Laporan Box
Januari – Maret 2019
KARDIOLOGI
Residen :
dr. Tessa Rulianty
dr. Nurmega Kurnia
dr. Enggra Jati Moses H.S
dr. Rian A Narulitta
dr. Ari Fibrianto
dr. Marselya Ulfa
dr. Maria Lydwina L
dr. Teti Hendrayani
dr. Febrialita
Supervisor :
Dr. Ria Nova, Sp.A(K)
Dr. Deny Salverra Yossy, Sp.A(K)
Residen senior dr. Teti Hendrayani dr. Teti Hendrayani dr. Teti Hendrayani
dr. Febrialita dr. Febrialita dr. Febrialita
Selama bertugas telah selesai merawat 50 penderita dengan hasil rawat 40 penderita pulang
kontrol, 2 pulang atas permintaan sendiri, 2 pasien pindah rawat, dan 6 penderita meninggal dunia.
Penderita yang dirawat yaitu
Tabel 1.Distribusi penyakit menurut umur, jenis kelamin dan hasil perawatan.
No Diagnosis
<1 1-5 >5 PK PP PR M
L P L P L P
Penyakit Jantung
- - - - 3 1 3 - - 1 4
Rematik
2. PJB Asianotik
VSD 1 1 5 3 2 3 14 - - 1 15
PDA 3 4 1 1 1 9 - - 1 10
ASD - 1 - - - 3 4 - - - 4
Dilated
1 - - - - - - - 1 - 1
Cardiomyopathy
Primary Pulmonary
1 1 - - 1
Hypertension
3. PJB Sianotik
3
DORV 5 1 - - - 1 4 - 1 2 7
Tetrallogy of Fallot 1 - - 1 - - 2 - - - 2
Atresia Pulmonal - - - - - 2 1 1 - - 2
Truncus Arteriosus 1 - - - - - 1 - - - 1
Hypoplastic Left
- 1 - - - - - - - 1 1
Heart Syndrome
Total 9 8 9 5 6 13 40 2 2 6 50
Selama bertugas kami menyisakan 4 pasien yang masih dirawat. Penderita yang masih
dirawat yaitu :
1. Rheumatic Heart Disease + Infected Endocarditis : 1 Penderita
2. Large PDA + PFO + Pneumonia + susp. GERD +
susp Laringomalacia + Congenital Hypotiroid : 1 Penderita
3. Decompensatio cordis ec VSD PMO + Large PDA +
Hypertension Pulmonal + Pneumonia : 1 Penderita
4. Large Secundum ASD + Pulmonary Hypertensiom + : 1 Penderita
Cyclic Vomiting + Pneumonia
PJB Asianotik
1.VSD
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 15 penderita. Pada pemeriksaan fisis,
semua pasien dtemukan BJ I-II normal, bising pansistolik grade 3/6 di ICS IV linea parasternalis
sinistra. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgen thoraks, tatalaksana dan hasil rawat dapat
dilihat pada tabel 2.
4
Tabel 2. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgen toraks, tatalaksana dan hasil rawat
penderita VSD
Hasil
No Nama Usia JK Status Gizi Tipe/ukuran VSD EKG Ro Thoraks Penyakit Penyerta Tatalaksana
Rawat
Captopril 2x3 mg
VSD besar ASD Sekundum Furosemide 2x7
Gizi kurang perimembran inlet Kardiomegali besar + Stenosis mg IV
2 th 8
A Pr perawakan meluas ke outlet - dengan edema paru Pulmonal Ringan Ampicilin 3x30 PK
1. bl
pendek ukuran 10 mm, L to + Infected mg IV
R shunt Endocarditis Ceftazidime
3x200 mg
Furosemide 2x3
mg iv
Gizi kurang VSD perimembrane Captopril 2x1,5mg
perawakan outlate 8 mm L-R Bronkopneumonia po
2. MZA 2 bl Lk - Bronkopneumonia PK
sangat shunt Kardiomegali Ceftriaxone 1x250
pendek mg iv
Ampicillin 3x200
mg
5
shunt
VSD closure +
Moderate VSD
Cardiomegaly mild Evakuasi Vegetasi
DCSA diameter 25 Infected
7. DD 14 th Lk Gizi kurang LVH dengan elongasi Furosemid M
mm Endocarditis
aorta Captopril
Spironolakton
Captopril
Large doubly
Furosemide
10. PA 8 bl Pr Gizi buruk commited VSD 8,7 - Kardiomegali Bronkopneumoni PK
Ampisiline
mm
Gentamisin
Cefotaxime
Dehisensi luka Ketorolac
13 CM 12 th Pr Gizi baik VSD residual 2 mm RVH Normal PK
post operasi Furosemid
Captopril
Ampicillin
VSD PMO sedang Gentamicin
14 MB 2 th Lk Gizi kurang - Pneumonia Pneumonia PK
(6 mm) Furosemid
Captopril
Ampicillin
Gentamicin
15 MHP 3 bl Lk Gizi kurang VSD besar 6 mm - Infiltrat Pneumonia PK
Furosemid
Captopril
2.ASD
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 4 penderita. Pada pemeriksaan fisis,
pasien dengan ASD dtemukan S2 wide fixed split, bising ejeksi sistolik grade 3/6 di sela iga 2-3
linea parasternals sinistra dan pada pasien dengan ASD disertai PDA ditemukan murmur continous
grade 2-3, ics 2-3 linea parasternalis sinistra. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgen thoraks,
tatalaksana dan hasil rawat dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgent thoraks, tatalaksana dan hasil rawat
penderita ASD
6
Penyakit Hasil
Tipe ASD
Status
No Nama Usia JK dan EKG Ro Thoraks Tatalaksana
Gizi Penyerta Rawat
ukuran
Captopril
ASD Decompensatio
Furosemide
Gizi sekundum cordis
1. SL 13 th PR Kardiomegali Sildenafil PK
kurang besar 35.3 Hipertensi
Ampiciline
mm pulmonal
Gentamisin
3.PDA
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 10 penderita. Pada pemeriksaan fisis,
semua pasien dtemukan murmur continues grade 3/6 di ICS 2 linea parasternalis sinistra. Gambaran
klinis, laboratorium, EKG, rontgen thoraks, tatalaksana dan hasil rawat dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgent thoraks, tatalaksana dan hasil rawat
penderita PDA
Status Hasil
No Nama Usia JK Tipe PDA EKG Ro Thoraks Penyakit Penyerta Tatalaksana
Gizi Rawat
7
Status Hasil
No Nama Usia JK Tipe PDA EKG Ro Thoraks Penyakit Penyerta Tatalaksana
Gizi Rawat
Furosemide
PDA
Captopril
1 bl 22 Gizi moderate Incomplete AVSD
5. IA Pr - Kardiomegali Paracetamol PK
hr baik to large (5 Pneumonia
Ampicilin
mm)
Gentamicin
Furosemide
Gizi PDA besar Pneumonia PFO Captopril
6. AP 7 bl Lk
baik (6 mm) bilateral Bronkopneumonia Ampicillin
Gentamicin
Meropenem
Gizi PDA besar
7. AY 4 bl Pr - Pneumonia Pneumonia Furosemid M
kurang (9mm)
Captopril
Ampicillin
2 th 7 Gizi PDA besar Kardiomegali, Gentamicin
9. RR Lk - Pneumonia PK
bl buruk (7.8 mm) infiltrat Captopril
Furosemid
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 1 penderita primary pulmonary
hypertension. Pasien AA usia 4 bulan, perempuan dengan gizi kurang, terdiagnosa Primary
Pulmonary Hypertension , pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan murmur, didapatkan penyakit
penyerta berupa pneumonia, pasien diberikan ampicillin, gentamycin, dan sildenafil, pasien pulang
paksa.
5. Dilated cardiomyopathy
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 1 penderita dilated cardiomyopathy.
Pasien NQ usia 9 tahun 4 bulan, perempuan dengan gizi buruk, terdapat dilated four chamber
cardiomyopathy Primary Pulmonary Hypertension , pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan
murmur, pada rontgen thorax terdapat kardiomegali, pasien ini disertai penyakit penyerta berupa
8
Primitive Neuro Ectodermal Tumor. Pasien dibebrikan terapi furosemid, captopril, spironolakton,
dan digoksin. Pasien meninggal selama peawatan.
PJB SIANOTIK
Selama periode Januari - Maret 2019 telah dirawat 13 penderita PJB sianotik. Gambaran
klinis, laboratorium, EKG, rontgen thoraks, tatalaksana dan hasil rawat dapat dilihat pada tabel 5.
9
Tabel 5. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgent thoraks, tatalaksana dan hasil rawat penderita
PJB Sianotik
Gizi DORV
Murmur (+)
baik PDA besar
sistolik grade Hipertensi Captopril
ASD
4 SAF 14 hr Lk III/6, ICS III- - kardiomegali Pulmonal Furosemide PK
sekundum
IV, LPS sin Spironolakton
besar
SpO2 88%
VSD large
Meropenem
Murmur (+) Massive
Furosemid
sistolik grade pericardial
Gizi Atresia Amikacin
7. RM 11 th Pr IV/6 ICS IV - Kardiomegali effusion PP
Kurang pulmonal Spironolakton
LPS sin OMSK
Tarivid Otic drps
SpO2 65-70% Ulkus pedis
H2O2 otic drops
Murmur (+)
pansistolik
III/6, ICS IV Atelektasis Ampicillin
Gizi
8 FG 3 bl Lk TOF linea - segment apikal Pneumonia Gentamicin PK
baik
parasternal lobus
sinistra
SpO2 55-62%
Murmur (+)
Gizi sistolik III/6 di Gastroenteritis Zinc sulfate
9. NW 2 bl Pr DORV - Kardiomegali M
baik seluruh katup akut Paracetamol
SpO2 45-55%
Ceftriaxone
Murmur (+)
Zinc sulfate
Gizi sistolik III/6 di Gastroenteritis
10. NS 1.5 th Lk DORV - Kardiomegali Oralit PK
kurang seluruh katup akut
Paracetamol
40-50%
Murmur (+)
pansistolik
Trunkus Ampicillin
Gizi III/6 di ICS Pneumonia
11. AR 3 bl Lk arteriosus - Kardiomegali Gentamicin PK
kurang LPS Labiopalatoschizis
tipe 1 Furosemid
SpO2 80-88%
%
10
Status Jenis PJB Penyakit Hasil
No Nama Usia JK PF EKG Ro Thoraks Tatalaksana
Gizi sianotik Penyerta Rawat
Hypo
Murmur (+)
plastic left
continuous ICS Ampicillin
Gizi heart Pneumonia
13 AZ 3 bl Pr II, left para - Infiltrat Gentamicin M
baik syndrome Syok kardogenik
sternal sinistra Dobutamin
Moderate
PDA
Catatan :
PDA = Patent Ductus Arteriosus
TGA = Transposition Great Artery
CAVSD = Complete Arterioventricular Septal Defect
DORV = Double Outlet Right Ventricle
LVH = Left Ventricle Hypertrophy
OMSK = Otitis Media Suppurative Kronis
TOF = Tetrallogy of Fallot
11
Tabel 6. Gambaran klinis, laboratorium, EKG, rontgent thoraks dan Ekokardografi
Gambaran Penderita P1 P2 P3
Klinis
Kriteria Mayor:
1. Karditis + + +
2. Poliartritis migrant - - -
3. Chorea Sydenham + - -
4. Eritema marginatum - - -
5. Nodul subkutan - - -
Kriteria Minor:
1. Arthralgia + + -
2. Demam - + +
Laboratorium:
LED meningkat 84 18 12
Leukositosis 10.6 6.07 15.5
ASTO Reaktif Reaktif Reaktif
66 <5 5
CRP
Rontgen Thorax Kardiomegali Normal Kardiomegali
EKG - - -
Ekokardiografi Moderate Mitral regurgitasi, Normal heart Dilated pulmonary artery,
mild pulmonal regurgitasi, dilated LA LV, severe MR,
tricuspid regurgitasi severe TR, moderate PR,
minimal cardial effusion
Terapi:
Inj. Benzatin Penicillin 900.000 IU - -
Eritromicin - + -
Asetosal - - -
Prednison + - -
Furosemid + - +
Captopril + - +
Spironolacton - - +
Sildenafil - - -
Diagnosis Akhir Penyakit Jantung Rematik Demam rematik akut Penyakit Jantung Rematik
Gambaran Penderita P4 P5 P6
Klinis
Kriteria Mayor:
1. Karditis - - +
2. Poliartritis migrant + + -
3. Chorea Sydenham - - -
4. Eritema marginatum - - -
5. Nodul subkutan - - -
Kriteria Minor:
6. Arthralgia + + -
7. Demam + + +
Laboratorium:
LED meningkat 48 73 26
Leukositosis - - -
ASTO - - +
6 27 12
CRP
Rontgen Thorax Kardiomegali Normal Kardiomegali
EKG - - -
Echocardiografi Severe Mitral regurgitasi, Normal heart Dilated pulmonary artery,
mild pulmonal regurgitasi, dilated LA LV, severe MR,
tricuspid regurgitasi severe TR, moderate PR,
minimal pericardial effusion
Terapi:
Inj. Benzatin Penicillin 900.000 IU im - 900.000 IU im
Eritromicin - 4x500 mg po -
Asetosal 4x500 mg po 4x500 mg po 4x500 mg po
Prednison - - 3x15 mg
Furosemid - - 2x20 mg po
Captopril - - 2x12,5 mg po
Spironolacton - - -
Sildenafil - - -
Diagnosis Akhir Penyakit Jantung Rematik Demam rematik akut Penyakit Jantung Rematik +
efusi perikrdial
12
OPERASI OPEN HEART
Selama periode Januari – Maret 2019, telah dilakukan 4 Operasi Open Heart dan 2 ligasi
PDA terhadap 6 penderita. Dari 6 penderita, 5 orang berhasil dilakukan operasi open heart , 1 orang
penderita Death on Table. Penderita yang menjalani prosedur Operasi Open Heart dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Gambaran penderita yang menjalani operasi open heart
No Identitas Diagnosis Tindakan
1 An. MA/ LK/ 1 tahun 11 bulan VSD PMO VSD Closure Surgical
2 An. DD/LK/14 tahun VSD DCSA VSD Closure Surgical
3. An. P / PR/ 10 tahun VSD PMO VSD Closure Surgical
4 An BA/ LK/ 4 tahun VSD PMO VSD Closure Surgical
5 An. AN / PR/ 7bulan PDA Ligasi PDA
6 An MA/LK/1tahun 7 bulan PDA Ligasi PDA
TRANSCATHETER CLOSURE
Selama periode Januari - Maret 2019, telah dilakukan transcatheter closure terhadap 7
penderita. Dari 7 penderita, 2 orang berhasil dilakukan transcatheter closure. Gambaran penderita
yang menjalani prosedur transcatheter closure dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Gambaran penderita yang menjalani transcatheter closure
No Identitas Diagnosis Tindakan
1 MNA/LK/1 Tahun 3 Bulan PDA Catheterization
2 MNA /LK/2tahun 10 bulan VSD PMO Transcatheter VSD Closure
3 DS/Pr/ 11 tahun 2 bulan Secundum ASD Catheterization
4 RA/ Lk/ 1 tahun 9 bulan VSD PMO Catheterization
5 NKW/Pr/ 3 Tahun 2 bulan Tetralogy of Fallot Catheterization
6 MA/ PR/ 5 tahun 7 bulan PDA Transcatheter PDA Closure
7 A/PR/ 33 tahun 9 bulan VSD SADC 10 mm Catheterization
13
Keluhan tambahan: demam sendi, gerakan tak terkendali, batuk, demam
Riwayat perjalanan penyakit:
2 minggu SMRS, , pasien mengeluh kesulitan bernafas yang diperburuk oleh aktivitas tetapi
tidak dipengaruhi oleh posisi dan cuaca. Kesulitan bernafas muncul ketika pasien berjalan jarak
jauh dan menghilang saat istirahat. Pasien juga mengeluh nyeri sendi yang bermigrasi ke lutut dan
siku tanpa pembengkakan, kehangatan, perubahan warna, kelembutan, keterbatasan gerakan dan
kekakuan sendi di pagi hari. Pasien menderita batuk yang tidak produktif dengan sakit tenggorokan,
demam ada, hilang timbul namun tidak diukur suhunya, demam turun dengan pemberian
paracetamol, pucat (-), pilek (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK biasa. Nafsu makan baik.
1 minggu SMRS, sesak masih ada. Sesak muncul bahkan ketika pasien berjalan sekitar 50
meter seperti pergi ke kamar kecil. Nyeri sendi (+), Pasien memiliki gerakan tak sadar pada semua
ekstremitas yang mirip dengan gerakan menari. Pasien dibawa ke tukang urut, tetapi tidak ada
perbaikan. Terdapat juga kesulitan menulis menggunakan pena atau menulis. Masih ada batuk, pilek
(-) demam (+) tidak terlalu tinggi.
1 hari SMRS penderita semakin sesak, pasien mengalami kesulitan bernapas bahkan selama
istirahat, lebih suka dalam posisi duduk daripada terlentang, dan berdebar. Pasien lalu di bawa ke
RSMH.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat sakit tenggorokan berulang tetapi pasien dan orang tuanya tidak ingat berapa kali per
tahun.
Riwayat sakit gigi sekitar satu bulan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum sens: kompos mentis, TD 100/60 mmHg, Nadi: 140x/menit isi dan tegangan cukup.
RR: 38 x/menit, T:36,8oC, SpO2 97%.
Keadaan spesifik:
kepala: napas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-). Leher : JVP (5+3)
cmH2O. Pembesaran KGB (-)
Thoraks: simetris, retraksi (+) intercostal
Cor: Bunyi Jantung I II normal, murmur (+) diastolik grd III/6 ICS IV linea parasternal sinistra,
diastolik grd III/6 ICS V linea midclavicula sinistra menjalar ke axilla kiri, gallop (-).
Pulmo: vesikuler (+) mengeras, ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Abdomen: datar, lemas, BU(+) N, hepar teraba 2cm bac 1 cm bpx, lien tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3, sianosis (-), pitting edema minimal (+/+)
Laboratorium:
14
Hb 10,1 g/dL Wbc:10.600/mm3 Ht:33 % Tr:472.000/uL DC:0/1/67/26/6 LED 84% CRP 66 ASTO
reaktif
Rontgen thoraks. Kardiomegali
Terapi
Benzatin penicilin 900.000 IU Prednisone 3-3-2 po, Furosemid 2x20 mg ( po), Captopril 2x12,5
(po), Haloperidol 1x 0,5 mg (po). Pada perawatan pasien mengalami perbaikan dan pulang kontrol.
Diagnosis akhir : Congestive heart failure ec Mitral regurgitasi berat + Trikuspid regurgitasi
ringan + Pulmonal regurgitasi ringan + Aorta regurgitasi ringan ec Penyakit Jantung
Rematik
15
Abdomen: cembung, lemas, BU(+) N, hepar teraba 6cm bac 6 cm bpx, lien tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3, sianosis (+), pitting edema (+/+), clubbing finger (+)
Laboratorium:
Hb 11,7 g/dL L:8.8100/mm3 Ht:36 % Tr:352.000/uL DC:0/0/64/24/12 LED 6% CRP 15
Rontgen thoraks. Kardiomegali
Terapi
O2 NRM 10 LPM SpO2 96-98%, Captopril 2x12.5 mg (po), Furosemid 2x20 mg (po),
Aldactone 2x12,5mg, Slidenafil 4x10mg. Dilakukan echocardiography ulang dengan hasil : Large
PDA + Severe Pulmonary hypertension + decreased LV systolic function. Ditambahkan Drip
dobutamin 5 mcg/kgbb/menit. Pada perawatan hari ke-14 penderita tampak semakin sesak, lemas,
nadi filiformis, RR spontan 40x/menit, TD 50/palpasi. Thoraks: simetris, retraksi (+) intercostal,
subcostal, epigastrium. Abdomen: datar, lemas, hepar/lien tidak teraba, BU (+) normal. Penderita
diintubasi dilakukan VTP manual via ETT dan dikonsulkan perawatan PICU. Penderita dipindahkan
ke PICU. Di PICU penderita mengalami desaturasi dan bradikardia, dilakukan resusitasi jantung
paru namun tidak respon. Penderita dinyatakan meninggal dunia.
Diagnosis akhir : Syok kardiogenik + Decompensatio Cordis ec Pulmonal regurgitasi sedang
+ Trikuspid regurgitasi sedang ec PDA Besar
3.Decompensatio Cordis sedang ec susp Penyakit Jantung Rematik + Gizi kurang perawakan
pendek
An. DW / laki-laki/ 15 tahun 1 bulan / 26 Kg / 146 cm / gizi kurang perawakan pendek
Keluhan Utama : Sesak napas
Keluhan Tambahan : Pucat Riwayat
Perjalanan Penyakit :
Sejak 2 minggu SMRS pasien sesak napas, sesak diperberat saat aktivitas. Sesak tidak
dipengaruhi oleh suhu ataupun cuaca. Pasien merasa lebih nyaman jika kepala agak ditinggikan saat
berbaring. Pasien mengeluh dadanya terasa berdebar-debar. Batuk (-), demam (-), pilek (-). Nyeri
persendian dirasakan berpindah-pindah pada sendi-sendi extremitas atas dan bawah. Riwayat
berkeringat malam di malam hari (-), riwayat batuk darah (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien dibawa ke RS Lampung dirawat selama 3 hari, ibunya tidak mengetahui sakit apa dan
diagnosanya lalu pasien pulang atas permintaan sendiri. Setelah 4 hari pulang dari RS, sesak napas
semakin bertambah, rasa lemas (+) seluruh badan dan pasien kembali dibawa ke RSUD kayuagung
dan dirawat selama 2 hari. Disana pasien dicurgai adanya demam rematik dan decomp cordis
dilakukan ro thorax dengan gambaran kardiomegali. Hasil laboratorium dari RS sebelumnya Hb
10.7 Leukosit 12.500 Ht 29 Trombosit 213.000 LED 12, diberikan furosemide 2x20 mg po,
16
captopril 2x12.5 mg po dan digoxin 2x0.25 mg po,kemudian pasien dirujuk ke RSMH untuk
evaluasi lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah beberapa kali mengalami demam, yang diikuti nyeri tenggorokan sekitar 2 bulan
terakhir hanya diobati dengan paracetamol.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang sedang mengalami demam dan disertai batuk atau nyeri
tenggorokan dan tidak ada keluarga pasien dengan riwayat penyakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sens : kompos mentis, TD 100/50 mmHg, Nadi: 112x/menit isi dan tegangan
cukup RR:36 x/menit, T:36,8oC, SPO2 95-96%, dengan nasal 2 lpm SPO2 99%.
Keadaan spesifik :
kepala : napas cuping hidung (+), konjungtiva anemis (+)/(+), sklera ikterik (-/-), edema palpebra
(-). Mulut : mukosa bibir lembab (+), sianosis central (-), oral thrush (-), Tonsil T1-T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-). Leher : pembesaran KGB (-), peningkatan JVP 5-2 cmH2O.
Thoraks : simetris (+), retraksi (+) intercostal dan subcostal, ictus cordis teraba di ICS 5 linea
maxilaris anterior sinistra.
Cor : BJ 1 dan II normal, murmur pansistolik grd III/6 di ICS III-IV Linea midklavikularis sinistra,
gallop (-).
Pulmo: vesikuler normal, ronkhi basah halus nyaring (+/+), wheezing (-/-).
Abdomen: cembung, lemas, hepar teraba 6 cm bawah arcus costae dan 4 cm dibawah prosesus
xypoideus. Lien tidak teraba. Shifting dullness (-), bising usus normal,
Extremitas : akral hangat, CRT <3’’, edema extremitas inferior non pitting edema, sianosis (-),
clubbing finger (-).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Hb : 9.5 g/dl, leukosit: 15.500 /mm 3, Ht: 30%, Trombosit: 442.000/mm3, LED 12
mm/jam, DC: 0/1/53/37/9, CRP 18 ASTO reaktif
Perjalanan Penyakit selama di rawat
Pasien diberikan O2 nasal 2 lpm dengan retriksi cairan 1300 cc/hari, furosemid 2x30 mg iv.
Pasien dilakukan echocardiography tgl 31-1-2019 dengan hasil severe mitral regurgitation + severe
tricuspid regurgitation + moderate pulmonal regurgitation + moderate aorta regurgitation+ Infected
endocarditis + minimal pleural effusion, didapatlkan vegetasi di katup mitral dengan fungsi jantung
EF 69.4% dan FS 39.5%, diberikan tambahan aldactone 2x25 mg po, captopril 2x12.5 mg po,
prednisone 80 mg/hari (4-4-4 tab), dan rencana kultur 3 tempat (tgl 1-3 febuari), rencana pemberian
17
antibiotik setalah kultur dan konsul bagian NPM dengan gizi buruk dan kami konsulkan ke gigi dan
mulut untuk mencari fokal infeksi.
Hasil konsul ke bagian divisi gigi dan mulut tgl 4/2/2019 adalah ditemukan fokal infeksi
yaitu gingivitis incisivus kronis RA dan RB pro scalling. Pasien belum bisa dilakukan scalling saat
itu dikarenakan kondisi pasien yang masih sesak.
Pada hari keempat perawatan diberikan antibiotik ampicillin 3x1.2 gr iv dan gentamicin
2x60 mg iv (rencana sampai 14 hari). Dari pemeriksaan kultur 3 tempat didapatkan hasil steril. Pada
hari ketujuh perawatan anak makin tampak sesak, perut kembung, ditemukan JVP meningkat
dinaikan dosis furosemide menjadi 3x30 mg iv. Pada hari ke Sembilan, keluhan sesak berkurang
pemberian furosemide diturunkan kembali menjadi 2x30 mg iv. Hari kesebelas pasien pasien sesak
dengan SPO2 97% dan kembung kami berikan O2 simple mask 7 lpm, lakukan pemeriksaan
elektrolit didapatkan hasil Ca 9 mg/dL Na 129 133 meq/L K 4.5 meq/L Cl 88 meq/L.
Pada hari ketiga belas pasien bertambah sesak, perut semakin kembung, dengan nadi
110x/menit tegangan lemah, TD 100/50 mmHg RR 38x/menit SPO2 93% balance diuresis/24 jam
B:-200 D:1.14cc/kgbb/jam diberikan O2 NRM 99%, diberikan support dobutamin 5
mcg/kgBB/menit, furosemide menjadi 3x30 mg iv, spironolactone menjadi 3x25 mg po, dan kami
lakukan pemeriksaan ulang darah kembali didapatkan Hb 9,5 RBC 4,76 Lekosit 13,34 Ht 30
Trombosit 395 LED 2 Diff Count 0/0/81/9/10 SGOT 23 SGPT 50 Protein total 5,4 Albumin 2,8
Ureum 64 Kreatinin 0,70 Ca 8,0 Na 127 K 4,5 Cl 88 CRP 8. Dikonsulkan kebagian divisi GEH
terdapat hepatomegaly, asites, efusi pleura bilateral. Kami lakukan ro thorax ulang didapatkan
gambaran kardiomegali dengan gambaran efusi bilateral.
Pada hari ke tujuh belas, pasien bertambah sesak, seluruh badan sembab, TD 100/20 mmHg,
Nadi 102x/menit kuat, B:-27.5 D:1.07cc/kgbb/jam diberikan furosemide diganti menjadi drip 0.1
mg/kgbb/jam dan support dobutamin dinaikan maksimal 15 mcg/kgbb/menit, rencana pindah PICU.
Kami konsulkan ke bagian Nefrologi dengan kesan AKI + oligouria ec prerenal ec decomp cordis.
Pada hari perawatan ke sembilan belas anak tampak semakin sesak napas, head bobbing dan
desaturasi, B:-20 D:0.3 cc/kgbb/jam Nadi teraba filiformis, tekanan darah tidak terukur dan anak
mengalami penurunan kesadaran. Dilakukan tindakan resusitasi, pasien dilakukan RJP 5 siklus
dengan pemberian epinefrin sebanyak 3 kali. Pasien dinyatakan meninggal.
Diagnosis Akhir : Gagal Kardio Respirasi ec. Syok kardiogenik ec. Decompensatio cordis Fs
NYHA IV ec PJR + infected endocarditis + AKI stad risk + hipoalbuminemia + asites + efusi
bilateral + gizi kurang perawakan pendek.
18
HEMATO-ONKOLOGI (92)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal Kardiomiopati Efusi Gangguan
Dilatasi Perikardial Katup
1. Leukemia 35 30 1 4 -
2. Thalassemia 42 41 - - 1
3. Solid tumor 15 14 - 1 -
Semua pasien dari divisi Hemato-onkologi dikonsulkan dengan indikasi evaluasi fungsi jantung dan
evaluasi tahunan untuk mendeteksi apakah ada kelainan lainnya.
RESPIROLOGI (11)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal ASD VSD PDA Lainnya
1. Pneumonia 7 5 - - - 2
2. Bronkiolitis 2 - - 1 1 -
3. TB paru 2 2 - - - -
Semua pasien dari divisi Respirologi dikonsulkan dengan indikasi skrining kelainan jantung.
ALERGI IMUNOLOGI (5)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal Kardiomiopati Dilatasi
1. Psoriasis 1 1 -
2. Raynaud 1 1 -
Phenomenon
3. B20 on 2 - 2
terapi
4. SLE 1 1 -
NEONATUS (11)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal ASD VSD PDA PFO PJB
Sianotik
1. NKB 3 3 - - - - -
-SMK
2. NCB - 7 4 - 1 2 - -
SMK
3. NCB - 1 1 - - - - -
KMK
NKB – SMK = Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan
NCB – SMK = Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
NCB – KMK = Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan
Pasien yang secara klinis tampak gagal jantung diberikan furosemid. Pasien yang memiliki kelainan
jantung dilakukan ekokardiografi ulang setelah 3 bulan.
BEDAH THORAX (1)
19
No. Diagnosis Jumlah Kesan
1. Hidrosefalus + 1 Normal
labiopalatoschizis
NEFROLOGI (5)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal Efusi Perikardial
1. AKI 1 1 -
2. CKD 4 2 2
NPM (3)
No. Diagnosis Jumlah Kesan
Normal VSD TOF
1. Glycogen 1 1 - -
Storage
Disease
2. Gizi Buruk 2 - 1 1
Semua pasien dari divisi NPM dikonsulkan untuk skrining kelainan jantung.
20
KEGIATAN DI POLIKLINIK KHUSUS
Selama bertugas di poliklinik khusus kardiologi periode Januari - Maret 2019 terdapat 349
kunjungan penderita dengan jumlah kunjungan terdiri dari:
No. Diagnosis Kunjungan Kunjungan Jumlah
Baru Lama Kunjungan
1. Atrial Septal Defect 14 11 25
2. Post Transcatheter ASD closure - 1 1
3. Post open heart Atrial Septal Defect - 2 2
4. Ventricle Septal Defect 34 35 69
5. Post transcatheter VSD closure - 4 4
6. Post open heart Ventricle Septal Defect - 11 11
7. Patent Ductus Arteriosus 24 14 38
8. Post ligasi Patent Ductus Arteriosus - 9 9
9. Post transcatheter PDA closure - 4 4
10. Atrioventricular Septal Defect 1 4 5
11. Aorta Regurgitation - 2 2
Tricuspid atresia - 1 1
12. Pulmonary Stenosis - 10 10
13. Transposition Great Artery - 1 1
14. Tetralogy of Fallot 2 8 10
15. Post operasi BCPS (Bidirectional Cavo - 5 5
Pulmonary Shunt) ai trikuspid atresia
dan pulmonal atresia
16. Double Outlet Right Ventricle - 6 6
17. Post open heart Double Outlet Right - 1 1
Ventricle
18. Rheumatic Heart Disease / Acute 4 78 82
Rheumatic Fever
19. Kawasaki Disease 2 - 2
20. Arythmia 1 - 1
21. Supraventricular tachycardic 2 - 2
22. Ventricular Tachycardic 1 - 1
23. Wolff Parkinson White Syndrome - 2 2
Syndrome
24. Dilated Cardiomyopathy 2 5 7
25. Skrining 48 - 48
Total 135 214 349
Dari 48 pasien baru yang datang ke Poliklinik Kardiologi untuk skrining kelainan jantung,
didapatkan 17 VSD, 7 ASD, 8 PDA, 3 TOF, 3 PJR, 6 tidak ada kelainan, 4 tidak melakukan
ekokardiografi
21
Terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Bagian IKA, Ketua Program Studi IKA dan
supervisor Boks Kardiologi, dr. Hj. Ria Nova, Sp.A(K) dan dr. Deny Salvera Yosy, Sp.A(K), M.kes
yang telah memberi kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk bekerja dan belajar di Boks
Kardiologi.
22
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN/SMF KESEHATAN ANAK
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2. Etiologi Streptococcus beta hemolyticus group A strain tertentu yang bersifat reumatogenik
dan adanya faktor predisposisi genetik. Kemungkinan menderita DRA setelah
mendapat infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A di tenggorokan 0,3-3%.
5. Anamnesis
1. Demam, nyeri pada persendian yang berpindah pindah, tanda- tanda peradangan pada
sendi (merah, panas, nyeri dan fungsilaesia).
2. Adanya gerakan-gerakan cepat, bilateral tanpa tujuan dan sukar dikendalikan.
3. Pucat, malaise, cepat lelah, dan gejala lain seperti epistaksis dan nyeri perut.
4. Riwayat sakit tenggorokan 1-5 minggu (rata-rata 3 minggu) sebelum timbul gejala
5. Riwayat demam rematik pada waktu lampau.
6. Riwayat keluarga dengan demam rematik
23
6. Pemeriksaan 1. Poliartritis migrans
Fisik Biasanya menyerang sendi-sendi besar seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan
pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala peradangan yang jelas
seperti bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi.
Artritis reumatik bersifat asimetris dan berpindah-pindah. Kelainan ini ditemukan
pada sekitar 70% pasien DRA.
2. Karditis
Karditis merupakan gejala mayor terpenting, karena hanya karditis yang dapat
meninggalkan gejala sisa, terutama kerusakan katup jantung.
Seorang penderita demam reumatik dikatakan menderita karditis bila ditemukan satu
atau lebih tanda-tanda berikut:
a. Bunyi jantung melemah
b. Adanya bising sistolik, mid diastolik di apeks atau bising diastolik di basal
jantung
c. Perubahan bising misalnya dari derajat I menjadi derajat II.
d. Takikardia / irama derap
e. Kardiomegali
f. Perikarditis
g. Gagal jantung kongestif tanpa sebab lain.
3. Korea Sydenham
Gerakan-gerakan cepat, bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan. Seringkali
disertai dengan kelemahan otot dan gangguan emosional. Semua otot terkena, tetapi
yang mencolok adalah otot wajah dan ekstremitas.
4. Eritema marginatum
Kelainan kulit berupa bercak merah muda, berbentuk bulat, lesi berdiameter sekitar
2,5 cm, bagian tengahnya pucat, sedang bagian tepinya berbatas tegas, tanpa indurasi,
tidak gatal, paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai proksimal.
5. Nodul subkutan
Terletak di bawah kulit, keras, tidak sakit, mudah digerakkan dan berukuran 3-10
mm. Lokasinya sekitar ekstensor sendi siku, lutut, pergelangan kaki dan tangan,
daerah oksipital, serta di atas prosesus vertebra torakalis dan lumbalis.
7. Kriteria Diagnosis demam rematik ditegakkan berdasarkan Kriteria WHO tahun 2003
Diagnosis (berdasarkan revisi kriteria Jones)
Tabel 1. Kriteria WHO Tahun 2002-2003 untuk Diagnosis Demam Rematik
dan Penyakit Jantung Rematik (berdasarkan Revisi Kriteria Jones)
Kategori Diagnostik Kriteria
Demam rematik serangan Dua mayor atau satu mayor
pertama dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi
SGA sebelumnya
Demam rematik serangan Dua mayor atau satu mayor
rekuren tanpa PJR dan dua minor ditambah dengan bukti infeksi
SGA sebelumnya
Demam rematik serangan Dua minor ditambah dengan
rekuren dengan PJR bukti infeksi SGA sebelumnya
Korea Sydenham Tidak diperlukan kriteria
mayor lainnya atau bukti infeksi SGA
24
PJR (stenosis mitral murni Tidak diperlukan kriteria
atau kombinasi dengan insufisiensi mitral lainnya untuk mendiagnosis sebagai PJR
dan/atau gangguan katup aorta)
Sumber: WHO, 2004
Kriteria Diagnosis
(Lanjutan) Manifestasi Mayor Manifestasi Minor
- Karditis Klinis:
- Poliartritis migrans - Artralgia
- Korea - Demam
- Eritema marginatum Laboratorium:
- Nodulus subkutan - Peningkatan reaktan fase akut yaitu:
LED dan atau CRP yang meningkat
- Interval PR yang memanjang
Diagnosis demam rematik ditegakkan bila terdapat 2 manifestasi mayor atau 1
manifestasi mayor ditambah 2 manifestasi minor dan didukung bukti adanya infeksi
streptokokus sebelumnya yaitu kultur apus tenggorok yang positif atau kenaikan titer
antibodi streptokokus (ASTO) >200.
Langkah diagnosis
Tegakkan diagnosis DR berdasarkan kriteria WHO tahun 2003
Tetapkan aktif atau inaktif
Tetapkan ada karditis atau tidak
Tetapkan ada kelainan pada katup jantung atau tidak
Jika tidak ada tanda-tanda DR aktif dan penyebab lain kelainan pada katup jantung
dapat disingkirkan dianggap PJR
Tetapkan status hemodinamik jantung: dekompensasi kordis atau tidak
25
hari
- Klaritromisin: 15 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (maks. 250 mg/kali) selama
10 hari
- Eritromisin: 40 mg/kgBB/hari dibagi 2-4 kali sehari (dosis maksimum 1
g/hari) selama 10 hari
b. Untuk profilaksis sekunder:
Benzatin penisilin G:
BB ≤27 kg = 600.000 unit setiap 3 atau 4 minggu, i.m
BB >27 kg = 1,2 juta unit
Alternatif lain:
- Penisilin V : 2 x 250 mg, oral
- Sulfadiazin : BB ≤27 kg 500 mg sekali sehari
BB >27 kg 1000 mg sekali sehari
Bila alergi terhadap Penisilin dan Sulfadiazin dapat diberikan:
- Eritromisin
- Klaritromisin
- Azitromisin
26
Tabel 2. Lama pemberian antibiotika profilaksis sekunder:
Lama pemberian setelah serangan
Kategori
terakhir
Demam rematik dengan karditis dan penyakit Selama 10 tahun atau sampai usia 40 tahun,
jantung residual (kelainan katup persisten) pada beberapa kondisi (risiko tinggi terjadi
rekuren) dapat seumur hidup
Demam rematik dengan karditis tetapi tanpa Selama 10 tahun atau sampai usia 21 tahun
penyakit jantung residual (tanpa kelainan
katup)
Demam rematik tanpa karditis Selama 5 tahun atau sampai usia 21 tahun
2. Obat Anti Inflamasi: diberikan untuk DRA atau PJR yang rekuren
Tabel 3. Rekomendasi penggunaan anti inflamasi
Karditis Karditis Karditis
Hanya Artritis
Ringan Sedang Berat
Prednison - - 2-4 mgg* 2-6 mgg*
Aspirin a. 100 mg/kgBB/ hr 3-4 mgg** 6-8 mgg 2-4 bln
dalam 4-6 dosis (2
mgg)
b. Kemudian dosis
dikurangi menjadi
60 mg/kg/ hari (4-
6 mgg)
Dosis : Prednison 2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
Aspirin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis
* Dosis Prednison di tappering (dimulai pada minggu ketiga) dan Aspirin dimulai
minggu ketiga kemudian di tappering.
** Aspirin dapat dikurangi menjadi 60 mg/kgBB setelah 2 minggu pengobatan
Ambulasi bertahap (boleh 1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu 2.3 bulan
rawat jalan bila tidak
mendapat steroid)
18. Target 1. Eradikasi streptokokus pada tenggorokan dan profilaksis sekunder dengan
antibiotika.
2. Mengurangi dan mengatasi kecacatan pada katup jantung.
3. Mengurangi dan mencegah komplikasi
19. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition. Mosby Elsevier,
Texas.
2. World Health Organization 2004, WHO technical report series: rheumatic fever and
rheumatic heart disease, Geneva.
3. Working Group on Pediatric Acute Rheumatic Fever and Cardiology 2008,
Consensus guidelines on pediatric acute rheumatic fever and rheumatic heart
disease, Indian Pediatrics, vol. 45, pp. 565-573.
4. National Heart Foundation of Australia and the Cardiac Society of Australia and
New Zealand 2006, Diagnosis and management of acute rheumatic fever and
rheumatic heart disease in Australia: an evidence-based review, National Heart
Foundation of Australia.
5. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
6. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan penyakit jantung
pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
28
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN/SMF KESEHATAN ANAK
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
DEKOMPENSASI KORDIS
ICD-10 : I51.9
1. Pengertian Dekompensasi kordis adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara
(Definisi) adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Etiologi
- Peningkatan beban volume: DSV, DAP, insufisiensi
katup jantung, anemia, gagal ginjal dengan retensi cairan, dsb.
- Peningkatan beban tekanan: stenosis katup aorta atau
pulmonal, hipertensi sistemik/pulmonal, dsb.
- Gangguan miokard: kardiomiopati, miokarditis
- Perubahan frekuensi denyut jantung: SVT, Atrial
flutter, atrial fibrilasi dsb.
3. Pathogenesis Faktor penyebab gangguan pada preload, afterload, kontraktilitas otot jantung dan
frekuensi denyut jantung mempengaruhi penampilan jantung mekanisme
kompensasi (dilatasi, hipertropi dan rangsangan simpatik). Kemampuan kompensasi
terlampaui gagal jantung
4. Bentuk klinis
Berdasarkan cardiac output: high dan low cardiac failure
Berdasarkan onset: akut dan kronik
Berdasarkan sisi jantung: kiri, kanan, atau kiri dan kanan
Berdasarkan klasifikasi fungsional NYHA ( New York Heart Association):
- Derajat I : asimptomatik
- Derajat II : dispnu bila aktivitas sedang
- Derajat III : dispnu bila aktivitas ringan
- Derajat IV : dispnu dalam keadaan istirahat.
5. Anamnesis
1. Sesak napas terutama saat beraktivitas. Sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan
makan/minum dan, dalam jangka panjang, gagal tumbuh;
2. Sering berkeringat (peningkatan tonus simpatis);
3. Ortopnea: sesak nafas yang mereda pada posisi tegak;
4. Dapat dijumpai mengi;
5. Edema di perifer atau pada bayi biasanya di kelopak mata.
29
- Hepatomegali: kenyal dan tepi tumpul
- Peningkatan tekanan vena jugularis (tidak ditemukan pada bayi)
- Edema perifer (tidak dijumpai pada bayi)
- Kelopak mata bengkak (pada bayi)
Kriteria Diagnosis Tabel 1. Sistem skoring gagal jantung pada anak menurut Modifikasi Ross
(Lanjutan)
0 1 2
Berkeringat dingin Kepala kepala dan badan kepala dan badan
waktu aktivitas waktu isrirahat
Takipneu Jarang kadang-kadang Sering
Pola nafas Normal retraksi Dispneu
Laju nafas (x/menit)
0–1 tahun <50 50–60 >60
1–6 tahun <35 35–45 >45
7–10 tahun <25 25–35 >35
11–14 tahun <18 18–28 >28
HR (x/menit )
0–1 tahun <160 160–170 >170
1–6 tahun <105 105–115 >115
7–10 tahun <90 90–100 > 100
11–14 tahun <80 80–90 >90
Jarak tepi hepar dari batas <2 cm 2–3 cm >3 cm
kostae
Dasar diagnosis
Dispnu/ortopnu, pulsus alternans, takikardia/irama gallop, ronki basah tak nyaring di
basal paru (gagal jantung kiri), tekanan vena yugularis meningkat, hepatomegali,
edema (gagal jantung kanan), kardiomegali
Langkah diagnosis
Perhatikan gejala dan tanda:
30
- Kardiovaskuler: takikardi/irama gallop, kardiomegali, nadi:
pulsus alternans
- Respirasi: dispnu, ortopnu, batuk produktif, ronki basah tak
nyaring di basal paru
- Tanda-tanda bendungan sistemik: tekanan vena jugularis,
hepatomegali (tumpul, lunak), edema
11. Terapi 1. Istirahat di tempat tidur, posisi setengah duduk. Bayi ditidurkan dengan posisi 30-45
derajat.
2. Berikan oksigen (2-4 L/menit)
3. Berikan cairan ¾ kebutuhan normal perhari. Bila terdapat anemia berat berikan
tranfusi darah (packed cell) terlebih dahulu, jumlah: 5-10 cc/kgBB diberikan selama
2-3 jam.
4. Medikamentosa:
a. Diuretika (Furosemid) 1-2 mg/kgBB/kali iv diberikan 2 kali perhari
b. Digitalisasi
Digitalisasi awal digoksin 30-50 g/kgBB sehari peroral, dengan cara pemberian:
- ½ dosis diberikan pertama kali
- ¼ dosis 8 jam kemudian
- ¼ dosis diberikan 16 jam setelah dosis pertama
Dosis pemeliharaan digoksin (oral) 10-20 g/kgBB/hari diberikan pada hari kedua
dan seterusnya. Indikasi digitalis: takikardia, atrial flutter, kardiomiopati.
Untuk dekompensasi dengan NYHA derajat I-III dapat langsung dengan dosis
pemeliharaan. Hati-hati pemberian digitalis pada DR/PJR, bronkopnemonia.
Digitalis tidak boleh diberikan pada stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasio
aorta, anemia (Hb <6g%).
c. Vasodilator
Diberikan pada:
- Dekompensasi kordis yang disebabkan pirau besar (DSV, DAP,
DSAV)
- Dekompensasi kordis yang tidak responsif dengan pengobatan
diatas.
Dapat diberikan Kaptopril oral, dengan dosis 0,1-2 mg/kgBB/kali, dengan dosis
maksimum 6 mg/kgBB/hari (dipilih dosis rendah). Diberikan dalam tiga kali
pemberian.
5. Atasi penyakit utama atau penyakit penyerta (RHD), bronkopnemonia, anemia, CHD,
dll.
31
6. Diet rendah garam
7. Pengawasan yang ketat terhadap gejala klinik untuk menilai:
- Frekuensi denyut jantung, frekuensi napas
- Berat badan
- Tekanan vena jugularis
- Pembesaran hati, edema
- Produksi urin dalam 24 jam
12. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: memahami penyebab dan gejala yang timbul.
2. Prognosis: memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
3. Pemantauan gejala: mengetahui mengapa dan kapan harus ke dokter/rumah sakit
4. Terapi farmakologi: memahami indikasi, dosis, dan efek obat
5. Diit, latihan
13. Prognosis Tergantung faktor pencetus/penyebab yang mendasari;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
14. Tingkat
I / II
evidens
15. Tingkat A
Rekomendasi
18. Target 1. Menghilangkan faktor penyebab, misalnya penutupan duktus arteriosus persisten
2. Menghilangkan faktor presipitasi, misalnya mengobati infeksi, anemia, aritmia
3. Mengatasi gagal jantung
19. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic
Heart Failure 2012 of the European Society of Cardiology 2012, ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012, European Heart Journal, vol.
33, pp. 1787-1847.
3. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra,
EP 2009, Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,Jakarta.
4. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
5. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005,
Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
32
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
33
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN/SMF KESEHATAN ANAK
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2. Etiologi Duktus normal: hipoksia, imaturitas. Duktus abnormal tidak jelas diketahui
3. Pathogenesis Duktus arteriosus Botali (DA) menutup dimulai 24 jam pertama setelah lahir
sampai 2 minggu. Hipoksia gangguan mekanisme obliterasi DA DA tetap
terbuka. Pada BBLR/imaturitas kontraktilitas otot polos DA baru akan menutup
pada 3 bulan pertama DA menutup.
PDA pirau kiri ke kanan dengan kelainan hemodinamik mirip DSV
8. Diagnosis
Banding
9. Pemeriksa
1. EKG
an Penunjang
2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
4. Kateterisasi
1
10. Terapi Tutup DAP
1. Medikamentosa: Ibuprofen
Terapi (Lanjutan) Hanya efektif pada bayi prematur usia <1 minggu
Dosis:
Hari Dosis
I 10 mg/kgBB
II 5 mg/kgBB
III 5 mg/kgBB
Kontraindikasi:
a. Sepsis,
b. Perdarahan aktif saluran pencernaan,
c. Perdarahan periintraventrikular berat (PPIV derajat III dan IV),
d. Trombositopenia (<50.000/mm3),
e. Penurunan fungsi ginjal (diuresis <1 cc/kgBB/jam; serum kreatinin ≥1,3
mg/dL),
f. Penyakit jantung kongenital ductal dependent
g. Enterokolitis nekrotikans.
2
an Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra, EP 2009,
Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan penyakit
jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
3
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
3. Pathogenesis
DSV pirau dari kiri ke kanan kelebihan beban volume di ventrikel
kanan, oversirkulasi pulmonal, adanya kompensasi cardiac output sistemik.
Kebutuhan volume untuk ventrikel kiri yang meningkat dilatasi dan
hipertrofi ventrikel kiri peningkatan tekanan diastolik akhir ventrikel
kiri peningkatan tekanan atrium kiri peningkatan tekanan vena
pulmonal. Peningkatan aliran darah arteri pulmonalis Perubahan
penampang vaskular paru irreversibel peningkatan tahanan vaskular
paru penyakit obstruksi vaskular paru pirau kanan ke kiri (sindrom
eisenmenger)
8. Diagnosis
Defek Septum Ventrikel (ICD-10 : Q21.0)
9. Diagnosis Banding
10. Pemeriksaan 1. EKG untuk menentukan adanya beban volume.
Penunjang 2. Foto thorak untuk menilai corakan vaskuler paru.
3. Ekokardiografi untuk memastikan ukuran dan lokasi defek.
4. Kateterisasi pada DSV sedang dan besar atau secara klinis dicurigai
terdapat hipertensi pulmonal untuk menilai hemodinamik.
11. Terapi 1. Medikamentosa
Bila ada gagal jantung kongestif tatalaksana sesuai gagal jantung
kongestif.
Antibiotika profilaksis untuk mencegah Infektif endokarditis, bila akan
dilakukan tindakan seperti cabut gigi atau sirkumsisi (Amoksisillin 50
mg/kgBB/hari selama 5 hari)
2. Operasi
1) Prosedur:
- PA banding: merupakan prosedur yang bersifat paliatif (untuk
mengurangi aliran darah ke paru dan menurunkan tekanan arteri
pulmonalis). Prosedur ini jarang dilakukan kecuali bila terdapat lesi
tambahan lain sehingga prosedur untuk menutup DSV sulit
dilakukan.
- Tutup DSV dengan cara operasi: menggunakan patch (surgical
closure)
2) Indikasi dan waktu operasi:
- Usia 4-5 tahun dengan signifikan L-R shunt dengan Qp/Qs >1,5
- Bayi dengan gagal jantung kongestif dan retardasi pertumbuhan
yang tidak respon dengan terapi medikamentosa sebaiknya dioperasi
pada usia yang lebih awal.
12. Edukasi
1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama kebersihan gigi
dan mulut untuk mencegah terjadinya infective endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSV
5
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis.
13. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
14. Tingkat evidens
I / II
15. Tingkat A
Rekomendasi
16. Penelaah Kritis Subdivisi Kardiologi Departemen IKA RSMH Palembang
17. Indikator Medis 1. Perbaikan klinis dan keadaan umum membaik.
2. Gagal jantung teratasi.
18. Target 1. DSV menutup
2. Mencegah dan mengatasu komplikasi
19. Kepustakaan
1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition. Mosby
Elsevier, Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra, EP 2009,
Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
6
ICD-10 : I51.0
1. Pengertian Terdapatnya defek pada septum atrium.
(Definisi)
2. Pathogenesis Defek pada septum atrium + compliance ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel
kiri pirau dari kiri ke kanan. Besarnya pirau ditunjukkan dari besarnya dilatasi
atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Dilatasi ventrikel kanan
depolarisasi ventrikel kanan lebih lama right bundle branch block (RBBB).
Peningkatan aliran darah melalui katup trikuspid trikuspid stenosis relatif
bising diastolik di tepi kiri sternum bawah. Volume overload di ventrikel kanan
peningkatan aliran darah melalui katup pulmonal pulmonal stenosis relatif
bising ejeksi sistolik halus. RBBB + volume overload di ventrikel kanan katup
pulmonal lebih lambat menutup dibandingkan katup aorta BJ II split lebar. Pirau
yang besar + aliran balik vena yang masuk ke RA terjadi selama siklus respirasi
(inspirasi dan ekspirasi) BJ II fixed
Berdasarkan lokasi:
3. Bentuk klinis - DSA primum
- DSA sekundum
- DSA sinus venosus
Berdasarkan besarnya defek:
- DSA kecil
- DSA besar
Berdasarkan tekanan pulmonal:
- DSA tanpa hipertensi pulmonal
- DSA dengan hipertensi pulmonal
7
DSA dengan hipertensi pulmonal
6. Kateterisasi: hanya dilakukan bila kecurigaan hipertensi pulmonal.
7. Diagnosis Defek Septum Atrium (ICD-10 : I51.0)
8. Diagnosis
Banding
9. Pemeriksaan 1. EKG: untuk menentukan adanya beban volume.
Penunjang 2. Foto thorak: untuk menilai corakan vaskuler paru.
3. Ekokardiografi: untuk memastikan defek dan dapat mengukur besarnya defek.
4. Kateterisasi: bila dicurigai ada hipertensi pulmonal.
10. Terapi Tutup ASD:
1. Tanpa operasi/transkateter: menggunakan ASO (Amplatzer Septal Occluder)
Indikasi: DSA sekundum dengan minimal batas rim superior dan inferior 7 mm
2. Operasi: usia 3-5 tahun
11. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama kebersihan gigi dan mulut
untuk mencegah terjadinya infectiveendocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSA
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
12. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
13. Tingkat I / II
evidens
14. Tingkat
A
Rekomendasi
15. Penelaah Divisi Kardiologi Departemen IKA RSMH Palembang
Kritis
16. Indikator 1. Perbaikan klini dan keadaan umum membaik
Medis 2. Gagal jantung teratasi.
17. Target 1. DSA menutup
2. Mencegah/mengatasi komplikasi
1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition. Mosby Elsevier,
18. Kepustakaan
Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra, EP 2009,
Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan penyakit jantung
pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
8
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
TETRALOGI OF FALLOT
ICD-10 : Q21.3
1. Pengertian
(Definisi) Merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang terdiri dari DSV, stenosis
9
2. Etiologi pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta
Langkah diagnosis
Pikirkan kemungkinan TOF jika menemukan PJB sianotik atau pada yang relatif
ringan pada PJB dengan gagal tumbuh + gejala squatting + sianosis/sesak pada
peningkatan aktivitas fisik (pada bayi sianosis ketika menyusu atau menangis).
10
Perhatikan secara khusus hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan fisik jantung
2. EKG:
- Deviasi aksis ke kanan
- RVH
3. Foto thorak:
- Ukuran jantung normal
- “Boot shaped” heart
- Corakan vaskuler paru menurun
4. Ekokardiografi:
- VSD subaortic besar
- Overriding aorta
- Stenosis pulmonal/obstruksi RVOT (Right Ventricle Outflow Track)
- RVH
8. Diagnosis Tetralogi of Fallot (ICD-10 : Q21.3)
9. Diagnosis
Banding
10. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
11. Terapi 1. Medikamentosa
a. Propranolol 1-2 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis untuk mencegah serangan
sianotik (“hypoxic spells”)
b. Deteksi dan terapi anemia defisiensi besi
c. Profilaksis terhadap infective endocarditis untuk setiap tindakan invasif
(Amoksisilin 50 mg/kgBB selama 5 hari)
d. Pada serangan sianotik (hypoxic spells):
- Pasien diletakkan dalam posisi “knee-chest”: untuk meningkatkan
resistensi sistemik
- Oksigen 2-4 L/menit
- Morfin sulfate 0,1-0,2 mg/kg/subkutan
- Atasi asidosis dengan pemberian Sodium bikarbonat 1 mEq/kg IV
- Bila dengan terapi di atas belum ada perbaikan dapat diberikan
Propranolol 0,01-0,25 mg/kg/dosis (rata-rata 0,05 mg/kg) IV pelan-pelan
- Untuk mencegah berulangnya serangan sianotik diberikan Propranolol oral
1-2 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
11
15. Tingkat A
Rekomendasi
16. Penelaah Kritis Subdivisi Kardiologi Departemen IKA RSMH Palembang.
17. Indikator Medis Hypoxic spell teratasi
18. Target Tindakan operatif koreksi total TOF sudah dilakukan pada usia 1-5 tahun.
19. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition. Mosby
Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan penyakit
jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
12
KAWASAKI DISEASE
ICD-10 : M30.3
1. Pengertian Kawasaki disease adalah vaskulitis akut, self-limited, tidak diketahui penyebabnya,
(Definisi) terutama mengenai bayi dan anak-anak.
2. Anamnesis Demam terus-menerus selama 5 hari
3. Pemeriksaan Fase akut
Fisik a. Gejala utama:
1. Demam tinggi (lebih dari 39oC)
2. Konjungtivitis
3. Perubahan pada bibir dan mukosa mulut antara lain:
- Eritema, bibir kering dan perdarahan pada bibir
- Strawberry tongue
- Eritema yang menyebar pada mukosa orofaringeal
4. Eritema pada telapak tangan dan kaki, edema, dan kadang-kadang terdapat
nyeri
5. Pembesaran kelenjar limfe pada regio servikal
b. Gejala-gejala kardiovaskuler:
1. Takikardia, irama gallop dan atau gejala-gejala gagal jantung
2. Kardiomegali
3. Efusi perikardial
4. Murmur pada regurgitasi katup mitral
5. Perubahan pada EKG meliputi: aritmia,PR interval yang memanjang,
perubahan gelombang segmen ST-T
6. Kelainan pada arteri koronaria (terlihat pada akhir minggu pertama).
c. Gangguan pada sistem organ yang lain, yaitu:
1. Sistem muskuloskeletal: artritis atau artralgia pada beberapa sendi baik sendi
yang kecil maupun sendi yang besar
2. Sistem genitourinaria: piuria yang steril
3. Sistem gastrointestinal: nyeri perut dengan diare, gangguan fungsi hati,
gangguan pada kandung empedu ditandai dengan ikterik
4. Sistem saraf pusat: iritabilitas, letargi atau semikoma meningitis aseptik, dan
tuli sensoris
Fase Subakut
1. Deskuamasi (pengelupasan) pada ujung jari-jari tangan dan
kaki merupakan karakteristik utama
2. Rash, demam dan limfadenopati
Fase Konvalesens
Terdapat garis melintang (Beau’s line) pada jari-jari tangan dan kaki.
4. Kriteria
Karakteristik untuk menegakkan diagnosis:
Diagnosis
1. Demam terus-menerus selama 5 hari
2. Terdapat minimal 4 dari 5 karakteristik berikut:
a. Perubahan pada ekstremitas
- Akut: eritema dan edema
- Subakut: pengelupasan pada jari tangan dan jari kaki pada minggu kedua
dan ketiga
b. Eksantema pilomorpus
c. Infeksi konjungtiva bulbar bilateral tanpa eksudat
d. Perubahan pada bibir dan rongga mulut: eritema, bibir kering, strawberry
tongue, infeksi mukosa mulut dan faringeal yang menyebar
3. Limfadenopati servikal (diameter >1,5 cm) biasanya unilateral.
4. Menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai gejala klinis yang sama.
13
Diagnosis Kawasaki disease dapat ditegakkan bila terdapat demam >5 hari
dan sedikitnya terdapat 4 dari 5 karakteristik di atas
Pasien dengan demam >5 hari dan memenuhi kurang dari 4 kriteria di atas
dapat didiagnosis Kawasaki disease bila ditemukan abnormalitas arteri
koronaria melalui ekokardiografi
Pasien yang memenuhi ≥4 kriteria di atas ditambah dengan demam, dapat
didiagnosis Kawasaki disease pada hari sakit ke-4, tanpa menunggu hari
sakit ke-5.
8. Terapi 1. IVIG dosis tinggi (2 g/kgBB), dosis tunggal (dalam 10-12 jam)
dengan aspirin (80-100 mg/kgBB/hari) diberikan dalam 10 hari.
IVIG efektif menurunkan prevalensi terjadinya abnormalitas arteri koronaria,
14
2. Dosis Aspirin diturunkan menjadi 3-5 mg/kg/hari dosis tunggal
setelah anak bebas demam 2-3 hari
9. Edukasi Perlunya pemantauan jangka panjang penderita Kawasaki disease dengan
pemeriksaan ekokardiografi untuk mengevaluasi terjadinya abnormalitas arteri
koronaria.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat I / II
evidens
12. Tingkat A
Rekomendasi
13. Penelaah Subdivisi Kardiologi Departemen IKA RSMH Palembang
Kritis
14. Indikator Perbaikan klinis dan keadaan umum membaik
Medis
15. Target 1. Menurunkan inflamasi antara arteri koronaria dengan miokardium.
2. Mencegah terjadinya trombosis yang disebabkan oleh inhibisi
agregitasi platelet.
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition. Mosby
Elsevier, Texas.
2. Newburger, JW, Takahashi, M, Gerber, MA, Gewitz, MH & Tani, LY 2004,
Diagnosis, treatment, and long-term management of kawasaki disease: a
statement for health professionals from the committee on rheumatic fever,
endocarditis, and kawasaki disease, council on cardiovascular disease in the
young, american heart association. Pediatrics, vol 114, pp. 1708-1733.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
Mengetahui/Menyetujui
KetuaDepartemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Kardiologi Anak
dr. Yusmala Helmy, Sp.A (K) dr. Hj. Ria Nova, SpA(K)
NIP 195411281983032002 NIP 19631128 198911 2 001
15