Anda di halaman 1dari 35

PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN

DI SUSUN OLEH :

TIM DOSEN BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT dan atas rahmat, hidayah
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan buku panduan praktikum Biologi Dasar
dan Biologi Perkembangan untuk mahasiswa semester I Program Studi D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Repati Yogyakarta.
Buku panduan praktikum ini disusun untuk dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan praktikum Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan sekaligus sebagai alat
evaluasi bagi mahasiswa maupun pembimbing praktikum. Harapan kami semoga buku
panduan ini bermanfaat .
Kami sadar masih bahwa buku paduan praktikum ini tidak terlepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami memohon saran dan masukan agar dapat lebih
menyempurnakan buku panduan praktikum ini.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan kebaikan kepada kita semua. Amin.

Yogyakarta, Agustus 2017

Tim penyusun

2
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan diselenggarakan sesuai


dengan jadwal kuliah teori. Jadwal praktikum dibagi 5 sesi :
I. Jam 07.00 s/d 09.00
II. Jam 09.00 s/d 11.00
III. Jam 11.00 s/d 13.00
IV. Jam 13.00 s/d 15.00
V. Jam 15.00 s/d 17.00
2. Mahasiswa wajib mengikuti setiap praktikum. Apabila kehadiran praktikum
tidak mencapai 100%, maka mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti UAS.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dengan syarat alasan
sesuai aturan yang berlaku di Fikes dan mahasiswa tetap disarankan untuk
mengikuti kelas lain.
4. Sebelum pelaksanaan praktikum (maksimal 1 hari) mahasiswa harus
mempersiapkan peralatan terlebih dahulu.
5. Buku panduan praktikum harus dibawa oleh mahasiswa selama pelaksanaan
praktikum.
6. Mahasiswa wajib mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan acara
praktikum.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
TATA TERTIB PRAKTIKUM.........................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
PENGENALAN ALAT-ALAT STERILISASI................................................................5
PROSES STERILISASI, DESINFEKSI DAN PENCEGAHAN INFEKSI
NOSOKOMIAL................................................................................................................7
MENENTUKAN KALOR YANG HILANG DALAM PROSES PERTUKARAN......13
DEBIT ALIRAN FLUIDA SEBAGAI FUNGSI DARI JARI-JARI PEMBULUH,
TEKANAN FLUIDA DAN VISKOSITAS FLUIDA...................................................16
UJI KEHAMILAN DENGAN HORMON hCG.............................................................21
TES OVULASI/MASA SUBUR DENGAN LUTEINIZING HORMONE.................25
IDENTIFIKASI HEMOGLOBIN...................................................................................28
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE DAN URINE REDUKSI....................................31

4
ACARA PRAKTIKUM 1

PENGENALAN ALAT-ALAT STERILISASI

A. Tujuan : Memperkenalkan alat-alat sterilisasi kepada mahasiswa.


B. Dasar teori :
Sterilisasi sangat diutamakan 5 amper pada semua tindakan yang
dilakukan pada diagnosis mikrobiologi, baik alat-alat yang dipakai maupun media
yang digunakan. Oven atau autoklaf merupakan alat sterilisasi. Oven dipakai untuk
sterilisasi alat-alat gelas yang sebelumnya sudah dibungkus kertas. Autoklaf dipakai
untuk sterilisasi larutan medium.
C. Alat dan bahan:
1. Oven
2. Autoklaf
D. Cara kerja:
1. Penggunaan oven
Oven dan autoklaf merupakan alat sterilisasi. Oven dipakai untuk sterilisasi alat-
alat gelas yang sebelumnya sudah dibungkus kertas. Suhu oven dapat mencapai
200° C, tetapi untuk sterilisasi kering digunakan suhu 160° C selama 2 jam.
Pintu jangan dibuka sebelum suhunya turun sampai mencapai suhu kamar . hal
ini untuk menghindari retaknya gelas atau masuknya udara yang mengandung
partikel debu.
2. Penggunaan autoklaf
Banyak macam autoklaf yang tersedia di
pasaran, gunakanlah instruksi pemakaian
dari pabrik pembuatannya. Autoklaf
dipakai untuk sterilisasi larutan dan
medium. Waktu sterilisasi mulai dihitung
pada saat suhu dan tekanan yang
diperlukan sudah tercapai. Matikan api
/aliran listrik autoklaf jika waktu
sterilisasi sudah selesai dan biarkan tekanan turun sampai jarum penunjuk

5
tekanan menunjukkan angka nol. Keluarkan segera larutan atau medium yang
sudah steril jangan mempercepat pengeluaran uap untuk menurunkan tekanan,
karena akan mengakibatkan terlepasnya sumbat kapas pada labu atau tabung,
atau muncratnya larutan membasahi kapas.

6
ACARA PRAKTIKUM 2
PROSES STERILISASI, DESINFEKSI DAN PENCEGAHAN
INFEKSI NOSOKOMIAL

Bekerja secara steril adalah merupakan syarat utama untuk berhasil atau tidaknya
pekerjaan kita dibidang mikrobiologi baik itu praktikum maupun penelitian.
A. Definisi :
Sterilisasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membebaskan alat, barang atau
bahan dari microoganisme termasuk bakteri dan sporanya atau suatu usaha yang
dilakukan untuk membunuh atau menghancurkan mikrooganisme dan atau
sporanya dari alat/bahan yang disteril.
B. Metode Sterilisasi
1. Metode physic
a. Pemanasan
1). Pemanasan kering
2). Pemanasan basah
b. Radiasi
1). Radiasi sinar ultra violet
2). Radiasi ion
c. Filtrasi
Dikerjakan dengan filter yang dibuat dari :
1). Tanah liat : Berkefeld, Chamberland
2). Asbes : seitz
3). Serbuk kaca
4). Cellulose membrane
2. Methode kimia
Menggunakan bahan-bahan kimia antara lain desinfectans dan antiseptic.
Penggunaan method-methode ini sangat tergantung kepada alat/bahan yang akan
disteril, apakah menjadi rusak atau tidak, dan sebagainya.
C. Pelaksanaan Sterilisasi
1. Metode Physic

7
(a). Sterilisasi dengan pemanasan kering
1). Dengan pemijaran : Ose (sengkelit), nald (jarum penanam), patel dari
kawat dibakar pada nyala api spiritus sampai membara.
2). Dengan pembakaran : Pincet, pisau, gunting, object gelas, mulut
tabung/botol dan sebagainya, dilewatkan atau dibakar pada nyala api
spiritus tidak sampai membara.
3). Dengan Hot Air Oven: Alat-alat gelas : petri dish, tabung yang telah
ditutup kapas, botol yang telah ditutup kapas, pipet-pipet yang telah
dimasukkan kedalam box alumunium, cutton swabalam yang telah
dibungkus dengan alluminium foil dimasukkan kedalam HAO,
dipanaskan dengan listrik, suhu dan waktunya diatur sebagai berikut:

Suhu Waktu
120° C 8 jam
140° C 2 ½ jam
160° C 1 jam
170° C 40 menit
180° C 20 menit

(b). Sterilisasi dengan pemanasan basah


1). Temperatur dibawah 100°C
Sterilisasi cara ini disebut pasteurisasi, biasanya digunakan untuk
sterilisasi susu: untuk mematikan bentuk bacteri vegetative yang sering
dijumpai didalam susu segar, antara lain M.tuberculosis.Br.abortus
Bang, salmonella,Coliform.
(a). Dipanaskan (dimasak) pada suhu 60°-70° C selama 30 menit.
(b). Untuk vaccine dipanaskan di dalam waterbath 60°-70° C sampai 1
jam
2). Temperatur 100° C.
(a). Air mendidih : Pemanasan 100° C 5-10 menit, mematikan hampir
semua bacteri yang tidak membentuk spora dan sebagian kecil
spora. Yang dapat disteril dengan cara ini adalah alat-alat yang
tidak rusak pada pemanasan 100° C a.1.gunting, pisau, pinset, alat
suntik dari kaca dsb.

8
(b). Uap air mendidih: Pemanasan dapat dilakukan dengan “soblok”,
alatkoch atau autoclave yang kran pembuang uap airnya selalu
terbuka. Waktu yang diperlukan yaitu:
 Botol berisi sampai 100 ml : 15-20 menit
 Botol berisi sampai 600 ml : 30 menit
 Botol berisi sampai 5000 ml : 45 menit.
Adapula yang pemanasannya 100° C 20-45 menit 1 x perhari, 3
hari berturut-turut. Cara ini disebut tindalisasi. Digunakan untuk
sterilisasi media gula, gelatin, nutrient dsb.
3). Temperatur lebih dari 100° C
Untuk memperoleh suhu lebih dari 100° C digunakan autoclave, dengan
tekanan up lebih dari 1 atmosfer. Pemanasan dilakukan pada 121° C 15
– 20 menit (15 lbs).Yang dapat disteril dengan cara ini berupa alat-alat
gelas, alat-alat bedah, media dsb.
(c). Sterilisasi dengan radiasi
1). Radiasi sinar ultra violet
2). Radiasi sinar X atau sinar gamma
(d). Sterilisasi dengan filtrasi
2. Metode kimia
Yaitu sterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang disebut
desinfectan atau anti septic.
(a). Desinfectan yaitu bahan kimia yang digunakan untuk srerilisasi alat-
alat/barang-barang, dapat membunuh bacteri tetapi tidak menjamin
alat/barang itu selalu steril.
(b). Antiseptic yaitu bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan
cair (vaccen, serum). Membunuh bacteri dan menjamin bahan itu selalu
steril
D. Pencegahan Infeksi Nosokimial
1. Tujuan:
Mahasiswa mengetahui cara-cara pencegahan infeksi nosokimial dengan benar.

9
2. Dasar Teori:
Infeksi nosokimial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit. Sumber
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi nosokimial sama dengan yang
ada di populasi yaitu manusia, benda, substansi, aliran udara dan hewan. Yang
paling sering sebagai sumber mikroorganisme patogen adalah manusia. Sumber
kontaminasi terbesar di rumah sakit adalah tangan petugas rumah sakit dan
penderita infeksi, kemudian lingkungan sekitar (air, makanan, udara) juga dapat
menjadi sumber mikroorganisme penyebab penyakit bila tercemar. Pengendalian
infeksi nosokimial adalah dengan cara pengucilan, mencuci tangan, sanitasi
lingkungan, asepsis, desinfeksi dan sterilisasi di rumah sakit
3. Mencuci tangan steril
(a). Alat dan bahan:
1). Sikat steril
2). Sabun cair atau larutan antiseptic
3). Air mengalir
4). Handuk steril atau alat pengering steril
(b). Cara kerja:
1). Bebaskan lengan bawah dari pakaian
2). Lepas semua perhiasan maupun jam tangan
3). Pakai masker dan tutup kepala terlebih dahulu
4). Basahi tangan dengan air mengalir
5). Menggosok dan menyikat seluruh permukaan tangan, kuku, jari, sela-sela
jari, telapak dan punggung tangan sampai siku memakai sabun selama
15-30 detik secara aseptik (kanan-kiri, kanan-kiri)
6). Membilas dengan air mengalir, posisi tangan lebih tinggi dari siku
7). Keringkan dengan handuk steril atau alat pengering steril
8). Posisi tangan tetap diatas siku sebelum menggunakan sarung tangan
4. Memakai gaun steril
(a). Alat dan bahan:
1). Gaun steril
(b). Cara kerja:
1). Cuci tangan steril

10
2). Ambil gaun steril dengan memegang bagian dalam ban leher kemudian
tangan diangkat setinggi bahu
3). Masukkan tangan kanan kemudian tangan kiri ke lubang dengan tanpa
menyentuh bagian luar gaun steril, angkat sedikit lagi kedua lengan
sehingga gaun mendekati badan
4). Minta kepada orang atau asisten yang tidak menggunakan gaun steril
untuk menalikan gaun steril dengan tanpa menyentuh bagian depan gaun
steril
5. Memakai dan melepas sarung tangan
(a). Alat dan bahan:
1). Sarung tangan steril
(b). Cara memakai sarung tangan:
1). Sebelumnya harus mencuci tangan dan mengeringkannya
2). Perhatikan petunjuk membuka packing sarung tangan steril
3). Pastikan sarung tangan siap digunakan dan sesuai dengan ukuran tangan
4). Memegang sarung tangan yang akan dipakai secara steril, misalnya
sarung tangan kanan yang akan dipakai duluan dipegang dengan tangan
kiri pada bagian dalam yang dilipatkan keluar
5). Memasukkan tangan kanan setengah bagian, tangan kiri membantu pada
bagian dalam
6). Setelah sarung tangan terpasang, lipatan tadi dibiarkan
7). Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada bagian luarnya
dengan cara menyelipkan tangan kanan ke celah lipatan sarung tangan
kiri
8). Membantu tangan kiri masuk ke dalam sarung tangan dengan tetap
memegang bagian terluarnya
9). Membetulkan letak sarung tangan dan merapikannya
6. Cara melepas sarung tangan
(a). Cuci tangan yang masih mengenakan sarung tangan
(b). Misalnya yang akan dilepas sarung tangan kanan duluan, pegang bagian luar
sarung tangan kanan menggunakan tangan kiri yang masih menggunakan
sarung tangan kemudian tarik ke arah jari

11
(c). Letakkan sarung tangan di tempat yang disediakan
(d). Lepaskan sarung tangan kiri dengan menarik bagian dalam sarung tangan ke
arah jari menggunakan tangan kanan
(e). Letakkan sarung tangan di tempat yang disediakan
(f). Cuci tangan

12
ACARA PRAKTIKUM 3
MENENTUKAN KALOR YANG HILANG DALAM PROSES
PERTUKARAN KALOR

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan jumlah kalor yang hilang dalam proses pertukaran
kalor antara air yang bersuhu tinggi dan air yang bersuhu rendah.
2. Mahasiswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor
yang hilang.
B. Alat dan Bahan
1. Beaker glass 250 ml , 2 buah.
2. Pemanas air
3. Termometer batang
4. Timbangan
5. Gabus.
C. Dasar Teori.
Jika 2 sistem yang berbeda suhunya bersentuhan, maka sistem yang suhunya
lebih tinggi akan melepaskan kalor dan sistem yang suhunya lebih rendah akan
menyerap kalor. Karena melepas kalor, maka sistem yang suhunya lebih tinggi
akan turun suhunya. Sebaliknya sistem yang suhunya lebih rendah akan naik
suhunya. Pada suatu saat akan terjadi kesetimbangan termal, dan suhu kedua sistem
menjadi sama.
Menurut hukum kekekalan energi, kalor yang dilepas sama dengan kalor yang
diserap. Dalam kasus kedua sistem adalah sistem terbuka, maka sebagian kalor
diserap oleh lingkungan. Kalor ini sering dianggap sebagai kalor yang hilang.
Misalnya bejana 1 berisi air dengan massa m1 dan suhu awal t1. Bejana 2 berisi
air dengan massa m2 dan suhu awal t2. Diketahui t2 lebih besar dari t1. Kalor jenis
air adalah 1 kal/gram0C. Setelah tercapai kesetimbangan termal, suhu campuran
menjadi tc. Kalor yang dilepas bertanda negatif dan kalor yang diserap bertanda
positif. Menurut Azas Black :
Kalor yang dilepas = kalor yang diserap
-m2 x c x (tc – t2) = m1 x c x (tc – t1) + kalor yang hilang.

13
Karena besaran-besaran yang lain diketahui nilainya kecuali besaran kalor yang
hilang, maka besarnya kalor yang hilang dapat ditentukan.
Untuk mengurangi jumlah kalor yang hilang, maka bejana tempat pencampuran
dapat diberi bahan yang tidak mudah menyerap kalor, atau tidak mudah menghantar
kalor ke lingkungan.
D. Prosedur Percobaan.
1. Isi air dalam 2 bejana, masing-masing ± 100 ml.
2. Ukur volume air dalam masing-masing bejana.
3. Hitung massa air dalam masing-masing bejana
4. Panaskan air dalam salah satu bejana.
5. Ukur suhu air dalam masing-masing bejana.
6. Campurkan air ke dalam salah satu bejana.
7. Biarkan beberapa saat sampai suhu campuran air itu konstan.
8. Ukur suhu campuran air itu.
9. Catat semua data yang diperoleh.
Lapisi salah satu bejana tempat mencampur air dengan gabus. Ulangi kembali
langkah a sampai langkah h.
E. Tugas dan Pertanyaan.
1. Berapa kalori yang diserap oleh lingkungan (kalor yang hilang)?
2. Apa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi kalor yang hilang? Beri contoh
alat yang dirancang dengan pertimbangan mengurangi kalor yang hilang?
Bagaimana cara kerjanya?

14
LEMBAR DATA
A. Tanpa pelapis gabus

Volume Massa air Suhu air Volume Massa air Suhu air Suhu
air dingin dingin = dingin = air panas panas= m2 panas = t2 campuran
= V1 (cm3) m1 (gram) t1 (0C) = V2 (cm3) (gram) (0C) = tc (0C)

Perhitungan
Massa air = volume air x massa jenis air.
Massa jenis air = 1 gram/cm3
Kalor jenis air = 1 kal/gram 0C
-m2 x c x (tc – t2) = m1 x c x (tc – t1) + kalor yang hilang.
Kalor yang hilang = -m2 x c x (tc – t2) - m1 x c x (tc – t1)

B. Dengan pelapis gabus

Volume Massa air Suhu air Volume Massa air Suhu air Suhu
air dingin dingin = dingin = air panas panas= m1 panas = t1 campuran
= V1 (cm3) m1 (gram) t1 (0C) = V1 (cm3) (gram) (0C) = tc (0C)

Perhitungan
Massa air = volume air x massa jenis air.
Massa jenis air = 1 gram/cm3
Kalor jenis air = 1 kal/gram 0C
-m2 x c x (tc – t2) = m1 x c x (tc – t1) + kalor yang hilang.
Kalor yang hilang = -m2 x c x (tc – t2) - m1 x c x (tc – t1)

15
ACARA PRAKTIKUM 4
DEBIT ALIRAN FLUIDA SEBAGAI FUNGSI DARI JARI-JARI PEMBULUH,
TEKANAN FLUIDA DAN VISKOSITAS FLUIDA

A. Tujuan.
Agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara:
1. Debit aliran fluida dengan jari-jari pembuluh
2. Debit aliran fluida dengan tekanan fluida
3. Debit aliran fluida dengan viskositas fluida
B. Alat dan Bahan
1. Bejana berpancuran
2. Pembuluh karet/plastik dengan beberapa ukuran jari-jari
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Air
6. Sirup
C. Dasar Teori
Hukum Poiseuille
D = π r4 (P1 – P2) / 8η L
D = debit aliran = volume aliran/waktu
r = jari-jari pembuluh
(P1 – P2) = selisih tekanan fluida
η = viskositas (kekentalan) fluida
L = panjang pembuluh
Satuan viskositas = N s/m2 = Pa.s = pas
viskositas air = 1 mili pas
viskositas darah = 1 – 3 mili pas.
Dari Hukum Poiseuille terlihat adanya hubungan sebagai berikut.
1. Debit berbanding lurus dengan pangkat empat jari-jari pembuluh.
2. Debit berbanding lurus dengan selisih tekanan fluida

16
3. Debit berbanding terbalik dengan viskositas fluida
4. Debit berbanding terbalik dengan panjang pembuluh
Dalam konteks medis, hukum ini dapat diterapkan untuk mengkaji hubungan
antara debit aliran ndarah dengan jari-jari pembuluh darah, tekanan darah dan
viskositas darah.
Jari-jari pembuluh dapat diubah-ubah dengan mengganti pembuluh dari berbagai
ukuran. Selisih tekanan fluida merupakan selisih tekanan hidrostatis fluida pada
posisi lubang pancuran dan pada posisi permukaan fluida dalam bejana
berpancuran. Jika selisih tinggi fluida pada kedua posisi itu adalah h, maka selisih
tekanan hidostatis, P = ρgh dimana ρ adalah massa jenis fluida, g adalah
percepatan gravitasi dan h adalah tinggi fluida. Viskositas fluida dapat diubah-ubah
dengan mengganti konsentrasi larutan fluida. Untuk itu dalam percobaan ini, air
akan ditambahkan sirup dengan berbagai konsentrasi.
D. Prosedur Percobaan

17
1. Debit sebagai fungsi jari-jari pembuluh.
a. Bejana berpancuran diisi air sampai hampir penuh. Kran pancuran masih
tertutup. Ukur tinggi air dalam bejana.
b. Pembuluh dengan ukuran jari-jari tertentu, dihubungkan ke pancuran. Gelas
ukur dipasang pada ujung pembuluh untuk menampung air yang keluar dari
pembuluh.
c. Tutup pancuran dibuka, bersamaan dengan stopwatch diaktifkan.
d. Setelah selang waktu tertentu, (sebelum gelas ukur penuh), stopwatch
dimatikan.
e. Amati dan catat volume air yang tertampung dalam gelas ukur.
f. Ulangi kegiatan 1) sampai dengan 5) di atas, dengan mengganti-ganti
ukuran jari-jari pembuluh.
g. Catat data yang diperoleh pada lembar data D = f(r)
2. Debit sebagai fungsi tekanan fluida
Lakukan kegiatan seperti pada prosedur A, dengan mengubah-ubah tinggi air
dalam bejana berpancuran. Jari-jari pembuluh tetap (pilih salah satu pembuluh).
Catat data yang diperoleh pada lembar data D = f(P)
3. Debit sebagai fungsi viskositas fluida
Lakukan kegiatan seperti pada prosedur A, dengan mengubah-ubah viskositas
fluida. Jari-jari pembuluh tetap (pilih salah satu pembuluh). Tinggi fluida juga
tetap.
Catat data yang diperoleh pada lembar data D = f(η).
E. Pertanyaan/Tugas
1. Apa yang dapat terjadi jika seseorang mengalami gejala penyempitan pembuluh
darah ?
2. Bagaimana menentukan tekanan fluida pada dasar bejana berpancuran ?
3. Bagaimana menentukan konsentrasi sirup dalam air ?
4. Bagaimana hubungan antara konsentrasi dengan viskositas ?
5. Menurut hasil percobaan anda, bagaimana hubungan antara :
a. D dengan r
b. D dengan P
c. D dengan η

18
6. Berdasarkan data yang anda peroleh, gambarkan grafik :
a. D = f(r)
b. D = f(P)
c. D = f(η)

LEMBAR DATA
A. Data D = f(r)
Tinggi air, h = ..................... cm
Panjang pembuluh, L = ........... cm.
Viskositas air, η = 1 mpas
No. r (cm) V (cm3) t (s) D (cm3/s)
1.
2.
3.

B. Data D = f (P)
Jari-jari pembuluh, r = .............. cm
Panjang pembuluh, L = ........... cm.
Viskositas air, η = 1 mpas
No. h (cm) V (cm3) t (s) D (cm3/s)
1.
2.
3.

C. Data D = f(η)
Jari-jari pembuluh, r = .............. cm
Panjang pembuluh, L = ........... cm.
Tinggi fluida, h = ..................... cm

19
No. konsentrasi V (cm3) t (s) D (cm3/s)
(%)
1.
2.
3.

20
ACARA PRAKTIKUM 5

UJI KEHAMILAN DENGAN HORMON hCG

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami tahap pelaksanaan pemeriksaan deteksi dini kehamilan dengan hormon
hCG.
II. KOMPETENSI
Pada akhir pelaksanaan praktikum mahasiswa mampu untuk melaksanakan
pemeriksaan deteksi dini kehamilan dengan hormon hCG
III. DASAR TEORI
Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptida pada
kehamilan, yang diproduksi oleh embrio segera setelah konsepsi dan selanjutnya
oleh syncytiotrophoblast yang merupakan bagian dari plasenta. Fungsi hormon
hCG adalah untuk mencegah disintegrasi corpus luteum dan menjaga produksi
progesteron agar tetap tinggi selama kehamilan. Secara umum deteksi dini
kehamilan dilakukan dengan pengukuran keberadaan hCG dalam urin.
Secara umum deteksi dini kehamilan menggunakan monoclonal antibody
(MAb) dengan β-sub unit hCG (βhCG). Tes bersifat spesifik untuk βhCG dan tidak
menyebabkan false positive (positif palsu) antara hCG dengan LH dan FSH yang
sifatnya sangat mirip. Perbedaan ini penting karena LH dan FSH juga disekresikan
pada wanita hamil maupun tidak hamil, tetapi βhCG hanya disekresikan berlebihan
pada kehamilan.
1. Uji hCG dengan metode Latex agglutination inhibition
a. Alat dan bahan:
1) Plat uji
2) Rotator atau stik aplikator
3) Tabung uji, 75 mm x 12 mm
4) Rak tabung uji
5) Antibodi anti βhCG
6) Reagen latex hCG
7) Kontrol negatif

21
8) Kontrol positif (positif kuat dan positif lemah)
b. Cara Kerja:
1) Siapkan reagen latex hCG dalam suhu kamar
2) Siapkan sampel urin normal (dari wanita tidak hamil), hamil trimester 1,
trimester 2 dan trimester 3
3) Teteskan masing-masing 1 tetes kontrol negatif dan 1 tetes kontrol positif
pada lingkaran plat (yang disediakan/terdapat dalam kit)
4) Teteskan masing-masing 1 tetes sampel urin wanita hamil trimester 1,
2,3 dan wanita tidak hamil pada lingkaran plat tes lainnya
5) Kocok dan resuspensi reagen latex anti βhCG ke atas masing-masing
sampel urin dan sampel kontrol.
6) Campur perlahan dengan hati-hati dengan menggunakan stik aplikator.
7) Setelah 3 menit, periksa plat uji dan bandingkan reaksi pada masing-
masing urin. Jika kurang jelas, amati di luar ruangan. Reaksi positif yang
menunjukkan adanya hormon βhCG sebagai produk kehamilan, ditandai
dengan adanya reaksi aglutinasi yang muncul, demikian sebaliknya.
c. Tugas/pertanyaan
1) Amati perbedaan antara ke-4 sampel. Jelaskan mengapa terjadi demikian.
Gambarlah hasil pengamatan anda.
2) Deskripsikan secara singkat apa yang anda amati reaksi di atas pada
sampel urin normal dan urin wanita hamil.

d. Lembar Kerja Mahasiswa

Gambar uji latex aglutinasi

22
Deskripsi singkat
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Uji hCG dengan Rapid Test (antibody monoclonal)
a. Alat dan bahan
1) Rapid test kit uji kehamilan
2) Gelas plastik 2 buah
3) Urin wanita hamil
4) Urine wanita tidak hamil (kontrol negatif)
b. Cara kerja
1) Siapkan 1 gelas plastik untuk tempat urin wanita hamil dan 1 gelas plastik
untuk tempat urin wanita tidak hamil
2) Buka rapid test kit dan ambil stiknya, pegang bagian atas (warna biru)
3) Celupkan bagian bawah stik sampai batas tanda maksimal
4) Angkat dan amati garis yang muncul pada stik
c. Tugas/pertanyaan
1) Interpretasikan hasil pengamatan anda:
Hasil positif (+) jika ada 2 garis merah (atas dan bawah) yang muncul
Hasil negatif (-) jika hanya 1 garis merah (atas) yang muncul
Gambarlah hasil pengamatan anda.
2) Deskripsikan secara singkat apa yang anda amati reaksi di atas pada
sampel urin wanita tidak hamil dan urin wanita hamil.

23
d. Lembar Kerja Mahasiswa

Gambar hasil rapid test

Deskripsi singkat
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

24
ACARA PRAKTIKUM 6

TES OVULASI/MASA SUBUR DENGAN HORMON LH

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara penentuan masa subur berdasarkan siklus menstruasi.
2. Melaksanakan tes kesuburan dengan deteksi Luteinizing Hormone (LH)
melalui antibodi monoklonal.
II. KOMPETENSI
Pada akhir pelaksanaan praktikum mahasiswa mampu untuk:
1. Menentukan ovulasi/ masa subur berdasarkan siklus menstruasi
2. Melaksanakan tes kesuburan dengan deteksi Luteinizing Hormone (LH)
melalui antibodi monoklonal.
III. DASAR TEORI
Ovulasi/masa subur pada wanita ditandai dengan kenaikan kadar Luteinizing
Hormone (LH) secara signifikan sesaat sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Kenaikan
LH akan mendorong sel telur keluar dari ovarium menuju tuba falopii dan siap
dibuahi oleh sperma. Periode ini disebut masa subur, yaitu bila sel telur berada di
tuba dan siap untuk dibuahi.
Jika masa subur sudah diketahui, maka kemungkinan terjadinya kehamilan
pada masa subur sangat besar, sehingga jika seseorang ingin hamil, dapat
melakukan hubungan pada masa subur yaitu 24-48 jam setelah tes dinyatakan
hasilnya positif, dengan asumsi survival rate ovum adalah 2 hari. Sebaliknya jika
tidak menginginkan kehamilan atau KB alami, maka jangan melakukan hubungan
pada masa subur atau masa menjelang masa subur. Jika ingin berhubungan,
pakailah pengamanan seperti kondom, agar sperma tidak masuk ke organ
reproduksi wanita. Peningkatan kadar LH dalam darah menjelang ovulasi
mengakibatkan kelebihan LH disekresikan dalam urin. Kadar LH paling tinggi pada
urin jam 10.00-20.00.
Masa subur seorang wanita secara teoritis dapat ditentukan sesuai dengan
siklus menstruasi dan mudah diterapkan jika siklus menstruasinya tetap dan stabil.
Tetapi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang berubah-ubah, akan

25
sangat sulit untuk menetapkannya dan dapat dibantu dengan rapid test LH. Tes ini
bermanfaat untuk mengetahui ovulasi yang sangat penting bagi pasangan yang
menginginkan anak, ingin KB maupun dalam keperluan teknologi reproduksi
lainnya seperti inseminasi buatan dan bayi tabung.
IV. BAHAN DAN ALAT
1. ovutest LH rapid test
2. urin wanita yang mendekati ovulasi (lihat tabel) urin dikoleksi antara jam 10.00-
20.00
3. urin wanita yang tidak mendekati masa ovulasi
V. CARA KERJA
1. Setiap mahasiswa menentukkan masa suburnya/ovulasi sendiri yaitu dengan
rumus 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sekresi LH paling tinggi 3-2 hari
menjelang ovulasi.
2. Gunakan hitungan no.1 dan bandingkanlah dengan tabel di bawah ini untuk
mencari urin yang diperkirakan mengandung LH.
Jangka Tes Jangka Tes Jangka Tes Jangka Tes
siklus pada siklus pada siklus pada siklus pada
menstruasi hari ke- menstruasi hari menstruasi hari menstruasi hari
ke- ke- ke-
.21 hari Hari ke- 26 hari Hari 31 hari Hari 36 hari Hari
6 ke-9 ke-14 ke-19
22 hari Hari ke- 27 hari Hari 32 hari Hari 37 hari Hari
6 ke-10 ke-15 ke-20
23 hari Hari ke- 28 hari Hari 33 hari Hari 38 hari Hari
7 ke-11 ke-16 ke-21
24 hari Hari ke- 29 hari Hari 34 hari Hari 39 hari Hari
7 ke-12 ke-17 ke-22
25 hari Hari ke- 30 hari Hari 35 hari Hari 40 hari Hari
8 ke-13 ke-18 ke-23

3. Sediakan urin mahasiswa yang di luar masa subur


4. Gunakan ovutest strip untuk mengetahui ada tidaknya LH yang menunjukkan
subur tidaknya sesorang
5. Pegang strip ovutest pada bagian yang berwarna hijau, celupkan strip pada
bagian yang berwarna putih hingga batas tulisan “max” selama ± 3-5 detik.
6. Angkat dan letakkan pada bidang datar. Tunggu 1-5 menit hingga hasil muncul.

26
Baca segera hasil tes
a. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan munculnya warna garis pada strip,
yang di bawah lebih gelap atau sama dengan warna garis yang di atas.
Artinya ovulasi/masa subur akan terjadi dalam waktu 24-48 jam ke depan.
b. Hasil negatif (-) ditunjukkan dengan munculnya warna garis pada strip,
yang di bawah lebih muda dari yang di atas, atau hanya garis yang di atas
saja yang muncul. Artinya ovulasi/masa subur tidak terjadi.
c. Hasil invalid/salah, bila tidak muncul garis. Hal ini dapat terjadi karena urin
yang dibutuhkan tidak cukup meresap naik pada strip atau mencelupkan
strip melebihi batas tulisan “max” atau strip uji tidak langsung digunakan
setelah kemasan aluminium foil dibuka.
VI. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Bagaimana hasil tes yang anda lakukan? Gambarkan hasil pengamatan anda.
2. Deskripsikan secara singkat hasil pengamatan anda.
VII. LEMBAR KERJA MAHASISWA

Gambar hasil ovutest

Deskripsi singkat
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

27
ACARA PRAKTIKUM 7

IDENTIFIKASI HEMOGLOBIN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan identifikasi hemoglobin dengan pemeriksaan hemoglobin metode Sahli.
II. KOMPETENSI
Pada akhir pelaksanaan praktikum mahasiswa mampu untuk melakukan
pemeriksaan hemoglobin dengan metode Sahli.
III. DASAR TEORI
Hemoglobin adalah komponen sel darah merah yang disusun oleh heme dan
globin. Hemoglobin disusun oleh heme yang terbentuk dari Fe dan protoporphyrin
(dalam mitokondria) dan globin yang terbentuk dari rantai asam amino (dalam
ribosom). Biosintesis hemoglobin meliputi sintesis heme dan sintesis porfirin.
Porfirin berfungsi sebagai pengangkut O2, electron. Konsentrasi hemoglobin dalam
cairan sel sekitar 34 gram di setiap 100 mL sel darah merah.
Pemeriksaan hemoglobin dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya dengan metode Talquist, Sahli, dan Cyanmethemoglobin. Pada
pelayanan dasar, pemeriksaan Hb paling sering menggunakan metode Sahli. Pada
metode ini, hemoglobin diubah menjadi hematin / hemin setelah direaksi dengan
asam klorida 0,1 N. Perubahan warna yang terjadi, dibandingkan dengan warna
standard yang ada pada hemometer Sahli (konstan). Membaca hasil, diperlukan
ketajaman penglihatan dan cahaya (ruangan terang). Hb normal Laki-laki: 14 – 18
gram/dL. Perempuan : 12 – 16 gram/dL (Depkes RI, 1991). Hemoglobin normal
pada perempuan hamil trimester I dan III minimal 11 g/dL, sedangkan trimester II
10,5 g/dL (Kemenkes RI, 2013).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Haemometer Sahli set

2. HCL 0,1 %

3. Aquadest

28
4. Lanset

5. Kapas kering Steril

6. Bengkok

7. Sarung tangan

8. Pengalas

9. Kapas DTT

V. CARA KERJA
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian mengeringkan
menggunakan handuk pribadi
2. Memakai sarung tangan pada kedua tangan
3. Mengisi tabung sahli dengan HCL 0,1 % sampai pada angka 2 pada tabung
haemometer
4. Meletakkan pengalas di bawah tangan yang akan ditusuk
5. Mengusap jari klien yang akan ditusuk dengan kapas DTT
6. Tusuk jari tangan klien yang sudah diusap kapas DTT dengan lanset yang
steril, kemudian bersihkan darah yang pertama keluar dengan kapas kering
steril, tekan jari agar darah yang keluar lebih banyak
7. Gunakan pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis batas
pada tabung /20 mm
8. Hapuslah darah yang ada di ujung pipet dengan kapas kering dengan hati-hati
agar darah yang ada dalam tabung tidak terisap keluar
9. Masukkan darah kedalam tabung sahli sampai darah keluar semua dari pipet
10. Aduk darah dengan HCL sampai benar-benar tercampur, kemudian diamkan
beberapa saat (1 menit)
11. Masukkan aquadest tetes demi tetes kedalam tabung sahli, aduk kembali
sampai warnanya sama dengan warna standart
12. Permukaan larutan (bagian tengah) dibaca menghadap tempat terang/jendela
dan hasilnya dinyatakan dalam gr% atau gr/dL
13. Rapikan kembali pasien, dan terangkan hasil pemeriksaan

29
14. Bereskan alat-alat (mencuci tabung dan pipet penghisap)
15. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

VI. TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Bagaimana hasil tes yang anda lakukan? Apakah hasil tes tersebut normal/tidak
normal?
2. Deskripsikan secara singkat hasil pengamatan anda.

VII. LEMBAR KERJA MAHASISWA


......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

30
ACARA PRAKTIKUM 8

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE DAN URINE REDUKSI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami tahap pelaksanaan pemeriksaan protein urine pada ibu hamil.
2. Memahami tahap pelaksanaan pemeriksaan urine reduksi pada ibu hamil.
II. KOMPETENSI
Pada akhir pelaksanaan praktikum mahasiswa mampu untuk:
1. Melakukan pemeriksaan protein urine pada ibu hamil.
2. Melakukan pemeriksaan urine reduksi pada ibu hamil.
III. DASAR TEORI
1. Pemeriksaan protein urine semasa kehamilan
Munculnya protein urine dalam kehamilan merupakan tanda/gejala
dari beberapa komplikasi dalam kehamilan. Komplikasi tersebut berbahaya
baik untuk ibu hamil maupun untuk janin yang dikandungnya. Protein
dalam urine ibu hamil dapat merupakan tanda/gejala hipertensi dan pre-
eklampsia. Kedua komplikasi ini menyebabkan masalah dalam kehamilan
maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
dan janinnya. Namun, dengan pemeriksaan protein urine yang teratur dapat
mengantisipasi komplikasi tersebut.
Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein urine dengan
menggunakan asam asetat 5% dan apabila setelah dipanaskan urine menjadi
keruh berarti ada protein didalam urine. Standar kadar kekeruhan protein
urine :
a. Negatif (-) : bila tidak ada kekeruhan sama sekali, protein
urine negatif

b. Positif (+) : bila ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir


atau +1 (kadar protein kira-kira 0,01- 0,05 gr/dl)
c. Positif (++) : bila kekeruhan mudah dilihat dan tampak
atau +2 butir- butir dalam kekeruhan (kadar protein
kira–kira 0,05- 0,2 gr/dl)
d. Positif : bila urine jelas keruh dan kekeruhan tersebut

31
(+++) atau berkeping-keping (kadar protein kira-kira 0,2-
+3 0,5 gr/dl)

e. Positif bila urine sangat keruh dan kekeruhan


(+++) : berkeping-keping atau bergumpal-gumpal atau
atau +4 memadat (kadar protein kira-kira > 0,5 gr/dl

2. Pemeriksaan protein reduksi semasa kehamilan


Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk melihat adanya glukosa dalam
urine. Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa. Adanya urine
dalam glukosa merupakan tanda komplikasi penyakit diabetes mellitus.
Penyakit ini menimbulkan dapat komplikasi tidak hanya pada ibu tetapi juga
pada janin, dintaranya adalah :
Pada ibu :
a. Pre-ekampsia
b. Polihidramnion
c. Infeksi saluran kemih
d. Persalinan dengan SC
e. Menderita DM pasca persalinan
Pada janin :
a. Hiperglikemia f. Hipoklasemia dan hipomagnesia
b. Makrosomia g. Hiperbilirubinemia
c. Hipoglikemia h. Polisitemia hematologis
d. Hambatan pertumbuhan janin i. Asfiksia perinatal
e. Cacat bawaan j. Sindrom gagal nafas
Mengingat bahaya yang besar, maka bidan wajib mempelajari bagaimana
prosedur pemeriksaan kadar glukosa. Standar pemeriksaan urine reduksi :
a. Negatif : Larutan tetap berwarna biru jernih/sedikit
kehijauan/agak keruh
b. Positif 1 : Larutan hijau kekuningan dan keruh, (glukosa
0,5-1 gr/dl)
c. Positif 2 : Larutan kuning keruh (glukosa 1-5 gr/dl)
d. Positif 3 : Larutan jingga/warna Lumpur keruh (Glukose 2-
3,5 gr/dl)
e. Positif 4 : Larutan merah keruh, kadar glucose > 3,5 gr/dl

32
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Pemeriksaan protein urine
a. Tabung reaksi dan raknya

b. Penjepit tabung

c. Bunsen/ lampu spritus

d. Pipet

e. Asam asetat 5%

f. Korek api

g. Urine

2. Pemeriksaan urine reduksi


a. Tabung reaksi dan raknya

b. Penjepit tabung

c. Lampu spiritus

d. Pipet

e. Cairan Benedict

f. Cairan Urine
g. Korek api
V. CARA KERJA
1. Pemeriksaan protein urine
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian mengeringkan
menggunakan tisu pengesat
b. Memakai sarung tangan pada kedua tangan
c. Isi 2 tabung reaksi dengan urine 2-3 cc ( 1 tabung untuk pembanding)
d. Panaskan urine diata lampu spiritus dengan jaark 2-3 cm dari ujung lampu
spiritus sampai digoyang-goyangkan sampai mendidih
e. Bandingkan hasilnya dengan urine yang tidak dipanaskan

33
f. Kalau urine keruh, tambahkan 4 tetes asam asetat 5% dan apabila
kekeruhan menghilang setelah ditambah asam asetat 5% berarti
menunjukkan HR dan ini tidak signifikan untuk protein (bandingkan)
g. Kalau urine tetap keruh panaskan sekali lagi (lalu bandingkan)
h. Kalau urine tetap keruh berarti ada protein dalam urine
i. Rapikan kembali pasien, dan terangkan hasil pemeriksaan
j. Bereskan alat-alat (mencuci tabung dan pipet penghisap)
k. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Catatan :
Sumber kesalahan :
 Menggunakan tabung yang kotor dan keruh sehingga diinterpretasikan
sebagai suatu kekeruhan.
 Menggunakan urine yang keruh maka urine harus disaring terlebih
dahulu dengan kertas saring (disentrifus) kemudian filtratnya dipakai
pemeriksaan.
2. Pemeriksaan urine reduksi
a. Siapkan tabung reaksi pada raknya
b. Masukkan cairan benedict kedalam tabung sebanyak 5 cc/2,5 cc
c. Teteskan urine 4-8 tetes pada tabung yang telah diisi cairan benedict (4
tetes urine untuk 2,5 cc reagen benedict dan kelipatanya)
d. Bakar campuran benedict dan urine di atas api sampai mendidih
e. Angkat tabung dari lampu Bunsen dan baca hasilnya
f. Memberitahu hasil pemeriksaan pada klien
g. Membereskan alat dan membuang bahan yang sudah tidak dipakai
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

VI. TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Bagaimana hasil tes yang anda lakukan? Apakah hasil tes tersebut
normal/tidak normal?
2. Deskripsikan secara singkat hasil pengamatan anda.

34
VII. LEMBAR KERJA MAHASISWA
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................

35

Anda mungkin juga menyukai