Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios

Yuliani Lesmana dan Josua Tarigan


Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: josuat@petra.ac.id

ABSTRAK

Sustainability Reporting pada suatu perusahaan berpengaruh tidak langsung


terhadap aset dan pendapatan perusahaan tersebut. Efisiensi pengelolaan aset perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan dapat diukur dengan rasio manajemen asset. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sustainability reporting terhadap
kinerja keuangan khususnya pada rasio manajemen aset. Sampel yang digunakan adalah
perusahaan terbuka di Indonesia yang mempublikasikan laporan Sustainability Report pada
National Center for Sustainability Reporting maupun pada website masing-masing
perusahaan berturut-turut tahun 2009-2011, serta mempublikasikan laporan keuangan
tahunannya pada Bursa Efek Indonesia maupun pada website masing-masing perusahaan
berturut-turut tahun 2010-2012. Menggunakan metode analisis SEM-PLS, dengan indikator
pengungkapan sustainability reporting (Indikator SR) berdasarkan standar GRI-G3
Guidelines yang dikelompokan menjadi 3 aspek, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan
sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio manajemen asset
(Inventory Turnover ratios, Receivables Turnover ratios, Net Working Capital Turnover ratios,
Fixed Asset Turnover ratios, Total Asset Turnover ratios) sebagai variabel terikat. Hasilnya,
sustainability reporting dalam aspek ekonomi dan lingkungan berpengaruh negatif
signifikan terhadap peningkatan Rasio Manajemen Aset, sedangkan sustainability reporting
dalam aspek sosial berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan Rasio Manajemen
Aset.

Kata kunci: Laporan keberlanjuatan, kinerja keuangan, rasio manajemen aset.

ABSTRACT

Sustainability Reporting in an indirect infuence on the company's assets and the sale of
the company. The efficiency of asset management companies to generate sales can be measured
by the ratio of asset management. Therefore, this study aimed to know the affect of
sustainability reporting on the financial performance, especially on the asset management
ratios. The sample used was a public companies in Indonesia, which published the report
Sustainability Report at the National Center for Sustainability Reporting and on each
company's website of the consecutive year of 2009-2011, as well as published their annual
financial statements on the Indonesia Stock Exchange and on the website of each company
consecutive year of 2010-2012. By using SEM-PLS analysis method, the disclosure of
sustainability reporting indicators (Indicator SR) based on the GRI - G3 Guidelines were
grouped into three aspects, which were economic, social and environmental as independent
variables and financial performance were the ratio of asset management (Inventory Turnover
ratios, receivables Turnover ratios, Net Working Capital Turnover ratios, Fixed Asset
Turnover ratios, Total Asset Turnover ratios) as the dependent variables. As a result,
sustainability reporting in the economic and environmental aspects gave significant negative
affect on improvement Ratio Asset Management, mean while in the social aspects,
sustainability reporting gave significant positive affect on the improvement of Ratio Asset
Management.

Keywords: Sustainability reporting, financial performance, asset management ratios.

101
102 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014

PENDAHULUAN juga mengeluarkan peraturan serupa dalam


peraturan Bapepam-LK nomor X.K.6. Dengan
Beberapa tahun terakhir ini, lingkungan adanya aturan-anturan ini, menunjukkan
mengalami perubahan yang cenderung ke arah keseriusan dan perhatian pemerintah terhadap
negatif dan berdampak kepada kerusakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya dunia bisnis.
isu pemanasan global (global warming) yang Dengan adanya peraturan ini, menurut
sangat mengancam. Dibutuhkan kesadaran, National Center for Sustainability Reporting
perubahan, dan tanggung jawab dari seluruh (NCSR) sustainability reporting di Indonesia terus
masyarakat dunia dalam menghadapi kerusakan berkembang, tetapi jumlah perusahaan Indonesia
lingkungan. yang melaporkan sustainability report masih jauh
Pelaku bisnis termasuk didalamnya investor tertinggal bila dibandingkan dengan negara-
yang juga merupakan bagian dari masyarakat negara maju. Lembaga ini memandang kesadaran
dunia mulai peduli, merespon dan memberikan perusahaan untuk melaporkan sustainability
pertanggung jawaban terhadap lingkungan. Hal report di Indonesia masih rendah (Meryana, 2013).
ini terlihat dengan dibuatnya laporan pertanggung Padahal pelaporkan kegiatan keberlanjutan
jawaban organisasi berupa laporan keberlanjutan (Sustainability activities) dalam sustainability
(Sustainability Report). report terbukti berkolerasi positif terhadap kinerja
Disamping karena kesadaran akan keuangan perusahaan (Weber, Koellner,
perubahan lingkungan yang memprihatinkan, Habegger, Steffensen, & Ohnemus, 2005).
pelaporan Sustainability Report dapat Pengungkapan Sustainability Reporting juga
membangun keunggualan bersaing. Pada awalnya dapat meningkatkan kinerja keuangan pada sisi
bisnis hanya dibangun dengan paradigma lama profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
berupa single P (Profit) yang dilaporkan dengan Sustainability repot yang merupakan praktek
laporan keuangan. Saat ini mulai berfokus pada pengukuran, pengungkapan dan upaya
3P atau Triple Bottom Line yang juga dilaporkan akuntabilitas dari sustainability activities yang
pada Sustainability Report, yaitu People, Planet bertujuan untuk tercapainya sustainable
dan Profit. Ketiganya menjadi pilar untuk development dipercaya dapat meningkatkan nilai
mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan perusahaan yang dipengaruhi oleh kualitas
(Elkington, 1998). Konsep Triple Bottom Line hubungan dengan stakeholder internal dan
harus menjadi bagian dari strategi perusahaan eksternal, baik itu konsumen, karyawan, investor,
untuk membangun keunggulan bersaing (Porter & regulator, pemasok maupun kelompok lainnya.
Kramer, 2006). Kemampuan perusahaan untuk
Perkembangan konsep Triple Bottom Line mengkomunikasikan kegiatan dan kinerjanya
juga berdampak pada pergeseran fokus peran secara efektif kepada stakholders kunci
Akuntan. Akuntan tidak lagi fokus hanya pada perusahaan, dinilai penting untuk keberhasilan
aspek ekonomi (keuangan jangka pendek) belaka, jangka panjang, kelangsungan hidup dan
tetapi juga pada aspek sosial dan lingkungan yang pertumbuhan (KPMG, 2008).
berdampak pada jangka panjang (sustainability). Salah satunya seperti yang terjadi pada
Hal ini tidak berarti akuntan harus mengurai investor perusahaan. Dengan adanya pelaporan
aspek-aspek tersebut dalam nilai mata uang, Sustainability repot, kepercayaan investor untuk
tetapi untuk mengelola kinerja ketiga aspek secara melakukan investasi pada perusahaan akan
efektif dan efisien, dibutuhkan pengukuran dari semakin meningkat. Investor lebih memilih untuk
Akuntan dengan menemukan indikator yang berinvestasi pada perusahaan transparan karena
akurat, berguna dan dapat dipercaya bagi masing- kepercayaannya terhadap pihak manajemen
masing aspek (Institute of Certified Manajement perusahaan yang lebih tinggi akan peramalan
Accountants, n.d.). Oleh karena itu akuntansi tidak analisis lebih akurat dan informasi yang lebih
lagi hanya fokus pada laporan keuangan rendah asimetri (Ernst & Young, 2013). Dengan
perusahaan tetapi juga pada Sustainability report. ini, maka perusahaan yang melaporkan
Di Indonesia sendiri secara yuridis formal, Sustainability repot memiliki pendanaan yang
pemerintah telah mewajibkan Perusahaan tinggi, dan dapat meningkatkan jumlah aset
berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) untuk perusahaan untuk kegiatan oprasional maupun
membuat laporan pertanggung jawaban sesuai sustainability activities.
Undang-undang No. 40 Tahun 2007, BAB IV: Disi lain, pelaporan Sustainability repot juga
bagian kedua pasal 66 ayat 2b dan 2c serta BAB V: dipercaya dapat meningkatkan reputasi dan
Pasal 74 ayat 1 dan 2. Badan Pengawas Pasar kepercayaan bagi konsumen (Ernst & Young,
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) 2013). Dengan meningkatnya reputasi perusahaan
Lesmana: Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios 103

dimata konsumen, dan kepercayaan konsumen Dengan perubahan pendekatan ini, maka
kepada perusahaan, maka loyalitas konsumen arah dan tujuan perusahaan bukan lagi sebatas
akan semakin meningkat sehingga berdampak pada bagaimana menghimpun kekayaan
pada peningkatan pendapatan perusahaan. prusahaan namun lebih kepada pencapaian
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan pembangunan yang berkelanjutan (sustainability
untuk mengetahui hubungan antara development) yang dilaporkan pada Sustainability
Sustainability reporting terhadap kinerja Report.
keuangan, khususnya pada rasio managemen aset
untuk mengetahui pengaruh sustainability report Teori Legitimasi
terhadap efisiensi pengelolaan aset perusahaan Teori legitimasi menegaskan bahwa
untuk menghasilkan pendapatan. Mengingat perusahaan terus berupaya untuk memastikan
terdapat hubungan secara tidak langsung antara perusahaan beroperasi dalam bingkai dan norma
Susutainability report terhadap investasi aset yang ada dalam masyarakat atau lingkungan
serta penjualan yang keduanya merupakan bagian dimana perusahaan berada, dimana mereka
dari pengukuran rasio manajemen aset. berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas
perusahaan diterima oleh pihak luar sebagai suatu
Teori Stakeholder yang sah (Deegan, 2006).
Stakeholder adalah kelompok atau individu Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan
yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi dengan nilai-nilai sosial masyarakat sering
oleh suatu pencapaian tujuan tertentu (Freeman, dinamakan “legitimacy gap” yang dapat
1984). Perusahan bertanggung jawab dalam mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kepuasan stakeholder. melanjutkan kegiatan usahanya.
Stakeholder pada perusahaan beserta kriteria Untuk mengurangi legimacy gap, perusahaan
kepuasan yang hendak dipenuhi oleh perusahaan harus mengidentifikasi aktivitas yang berada
dapat dilihat pada tabel 1. dalam kendalinya dan mengidentifikasi publik
yang memiliki power sehingga mampu
memberikan legitimacy kepada perusahaan. Hal
ini dapat dipenuhi salah satunya dengan adanya
pelaporan Sustainability Report.

Sustainability Report
Sustainability Report menurut GRI
merupakan praktek pengukuran, pengungkapan
dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi
dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) kepada
para stakeholder baik internal maupun ekternal.
Dalam proses pelaporan Sustainability
Report sendiri, terdapat beberapa standar
pengungkapan tanggung jawab ekonomi,
Perkembangan teori stakeholder diawali lingkungan dan sosial, salah satunya adalah GRI-
dengan berubahnya bentuk pendekatan G3 Guidelines yang aspek dan indikatornya dapat
perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha dari dilihat pada tabel 2.
Old corporate relation menjadi New-corporate
relation (Budimanta, 2008). Old corporate relation
menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas
perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsi
dalam sebuah perusahaan melakukan
pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara
fungsi-fungsi tersebut sedangkan new-corporate
relation menekankan pada kolaborasi antara
perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya
sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan
dirinya sebagai bagian yang bekerja sendiri dalam
sistem sosial masyarakat.
104 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014

Kinerja Keuangan 7. Total Asset Turnover ratios untuk mengukur


Kinerja keuangan adalah gambaran setiap efisiensi penggunaan aktiva secara
hasil ekonomi yang mampu di raih oleh keseluruhan.
perusahaan pada periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk Inventory Turnover ratios dan Receivables
menghasilkan keuntungan secara efisien dan Turnover ratios mengukur berapa kali perputaran
efektif, yang dapat diukur perkembangannya pesediaan/piutang dagang terjadi, sedangkan Days
dengan mengadakan analisis terhadap data-data sales in Inventory dan Days sales in Receivables
keuangan yang tercermin dalam laporan menyatakan Inventory Turnover ratios dan
keuangan. Kinerja keuangan digunakan untuk Receivables Turnover ratios dalam jumlah hari
menilai kondisi keuangan dan prestasi /satuan hari (Ross,Westerfield, & Jordan, 2003).
perusahaan, dengan analisis yang memerlukan Sehingga Days sales in Inventory dan Days sales in
beberapa tolak ukur seperti ratio dan indeks, Receivables tidak digunakan sebagai indikator
untuk menghubungkan data keuangan antara dalam perhitungan untuk memperoleh variabel
satu dengan yang lain (Sawir, 2005). rasio manjemen asset.
Membandingkan kinerja keuangan
perusahaan yang ukurannya berbeda dapat Sustainability Reporting dalam Aspek
dengan menghitung dan membandingkan rasio Ekonomi Dengan Rasio Manajemen Aset
keuangan perusahaan. Rasio keuangan secara Sustainability report dalam aspek ekonomi
tradisional dapat digolongkan menjadi 5 kategori, berpengaruh tidak langsung terhadap rasio
yaitu (Ross,Westerfield, & Jordan, 2003): manajemen asset. Hal ini dapat terjadi karena
1. Short-term solvency/ liquidity ratios pengungkapan sustainability reporting dalam
2. Long-term solvency/ financial leverage ratios aspek ekonomi perusahaan dapat meyakinkan
3. Asset management/ turnover ratios potensi sumber daya modal yang kompetitif dan
4. Profitability ratios investasi berisiko rendah kepada stakeholder,
5. Market value ratios khususnya kreditor dan investor yang
mementingkan tingkat pengembalian modal/
Rasio Manajemen Aset pinjaman. Penelitian terbaru mengatakan investor
Rasio Manajemen Aset atau Asset lebih memilih untuk berinvestasi di perusahaan-
management ratios adalah rasio yang digunakan perusahaan yang transparan karena
untuk mengukur seberapa efisien atau intensif kepercayaannya kepada pihak manajemen yang
perusahaan dalam menggunakan asset lebih tinggi dalam hal keakuratan peramalan dan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan/ analisis, serta informasi yang diberikan memiliki
penjualan. Rasio ini terdiri dari (Ross,Westerfield, asimetri lebih rendah (Ernst & Young, 2013).
& Jordan, 2003): Dengan adanya kepercayaan dari Investor
1. Inventory Turnover ratios / rasio Perputaran maupun kreditor, maka jumlah pendanaa pada
Persediaan untuk mengukur seberapa cepat perusahaan akan meningkat. Pendaanan ini dapat
(berapa kali) kemampuan menjual digunakan perusahaan salah satunya untuk
persediaan. melakukan investasi pada aset perusahaan, yang
2. Days sales in Inventory untuk mengukur dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan
seberapa lama (berapa hari) yang dibutuhkan perusahaan. Rasio aset manajemen dapat
untuk menjual persediaan. digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan
3. Receivables Turnover ratios / rasio Perputaran aset untuk menghasilkan pendapatan.
Piutang untuk mengukur seberapa cepat H1: Sustainability reporting dalam aspek ekonomi
(berapa kali) kemampuan mengkonversikan mempengaruhi peningkatan Rasio
piutang dagang menjadi kas. Manajemen Aset pada perusahaan yang
4. Days sales in Receivables untuk mengukur menerapkan.
seberapa lama (berapa hari) yang dibutuhkan
untuk mengkonversikan piutang dagang Sustainability Reporting dalam Aspek
menjadi kas. Lingkungan Dengan Rasio Manajemen Aset
5. Net Working Capital Turnover ratios untuk Pelaporan sustainability Report aspek
mengukur efisiensi penggunaan modal kerja lingkungan berpengaruh tidak langsung terhadap
bersih yang digunakan untuk menghasilkan rasio manajemen aset. Berdasarkan penelitian
penjualan. terbaru, ditemukan bahwa kualitas pengungkapan
6. Fixed Asset Turnover ratios untuk mengukur lingkungan dan nilai perusahaan memiliki
efisiensi penggunaan aset tetap. hubungan yang positif (Ernst & Young, 2013).
Meskipun pengungkapan sustainability report
Lesmana: Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios 105

dalam aspek lingkungan membutuhkan investasi G3 Guidelines, yang juga didefinisikan sebagai
aset untuk melaksanakan sustainability activities, data yang diungkapkan perusahaan berkaitan
seperti yang terjadi pada Bandung Solid Waste dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan.
Management dimana dibutuhkan investasi aset Variabel Indikator SR yang merupakan konstruk
senilai Rp 7 triliun untuk teknologi pembangunan formatif dikelompokan menjadi 3 variabel bebas
instalasi pengolahan limbah padat (Syailendra, meliputi aspek indikator yang merefleksikan serta
2012). Tetapi, kemampuan perusahaan untuk jumlah indikatornya (k) sebagai berikut:
mengkomunikasikan kegiatan lingkungan kepada • Indikator SR Aspek Ekonomi
stakholders perusahaan, dinilai penting untuk – Kinerja Ekonomi, 4 indikator
meningkatkan reputasi dan kepercayaan – Kehadiran Pasar, 3 indikator
stakeholder, termasuk konsumen yang dapat – Dampak Ekonomi Tidak Langsung, 2
mengakibatkan peningkatan pendapatan indikator
perusahaan (Ernst & Young, 2013). • Indikator SR Aspek Lingkungan
H2: Sustainability reporting dalam aspek – Material, 2 indikator
lingkungan mempengaruhi peningkatan – Energi, 5 indikator
Rasio Manajemen Aset pada perusahaan – Air, 3 indikator
yang menerapkan. – Biodiversitas, 5 indikator
– Emisi, Efluen dan Limbah, 10 indikator
Sustainability Reporting Dalam Aspek Sosial – Produk dan Jasa, 2 indikator
Dengan Rasio Manajemen Aset – Kepatuhan, 1 indikator
Sama halnya dengan pengungkapan – Pengangkutan/Transportasi, 1 indikator
sustainability report dalam aspek lingkungan, – Menyeluruh, 1 indikator
sustainability report dalam aspek sosial juga • Indikator SR Aspek Sosial
membutuhkan investasi aset untuk melaksanakan – Praktek Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang
sustainability activities untuk aspek sosial. Layak, 14 indikator
Dampak pelaksanaan dan pengungkapan – Hak Asasi Manusia, 9 indikator
sustainability report dalam aspek sosial dapat – Masyarakat, 8 indikator
dirasakan oleh seluruh stakeholder perusahaan – Tanggung jawab produk, 9 indikator
(KPMG, 2008). Jumlah indikator SR yang merefleksikan
Dengan melaksanakan dan melaporkan ketiga aspek pengungkapan Sustainability
tanggung jawab sosial terhadap stakeholder dapat Reporting dapat disesuaikan dengan yang
meningkatkan kesejahteraan dan loyalitas dilaporkan pada masing-masing perusahaan.
karyawan, menurunkan tingkat perputaran Perhitungan dilakukan dengan memberikan skor
karyawan sehingga dapat berujung pada 1 jika satu item diungkapkan, dan 0 jika tidak
meningkatnya produktivitas perusahaan (Ernst & diungkapkan. Setelah dilakukan pemberian skor
Young, 2013). Apabila produktivitas perusahaan pada seluruh item, skor dijumlahkan untuk
meningkat dan reputasi perusahaan di mata memperoleh jumlah skor indikator SR (n) masing-
konsumen meningkat, maka pendaptan akan masing aspek yang diungkapkan oleh perusahaan.
meningkat pula. Variabel Indikator SR masing-masing aspek dapat
Rasio aset manajemen dapat digunakan diperoleh dari formula berikut ini.
untuk mengukur efisiensi pengelolaan investasi
𝑛
aset untuk aktivitas perusahaan dalam Indikator SR =
𝑘
menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu,
sustainability report dalam aspek sosial Dimana:
berpengaruh tidak langsung terhadap rasio Indikator SR = indek kinerja / indikator
manajemen aset. pengungkapan sustainability reporting yang
H3: Sustainability reporting dalam aspek sosial mempengaruhi masing-masing aspek.
mempengaruhi peningkatan Rasio n = Jumlah skor indikator SR mempengaruhi
Manajemen Aset pada perusahaan yang masing-masing aspek yang diungkapkan oleh
menerapkan. perusahaan.
k = Konstanta yang merupakan jumlah total
METODE PENELITIAN indikator SR yang mempengaruhi masing-
masing aspek sesuai standar GRI.
Penelitian menggunakan metode analisis Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
PLS-SEM. Variabel bebas dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio
adalah indikator pengungkapan sustainability manajemen aset. Variabel rasio manajemen aset
reporting (Indikator SR) berdasarkan standar GRI- direfleksikan menjadi rasio-rasio hasil dari
106 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014

perhitungan rumus pada tabel 3, yang datanya – SR Aspek Ekonomi


dapat diperoleh pada laporan keuangan tahunan x1.1= λ1 (x 1) + e1
perusahaan. x1.2= λ2 (x 1) + e2
x1.3= λ3 (x 1) + e3
Keterangan:
x1 = Aspek Ekonomi
x1.1 = Indikator Kinerja Ekonomi
x1.2 = Indikator Kehadiran Pasar
x1.3 = Indikator Dampak Ekonomi Tidak
Langsung
λ1-λ3 = Loading Factor
e1- e3 = error term

– SR Aspek Lingkungan
x2.1= λ4 (x 2) + e4 x2.6= λ9 (x 2) + e9
x2.2= λ5 (x 2) + e5 x2.7= λ10 (x 2) + e10
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh x2.3= λ6 (x 2) + e6 x2.8= λ11 (x 2) + e11
perusahaan publik di Indonesia yang x2.4= λ7 (x 2) + e7 x2.9= λ12 (x 2) + e12
mempublikasikan Sustainability Report. Sampel x2.5= λ8 (x 2) + e8
menggunakan Purposive Sampling, dan diperoleh Keterangan:
sampel sembilan perusahaan yang memenuhi x2 = Aspek Lingkungan
kriteria berupa perusahaan terbuka di Indonesia, x2.1 = Indikator Material
mempublikasikan laporan Sustainability Report x2.2 = Indikator Energi
pada National Center for Sustainability Reporting x2.3 = Indikator Air
maupun pada website masing-masing perusahaan x2.4 = Indikator Biodiversitas
berturut-turut tahun 2009-2011, serta x2.5 = Indikator Emisi, Efluen dan Limbah
mempublikasikan laporan keuangan tahunannya x2.6 = Indikator Produk dan Jasa
pada Bursa Efek Indonesia maupun pada website x2.7 = Indikator Kepatuhan
masing-masing perusahaan berturut-turut tahun x2.8 = Indikator Pengangkutan/Transportasi
2010-2012. x2.9 = Indikator Menyeluruh
Data sekunder yang akan dianalisis adalah λ4-λ12 = Loading Factor
adalah indikator pengungkapan sustainability e4- e12 = error term
reporting (Indikator SR) pada masing-masing
aspek berdasarkan standar GRI-G3 Guidelines – SR Aspek Sosial
yang dilaporkan pada Sustainability Report, serta x3.1= λ13 (x 3) + e13 x3.3= λ15 (x 3) + e15
data nilai penjualan, harga pokok penjualan, x3.2= λ14 (x 3) + e14 x3.4= λ16 (x 3) + e16
piutang dagang, persediaan, total aset, aset tetap, Keterangan:
modal kerja bersih (NWC) yang terdiri dari aset x3 = Aspek Lingkungan
lancar dikurangi kewajiban lancar, yang secara x3.1 = Indikator Aspek Praktek Tenaga Kerja
keseluruhan terdapat pada Laporan Keuangan dan Pekerjaan yang Layak
Tahunan perusahaan untuk menghitung rasio x3.2 = Indikator Aspek Hak Asasi Manusia
manajemen aset. x3.3 = Indikator Masyarakat
x3.4 = Indikator Tanggung jawab produk
λ13-λ16 = Loading Factor
e13- e16 = error term

– Rasio Manajeman Aset


y 1.1 = λ17 (y) + e17 y 1.4 = λ20 (y) + e20
y 1.2 = λ18 (y) + e18 y 1.5 = λ21 (y) + e21
y 1.3 = λ19 (y) + e19
Keterangan:
y = Rasio Manajemen Aset
y1.1 = Inventory Turnover Ratios
y1.2 = Receivables Turnover Ratios
y1.3 = Net Working Capital Turnover Ratios
y1.4 = Fixed Asset Turnover Ratios
Gambar 1. Model Analisis y1.5 = Total Asset Turnover Ratios
Lesmana: Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios 107

λ17-λ21 = Loading Factor Hasil Statistik Deskriptif dari 9 perusahaan


e17- e21 = error term sampel, berupa data indikator SR masing-masing
aspek tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.,
Adapun persamaan inner model untuk sedangkan data indikator rasio manajemen aset
menentukan korelasi antara variabel laten atau tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel 5.
korelasi variabel bebas dengan variabel terikat,
sebagai berikut : Pengujian Outer Model
y= α1x1+ α2x2 + α3x3 + e Hasil pengujian outer model Konstruk
Dimana: Reflektif (y) diperoleh melalui proses algorithm
y = Rasio Manajemen Aset (gambar 2.) dengan melihat Convergent Validity,
x1 = Indikator SR Aspek Ekonomi Discriminant Validity, dan Composite Reliability.
x2 = Indikator SR Aspek Lingkungan Indikator Rasio Manajeman Aset (y), yaitu
x3 = Indikator SR Aspek Tenaga Kerja dan Inventory Turnover Ratios (y1.1), Receivables
Pekerjaan Layak Turnover Ratios (y1.2), dan Net Working Capital
α1- α3 = Parameter Turnover Ratios (y1.3) tidak diikutsertakan dalam
e = Error term yang merupakan variabel pengujian karena data tidak mendukung.
pengganti yang dihilangkan dari model
tetapi mempengaruhi y

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4. Deskripsi Statistik Indikator SR

Gambar 2. Diagram hasil PLS Algorithm

Validitas konvergen yang mengukur korelasi


antara indikator dengan variabel laten konstruk
reflektif dapat dilihat dari Nilai loading factor
(tabel 6.), dimana nilai loading factor seluruh
indikator > 0,5 menandakan adanya kolerasi
signifikan antara indikator dengan variabel.
Secara keseluruhan korelasi antara indikator dan
variabel dapat dilihat pada nilai Average Variance
Extracted (tabel 7.). Seluruh nilai AVE variabel >
Tabel 5. Deskripsi Statistik Indikator Rasio
0,5 menggambarkan korelasi signifikan antara
Manajemen Aset
indikator y secara keseluruhan terhadap variabel
y.

Tabel 6. Nilai Loading Factor


x1 x2 x3 y
x1.1 0,9392 0 0 0
x1.2 0,6583 0 0 0
x1.3 0,741 0 0 0
x2.1 0 0,6333 0 0
x2.2 0 0,5525 0 0
x2.3 0 0,6236 0 0
x2.4 0 0,859 0 0
x2.5 0 0,9248 0 0
x2.6 0 0,8821 0 0
x2.7 0 0,6178 0 0
x2.8 0 0,9209 0 0
x2.9 0 0,8392 0 0
108 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014

x3.1 0 0 0,8986 0 Berdasarkan pengujian outer model yang


x3.2 0 0 0,9387 0 talah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan
x3.3 0 0 0,9197 0
adanya hubungan yang kuat antara setiap blok
x3.4 0 0 0,9335 0
y1.4 0 0 0 0,7724 indikator dengan variabel latennya, karena setiap
y1.5 0 0 0 0,9353 konstruk variabel telah memenuhi uji validitas
dan reliabilitas. Dengan ini, pengujian dapat
Tabel 7. Nilai AVE dilanjutkan dengan melakukan pengujian inner
AVE model.
x1 0,6216
x2 0,6001 Pengujian Inner Model
x3 0,8515
y 0,7356

Discriminant validity mengukur kolerasi


antara konstruk yang berbeda seharusnya tidak
berkolerasi tinggi. Dengan melihat nilai cross
loading (tabel 8.), korelasi konstruk dengan pokok
pengukuran (setiap indikator) lebih besar daripada
ukuran konstruk lainnya. Hal ini menandakan
indikator bersangkutan memiliki kolerasi dengan
variabel y lebih besar dibandingkan variabel/
konstruk lainnya (x1, x2, ataupun x3).

Tabel 8. Nilai Cross Loading


Gambar 3. Diagram Hasil Bootstrapping
x1 x2 x3 y
x1.1 0,9392 0,6814 0,9215 -0,4049
x1.2 0,6583 0,4223 0,4896 -0,1650 Hasil pengujian inner model diperoleh
x1.3 0,7410 0,4105 0,6831 -0,2281 melalui proses bootstrapping (gambar 3.).
x2.1 0,4538 0,6333 0,4308 -0,0256 Pengujian inner model disebut juga sebagai
x2.2 0,3150 0,5525 0,4054 -0,1954
pengujian hipotesis, dievaluasi dengan
x2.3 0,4768 0,6236 0,5195 -0,0105
x2.4 0,5514 0,8590 0,5329 -0,2807 menggunakan R2 (R-square), original sample dan
x2.5 0,7360 0,9248 0,7470 -0,3629 nilai T-statistik yang ditunjukan pada Path
x2.6 0,6141 0,8821 0,5837 -0,2707 Coeffient.
x2.7 0,7645 0,6178 0,8142 -0,2194
x2.8 0,5108 0,9209 0,4435 -0,5960
Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat
x2.9 0,4858 0,8392 0,4377 -0,6695 variasi perubahan variabel independen terhadap
x3.1 0,8797 0,6031 0,8986 -0,3104 variabel dependen. Nilai R2 (tabel 10.) sebesar
x3.2 0,8546 0,5541 0,9387 -0,2562 0,3444 menandakan variasi perubahan variabel
x3.3 0,8050 0,6215 0,9197 -0,2019
rasio manajemen aset (y) yang dapat dijelaskan
x3.4 0,8563 0,5918 0,9335 -0,1242
y1.4 -0,3905 -0,2932 -0,3028 0,7724 oleh variabel indikator SR (x) adalah sebesar
y1.5 -0,2872 -0,568 -0,1942 0,9353 34,4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain diluar model penelitian ini.
Tabel 9. Nilai Composite Reliability Original Sample dan nilai T-statistik yang
Composite Reliability ditunjukan pada Path Coeffient (tabel 11.)
x1 0,8281 menunjukan jenis pengaruh dan tingkat
x2 0,9288 signifikasi dalam pengujian hipotesis. H1 dan H2
x3 0,9582 ditolak karena Original Sample negatif yang
y 0,8465 menandakan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat bersifat negatif dengan T-statistik
Uji reliabilitas mengukur konsistensi > TTabel dimana TTabel senilai 1,960 menandakan
internal alat ukur. Pada penelitian ini pengaruh signifikan diatas 5%, sehingga antar x1
menggunakan metode Composite Reliability yang dengan y dan x2 dengan y terdapat pengaruh
nilainya dapat dilihat pada tabel 9. Nilai negatif signifikan.
Composite Reliability masing-masing variabel > H3 diterima karena Original Sample positif
0,70 yang merupakan batas yang diterima untuk dan T-statistik > TTabel, sehingga antar x3 dengan y
tingkat composite realibilitas. Hal ini menandakan terdapat pengaruh positif signifikan.
seluruh variabel pada penelitian ini reliabel dalam
merefleksikan indikator.
Lesmana: Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios 109

Tabel 10. Nilai R-square digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan


R Square aset untuk menghasilkan pendapatan bagi
x1 0 perusahaan.
x2 0 Sustainability reporting dalam aspek sosial
x3 0
berpengaruh pada peningkatan Rasio Manajemen
y 0,3444
Aset perusahaan Indonensia. Hal ini dapat terjadi
karena sustainability activities sosial yang
Tabel 11. Nilai Original Sample & T-Statistic Path
Coeffient dilakukan perusahaan dan dilaporkan dalam
Original Sustainability reporting meningkatkan nilai aset
Sample T Statistics perusahaan.
H1: x1 -> y -0,5955 4,2917 Pelaporan sustainability report dalam aspek
H2: x2 -> y -0,5494 6,8283 sosial membutuhkan investasi aset untuk
H3: x3 -> y 0,6395 6,3096 melaksanakan sustainability activities aspek sosial
kepada stakeholder. Dengan melaksanakan dan
Sustainability reporting dalam aspek melaporkan tanggung jawab sosial terhadap
ekonomi dan lingkungan berpengaruh pada stakeholder dapat meningkatkan kesejahteraan
penurunan Rasio Manajemen Aset dalam dan loyalitas karyawan, menurunkan tingkat
perusahaan, khususnya di Indonesia. Hal ini dapat perputaran karyawan sehingga dapat berujung
terjadi karena pendanaan yang diperoleh dari pada meningkatnya produktivitas perusahaan
investor maupun kreditor akibat peningkatan (Ernst & Young, 2013). Bila produktivitas
kepercayaan terhadap pihak manajemen yang perusahaan meningkat dan reputasi perusahaan
telah melakukan pengungkapan Sustainability di mata konsumen meningkat, maka pendaptan
report dalam aspek ekonomi, serta sustainability akan meningkat pula.
activities terhadap lingkungan yang dilakukan Pengeluaran untuk sustainability activities
perusahaan dan dilaporkan dalam Sustainability sosial dalam rangka meningkatkan citra
report tidak meningkatkan nilai aset perusahaan. perusahaan dan membangun reputasi perusahaan
Hasil dari pendanaan yang digunakan dimata stakeholder diakui sebagai cadangan/ kas
untuk investasi aset ataupun sustainability dan deposito berjangka yang dibatasi
activities lingkungan seharusnya dapat penggunaannnya pada aset lain-lain perusahaan
meningkatkan aset perusahaan baik yang dan dilaporkan dalam neraca, seperti cadangan
berwujud (tangible asset) maupun aset tak untuk beasiswa, pensiun, dan biaya sustainability
berwujud (intangible asset). Tetapi, pelaporan aset activities sosial lainnya.
tak berwujud di Indonesia masih rendah, hanya Pengakuan pengeluran sustainability
goodwill, paten, hak cipta dan franchise yang activities sosial berbeda dengan pengakuan
diakui sebagai aset tak berwujud dan dilaporkan pengeluran sustainability activities apek ekonomi
dalam neraca, sedangkan pengeluaran investasi dan lingkungan yang diperlakukan sebagai
lainnya seperti untuk memperluas pangsa pasar, pengeluaran beban (expense). Oleh karena ini,
membangun merek, aktivitas dalam rangka sustainability report dalam aspek sosial
meningkatkan citra perusahaan dan membangun berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
reputasi perusahaan yang dapat memengaruhi terhadap rasio manajemen asset.
persepsi dan apresiasi stakeholder terhadap
potensi value of the firm di masa mendatang KESIMPULAN
cenderung diperlakukan sebagai pengeluaran
beban (expense) periodik dan disajikan dalam Sustainability reporting dalam aspek
laporan laba-rugi (SWA, 2006). ekonomi dan lingkungan berpengaruh negatif
Oleh karena itu, pelaporan Sustainability signifikan terhadap peningkatan Rasio
report dalam aspek ekonomi dan lingkungan Manajemen Aset karena pengeluran sustainability
berpengaruh pada penurunan nilai aset activities apek ekonomi dan lingkungan yang
perusahaan. Pelaporan Sustainability report diperlakukan sebagai pengeluaran beban
dalam aspek ekonomi dan lingkungan (expense), dan tidak meningkatkan aset
menurunkan nilai aset (kas) perusahaan dengan perusahaan. Sedangkan sustainability reporting
adanya pengeluaran/ beban untuk melaksanakan dalam aspek sosial berpengaruh positif signifikan
sustainability activities perushanaan. karena pengeluran sustainability activities sosial
Dengan ini, sustainability report dalam diperlakukan sebagai aset.
aspek ekonomi dan lingkungan berpengaruh
negatif signifikan terhadap peningkatan rasio Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian
manajemen aset, dimana rasio manajemen aset Selanjutnya
110 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal dan
kurangnya data dan informasi terkait Lembaga Keuangan. (2006). Peraturan
sustainability report di Indonesia, aspek-aspek Bapepam-LK nomor X.K.6. Retrieved
yang dilaporkan dalam sustainability report masih September 13, 2013 from
kurang dijadikan bahan pertimbangan dalam http://www.bapepam.go.id/old/hukum/peratur
melakukan pembelian produk, serta rendahnya an/X/X.K.6.pdf
penilaian dan pelaporan atas aset tak berwujud di Institute of Certified Manajement Accountants.
Indonesia. (n.d.). Strategic Cost Management. Australia:
Saran yang dapat diberikan, sebagai berikut: CMA House.
• Menambah jumlah data penelitian, karena KPMG International Cooperative. (2008).
kesadaran dan jumlah perusahaan yang Sustainability repoting: A guide. Retrieved
melaporkan sustainability report terus Oktober 19, 2013, from
bertambah sehingga data dan informasi dapat http://www.group100.com.au/
lebih tersedia dan mudah diperoleh untuk publications/kpmg_g100_SustainabilityRep20
melakukan pengujian kembali. 0805.pdf
• Sustainability report dapat digunakan sebagai Meryana, E. (2013, January 3). Perusahaan
bahan pertimbangan bagi seluruh stakeholder pembuat laporan keberlanjutan kian banyak
perusahaan. di Indonesia. SWA. Retrieved September 8,
• Peningkatan penilaian dan pelaporan aset tak 2013 from http://swa.co.id/business-research
berwujud perusahaan Pengungkapan Intangible Asset dan Apresiasi
Stakeholder. (2006, January 12). SWA.
DAFTAR PUSTAKA Retrieved December 27, 2013 from
http://swa.co.id/listed-articles/pengungkapan-
Budimanta, A., et al. (2008). Corporate social intangible-asset-dan-apresiasi-stakeholder
responsibility alternatif bagi pembangunan Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2006). Strategy
Indonesia (2nd ed.). Jakarta: ICSD. and society: the link between competitive
Certo, S.T., & Certo, S.C. (2006). Modern advantage and corporate social responsibility.
management (10th International ed.). United Harvard Business Review.
States: Pearson Prentice Hall. Ross, S.A., Westerfield, R.W., & Jordan, B.D.
Deegan, C. (2006). Financial Accounting Theory (2003). Fundamental of corporate finance (6th
(2nd ed.). Sydney: McGraw-Hill Book ed.). Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Company. Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan
Elkington, J. (1998). Cannibals with forks: The Perencanaan Keuangan Perusahaan (5th ed.).
triple bottom line of 21st century business. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
United Kingdom: New Society Publishers. Syailendra. (2012, October 1). Proyek pengolahan
Ernst & Young LLP and the Carroll School of limbah di Bandung dikaji ulang. Tempo.
Management Center for Corporate Retrieved September 8, 2013 from
Citizenship. (2013). Value of sustainability http://www.tempo.co/read/news/2012/10/01/09
reporting. Retrieved Oktober 19, 2013, from 0432994/Proyek-Pengolahan-Limbah-di-
http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/ Bandung -Dikaji-Ulang
ACM_BC/$FILE/1304-1061668_ACM_BC_ Weber, O., Koellner, T., Habegger, D., Steffensen,
Corporate_Center.pdf H., & Ohnemus, P. (2005). The relation
Freeman, R.E. (1984). Strategic management: A between sustainability performance and
stakeholder approach. Boston: Pitman financial performance of firms. GOE Report,
Publishers,Inc. 5-2005.
Global Reporting Initiative. (2006). Sustainability
Reporting Guidelines. Retrieved Oktober 19,
2013, from https://www.globalreporting.org/
resourcelibrary/G3.1-Sustainability-
Reporting-Guidelines.pdf
Indonesia, Presiden Republik Indonesia. (2007).
Undang-Undang Republik Indonesia nomor
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Retrieved September 13, 2013 from
http://prokum.esdm.go.id/uu/2007/uu-40-
2007.pdf

Anda mungkin juga menyukai