Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini

diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa diperkirakan

akan hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang

setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan

Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan

menderita hipertensi (WHO, 2015).

1
2

Dari data WHO (2015) secara global prevalensi peningkatan tekanan

darah pada usia 18 tahun keatas menunjukkan 24,0% pada laki-laki dan 20,5%

pada perempuan. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas

di Indonesia adalah sebesar 34,1% (Riskesdas, 2018). Prevalansi hipertensi di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 ditemukan angka kejadian pada pasien

hipertensi primer (esensial) dengan prevalensi sekitar 90% dari total kejadian

hipertensi, dengan angka kejadian mencapai 281.581 kasus, lalu tahun 2016

meningkat sebanyak 473.603 kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2016).

Prevalensi pasien hipertensi di Surakarta tahun 2017 sebanyak 28.919 orang

dengan rincian di Kecamatan Laweyan sebanyak 4.997 orang, Kecamatan

Serengan sebanyak 5.147 orang, Kecamatan Pasar kliwon sebanyak 2.715

orang, Kecamatan Jebres sebanyak 6.227 orang, Kecamatan Banjarsari

sebanyak 9.813 orang (Dinas Kesehatan kota Surakarta, 2017). Berdasarkan

studi pendahuluan pada tanggal 9 November 2018 di Puskesmas Sibela

Surakarta diperoleh data hipertensi 762 kasus dalam 3 bulan terakhir antara

bulan Agustus 2018 sampai bulan Oktober 2018 dan pada bulan November

adalah 30 kasus .

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai “silent killer” karena

jarang menunjukkan tanda-tanda dan jika diderita dalam jangka waktu lama

dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi. Secara ektrim tekanan darah

tinggi dapat merusak bagian dalam dari arteri yang kecil, kemungkinan dapat

menyebabkan pembekuan darah. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan

serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Indriyani, 2009).
3

Upaya penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi. Farmakologi dapat dilakukan

dengan pemberian obat-obat anti hipertensi misalnya diuretik, penghambat

adrenergik (β-bloker), antagonis kalsium dan vasodilator. Pengobatan

farmakologi memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan

non farmakologi. Tetapi pengobatan farmakologis ini dianggap mahal oleh

masyrakat selain itu pengobatan ini juga memiliki efek samping yang lebih

besar dibandingkan pengobatan non farmakologi. Salah satu efek yang

ditimbulkan oleh salah satu obat anti-hipertensi dalam hal ini adalah golongan

diuresis- akan mengakibatkan peningkatan asam urat, glukosa, dan kolesterol

LDL (Low Densisty Lipoprotein) (Junaedi, 2013).

Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah

dapat dilakukan dengan pola hidup sehat seperti memperbanyak konsumsi

sayuran dan buah-buahan, tingkatkan konsumsi potasium/kalium, berhenti

merokok, penurunan berat badan, penurunan diet garam, meningkatkan

aktivitas fisik berolahraga, memanajemen stress, dan terapi herbal

menggunakan tanaman (Susilo & Wulandari, 2011).

Secara teori kandungan kimia dalam daun salam yang diduga berperan

terhadap penurunan tekanan daran adalah flavonoid. Senyawa flavonoid dapat

menurunkan Systemic Vascular Resisten (SVR) karena menyebabkan

vasodilatasi dan mempengaruhi kerja Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

yang mampu menghambat terjadinya perubahan angiotensi I menjadi


4

angiotensin II. Efek vasodilatasi dan inhibitor ACE dapat menurunkan tekanan

darah (Djunaedi, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dafriani (2016) pada

pasien hipertensi yang mengkonsumsi rebusan daun salam yang diberikan satu

gelas rebusan daun salam berukuran 240 cc dan di minum 2 kali sehari

masing - masing setengah gelas (120 cc) pada responden selama 5 hari secara

rutin didapatkan hasil penurunan rata-rata sistol antara sesudah dan sebelum

yaitu 161 mmHg menjadi 121 mmHg penurunan sistol 40 mmHg dan penurun

rata-rata diastolik antara sebelum dan sesudah di berikan rebusan daun salam

yaitu 96 mmHg menjadi 76 mmHg penurunanan diasistol 20 mmHg.

Terapi non farmakologis selain mengunakan tanaman obat ada juga

yang menggunakan relaksasi napas dalam, guided imaginary, meditasi. Napas

dalam dan lambat menstimulus saraf otonom yang berefek pada

penurunan respons saraf simpatis dan peningkatan respons saraf

parasimpatis. Respons saraf simpatis akan meningkatkan aktifitas tubuh

sementara respons saraf parasimpatis cenderung menurunkan aktifitas

tubuh sehingga tubuh mengalami relaksasi dan mengalami penurunan

aktifitas metabolik. Stimulasi saraf parasimpatis berdampak pada

vasodilatasi pembuluh darah otak yang memungkinkan suplai oksigen

didalam otak lebih banyak sehingga perfusi jaringan otak lebih adekuat

(Downey, 2009 dalam Niken, 2015).


5

Berdasarkan penelitian Tawang dkk (2013) pada pasien hipertensi

diajarkan melakukan relaksasi napas dalam 15 menit seharinya selama 2 hari

secara rutin lalu di ukur kembali tekanan darah responden dengan Hasil rata-

rata penurunan tekanan darah sistolik antara sesudah dan sebelum yaitu 165,77

mmHg menjadi 149,33 mmHg penurunan sistolik rata-rata adalah 16,44

mmHg dan penurunan rata-rata diastolik sebelum dan sesudah yaitu 90,00

mmHg menjadi 84,00 mmHg, penurunan rata-rata adalah 6 mmHg.

Berdasarkan dari latar belakang studi pendahuluan tersebut, peneliti

ingin melakukan penelitian mengenai kombinasi pemberian rebusan daun

salam dan relaksasi napas dalam terhadap perubahan tekanan darah di wilayah

kerja Puskesmas Sibela Surakarta karena telaah jurnal yang dilakukan penulis

terbukti bahwa mengkonsumsi rebusan daun salam dan relaksasi nafas dalam

dapat menurunkan tekanan darah sehingga diharapkan ketika dikombinasikan

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: adakah pengaruh pemberian rebusan daun salam (Syzygium

Polyantum) dan relaksasi napas dalam (Deep Breathing Relaxation) terhadap

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Sibela Surakarta ?


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun salam (syzygium

polyantum) dan relaksasi napas dalam (deep breathing relaxation)

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Sibela

Surakarta.
6

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui karakteristik responden menurut umur dan

jenis kelamin.
2. Membandingkan tekanan darah pasien sesudah dan

sebelum pada kelompok kontrol.


3. Membandingkan tekanan darah pasien sebelum dan

sesudah diberikan rebusan daun salam dan relaksasi napas dalam

pada kelompok perlakuan.


4. Menganalisa pengaruh pemberian rebusan daun salam dan

relaksasi napas dalam terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi di Puskesmas Sibela Surakarta.


1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan terapi nonfarmakologi untuk

menurunkan hipertensi.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat di jadikan bahan bacaan dan referensi guna

meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pengetahuan tentang

pengaruh rebusan daun salam dan relaksasi napas dalam terhadap

tekanan darah pada pasien hipertensi.


1.4.3 Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi perawat

dalam pengobatan nonfarmakologi dengan rebusan daun salam maupun

relaksasi napas dalam untuk menurunkan darah tinggi.


1.4.4 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan

dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.


1.4.5 Bagi Peneliti
7

Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu selama

pendidikan dan mendapatkan pengalaman dalam menerapkan rebusan

daun salam dan relaksasi napas dalam untuk hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai