Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

(bahan makanan nabati) yang mengandung banyak manfaat. Bagian dari

tumbuhan yang biasanya dijadikan sayur adalah daun. Begitu juga dengan batang

dan bunga seperti pada bunga jantung pisang, wortel, ataupun nangka muda yang

berasal dari buah muda tumbuhan. Sehingga dapat disimpulkan hampir semua

bagian tumbuhan dapat dijadikan menjadi bahan makanan sayur. Dalam segi

manfaat, sayur memiliki berbagai manfaat yang terkandung didalamnya. Sayur

berwarna hijau adalah sumber karoten yang baik untuk antioksidan. Semakin

hijau warna sayur maka semakin banyak kandungan karoten yang terkandung di

dalamnya seperti brokoli yang juga mengandung manfaat lain seperti vitamin C,

folat dan mineral. Sedangkan sayur kecambah seperti tauge, cukup kaya akan

vitamin E (Sediaoetama,1999).

Begitu pula dengan buah, Sediaoetama (1999) mengungkapkan buah-

buahan yang mempunyai daging berwarna (kuning,merah sampai violet)

merupakan bahan makanan yang kaya akan kandungan karotinoid karena sumber

vitamin A. Pada umumnya buah kaya akan berbagai vitamin kelompok B-

kompleks dan vitamin C. Disamping kaya vitamin, buah juga mengandung

berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na), zat

besi (Fe) dan sebagainya. Selain itu, sayur dan buah juga mengandung serat yang

baik bagi pencernaan terutama serat yang tidak larut air seperti sayur yang

1
Universitas Sumatera Utara
2

berdaun hijau ataupun alpukat. Serat ini mampu melunakkan feses sehingga

proses pencernaan dapat berjalan dengan baik. Karena kandungan zat gizi yang

berbeda-beda pada sayur dan buah maka semakin beragam sayur dan buah yang

dikonsumsi maka semakin baik karena semakin lengkap zat gizi yang didapat.

Dalam Tumpeng Gizi Seimbang 2014, sayuran menempati posisi pada

tingkat dua yang disarankan untuk dikonsumsi 3 sampai 4 porsi sehari. Sedangkan

buah pada tingkat 3 dengan porsi 2-3 porsi. Serta menurut RISKESDAS (Riset

Kesehatan Dasar) Tahun 2013, seseorang dikategorikan cukup mengonsumsi

sayur apabila makan sayur minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu

dan dikategorikan kurang apabila konsumsi sayur kurang dari ketentuan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa sayuran dan buah dianjurkan untuk dikonsumsi

sehari-hari.

Dalam buku Studi Diet Total (SDT) 2014, mengungkapkan bahwa

konsumsi kelompok sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan penduduk

Indonesia masih rendah yaitu 57,1 gram per orang per hari dan 33,5 gram per

orang per hari. Untuk kelompok sayur, sayuran hijau yang paling sering

dikonsumsi (79,1%) dibandingkan sayur lainnya. Sedangkan untuk kelompok

buah-buahan dan olahan, buah pisang yang terbanyak yaitu 15,1%. Padahal

konsumsi sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan yang belum memadai

dapat berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh

tubuh.

Penelitian kesehatan gizi berkaitan dengan vitamin A menunjukkan kasus

defisiensi vitamin A di Indonesia terjadi cukup banyak. Gejala defisiensi vitamin

Universitas Sumatera Utara


3

ini berhubungan dengan mata dan menyerang sistem tubuh lain. Walau tidak

menyebabkan meninggal tetapi kekurangan vitamin ini menyangkut gangguan

penglihatan yang permanen. Faktor-faktor penyebab defisiensi ini multipel, tidak

saja dari jangkauan profesional tetapi juga disebabkan kekurangan vitamin

tersebut. Hal ini memang tidak perlu terjadi mengingat sayur daun berwarna hijau

di Indonesia banyak dan terjangkau pada umumnya. Tetapi karena kebiasaaan

makan yang salah, tidak suka makan sayur dan buah hal ini dapat terjadi

(Sediaoetama, 1999).

Kekurangan konsumsi sayur dan buah seperti diliput oleh Viva.co.id yaitu

dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14%,

penyakit jantung koroner sebesar 11% dan stroke sebesar 9%. Hal tersebut karena

ragam kandungan vitamin dan mineral yang terkandung di dalam buah-buahan

seperti vitamin A, C, E, asam folat, zinc, magnesium, kalsium, kalium, anti

oksidan, serat, zat gizi dan cairan. Selain itu, The National Health and Medical

Research Council (NHMRC) merekomendasikan masyarakat untuk mengonsumsi

dua jenis buah dan lima jenis sayuran per hari.

Pada penelitian Muchtadi (2001), konsumsi serat pangan yang cukup dapat

membantu proses pengeluaran feses karena serat pangan yang dapat menyerap air.

Selain itu, serat mampu menurunkan persentasi untuk terkena kanker usus karena

sifat serat yang dapat meningkatkan kandungan air dalam usus sehingga senyawa

karsinogenik penyebab kanker dapat berkurang dan juga serat pangan dapat

mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa karsinogenik tidak terbentuk.

Universitas Sumatera Utara


4

Pada usia sekolah, anak sudah mulai lepas dari pengawasan orang tua dan

bergaul dengan teman sekolahnya. Sehingga masalah makan bisa saja terjadi pada

anak seperti pilih-pilih makanan (picky eaters) dan hanya mengkonsumsi

makanan yang disukainya sehingga jarang menkonsumsi sayur. Padahal anak

memerlukan nutrisi yang cukup dan seimbang dalam proses berpikir, belajar dan

beraktivitasnya. Oleh karena itu, perilaku gizi yang salah pada anak sekolah harus

mendapatkan perhatian. Sehingga, sangat diperlukan pengetahuan gizi bagi anak

dan orang tua agar didapatkan status gizi yang lebih baik dengan prestasi anak

yang lebih diharapkan (Devi, 2012).

Faktanya anak Indonesia pada kelompok umur 5-12 tahun diketahui

mengkonsumsi sayur dan olahan per-orang per-hari 34 gram. Jenis sayuran yang

lebih banyak dikonsumsi adalah sayuran daun yaitu 33,9 gram dibandingkan jenis

sayuran lain (seperti tauge, kol, dan brokoli). Sedangkan konsumsi buah dan

olahannya per-orang per-hari 26 gram dengan konsumsi pisang tertinggi sebanyak

10 gram dibandingkan buah-buahan lain. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

penduduk Indonesia berumur 5-12 tahun yang mengonsumsi sayur dan buah

masih sangat sedikit jumlahnya dan mengonsumsi jenis yang sama. Mengingat

konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk

meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan

ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau (SDT, 2014).

Berdasarkan keterangan dari Sari Husada dalam Jurnal Gizi dan Pangan

Maret 2014, yang diliput oleh Kompas online pada tanggal 15 Juni 2015,

terungkap bahwa anak Indonesia hanya mengonsumsi ½ (setengah) dari porsi

Universitas Sumatera Utara


5

serat yang dianjurkan dan konsumsi serat anak kota lebih rendah ketimbang di

pedesaan. Konsumsi anak kota mulai bergeser dari jenis makanan karbohidrat

tinggi, serat tinggi dan protein tinggi menjadi rendah karbohidrat, tinggi lemak

dan rendah serat. Pada saat yang sama, Guru Besar di Departemen Ilmu

Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. Agus Firmansyah SpA(K)

mengungkapkan untuk memenuhi kebutuhan serat pada anak, pengenalan buah

dan sayur sejak dini bisa dilakukan secara bertahap dan mulai membiasakan diri

mengonsumsi buah dan sayur secara teratur (Dewi, 2015).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, di Sumatera Utara, anak kelompok

umur 10 tahun keatas mengonsumsi sayur dan buah dalam katagori kurang (1-2

porsi) sebanyak 83,3% sedangkan dalam katagori cukup (≥ 5 porsi) 2,2%.

Menurut Kabupaten/Kota, anak kelompok umur 10 tahun keatas yang

mengonsumsi 1-2 porsi sayur dan buah, Tapanuli Selatan merupakan kabupaten

konsumsi sayur dan buah terendah (51,2%) serta yang tertinggi Kota Tanjung

Balai (98,3%) sedangkan Kota Medan ±78%. Tetapi tidak ada satupun kabupaten

maupun kota yang mengonsumsi sayur dan buah diatas 5 porsi lebih dari 10%

pada kelompok umur ini. Padahal penduduk dikategorikan cukup mengonsumsi

sayur dan/atau buah apabila makan minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam

seminggu dan dikategorikan kurang apabila konsumsi kurang dari ketentuan di

atas.

Oleh karena itu, mengingat konsumsi terhadap sayur dan buah rendah

pada kelompok anak sekolah dasar terutama di kota, maka dibutuhkan usaha

untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi. Karena perubahan

Universitas Sumatera Utara


6

perilaku seseorang dapat dimulai dengan memberikan informasi dan pengetahuan.

Sehingga diharapkan melalui penyampaian pesan-pesan gizi akan mencapai

perubahan perilaku yaitu perubahan pola konsumsi pada anak. Selain itu,

penyampaian pesan gizi ini juga akan membantu dalam menyeimbangkan pola

konsumsi dan gaya hidup, mengingat banyak anak-anak yang sudah dikenalkan

dengan fast food yang menunya tidak selalu dimakan dengan sayur dan buah.

(Irianto dan Waluyo, 2004).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014, Kecamatan Medan

Deli adalah kecamatan ini memiliki penduduk dengan kelompok anak sekolah

dasar tertinggi di Kota Medan. Pada saat melakukan survei kepada pihak

Puskesmas Medan Deli, sekolah yang akan menjadi tempat penelitian, SD Negeri

067254 Medan merupakan sekolah yang tidak pernah dilakukan kegiatan edukasi

tentang kesehatan baik itu tentang sayur dan buah. Diketahui juga sekolah ini dulu

pernah melaksanakan kegiatan luar sekolah tentang menanam sayur dan buah di

halaman sekolah, tetapi hal ini telah lama dihentikan karena perbaikan sekolah

sehingga lahan untuk untuk kegiatan ini menjadi berkurang. Peniadaan kegiatan

ini juga diketahui bahwa pengetahuan para siswa tentang sayur dan buah semakin

berkurang.

Peneliti juga melakukan survei awal di Sekolah Dasar Negeri 067254 di

Kecamatan Medan Deli. Para siswa di sekolah ini bersifat heterogen, hal ini

dikarenakan sekolah ini terletak di kecamatan yang banyak ditinggali oleh

pendatang, tetapi status pekerjaan orang tua para siswa hampir sama. Untuk

menanyakan bagaimana konsumsi sayur dan buah para siswa, peneliti bertanya

Universitas Sumatera Utara


7

kepada seluruh siswa kelas IV (empat). Diketahui bahwa banyak siswa

mengabaikan untuk mengkonsumsi sayur maupun buah. Beberapa siswa sekolah

ini juga cukup mengetahui nama-nama sayur dan buah karena orang tua mereka

sering menyediakan sayur dan buah, tetapi mereka tidak mengkonsumsinya, cepat

mempersepsikan rasa sayur tidak enak, serta tidak mengetahui manfaat dan akibat

tidak mengkonsumsi sayur dan buah. Meskipun ada jenis buah yang berbentuk jus

ataupun rujak di jual di sekitar sekolah ini, tetapi makanan ini bukan menjadi

peminatan yang disukai oleh mereka. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana

perilaku para siswa sekolah dasar negeri ini dalam mengkonsumsi sayur dan buah.

Untuk mengubah perilaku siswa sekolah ini, perlu dilakukan intervensi untuk

menambah pengetahuan dan mengubah sifat para siswa.

Sesuai dengan pengertian promosi kesehatan yakni penyampaian

informasi untuk upaya menumbuhkan kemampuan individu dengan mengontrol

berbagai sasaran intervesi perilaku yaitu pengetahuan dan sikap. Notoatmodjo

(2012) mengungkapkan berdasarkan fakta bahwa penyampaian informasi

kesehatan mampu menyeimbangkan kemauan dan kemampuan individu sehingga

dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang menjadi meningkat. Sehingga

pendidikan kesehatan dengan penyuluhan adalah salah satu cara dalam mengubah

perilaku para siswa di sekolah ini.

Kegiatan penyuluhan di sekolah ini dilakukan dengan menggunakan

metode ceramah. Metode ini dipilih karena baik dalam menjangkau sasaran yang

banyak dan untuk sasaran berpendidikan rendah maupun tinggi, tetapi metode ini

akan lebih efektif dengan menggunakan berbagai metode kombinasi dengan

Universitas Sumatera Utara


8

metode bermain. Metode ini juga dipilih mengingat anak pada tingkat sekolah

dasar memiliki karakteristik aktif bermain dan senang melakukan sesuatu secara

langsung. Selain itu dengan bermain dapat terjadi peluang yang tinggi untuk anak

meningkatkan daya nalar. Permainan yang dilakukan adalah menebak rasa buah

dan sayur yang sudah terlebih dahulu peneliti siapkan. Hal ini dipilih untuk

membantu anak mengenal rasa makanan bersama dengan teman-temannya. Selain

itu, jenis permainan ini dipilih mengingat siswa-siswa sekolah ini memiliki

persepsi yang buruk terhadap rasa sayur dan buah sehingga diharapkan para siswa

mampu mengetahui rasa sayur dan buah serta manfaatnya tanpa menggunakan

persepsi lamanya (Sudirman dkk, 1987) (Yusuf dan Nani Sugandhi, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat

dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan

dan sikap para siswa terhadap sayur dan buah sehingga mereka kurang dalam

konsumsi sayur dan buah. Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan para

siswa serta membentuk persepsi yang baik tentang sayur dan buah, maka

dilakukan pemberian informasi melalui penyuluhan dengan menggunakan metode

ceramah dan bermain tebak rasa.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan metode ceramah dan bermain

tebak rasa terhadap pengetahuan dan sikap dalam konsumsi sayur dan buah pada

siswa SD Negeri 067254 Kecamatan Medan Deli Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


9

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh metode penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah

dan bermain tebak rasa terhadap pengetahuan dan sikap para siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

2. Untuk menambah alternatif metode baru dalam penyuluhan gizi pada

anak kelompok sekolah dasar.

3. Menjadi bahan masukan pembaca untuk memperhatikan kesehatan

gizi siswa terkhusus dalam konsumsi sayur dan buah.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai