Anda di halaman 1dari 8

Respirasi(Sistem Pernapasan)Pengertian secara umum dari

pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan udara


dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-
paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh
(Syaifudin, 1997)

Respirasi(Sistem Pernapasan)Pengertian secara umum dari


pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan udara
dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-
paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh
(Syaifudin, 1997)

World Health Organization. Respiratory System. Available from: http://who/respiratory_system


3.

Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2009

Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat dalam proses
respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran
karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas
antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah
sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung diseluruh sistem
tubuh.Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah saluran udara pernapasan, terdiri
dari saluran napas atas dan saluran napas bawah, serta paru (parenkim paru)
Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh manusia.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk nmemepertoleh data yang
sistematid dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakann keperawatan yang tepat bagi klien (Dewi Sartika,2010)

Pengertian
Pengkajian pada sistem pernafasan adalah satu dari komponen dari proses keperawatan yang
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem
pernafasan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang
klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010).

B. Tujuan pemeriksaan fisik


Meliputi hal-hal berikut ini:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannnya.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.

C. Pengkajian umum
1. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan dengan gangguan sistem
pernafasan , sangat penting untuk mengenal tanda dan gejala umum maupun pernafasan.
Yang termasuk keluhan utama sistem pernafasan adalah batuk, produksi sputum berlebih,
batuk darah, sesak nafas, dan nyri dada. Sedangkan, keluhan secara umum meliputi: keluhan
adanya jari tabuh dan manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan pertukaran gas,
malaise, nafsu makan menurun BB menurun secara drastis dan keringat malam.

2. Riwayat kesehatan saat ini


Pengkajian RPS sistem pernafasan seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul
keluan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya:
a. Sejak kapan keluhan dirasakan
b. Berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi
c. Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan timbul
d. Apa yang sedang dilakukan ketika keluhan terjadi
e. Keadaan yang memperberat dan memperingan keluhan
f. Usaha mengatasi keluhan
g. Berhasil atau tidak tindakan yang dilakukan

3. Riwayat kesehatan dahulu


Perawat menanyakan penyakit-penyakit yang pernah dialami dahulu, misalnya:
a. Apakah pernah dirawat sebelumnya
b. Penyakit yang diderita
c. Apa pernah mengalami penyakit berat
d. Pengobatan lalu dan alergi
e. Riwayat diet

4. Riwayat keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan merupakan hal
yang penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, batuk darah
dari generasi terdahulu. Adanya riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi juga
memperberat keluhan penderita.

5. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan


Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya, kebiasaan sosial:
a. Menanyakan kebiasaan pola hidup misal: minum alkokol atau obat-obat tertentu
b. Kebiasaan merokok terkait berapa lama, berapa batang dan jenis.

6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Masalah
sistem kesehatan pernafasan yang dialami klien lebih banyak merupakan penyakit kronis
sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping digunakan berbeda-beda.
D. Pemeriksaan fisik pernafasan :
1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk melihat keadaan umum sistem pernafasan dan nilai adanya tanda-tanda
abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk penilaian produksi
sputum dan lainnya. Dalam melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka perawat perlu
memahami kondisi sistem pernafasan dalam rongga torak secara imajiner. Hal ini sangat berguna
bagi perawat memeriksa kondisi normal dan abnormal dari interpretasi pemeriksaan fisik.
1) Bentuk dada
Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien.
Bentuk dada normal pada dada orang dewasa adalah diameter anteroposterior dalam proporsi
diameter lateral 1:2. Bentuk dada yang biasa didapat seperti:

 Bentuk dada thoraks phthisis (panjang dan gepeng)


 Bentuk dada thoraks en batuu (toraks dada burung)
 Bentuk dada toraks emfisematous (barrel chest) didapat apabila diameter anteroposterior
berbanding proporsi diameter lateral adalah 1:1 kata lainnya adalah bentuk dada tong
 Bentuk dada toraks vektus ekskavatus (funnel chestatau dada cekung kedalam)

2) Kurvatura tulang belakang


Penilaian kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf
sepanjang leher dan pinggang. Kalau dilihat dari samping lengkung columna vetebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior posterior, lengkung vertikal pada daerah leher
melengkung kedepan, daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal melengkung kedepan,
dan daerah velvis melengkung kebelakang.
Penilaian anatomis kurvatura sangat penting pada setiap segmen dari tulang belakang, orientasi
yang baik dari perawat terhadap pengenalan kurvatura tulang belakang akan memudahkan perawat
dalam mengenal deformitas pada setiap segmen dari tulang belakang.

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi:

 Skoliasis (pembengkokan tulang belakang kearah lateral)


 Kifosis ( kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
 Lordosis (membebek, kurvatura/pembengkokan tulang belakang bagian pinggang yang
belebihan)

3) Gerakan pernafasan dan kesimetrisan


Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan sistem pernafasan adalah dengan menilai gerakan
pernafasan klien, perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien secara selintas pandang. Adanya
satu sisi cembung pada pemeriksaan inspeksi dapat mengindikasikan ada suatu proses didalam
rongga toraks oleh karena penimbunan air, nanah, udara dirongga pleura, aneurisma aorta, cairan
dalam rongga perikard, tumor paru/mediastinum, pembesaran jantung atau abses hati.
Perhatikan adanya asimetri gerakan dinding dada anterior dan psoterior. Penilaian terhadap
ekspansi lobus atau paling baik di inspeksi dari belakang klien, dengan memperhatikan kedua
klavikula selama pernafasan sedang. Gerakan yang berkurang menunjukkan penyakit paru yang
mendasarinya. Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat atau menurun. Untuk
penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi serta palpasi anterior dan posterior.
Gerakan dinding dada unilateral yang berkurang dapat disebabkan oleh fibrosis paru yang
terlokalisir, konsolidasi, kolaps, efusi pleura, atau pneumothoraks. Berkurang nya pergerakan diding
dada bilateral menunjukkan adanya kelainan difus seperti adanya hambatan jalan nafas kronik atau
fibrosis paru difus. Ekskursi diafragmatik yang menurun mungkin pampak pada klien dengan efusi
pleural dan emfisema. Peningkatan dalam tekanan intra abdomen, seperti yang terjadi pada
kehamilan atau asites dapat menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi.

2. Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1) Melihat adanya kelainan pada dinding toraks
2) Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa:

a) Gerakan dinding thorak anterior

 Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga kedua ibu jari memeriksa terletak digaris
tengah ditas sternum
 Ketika klien mengambil nafas dalam-dalam, maka kedua kedua ibu jari tangan harus
bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain minimal 5 cm. Ekspansi yang
berkurang pada satu sisi menunjukkan adanya lesi pada sisi tersebut.

b) Ekspansi dada posterior

 Ekspansi dinding bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa hal mengenai
lobus atas dan media mungkin ditemukan bila manuver tersebut diulangi pada dada depan,
tetapi lebih bik dengn inspeksi
 Ibu jari tangan kanan dan kiri harus bertemu digaris tengah dah harus agak terangkat dari
dinding dada sehingga dapat bergeraak bebas sesuai irama pernafasan.
 Ekspansi lobus bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa hal mengenai
ekspansi lobus ats dan media mungkin ditemukan bila manuver tersebut diulangi pada dada
depan, tetapi lebih baik dengan inspeksi.
 Getaran suara (fremitur vokal) getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan
pada dada klien sewaktu mengucap kata-kata.
 Bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkial
untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan. Hal ini terutama benar pada bunyi
konsonan. Kapasitas untuk merasakan dinding dada di sebut taktil fremitur.

3. Perkusi
Perkusi menentukan dinding dada dan dtruktur dibawahnya dalam gerakan, menghasilkan fibrasi
taktil dan dapat didengar. Pemeriksa menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan
dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi
untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu didalam torak (diafragma, jantung, hepar
dan lain-lain)

Prosedur pemeriksaan
Perkusi biasanya dimulai dengan torak posterior. Klien dalam posisi duduk dengan kepala posisi
fleksi kedepan dan lengan disilangkan diatas pangguan. Posisi ini akan memisahkan skapula dengan
lebar dan memajan area paru lebih luas untuk pengkajian. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:

 Tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak terpisah dan ejajar dengan iga-iga , jari
tengah ditekan dengan lembut pada dinding dada.
 Ujung jari tengah kanan dipakai untuk mengetuk pada falang media dari jari tengah tangan
kiri
 Jari yang melakukan perkusi harus cepat dingakat sehingga nada yang timbul tidak teredam.
 Jari yang melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan gerakan mengayun
yang dijatuhkan harus dilakukan pada sendi pergelangan tangan dan bukan pada lengan
bawah.
 Mengusahakan agar kuku tangan dalam keadaan pendek.

Nada yang timbul dipengaruhi oleh ketebalan dinding dada, juga oleh struktur-struktur dibawahnya.
Perkusi pada struktur yang padat seperti hepar atau daerah konsolidasi pleura menimbulkan nada
yang redup. Perkusi yang berisi cairan seperti efusi pleura menimbulkan nada yang sangat redup
atau nada pekak. Perkusi pada paru menimbulkan nada sonor dan perkusi pada struktur yang
berongga seperti usus atau pneumothorak menimbulkan nada hipersonor.

4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan
paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas,
adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua
area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan klien
mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya
bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi suara yang
ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang
paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui
mulut. Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas
dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas,
intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru.
Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan
atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau
yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti
atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak
terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau
dinding dada berkurang.
1) Prosedur pemeriksaan auskultasi
Pemeriksaan menyeluruh mencakup auskultasi thorak anterior, posterior, dan lateral

 Bagian diafragma stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika klien
bernafas perlahan dan dalam melalui mulut.
 Bagian dada yang berhubungan diauskultasi dengan cara sistematis dari apeks kebagian
dasar dan sepanjang garis midaksila untuk menilai segmen-segmen paru
 Urutan auskultasi dan posisi klien adalah sama dengan pemeriksaan perkusi
 Sangat penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh pada
kedua lokasi anatomi untuk menentukan interpretasi valid dari bunyi yang didengar
 Nafas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi (cth: kepala terasa
melayang). Gejala tersebut dapat dihindari dengan meminta klien beristirahat dan bernafas
dengan normal satu atau dua kali pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai