ditemukan 9 dari 19 ibu hamil dan menyusui tidak
memahami arti ASI Ekslusif; 3 dari 4 Ibu menyusui memiliki motivasi yang
rendah dalam memenuhi kebutuhan ASI untuk bayinya; 8 dari 19 ibu hamil dan
menyusui tidak terpapar informasi mengenai ASI ekslusif; dan 4 dari 4 ibu
menyusui tidak memperhatikan kebersihan payudaranya saat menyusui. Hasil
wawancara, ditemukan 9 dari 19 ibu mengatakan pisang dan biskuit diberikan
untuk memenuhi kebutuhan ASI; 3 dari 4 Ibu mengatakan tidak yakin dpt
memenuhi kebutuhan ASI bayinya; dan 8 dari 19 ibu hamil dan menyusui
mengatakan tidak pernah mendapat informasi dari bidan terkait dengan
pentingnya ASI.
Universitas Indonesia
Perawatan payudara bertujuan agar keluarga bisa memenuhi asupan nutrisi dan
kebutuhan gizi bayi secara adekuat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
11 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Peranan ini didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Peran ibu (Zulfajri EM, 2001) sebagai berikut:
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya
Mengurus rumah tangga
Sebagai pengaruh dan pendidik anak-anaknya
Sebagai pelindung anak-anaknya
Pencari nafkah tambahan dalam keluarga
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu. Menyusui adalah memberikan air susu untuk
diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah dada (Kamus Besar Bahasa
Indonesia.2001).
Universitas Indonesia
membuka mulut (rooting refleks) dengan cara: Menyentuh pipi dengan putting
susu atau, menyentuh sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke
mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah
bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi
(Suradi,2003).
Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk menyusui
bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu
untuk menyusui atau tidak menyusui. Pengalaman keluarga ibu tentang menyusui,
pengalaman ibu, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, dan
sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak), sikap suami dan
keluarga lainnya terhadap pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak juga
bisa menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui. Persepsi ibu tentang
dirinya, pandangan ibu tentang payudaranya, penghayatan ibu terhadap ke-ibuan-
nya merupakan unsur utama yang menentukan keberhasilan pemberian ASI.
Universitas Indonesia
Ibu menyusui sebagai population at risk ditandai dengan munculnya populasi ibu
menyusui dengan ketidakefektifan dalam pemberian ASI. Populasi ibu menyusui
dengan masalah yang teridentifikasi seperti produksi ASI yang menurun, putting
lecet, nyeri payudara, payudara bengkak, hingga kanker payudara. Dengan ibu
Universitas Indonesia
menyusui sebagai population at risk, dapat berdampak pada bayi yang diberikan
ASI eksklusif. Bayi sebagai population at risk ditandai dengan terjadinya
kerawanan gizi pada bayi. Hal ini disebabkan karena ASI eksklusif diganti dengan
menggunakan susu formula sejak dini. Pertumbuhan dan perkembangan bayi
sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan
zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan
lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan (Siregar,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2012), didapatkan data bahwa
terdapat hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi (0-6
bulan). Perkembangan bayi tergolong tidak normal ketika ASI eksklusif diberikan
dengan frekuensi kurang dari 10 kali dalam sehari (Megawati, 2012).
Universitas Indonesia
keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3)
lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat
tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi
keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai
dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan
stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres,
strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7)
pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital
sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas
dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan
keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang
ada.
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang
ditemukan pada ibu dengan ketidakefektifan pemberian ASI. Definisi
Ketidakefektifan pemberian ASI adalah ketidakpuasan atau kesulitan bayi, ibu,
atau anak menjalani proses pemberian ASI (NANDA, 2012). Batasan karakteristik
dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu diantara tanda NANDA
berikut: ketidakadekuatan suplai ASI, bayi menangis pada payudara, bayi rewel
dalam jam pertama setelah menyusui, ketidakcukupan pengosongan setiap
payudara setelah menyusui, luka putting yang menetap setelah minggu pertama
menyusui, proses pemberian ASI yang tidak memuaskan.
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Cara Membuat Skor Penentu Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
(Friedman, 2003)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
- Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan sejahtera 1
4 Menonjolnya masalah
Universitas Indonesia
Angka tertinggi
Universitas Indonesia
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada ibu hamil usia 7-9
bulan (Depkes, 2004). Selama kehamilan payudara sebaiknya dipersiapkan untuk
menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera setelah lahir. Karena berat payudara
dapat meningkat lebih dari 1 pound, diharapkan ibu menggunakan bra yang dapat
menyangga payudara dengan baik untuk perlindungan sejak kehamilan 6-8
minggu. Payudara mengalami perubahan berupa pembesaran payudara, terasa
lebih padat, kencang, sakit dan tampak pembuluh darah dipermukaan kulit yang
jelas serta melebar, serta kelenjar – kelenjar motgomer daerah areola tampak lebih
nyata dan menonjol (Hamilton, 2005).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a b
c d
Gambar 2.1
(a) Pengurutan buah dada dari tengah payudara lalu keatas; (b) Pengurutan buah
dada berputar dari atas ke samping kemudian kebawah; (c) Pengurutan buah dada
dengan terapi ketuk menuju putting; (d) Membersihkan payudara dengan waslap
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara pada masa hamil
antara lain : (1) Perawatan harus dilakukan secara teratur (2) menjaga kebersihan
Universitas Indonesia
sehari- hari (3) nutrisi harus lebih baik dari sebelum hamil dan (4) memakai BH
yang bersih dan menopang (menyangga) payudara. Perawatan payudara selama
hamil mempunyai banyak manfaat, antara lain: (1) menjaga kebersihan payudara
terutama kebersihan putting susu, (2) melenturkan dan menguatkan puting susu
sehingga memudahkan bayi untuk menyusu, (3) merangsang kelenjar – kelenjar
air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, (4) dapat mendeteksi kelainan
- kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya, dan (5)
mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui (Anwar, 2008). Apabila
selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dengan baik,
dan perawatan tersebut hanya dilakukan pasca persalinan, maka sering dijumpai
kasus – kasus yang akan menimbulkan masalah bagi ibu dan bayi, kasus – kasus
yang sering terjadi antara lain : 1) ASI tidak keluar, 2) susu akan keluar setelah
beberapa hari kemudian, 3) puting susu tidak menonjol (puting inverterd)
sehingga bayi sulit menghisap, 4) produksi ASI sedikit dan tidak lancar sehingga
tidak cukup dikonsumsi bayi, 5) infeksi pada payudara, dan 6) payudara bengkak
atau bernanah dan muncul benjolan dipayudara (Kristiyansari, 2009).
Universitas Indonesia
f. Cara melakukan kompres puting susu selama 2 menit dengan kapas dibasahi
minyak. Puting susu ditarik dan putar puting kearah luar 20 kali dan kearah
dalam 20 kali untuk masing – masing puting. Pijat daerah areola untuk
membuka saluran susu bila keluar cairan, oleskan ke puting dan sekitarnya.
g. Puting susu ditarik agar puting susu yang datar atau terbenam dapat
menyembul keluar, putar dalam keluar sebanyak 20 kali.
h. Telapak tangan kiri menopang payudara, dengan jari-jari tangan kanan
mengurut payudara ke arah puting 20-30 kali setiap payudara
i. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggenggam
dan mengurut payudara dari arah pangkal kearah puting susu dilakukan 20 –
30 kali
j. Kemudian lakukan penyiraman payudara dengan dengan air panas dulu lalu
air dingin bergantian selama ± 5 menit, setelah itu pakai BH yang menopang.
Universitas Indonesia
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali.
b) Aspek kesehatan ibu. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif
memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 24%
lebih kecil dibanding daripada yang tidak menyusui secara ekslusif.
c) Aspek penurunan berat badan. Dengan menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang
berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
d) Aspek psikologis. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia
3. Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang diperlukan
untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain
b) Aspek psikologi. Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran
lebih jarang.
c) Aspek kemudahan. Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan
kapan saja dan dimana saja.
4. Bagi negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
b) Menghemat devisa Negara
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
d) Peningkatan kualitas generasi penerus
Universitas Indonesia
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat
dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua
khususnya ibu mengenai ASI eksklusif. Pengetahuan orang tua khususnya ibu
merupakan satu hal yang penting guna meningkatkan derajat kesehatan anak.
Peningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu mengenai perawatan payudara
merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI
yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI
dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang
dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan
produksi ASI (Lawrence 2004). Penilaian terhadap produksi ASI dapat
menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI
dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari pertama kelahiran, diantaranya
adalah sebelum disusui payudara ibu terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar
dari putting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat stimulasi
pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi baru lahir yang cukup
mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urin
kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang
selama 2- 3 jam (Bobak, Perry & Lowdermilk, 2005; Perinasia, 2004; Cox, 2006).
Universitas Indonesia
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah
karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang
berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium,
BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion (Hockenberry,
2009). Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang
meminum ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan
adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat,
sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1
kali sehari, BAB berwarna putih pucat (Matteson, 2001).
Evaluasi yang digunakan adalah perubahan pemberian ASI pada setiap minggu
yang terdiri dari: lingkar payudara, volume produksi ASI yang keluar saat
pemijatan payudara, anak masih rewel pada satu jam pertama menyusui atau
tidak, payudara masih teraba padat, dan putting lecet, berat badan bayi semakin
bertambah atau tidak, serta frekuensi BAK bayi. Asuhan keperawatan keluarga
berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut yang dimasukkan sebagai
rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat komunitas berperan dalam
meningkatkan status kesehatan melalui asuhan keperawatan keluarga, khususnya
masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu. Kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat
meningkatkan keefektifan pemberian ASI.
Universitas Indonesia
31 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ibu V mengatakan telah mendapat informasi terkait ASI eksklusif dari bidan.
Ibu V juga telah mengetahui bahwa sebaiknya 6 bulan pertama bayi hanya
mendapatkan ASI, akan tetapi Ibu V belum mengetahui secara detail
mengenai ASI seperti pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, manfaat
ASI, dan teknik menyusui yang benar. Ibu V mengatakan merasa ASI nya
terlalu sedikit untuk kebutuhan anaknya nanti, dan mengatatakan belum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sudah berpengalaman dengan anak pertama tapi karena sudah 3 tahun lalu, ibu
V merasa lupa beberapa terkait persalinan seperti cara mengedan dan teknik
relaksasi. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling
memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-masing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Evaluasi SOAP didapatkan data ibu V mengatakan menyusui yang tak efektif
adalah keadaan dimana ibu, bayi atau anak mengalami atau beresiko
mengalami ketidakpuasan atau kesukaran dengan proses menyusui. Ibu V
menyebutkan 6 penyebab menyusui tidak efektif, yaitu puting susu
datar/terbenam; putting lecet dan nyeri; payudara bengkak; radang payudara;
payudara abses; produksi asi kurang. Ibu V menyebutkan 4 akibat lanjut dari
ketidakefektifan menyusui, yaitu bayi merasa tidak puas saat menyusui; bayi
gelisah dan rewel; bayi beresiko kekurangan nutrisi; serta bayi mudah
terserang penyakit.
Bapak RM (suami) dan Ibu E (ibu) mengatakan ingin merawat ibu V dengan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan mau mendengarkan
informasi dari mahasiswa. Ibu V mengatakan cara mengatasi ketidakefektifan
pemberian ASI yaitu dengan posisi menyusui yang benar, perawatan
payudara, pijat oksitosin, nutrisi ibu menyusui, manajemen stres, pemilihan
kontrasepsi.
Ibu V menyebutkan cara menyusui yang baik dan benar yaitu: Cuci tangan
sebelum menyusui; bersihkan puting susu dengan air hangat; menyusui
dilakukan dengan posisi duduk, bayi di pangku, kepala bayi diletakkan pada
siku ibu dan tangan ibu yang lainnya menopang bokong bayi; tubuh bayi
dekat/ kontak dan menghadap ibu, perut bayi menempel pada bagian ibu;
sentuhkan puting susu pada bibir/ pipi bayi untuk merangsang agar mulut
bayi terbuka lebar; ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan puting susu dan
areola mamae ke dalam mulut bayi; posisi menyusui yang benar bila ibu
tidak merasa nyeri pada puting susu; menyusui dengan kedua payudara
secara bergantian; setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi
bersendawa; serta ASI diberikan sesering mungkin tanpa jadwal, lamanya 20-
30 menit dengan jarak 2-3 jam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lecet, payudara tidak teraba padat. Perubahan pemberian ASI pada minggu
keenam: lingkar payudara 38 cm, ASI yang keluar saat pemijatan 200cc, bayi
tidak rewel, bayi tampak puas, berat badan bayi 4200 gr, BAK 5-6 kali,
putting tidak lecet, payudara tidak teraba padat. Perubahan pemberian ASI
pada minggu ketujuh: lingkar payudara 41 cm, ASI yang keluar saat
pemijatan 240cc, bayi tidak rewel, bayi tampak puas, berat badan bayi 4500
gr, BAK 5-6 kali, putting tidak lecet, payudara tidak teraba padat. Hal ini
menunjukkan meningkatnya efektifitas pemberian ASI pada ibu V.
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka
perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1
hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada
ibu V telah teratasi ditunjukkan dengan peningkatan produksi ASI, lingkar
payudara, putting tidak lecet, bayi tidak rewel, tidak ada nyeri payudara.
Perawat memotivasi Ibu V untuk terus merawat payudara. Perawat juga
memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh
keluarga. Selain itu, perawat juga meminta keluarga untuk memantau agar
pemberian ASI dapat eksklusif 6 bulan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
44 Universitas Indonesia
pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu
seperti tuberkolose, malaria (Arifin, 2004).
Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang bisa diwarnai oleh adat (budaya),
tatanan norma yang berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan
(agama). Perilaku umumnya tidak secara tiba-tiba. Perilaku adalah hasil
dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta
mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tak
langsung. Pemahaman terhadap latar belakang sosial, budaya, agama, dan
pendidikan seseorang akan lebih memudahkan upaya mengenal perilaku
dan alasan yang mendasarinya (Suparyanto, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
apabila dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore. Penelitian yang dilakukan
oleh Biancuzzo (2003) menyatakan bahwa pijat oksitosin dan perawatan
payudara yang dilakukan sehari dua kali dapat mempengaruhi produksi
ASI pada ibu post partum. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh
Sholichah (2011) menyatakan bahwa perawatan payudara yang sering
dapat memperlancar keluaran produksi ASI.
Universitas Indonesia
berat badan bayi 4200 gr, BAK 5-6 kali, putting tidak lecet, payudara tidak
teraba padat. Perubahan pemberian ASI pada minggu ketujuh: lingkar
payudara 41 cm, ASI yang keluar saat pemijatan 240cc, bayi tidak rewel,
bayi tampak puas, berat badan bayi 4500 gr, BAK 5-6 kali, putting tidak
lecet, payudara tidak teraba padat. Hal ini menunjukkan meningkatnya
efektifitas pemberian ASI pada ibu V.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
Indonesia memiliki tingkat perkembangan penduduk di kota yang pesat, berbagai
kelompok manusia yang beragam mengikuti arus urbanisasi dan meningkatkan
perkembangan penduduk tersebut. Melalui arus urbanisasi tersebut dapat
memunculkan masalah kesehatan di perkotaan. Salah satu dampak dari arus
urbanisasi adalah pada factor sosial budaya dan tingkat pengetahuan. Factor sosial
budaya dan tingkat pengetahuan mempengaruhi ibu-ibu dalam memperhatikan
masalah kesehatan di keluarga, salah satunya terkait pemberian ASI eksklusif bagi
anak.
keluar saat pemijatan payudara, anak masih rewel pada satu jam pertama
menyusui atau tidak, payudara masih teraba padat, dan putting lecet, berat badan
bayi semakin bertambah atau tidak, serta frekuensi BAK bayi. Didapatkan
perubahan signifikan dari minggu pertama observasi lingkar payudara 35 cm, ASI
yang keluar saat pemijatan payudara 10cc, anak masih rewel pada satu jam
pertama menyusui, payudara masih teraba pada, dan putting lecet. Sedangkan
observasi minggu ketujuh didapatkan hasil: lingkar payudara 41 cm, ASI yang
keluar saat pemijatan 240cc, bayi tidak rewel, bayi tampak puas, berat badan bayi
4500 gr, BAK 5-6 kali, putting tidak lecet, payudara tidak teraba padat. Hal ini
menunjukkan meningkatnya efektifitas pemberian ASI pada ibu V. Tingkat
kemandirian keluarga Bapak RM saat ini berada pada tingkat kemandirian IV.
Keluarga Bapak RM melaporkan bahwa telah melakukan upaya-upaya yang
mendukung keefektifan pemberian ASI pada ibu V kepada bayi B.
5.2 Saran
5.2.1 Puskesmas/ Perawat Komunitas
Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait pemberian ASI
dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI
agar disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampain
informasi dapat berjalan optimal. Puskesmas bisa mengoptimalkan penyuluhan
melalui kelas ibu hamil. Selain itu, Puskesmas perlu mengoptimalkan program
Pojok ASI yang sudah ada, agar ibu-ibu menyusui memiliki motivasi dalam
pemberian ASI di Puskesmas. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas
perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan ibu menyusui yang berisiko
tinggi memiliki masalah dalam pemberian ASI melalui asuhan keperawatan
keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan
keperawatan dalam penemuan kasus masalah dalam pemberian ASI.
Universitas Indonesia
5.2.2 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan
efektifitas pemberian ASI melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas
kesehatan, memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media
informasi. Keluarga diharapkan dapat melakukan upaya-upaya yang dapat
meningkatkan produksi ASI dan mendukung motivasi ibu untuk memberikan ASI
secara eksklusif. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk
penimbangan berat badan balita dan menanyakan kepada petugas kesehatan
mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan
nutrisi bagi ibu menyusui dan bayi. Ibu disarankan meningkatkan keragaman
makanan untuk ibu menyusui agar produksi ASI semakin meningkat dengan
meminimalkan kebosanan ibu mengonsumsi makanan seimbang yang beragam.
Ibu disarankan melakukan perawatan payudara dengan rutin, dan jika sempat
menambah frekuensi perawtan payudara menjadi 3 kali sehari. Bapak RM
disarankan untuk menyempatkan diri membantu istri dalam menghindari stres
seperti menyempatkan diri memijat oksitosin, meminimalkan sumber stres di
rumah.
5.2.3 Masyarakat/Kader
Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian
penyuluhan kesehatan, khususnya terkait pentingnya pemberian ASI bagi bayi
dalam kegiatan posyandu. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima
langkah yang sesuai sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama
mengenai pentingnya ASI kepada ibu-ibu hamil dan menyusui. Kader diharapkan
dapat melaporkan penemuan terkait masalah pemberian ASI yang ada di
masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab dari Puskesmas Sukatani. Adanya pencatatan tentang masalah pemberian
ASI dan bayi dengan gizi kurang dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak
lanjut agar masalah dalam pemberian ASI dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
AAP Section on Breastfeeding. (2005). Breastfeeding and the use of human milk.
American Academy of Pediatrics, 115 : 496-506
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th ed). Philadelphia : Lippincott.
Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anwar, Ali Saifuddin. (2007). Hak asasi bayi dan pecan ASI sedunia.
Suaramerdeka.com/harian/0208/03/kha2.htm (diakses pada Juli 2014)
Badan Pusat Statistik (BPS). (2013). Profil Depok. Jakarta. 1 Juli 2014.
http://daps.bps.go.id.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta : EGC
Universitas Indonesia
Dinkes Kota Depok. (2013). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Depkes RI. (2007). Panduan manajemen laktasi : Dit Gizi Masyarakat. Jakarta :
Depkes RI
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2010). Family nursing : research,
theory and practice. California: Appleton and Lange.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:
caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing
Company.
Lawrence, R.A. 2004. Breastfededing a guide for the medical profession. St Louis:
Cv Mosby
Universitas Indonesia
Manuaba, I.A.C. (2004). Ilmu penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan.
Jakarta : EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Purnama. (2013). Pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kesehatan dalam kegiatan IMD di
wilayah kelurahan Siringo-ringo. http://eprints.ums.ac.id/1531/1/5-purnama-pdf (diakses Juli
2014)
Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice.
Philadelphia: WB. Saunders.
Stanhope & Lancaster. (2010). Community health nursing. (5th ed). St Louis
United States: Mosby Inc.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak RM
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Alamat : Jln. Pekapuran gang Mandor RT01/ RW01 Kelurahan Sukatani,
Depok.
4. Komposisi keluarga:
No Nama JK Hub.dgan KK Umur Pendidikan Ket
1. Bapak RM L Kepala keluarga 28 tahun SMK
2. Ibu V P Istri 26 tahun SMA
3. An A P Anak kandung 3 tahun -
4. An B P Anak kandung 1 bulan -
Genogram:
1 2
3 4
5. Tipe keluarga
Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga extended family dimana di dalam satu rumah selain
terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak RM, Ibu V, An A, dan An B juga terdapat anggota
keluarga lain seperti nenek, kakek, dan satu keluarga inti lainnya dengan dapur berbeda.
7. Agama
Keluarga Bapak RM menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat,
puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak RM maupun Ibu V tidak aktif mengikuti kegiatan
pengajian di RT dikarenakan pekerjaan Bapak RM yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu V yang
harus menjaga serta mengurus kedua anaknya.
Bapak RM mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak RM mengaku
tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Bapak RM menyadari pentingnya menjaga
kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.
Ibu V mengatakan merasa bobot tubuhnya semakin bertambah ketika rutin melakukan KB suntik
per tiga bulan. Ibu V mengaku sudah pernah menggunakan KB pil dan dapat merencanakan
hamil An B, Ibu V berencana ingin mengganti pilihan KB selanjutnya. Saat ini Ibu V berencana
untuk menggunakan KB spiral namun belum berani karena banyak isu tentang negatifnya
menggunakan KB spiral. Ibu V terkadang mengalami batuk pilek seperti saat ini, bila An A
sedang sakit, dan merasa mudah tertular ketika kondisi tubuhnya sedang tidak baik.
Melalui Ibu V, diketahui an A sering mengalami kejang demam. Sejak baru lahir hingga umur 3
tahun sekarang. An A tidak diberikan ASI Eksklusif, melainkan telah diberikan susu formula
sejak baru lahir. An A sering mengalami kejang demam, dan ibu V mengaku sudah berkali-kali
membawa an A ke rumah sakit.
Ibu V mengatakan sampai saat ini dirinya tidak memiliki keluhan penyakit. Saat usia kehamilan
anak pertama Ibu V diinduksi karena kontraksi yang kurang saat menjelang melahirkan. Melalui
Ibu V, diketahui An A memiliki riwayat penyakit flek paru atau TB pada saat umur 3 bulan An A
mendapat terapi obat. Terkait An B, sebelum melahirkan ibu V diinduksi karena kontraksi yang
tidak kuat dan tidak teratur, melainkan kepala sudah turun masuk ke pintu panggul.
C. Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Tipe rumah Bapak RM adalah bangunan permanen dengan status rumah milik mertua. Rumah
Bapak RM memiliki 2 lantai, yaitu lantai dasar yang terdiri dari ruang tamu, ruang menonton,
ruang makan, ruang dapur, kamar mandi dan 3 kamar tidur. Bagian lantai 2 terdiri dari ruang
tamu, ruang menonton, ruang dapur, kamar mandi dan kamar tidur. Kamar mandi keluarga
menggunakan model toilet jongkok. Bapak RM mengatakan jarak septic tank dengan sumber air
sekitar 15 meter. Rumah Bapak RM juga memiliki teras di bagian depan sekitar 2x1 meter yang
terdapat beberapa pot tanaman toga milik ibu mertua Bapak RM yang biasa dilombakan. Lantai
rumah terbuat dari ubin dan keramik. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu
depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari
adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air adalah selokan yang
mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya
diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann rumah cukup tertata rapih
namun tercium bau tidak sedap, seperti bau bekas BAK. Sirkulasi udara juga kurang baik karena
jendela tidak dapat dibuka.
Denah rumah:
Kamar tidur
dapu
r
lemari kasur WC
kasu
mej
K r a
u mej mej W
r a
C
s
i Kama
sofa lemari r
tidur
mengatakan tidak nyaman bila berkumpul dengan tetangga karena jarang yang seusia ibu V, dan
lebih memilih untuk di rumah saja. Namun demikian, Ibu V tetap menjalin silaturahmi dan
menjaga hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama
lain.
D. Struktur Keluarga
19. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak RM adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah
maka akan diselesaikan bersama. Ibu V mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan
menanyakan pendapat Bapak RM terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi
permasalahan. Baik Bapak RM maupun Ibu V sama-sama dekat dengan anaknya, dan sering
berkomunikasi ketika waktu senggang.
Keluarga Bapak RM tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak RM
maupun Ibu V berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari
keseharian keluarga. Bapak RM mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam
hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang
dianut keluarga Bapak RM adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh
Bapak RM mengaku tidak terlalu mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Ibu V juga
menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa disamakan
dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Ibu V termotivasi untuk
memberikan ASI Eksklusif, tapi keluarga yang masih menganut budaya tentang pemberian makanan
selain ASI Eksklusif sebelum 6 bulan. Seperti memberikan madu saat baru lahir, biscuit, dan pisang
sebelum 6 bulan.
E. Fungsi Keluarga
23. Fungsi afektif
Ibu V mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak RM selalu siap
sedia kapan pun jika ibu V membutuhkan, dan bapak RM mengiyakan karena bapak RM kerja di
pabrik yang jaraknya dekat dengan rumahnya. Saat ibu V dalam persiapan melahirkan, bapak
RM tampak sangat perhatian dengan tetap menemani di sebelah ibu V. Menurut Ibu V, anaknya
dengan ibu dan bapaknya. Walaupun Bapak RM bekerja, tapi perhatian yang didapatkan anaknya
selalu cukup. Ibu V mengatakan saat hamil, selalu rutin periksa kehamilan ke bidan, selalu
memperhatikan pergerakan bayi, ibu memperhatikan kebersihan pernieal, ibu mencari tahu
tentang menu diet, istirahat, aktifitas yang baik untuk ibu hamil. ibu V sudah menyiapkan
perlengkapan penting bagi bayi, ibu V mengatakan sudah berpengalaman dengan anak pertama
tapi karena sudah 3 tahun lalu, ibu V merasa lupa beberapa terkait persalinan seperti cara
mengedan dan teknik relaksasi. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling
memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-masing.
Ibu V mengatakan telah mendapat informasi terkait ASI eksklusif dari bidan. Ibu V juga telah
mengetahui bahwa sebaiknya 6 bulan pertama bayi hanya mendapatkan ASI, akan tetapi Ibu V
belum mengetahui secara detail mengenai ASI seperti pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI,
manfaat ASI, dan teknik menyusui yang benar. Ibu V mengatakan merasa ASI nya terlalu
sedikit untuk kebutuhan anaknya nanti, dan mengatatakan belum pernah melakukan perawatan
payudara.
Ibu V mengeluh payudaranya sudah mulai terasa kencang. Payudara ibu V tampak membesar,
ariola menghitam dan membesar. Saat ditekan tidak ada cairan yang keluar. Payudara teraba
kencang dana padat. Ibu V mengatakan tidak pernah secara khusus melakukan perawatan pada
paydara. Ibu V tidak pernah mengompres puting, tidak pernah mengompres payudara dengan air
hangat, dan tidak pernah melakukan pijat payudara. Bapak RM mengatakan tidak memiliki
keluhan apa-apa dan selama ini merasa cukup sehat. Bapak RM terkadang hanya merasa
kecapean atau pegal-pegal setelah bekerja. Kemudian istirahat untuk menghilangkannya.
H. Pemeriksaan Fisik
Jenis Bapak RM Ibu V An A An B
pemeriksaan
Suhu 36,5 oC 36 oC 36,4 o C
Nadi 82 x/menit 80 x/menit 80 x/menit
RR 19 x/menit 20 x/menit 22 x/menit
TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg
BB 60 kg 65 kg 14,5 kg 3.8 kg
TB 168 cm 154 cm 95 cm 49 cm
Kepala tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, rambut
penyebaran rambut penyebaran rambut penyebaran rambut lebat
merata, rambut merata, rambut lurus merata, rambut
lurus hitam hitam, agak rontok lurus hitam
Mata konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat
isokor isokor isokor isokor
Telinga tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
bersih bersih bersih bersih
Hidung tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret bersih
Mulut dan gigi gigi masih utuh dan gigi masih utuh dan gigi utuh, tidak ada
lengkap lengkap karies
Leher tidak ada tidak ada pembesaran tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar getah bening pembesaran kelenjar getah bening
kelenjar getah kelenjar getah
bening bening
Dada/thorax tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-) (-) dan wheezhing (-) (-) dan wheezhing (-) dan wheezhing (-)
S1 & S2 normal S1 & S2 normal (-) S1 & S2 normal S1 & S2 normal
Abdomen tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
BU (+) BU (+)
Ekstremitas tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
deformitas (-) deformitas (-) deformitas (-) deformitas (-)
Kulit tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal
ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Ketidakefektifan pemberian
Ibu V mengatakan nyeri saat menyusui bayinya, ASI pada ibu V (Nanda,
ibu V merasa putingnya lecet dan datar, dan sangat sakit 2014)
jika menyusui.
Ibu V belum berani menggendong bayi sambil menyusui
karena nyeri persalinan.
Ibu V mengatakan telah mendapat informasi terkait ASI
eksklusif dari bidan.
Ibu V juga telah mengetahui bahwa sebaiknya 6 bulan
pertama bayi hanya mendapatkan ASI, akan tetapi Ibu V
belum mengetahui secara detail mengenai ASI seperti
pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, manfaat ASI,
dan teknik menyusui yang benar.
Ibu V mengatakan merasa ASI nya terlalu sedikit untuk
kebutuhan anaknya nanti, dan
DO
ibu V menunjukkan perlengkapan bayi
ibu V menunjukkan kartu periksa ke bidan
SKORING MASALAH
1. Kesiapan meningkatkan proses Kehamilan-melahirkan pada ibu V (Nanda, 2014)
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
tertinggi
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada
aktual Ibu V
Kemungkinan 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu V mengatakan mencari
masalah untuk tahu tentang menu diet,
diubah: mudah istirahat, aktifitas yang baik
untuk ibu hamil.
ibu V merasa lupa beberapa
terkait persalinan seperti cara
mengedan dan teknik relaksasi
dan ingin tahu lebih dalam.
PRIORITAS MASALAH
1. Kesiapan meningkatkan kehamilan-melahirkan pada ibu V (Nanda, 2014)
2. Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu V (Nanda, 2014)
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4
akibat lanjut dari
ketidakefektifan
menyusui dengan
bahasa sendiri atau
dengan bantuan
lembar balik
masalah menyusui
ketidakefektifa dengan
n menyusui. keluarga
4. Beri
kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Jawab
pertanyaan
keluarga Kaji
pengetahuan
keluarga
tentang akibat
lanjut dari
ketidakefektifan
menyusui
6. Beri
reinforcement
positif atas
jawaban
keluarga.
7. Diskusikan
akibat lanjut
dari
ketidakefektifan
menyusui
dengan
keluarga
8. Beri
kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
9. Jawab
pertanyaan
keluarga
1.
Perawatan payudara ..., Najat, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAPAK RM PKKMP KOMUNITAS
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
3 x 45 menit
pertemuan
diharapkan
keluarga mampu :
keluarga.
merangsang
agar mulut bayi
terbuka lebar.
- Ketika mulut
bayi terbuka
lebar masukkan
putting susu dan
areola mamae
ke dalam mulut
bayi.
- Posisi menyusui
yang benar bila
ibu tidak merasa
nyeri pada puting
susu.
- Menyusui
3.2. Psikomotor dengan kedua
Mendemonstras payudara
i kan cara secara
menyusui yang bergantian
efektif (baik dan - Setelah
benar) disusui
punggung
bayi ditepuk-
tepuk,
sampai bayi
bersendawa.
- ASI diberikan
sesering mungkin
tanpa jadwal, 1. Diskusikan cara
lamanya 20-30 menyusui
menit dengan yang efektif
jarak 2-3 jam. dengan
Keluarga
memdemonstrasik
an
areola
mamae ke
dalam mulut
bayi.
- Posisi menyusui
yang benar bila
ibu tidak merasa
nyeri pada puting
susu.
- Menyusui
dengan kedua
payudara
secara
bergantian
- Setelah
disusui
punggung
bayi ditepuk-
tepuk,
sampai bayi
bersendawa.
mendemonstrasikan 1. Diskusikan
cara merawat cara merawat
payudara dengan payudara
bantuan maksimal. dengan
keluarga
Cara melakukan mendemonstra
perawatan si kan cara
payudara adalah : merawat
- Tuangkan payudara.
minyak 2. Beri
secukupnya kesempatan
- Tempatkan
kedua telapak
Perawatan payudara ..., Najat, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAPAK RM PKKMP KOMUNITAS
tangan diantara
kedua payudara
kanan dirangsang
dengan air hangat
kemudian air
dingin bergantian
dilakukan
sedikitnya 5 kali.
Cara merawat
payudara yang
bengkak :
- Mengompres
payudara yang
bengkak dengan
air hangat untuk
mengurangi rasa
sakit
- Tetap menyusui
dari payudara kiri
dan kanan secara
bergantian
- Mengeluarkan ASI
pada payudara
yang bengkak
dengan cara
menekan
payudara
berulangkali.
Mendiskusikan
dengan keluarga
terkait
pentingnya nutrisi
bagi kesehatan ibu
dan bayi, serta
pentingnya
pemenuhan
kebutuhan kalori 1. Diskusikan
harian melalui menu dengan keluarga
makanan yang sehat. nutrisi seimbang
untuk ibu
Keluarga dapat menyusui
menyebutkan 2 dari 3 2. Diskusikan
manfaat nutrisi bagi menu makanan
ibu menyusui: dengan nutrisi
- Mempertahankan seimbang
tubuh dari infeksi sesuai dengan
dan membantu kemampuan
proses penyembuhan dan kondisi
luka jahitan keluarga
- Mempertahankan 3. Motivasi
kondisi sehat bagi keluarga untuk
ibu menerapkan
- Meningkatkan menu yang
jumlah dan kualitas telah disepakati
ASI sehingga bayi 4. Evaluasi pada
tumbuh sehat kunjungan
yang tidak
Keluarga mampu direncanakan
menyebutkan 3 hal yang ke rumah
harus diperhatikan keluarga.
terkait nutrisi bagi ibu 5. Beri
menyusui: kesempatan
- Makanan dengan keluarga
mengekspresik
an
perasaannya
Perawatan payudara ..., Najat, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAPAK RM PKKMP KOMUNITAS
dan
mengajukan
Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5
jenis makanan ya ng
dianjurkan untuk ibu
menyusui:
- Energy yang
dianjurkan ditambah
500 kkal untuk enam
bulan pertama dan
ditambahkan 550
kkal untuk enam
bulan berikutnya
- Protein berjumlah
10-15% dari totoal
kebutuhan energy
- Lemak berjumah 20-
Keluarga mampu
menyusun menu sehat
bernutrisi bagi ibu
hamil sesuai dengan
kondisi dan selera untuk
menu makan satu hari
Setelah dilakukan Respon Pada kunjungan yang 1. Jelaskan kepada
intervensi verbal tidak direncanakan, keluarga tentang
keperawatan selama dan keluarga telah cara
1 x 15 menit afektif melakukan 2 dari 3 memodifikasi
pertemuan cara memodifikasi lingkungan bagi
diharapkan keluarga lingkungan. ibu dan bayi
mampu : ketika menyusui.
Cara memodifikasi 2. Memotivasi
4. Memodifikasi lingkungan bagi ibu keluarga untuk
suasana dan dan bayi adalah : menerapkan
lingkungan yang - Berikan cara
nyaman bagi ibu dan suasana yang memodifikasi
bayi ketika menyusui. nyaman. lingkungan bagi
- Berikan ibu dan bayi
lingkungan yang ketika menyusui.
bersih dan 3. Evaluasi pada
kunjungan yang
menyenangkan. tidak
- Berikan direncanakan
penerangan yang ke rumah
cukup. keluarga.
4. Beri
kesempatan
keluarga
mengekspresik
an
perasaannya
dan
mengajukan
pertanyaan.
5. Jawab
pertanyaan
keluarga dan
beri
reinforcement
positif.
Setelah dilakukan
intervensi selama 1 x
15 menit pertemuan
diharapkan keluarga
mampu : Fasilitas kesehatan 1. Sebutkan pada
5. Memanfaatka yang dapat digunakan keluarga
n fasilitas : beberapa
pelayanan - Rumah fasilitas
kesehatan : - Sakit/Puskesmas kesehatan yang
verbal
a. Pelayanan - Perawat keluarga dapat digunakan
kesehatan - Praktek 2. Diskusikan
yang dapat dokter/bida dengan keluarga
dimanfaatkan n berbagai sarana
- Fasilitas yan pelayanan
kes yang kesehatan yang
dapat tersedia dapat
dikunjungi dapat digunakan
pada jam kerja 3. Jelaskan akan
selain pentingnya
praktek
dokter/bidan
pada
obatan n
yang diresepkan
1. Jelaskan
kepada
keluarga
manfaat
pelayanan
kesehatan
2. Dorong
keluarga untuk
mengungkapk
an persepsi
3. Beri
reinforcemen
t positif.
Menyebutkan 2 dari
Perawatan payudara ..., Najat, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAPAK RM PKKMP KOMUNITAS
4 tanda-tanda pasti
persalinan, yakni;
- mules yang teratur
dan semakin lama
semakin sering
- nyeri di mulai dari 1. Gali pengetahuan
belakang menjalar keluarga tentang tanda-
ke depan tanda pasti dan palsu
- keluar lendir persalinan
bercampur darah 2. diskusikan bersama
dari jalan lahir keluarga tentang
- keluar cairan tanda- tanda pasti
ketuban dari jalan dan palsu persalinan
lahir akibat 3. Berikan kesempatan
pecahnya selaput keluarga untuk
ketuban. bertanya
4. Jawab pertanyaan
Menyebutkan 2 dari keluarga
4 tanda palsu 5. Motivasi keluarga
persalinan: untuk mengulang
- Terasa mules tetapi kembali
tidak teratur dan 6. Berikan pujian atas
tidak ada perubahan usaha keluarga
- Nyeri hanya di
bagian depan
Mengenal tanda Respo - Tidak terjadi
bahaya n pengeluaran dari
kehamilan verbal jalan lahir
- Mulas tidak
meningkat
intensitasnya
Menyebutkan 3 dari 6
tanda bahaya
kehamilan:
- Perdarahan
- Bengkak di kaki,
tangan, dan wajah
yang tidak hilang
- sakit kepala
B. Mampu disertai kejang
mengambil - Demam tinggi 1. Gali pengetahuan
keputusan dalam - Keluar air keluarga tentang tanda
merawat keluarga ketuban sebelum bahaya kehamilan
yang hamil waktunya 2. diskusikan bersama
dengan: - Gerakan janin keluarga tentang
Respo
- menyebutkan berkurang/tida tanda bahay
n
akibat yang k bergerak kehamilan
verbal
bisa terjadi 3. Berikan kesempatan
jika kehamilan keluarga untuk
tidak dirawat. bertanya
4. Jawab pertanyaan
\ keluarga
Keluarga menyebutkan 5. Motivasi keluarga
- Mengambil akibat dari kehamilan untuk mengulang
keputusan yang tidak diperhatikan kembali
untuk dan dirawat yakni 6. Berikan pujian atas
merawat masalah pada usaha keluarga
kehamilan perkembangan janin dan
kesulitan dalam proses
persalinan
Setelah Keluarga mengatakan
dilakukan akan siap untuk tetap
pertemuan 2x60 mengontrol kehamilan
menit, keluarga dan mengatur pola hidup
C. Mampu yang baik untuk masa
merawat anggota kehamilan
keluarga yang 1. Diskusikan bersama
sedang hamil keluarga apa yang
diketahui
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang cara
memodifikasi
lingkungan bagi ibu
hamil
2. Memotivasi keluarga
untuk menerapkan cara
memodifikasi lingkungan
bagi ibu hamil
3. Evaluasi pada
kunjungan yang tidak
direncanakan ke rumah
keluarga.
4. Beri kesempatan
keluarga
mengekspresikan
perasaannya dan
mengajukan
pertanyaan.
5. Jawab pertanyaan
keluarga
rutin setelah
pertemuan selesai
4. Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga
5. Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga
Nama KK : Bapak RM
Nama Klien : Ibu V
DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Kesiapan Rabu, 7Mei Membina hubungan saling percaya S:
meningkatkan 2014 Memvalidasi keadaan keluarga Bapak RM dan Ibu V menyetujui kontrak
proses Pukul Melakukan kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW
Kehamilan- 10:00 – Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik 01
melahirkan 10:30 WIB Melakukan pengkajian keluarga Bapak RM dan Ibu V menyetujui kunjungan saat ini
(Nanda, 2014) Mendiskusikan dengan keluarga tentang selama satu jam
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan ibu V Ibu V mengatakan sedang hamil kedua dan sudah
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah 36 minggu dan sudah melakukan beberapa
yang timbul pada ibu V persiapan untuk kehamilannya seperti rutin
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang berkunjung ke pelayanan kesehatan, memilih menu
dilakukan keluarga makanan untuk kehamilan, melakukan aktifitas
seperti naik turun tangga, menyiapkan perlengkapan
untuk persiapan persalinan nanti.
Ibu V mengatakan lupa cara mengedan yang baik,
karena sebelumnya saat melahirkan anak pertama
ibu V diinduksi dan merasa mengedan dengan tidak
benar.
O:
Keluarga Bapak RM terlihat menerima kedatangan
mahasiswa dengan baik
Bapak RM dan Ibu V berespon baik terhadap tujuan
dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan
pertanyaan padari mahasiswa
Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, paru,
bersedia merawat anggota keluarga maupun diabetes mellitus.
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang - Ibu V mengatakan Ayah dan ibunya tidak
dilakukan keluarga memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat
TUK 3: hingga saat ini.
Mendiskusikan dengan keluarga tentang arti - Bapak RM dan Ibu V telah menikah selama 4
kehamilan, adaptasi maternal yang dirasakan ibu V tahun. Bapak RM mengatakan dirinya tidak
khusunya trisemester 3 memiliki keluhan penyakit, namun pada saat
Mendiskusikan dengan keluarga tentang proses masih kecil Bapak RM pernah dibawa berobat
persalinan, nyeri persalinan. karena kejang demam hingga SMA.
Menjelaskan cara mengurangi nyeri persalinan. - Ibu V mengatakan sampai saat ini dirinya tidak
Menjelaskan cara mengedan yang baik dan benar memiliki keluhan penyakit. Saat usia
Mendemonstrasikan posisi yang baik dan benar saat kehamilan anak pertama Ibu V diinduksi
mengedan, cara teknik relaksasi karena kontraksi yang kurang saat menjelang
Memotivasi ibu V untuk meredemonstrasikan posisi melahirkan. Melalui Ibu V, diketahui An A
yang baik dan benar saat mengedan dan teknik memiliki riwayat penyakit flek paru atau TB
relaksasi pada saat umur 3 bulan An A mendapat terapi
obat. Terkait An B, sebelum melahirkan ibu V
Memberikan reinforcement positif pada usaha yang
dilakukan keluarga diinduksi karena kontraksi yang tidak kuat dan
tidak teratur, melainkan kepala sudah turun
masuk ke pintu panggul.
- Ibu V mengatakan saat hamil, selalu rutin
periksa kehamilan ke bidan,
- selalu memperhatikan pergerakan bayi,
- ibu memperhatikan kebersihan pernieal,
- ibu mencari tahu tentang menu diet, istirahat,
aktifitas yang baik untuk ibu hamil.
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan - Ibu V memiliki kartu pengunjung di RS Setya
Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas Bhakti
kesehatan O
- Ibu V tampak memegang perut bagian bawah
beberapa kali
- Ibu V tampak meringis
- Ibu V tampak rileks saat memperagakan teknik
napas dalam
- Lepold 3 presentasi kepala, leopold 4 belum masuk
PAP
- Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesiapan persalinan ibu V
- Keluarga mampu menyebutkan manfaat dan jenis
fasilitas kesehatan di sekitar rumah yang bisa
digunakan
- Keluarga telah menggunakan fasilitas kesehtan
dengan menunjukkan kartu anggota bidan juju dan
RS Setya Bhakti
A
- Kesiapan meningkatkan proses kehamilan-
melahirkan teratasi keseluruhan
P
- Lanjutkan intervensi diagnose kedua
Ketidakefekti Sabtu, 10 Memvalidasi keadaan keluarga - S
fan Mei 2014 Melakukan kontrak - Ibu V mengatakan nyeri saat menyusui
Pemberian 09:00- Menjelaskan tujuan kunjungan bayinya, ibu V merasa putingnya lecet dan
ASI pada ibu 11:30 WIB datar, dan sangat sakit jika menyusui.
bersedia merawat anggota keluarga memberikan ASI adalah: Bayi merasa tidak
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang puas saat menyusu;; Bayi gelisah dan rewel;
dilakukan keluarga Bayi beresiko kekurangan nutrisi; dan Bayi
mudah terserang penyakit
TUK 3:
- Bapak RM mengatakan bersedia merawat ibu
Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara V dengan ketidakefektifan pemberian ASI
menyusui yang efektif. - Ibu menyebutkan dan mendemonstrasikan
Memberi reinforcement positif atas jawaban kembali cara menyusui yang baik dan bemar
keluarga. yaitu Cuci tangan sebelum menyusui;
Mendiskusikan cara menyusui yang efektif dengan Bersihkan puting susu dengan air hangat;
keluarga. Dilakukan dengan posisi duduk, bayi di
Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya. pangku, kepala bayi diletakkan pada siku ibu
Menjawab pertanyaan keluarga. dan tangan ibu menopang bokong bayi; Tubuh
Motivasi keluarga untuk mengulang kembali. bayi dekat/kontak danmenghadap ibu, perut
Mendemonstrasikan cara menyusui yang efektif ibu menempel pada bagian ibu; Sentuhkan
dengan keluarga. puttingsusu pada bibir/pipi bayi untuk
Memorivasi keluarga meredemonstasikan cara merangsang agar mulut bayi terbuka lebar;
menyusui yang efektif dengan keluarga. Ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan
Beri reinforcement positif atas keberhasilan putting susu dan areola mamae ke dalam mulut
keluarga. bayi; Posisi menyusui yang benar bila ibu
tidak merasa nyeri pada puting susu; Menyusui
dengan kedua payudara secara bergantian;
Setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk,
sampai bayi bersendawa; ASI diberikan
sesering mungkin tanpa jadwal, lamanya 20-30
menit dengan jarak 2-3 jam.
-
- O
- Payudara ibu V teraba pada dan bengkak.
- Ibu V mengolesi minyak kelapa sebelum dan
A: TUK 3 tercapai
Mei 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu V mengatakan pijat payudara dan pijat oksitosin
Pukul Membuat kontrak berguna untuk memperbanyak produksi ASI
10:30- TUK 3: Ibu V mengatakan nutrisi seimbang bagus untuk
11:15 WIB Mendiskusikan cara merawat payudara dengan memperbanyak produksi ASI
keluarga mendemonstrasikan cara merawat Ibu V mengatakan sudah tidak memberikan susu
payudara. formula lagi buat anaknya
Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Ibu V mengatyakan anaknya sudah jarang rewel
jawab ketika menyusui
Menjawab pertanyaan keluarga Ibu V mengatakan dan merasakan ASInya sekarang
Memotivasi keluarga untuk lebih banyak daripada sebelumnya
mendemonstrasikan kembali cara merawat Ibu V mengatakan belum pernah memerah
payudara payudara, karena belum ada alat dan belum mampu
Memberi reinforcement positif atas kemauan untuk membelinya
keluarga mendemonstrasikan O:
Ibu V mendemonstrasikan cara perawatan payudara,
pijat payudara, dan pijat oksitosin dengan benar
Ibu V mampu menyusun menu makanan seimbang
dalam satu hari
ASI ibu V keluar setiap melakukan pijatan
Bayi B tampak tenang ketika menyusu dengan
ibunya
BB sekarang 3700 gram
A: TUK 3 tercapai
P:
Objektif:
Perencanaan:
Ibu V mampu:
TUK 3:
menyebutkan kembali pengertian dari alat
Mendemontrasikan pada keluarga dalam memilih kontrasepsi
jenis-jenis alat kontrasepsi
menyebutkan kembali jenis-jenis alat
Memberikan kesempatan keluarga untuk kontrasepsi
bertanya
menyebut kembali 2 dari 3 kelebihan suntik KB
Menjawab pertanyaan keluarga
menyebut kembali 2 dari 2 kekurangan suntik
Memotivasi keluarga untuk meredemonstrasikan KB
memilih jenis-jenis alat kontrasepsi
menyebut kembali 2 dari 3 kelebihan pil KB
Memberikan reinforcement positif
menyebut kembali 2 dari 3 kekurangan pil KB
Memotivasi ibu untuk mengklasifikasikan jadwal
menyebut kembali 2 dari 4 kelebihan KB
haid setiap bulannya apakah teratur atau tidur
implant
teratur.
menyebut kembali 2 dari 3 kelebihan KB
Mengajarkan perhitungan menggunakan rumus
spiral/IUD
untuk jadwal haid teratur.
menyebut kembali 3 dari 7 kekurangan KB
Mengajarkan perhitungan menggunakan rumus
spiral/IUD
untuk jadwal haid yang tidak teratur.
menyebutkan 2 akibat bila tidak menggunakan
mengajarkan cara menggunakan rumus dan catat
alat kontrasepsi
masa subur dan masa tidak subur berdasarkan
memutuskan untuk menggunakan salah satu
hasil perhitungan
jenis alat kontrasepsi
memotivasi ibu dan keluarga untuk mencatat
jadwal masa subur dan masa tidak subur ibu mengidentifikasi jenis-jenis alat kontrasepsi
dalam kalender memilih alat kontrasepsi yang rencana akan
Berikan reinforcement positif digunakan
Analisis:
Perencanaan:
- TUK 4 dan 5
Kamis, 5 Memvalidasi keadaan keluarga Subjektif:
Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan
Pukul Membuat kontrak Ibu V mengatakan:
15:30-
TUK 4: jadwal haidnya tidak teratur tiap bulannya
16:00 WIB akan mulai menandakan waktu menstruasi pada
Mendiskusikan dan motivasi keluarga untuk
menyusun jadwal KB setiap bulannya kalender di tiap bulannya
motivasi keluarga untuk manandakan waktu fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
menstruasinya setiap bulan pada kalender keluarga adalah posyandu, puskesmas, bidan
Berikan reinforcement ositif manfaat pelayanan kesehatan yaitu mendapatkan
perawatan
dan mendapatkan informasi mengenai KB
TUK 5:
Menggali pengetahuan keluarga terkait tempat rencana akan menggunakan KB spiral dan
pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi memasangnya pada kegiatan KB gratis dari
Memberikan informasi terkait tempat pelayanan puskesmas
kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga
Mendiskusikan dengan keluarga terkait manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar tempat Objektif
tinggal
Analisis:
Diagnosa 2:
Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu V
7 Keluarga mampu √
mendemonstrasikan cara perawatan
payudara, pijat payudara, dan pijat
oksitosin dengan benar
8 Keluarga mampu menyusun menu √
sehat bernutrisi bagi ibu hamil
sesuai dengan kondisi dan selera
untuk menu makan satu hari
9 Keluarga mampu √
mendemonstrasikan cara
manajemen stres
kesuburan tinggi
- Tidak mengganggu senggama
Kekurangan:
- Mengurangi produksi ASI
- Mual, muntah, pembesaran
payudara, perasaan lelah
- TD naik, Kulit muka
menghitam, jerawatan,
keputihan, gangguan haid
3. Susuk/implant
Kelebihan :
- Efektif dan mengembalikan
kesuburan secara sempurna
- Tidak merepotkan
- Perlindungan 5 tahun
- Ideal bagi ibu yang tidak mau
punya anak lagi dan belum siap
untuk steril
4. Spiral/ IUD
Kelebihan:
- Daya kesuburan tinggi
Kekurangan:
- Perdarahan dari kemaluan
- Mulas/nyeri
- Keputihan
- Keluhan suami merasa tidak
nyaman
- Terlambat haid
- Luka rahim
- Infeksi
- Keluarnya spiral
13 Keluarga mampu mengulang lagi √
langkah-langkah melakukan
perhitungan KB sederhana dengan
tanggal
14 Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 cara memodifikasi √
lingkungan untuk mendukung
pemberian ASI
- Berikan suasana yang
nyaman.
- Berikan lingkungan yang bersih
dan menyenangkan.
- Berikan penerangan yang cukup.
TINGKAT KEMANDIRIAN
Nama keluarga : Bapak RM
Alamat : RT 01 RW 01 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos.
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh
minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah
kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah
kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan
dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat
disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan
alasan: