Anda di halaman 1dari 28

Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Umum
Permasalahan Sumber Daya Air (SDA) seperti bencana alam, alih fungsi
lahan dan konflik kepentingan antar daerah merupakan permasalahan
yang ditimbulkan dari perubahan iklim (climate change). Selain itu kita juga
menghadapi tantangan global yang mengakibatkan kita masuk pada krisis
diantaranya adalah energy crisis, food crisis dan water crisis, yang
kesemuanya membutuhkan solusi bagi keberlangsungan kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan SDA merupakan tangung jawab kita bersama dan tidak
secara parsial oleh instansi pemerintah saja, karena saat ini banyak
permasalahan yang sedang dihadapi, seperti kekurangan air karena
musim kemarau yang berkepanjangan, terjadinya konflik
kepentingan SDA antar kabupaten/kota dan provinsi, masalah bencana
banjir dan tanah longsor dan bencana alam gelombang pasang seperti
terjadi beberapa daerah di Indonesia. Permasalahan tersebut harus
segera dicarikan solusi dan antisipasi yang terbaik, jangan sampai terjadi
krisis air dan lingkungan.

1.2. Tema makalah


Dalam makalah ini, kami penulis akan memaparkan tema yang berkaitan
dengan:
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara
Oleh Sedimentasi

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 1


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

BAB II
DESKRIPSI TEMA

2.1. Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan
meliputiwilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat
penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan
arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan
tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan,arus laut dan badai.
Sedangkan Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah
tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu
terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya
beberapa jam saja. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk
jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan.
Faktor-faktor pembentuk iklim antara lain:
 Radiasi matahari
 Temperatur udara
 Tekanan udara
 Kelembapan udara
 Awan
 Curah hujan
 Angin

2.2. Perubahan iklim (climate change)


Dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air adalah :
1. Kenaikan Suhu Udara
Suhu udara meningkat 0,7o C dalam kurun waktu 100 tahun (1906 –
2006)  data dari International Panel Climate Change (2007)

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 2


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

2. Kenaikan Muka Air Laut


Berdasarkan data peningkatan suhu permukaan laut dan pencairan es
di daerah kutub, International Panel Climate Change (1990)
memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun dihitung mulai
tahun 2000 muka air laut akan meningkat setinggi 15-90cm dengan
kepastian peningkatan setinggi 48 cm .

Gambar 2.1.Proyeksi kenaikan muka air laut terendah, menengah dan


tertinggi pada kurun waktu 100 tahun (Sumber; IPCC, 1990)

3. Perubahan Pola Curah Hujan di suatu wilayah

Gambar 2.2. Indian Ocean Dipole Mode Positive yang menyebabkan curah
hujan di wilayah barat Indonesia berkurang

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 3


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar 2.3. Indian Ocean Dipole Mode Negative yang menyebabkan


curah hujan di wilayah barat Indonesia bertambah

2.3. Muara Sungai dan Estuari


Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan
bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah
sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik
(misalnya pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian
daratan oleh sebab-sebab tektonis. Estuaria juga dapat terbentuk pada
muara-muara sungai yang sebagian terlindungi oleh beting pasir atau
lumpur.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
1. Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,
pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya,
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun
sifat air laut.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 4


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan


komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan
lingkungan sekelilingnya;
4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut
air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi
daerah estuaria tersebut.

2.4. Penutupan Muara Sungai


Terbuka atau tertutupnya muara sungai tergantung pada hubungan antara
kekuatan pembuka / penutupnya, dimana :
1. Yang termasuk komponen kekuatan pembuka adalah debit sungai (river
discharges), kecepatan arus sungai, bentuk muara sungai, perbedaan
tinggi air bagian sungai, dan fluktuasi pasang surut dari muara sungai.
2. Yang termasuk komponen kekuatan penutup adalah pemindahan
sedimen sungai dan pemindahan sedimen pantai
Jika terdapat sebuah laguna, akan lebih baik bila menghubungkannya
dengan aliran sungai utama menggunakan saluran penghubung. Aliran
yang masuk dan keluar melalui laguna oleh pengaruh pasang surut akan
meningkatkan debit yang melewati muara sungai utama dan mengurangi
sedimentasi yang terjadi di muara sungai.

2.5. Potensi Penutupan Muara Sungai


Pada bagian ini kami gambarkan beberapa studi kasus mengenai seberapa
besar potensi sedimentasi pada muara sungai :
2.5.1. Tertutupnya Muara Sungai Lhoong, Pantai Barat Aceh.
Nelayan sejak dahulu selalu menggunakan muara sungai alur masuk ke
tempat menambatkan kapal ketika tidak melaut. Sebelum tsunami,
muara sungai tidak pernah betul-betul stabil, kedalamannya bervariasi
mengikuti perubahan musim dan juga perubahan pada debit dan jumlah
angkutan sedimen sungai.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 5


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar 2.4:Muara Sungai


Lhoong, Pantai Barat Aceh
yang tertutup pasca tsunami

Setelah tsunami dilaporkan


bahwa beberapa muara
sungai cenderung tertutup
secara permanen, padahal
sebelum tsunami sering terbuka khususnya pada musim hujan.
Meningkatnya pendangkalan muara sungai Pantai Aceh pasca tsunami
dapat disebabkan oleh menurunnya kekuatan pembuka atau
peningkatan kekuatan penutup :
1. Penurunan kecepatan arus akibat melebarnya daerah arus keluar
2. Penurunan kecepatan arus akibat peningkatan kedalaman air
setelah penurunan dasar sungai
3. Peningkatan pemindahan sedimen sungai akibat pengembalian
sedimen ke daratan selama tsunami
4. Peningkatan pemindahan sedimen pantai kedepa muara setelah
tsunami.

Gambar 2.5. Dinamika penutupan muara sungai Lhoong, pantai barat


Aceh (dari sebelum, sesaat setelah dan 2 tahun pasca tsunami)

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 6


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Potensi perubahan di dalam kekuatan pembuka dan penutup


berlangsung dalam waktu sementara; bentuk dan dimensi dari muara
sungai dan juga pola dari pembukaan dan penutupan muara sungai
akan kembali kepada situasi sebelum tsunami dalam jangka waktu 2-5
tahun.
Langkah skala kecil sementara yang disarankan untuk mempercepat
proses pemulihan ini adalah :
1. Mempersempit mulut sungai akan meningkatkan kecepatan aliran
sehingga mengurangi tingkat sedimentasi dan pengedapan di dasar
sungai.
2. Menutup aliran-aliran yang bercabang dari sungai utama ke laut
akan menghasilkan debit yang lebih besar melalui sungai utama
sehingga lebih sedikit sedimentasi yang terjadi dan dasar sungai
semakin dalam.

2.5.2. Sedimentasi di Laguna Segara Anakan (Muara Sungai Citanduy)


Gambar 2.6. Penutupan
muara Sungai Citanduy
oleh Sedimen dan sudah
dtumbuhi vegetasi

Membicarakan sedimentasi
Sungai Citanduy dan
sungai lain berarti
pergulatan menyelamatkan
perairan dan Laguna Segara Anakan di Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah.Laguna itu memang mengalami pendangkalan dan kehilangan
ekosistem uniknya yang merupakan habitat dan tempat pemijahan ikan,
udang, dan biota laut lainnya di selatan Pulau Jawa.
Pergulatan panjang itu dimulai De Haan, pejabat Pemerintah Kolonial
Belanda (1931) yang menaruh perhatian terhadap hutan mangrove. Ia

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 7


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

khawatir, tingginya tingkat sedimentasi yang masuk dan mengendap di


Perairan Segara Anakan akan menyebabkan pendangkalan di Laguna
Segara Anakan.
Kekhawatiran De Haan menjadi kenyataan. Kini perairan yang terletak di
selatan Cilacap dan berbatasan dengan Pulau Nusakambangan di
sebelah timur dan wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, itu nyaris
tinggal hikayat.
Luas kawasan Segara Anakan dari tahun ke tahun kian menyusut akibat
pendangkalan atau sedimentasi lumpur yang dibawa Sungai Palindukan,
Cikonde, Cianduy, serta sungai lainnya yang bermuara di laguna
tersebut.
Menurut data yang dimiliki Pusat Studi Kebijakan Lingkungan (PUSAKA),
pada tahun 1903 luas kawasan segara anakan tercatat 6.450 hektare
(ha), tahun 1992 menjadi 1.800 ha, dan tahun 2001 menyusut menjadi
1.200 ha, dan Maret 2006 hanya tersisa tidak lebih dari 834 ha.
Endapan lumpur yang dibawa beberapa sungai yang bermuara di
Segara Anakan tiap tahun kurang lebih 5 juta meter kubik. Sehingga
meskipun telah dilakukan pengerukan secara periodik, kontribusi lumpur
dari sejumlah sungai itu mengakibatkan luas laguna kian menyempit.
Jika dillihat secara langsung kondisi segara anakan terutama yang
sangat memprihatinkan di alur Plawangan Barat Nusakambangan yang
kini menyempit hingga berjarak sekitar 60 m antara pulau Jawa dan
Nusakambangan.
Sedimentasi di Segara Anakan tidak hanya menjadi faktor utama
penyebab banjir, namun sudah mengancam keberadaan aset nasional
kilang PT. Pertamina (Pearsero) UP IV Cilacap serta sejumlah industri
lainnya.
Apalagi, proses sedimentasi bukan hanya dari lumpur Citanduy, tetapi
juga sejumlah sungai lainnya, antara lain Sungai Cimeneng dan Sungai
Cibeureum.
Sedimentasi Segara Anakan tidak hanya menyebabkan banjir, namun

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 8


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

juga mengganggu alur pelayaran kapal tanker pemasok minyak mentah


(crude oil) ke pelabuhan khusus Pertamina Lomanis Cilacap.
Setiap dua tahun sekali PT. Pertamina (Persero) harus melakukan
pengerukan lumpur pada alur tanker hingga ke pelabuhan dalam
Bengawan Donan sejauh 3 km. Frekuensi pengerukan diperkirakan akan
terus meningkat, mengingat proses sedimentasi semakin cepat.
Setiap tahun, penambahan ketebalan lumpur di alur kapal tanker di area
70 Pertamina UP IV mencapai 75 cm. Artinya, setiap dua tahun endapan
lumpur bertumpuk setinggi 1,5 meter. Padahal, tanpa ada pengerukan
dapat dipastikan pasokan minyak mentah dari negara Timur Tengah
terganggu. Tentu saja Pertamina tidak ingin menuai protes dari
International Marine Organization ( IMO ) dan negara pengekspor
minyak, sehingga secara berkala harus melakukan pemeliharaan alur
dengan pengerukan.
Menurut data dari PT. Pertamina (Persero) Cilacap, pengerukan lumpur
terakhir dilaksanakan 2003 dengan volume lumpur yang diangkat
mencapai 375.000 m3 dan sekali pengerukan dibutuhkan biaya Rp 4,8
miliar.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 9


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

BAB III
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP POTENSI
PENUTUPAN MUARA SUNGAI OLEH SEDIMEN

3.1. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kenaikan Muka Air Laut


Perubahan tinggi muka air laut merupakan suatu fenomena alam yang
terjadi secara periodik mulai hitungan jam sampai tahunan. Perubahan juga
dapat terjadi akibat kejadian sesaat seperti terjadinya tsunami akibat gempa
tengah laut. Efek rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar alami secara
berlebihan telah dinyatakan sebagai penyebab naiknya iklim dunia atau
Global Warming yang saat ini telah menjadi masalah nasional, regional
maupun dunia.
Hasil studi menunjukkan bahwa permukaan air laut cenderung meningkat
dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya temperatur udara secara
global. Studi yang dilakukan oleh National Academy of Science
memperkirakan bahwa pada tahun 2100 kenaikan muka air laut berkisar
antara 0,3-2M.
Pengamatan pada beberapa lokasi stasiun penelitian di beberapa kawasan
pantai di Indonesia menunjukan adanya peningkatan yang bervariasi antara
satu tempat dengan tempat lainnya, yaitu kenaikan muka air laut per tahun :
1. di Belawan adalah 7,83mm;
2. di Jakarta adalah 4,38mm;
3. diSemarang adalah 9,27mm;
4. di Surabaya adalah 5,47mm (Tim Peneliti ITB, 1990) dan ;
5. di Panjang-Lampung adalah 4,15mm (Tim Peneliti P3O-LIPI, 1991).
Berdasarkan data pada tahun 1976-1992 di pantai Cilacap menunjukan
kenaikan rata-rata muka air laut per tahun adalah 1,3mm. Maka rata-rata
kenaikan muka air laut per tahun pada pantai di 6 kota di pulau Jawa
adalah lebih tinggi dari kondisi pantai secara global. Secara sepintas

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 10


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

menggambarkan bahwa kawasan pantai di Jawa cenderung berkurang


lebih cepat dibandingkan kawasan pantai dunia.
Penelitian yang berkaitan dengan penyebab kenaikan muka air laut telah
banyak dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Pemahaman bahwa efek
rumah kaca berkaitan erat dengan meningkatnya muka air laut masih
dalam perdebatan, tetapi telah menjadi issue dunia bahwa perubahan iklim
dunia (global warming) adalah penyebab kerusakan kawasan pantai.
Tingkat kerusakan pantai tidak merata antara satu tempat dengan tempat
lainnya antara lain bergantung pada kelandaian dan jenis tanahnya.

3.2. Proses Penutupan Muara Sungai


Proses penutupan muara sungai yang masih merupakan bagian dari
daerah pantai sangat dipengaruhi oleh :
1. Pemindahan sedimen (transport sediment) pada daerah pantai
2. Pemindahan sedimen (transport sediment) pada daerah sungai.

3.2.1. Pemindahan Sedimen (transport sediment) pantai


Transport Sediment pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai
yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya.
Di kawasan pantai terdapat dua arah transport sedimen, yaitu :
1. pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-shore transport)
atau boleh juga disebut dengan pergerakan sedimen menuju dan
meninggalkan pantai (onshore-offshore transport).
2. pergerakan sedimen sepanjang pantai atau sejajar pantai yang
biasa diistilahkan dengan longshore transport

3.2.1.1. Pergerakan Sedimen Tegak Lurus Pantai (Onshore-offshore


transport)
Apabila garis puncak gelombang datang sejajar dengan garis pantai,
maka akan terjadi 2 kemungkinan arus dominan di pantai, yaitu :

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 11


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

1. Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat banyak


penghalang bukit pasir (sand bars) dan celah-celah (gaps) maka
arus yang terjadi adalah berupa sirkulasi sel dengan rip current
yang menuju laut.

Gambar 3.1. ilustrasi terjadinya rip current

2. Kemungkinan kedua, bila di daerah surf zone tidak terdapat


penghalang yang mengganggu maka arus dominan yang terjadi
adalah aliran balik (back flows).
Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 12


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar. 3.2. Ilustrasi arus balik (back flow)


Pada gambar di atas terlihat bahwa arus dan partikel air di dasar
bergerak searah penjalaran gelombang menuju pantai. Di daerah
mulai pecahnya gelombang (point of wave breaking) yang biasa
disebut dengan surf zone, terlihat adanya pertemuan pergerakan
sedimen yang menuju pantai dan yang bergerak kembali ke tengah
laut. Selain itu, pergerakan sedimen di luar daerah surf zone akan
mulai melemah. Akibatnya, di titik ini akan terbentuk bukit penghalang
(bar) yang memanjang sejajar pantai

3.2.1.2. Pergerakan Sedimen Sejajar Pantai (Longshore transport)


Arus menyusur pantai sudah lama dipahami sebagai akibat adanya
gelombang (wave) yang mendatangi pantai dengan sudut tertentu
(tidak tegak lurus). Teori modern mengenai arus menyusur pantai
banyak berkembang pada akhir tahun 1960-an hingga awal tahun
1970-an setelah konsep Radiation Stress diperkenalkan secara luas.
Gelombang yang datang ke arah pantai dengan membentuk sudut
tertentu memiliki fluks momentum menyusur pantai (flux of longshore
momentum) yang gradiennya menyebabkan faktor pendorong
munculnya arus menyusur pantai.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 13


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar. 3.3. Ilustrasi terjadinya arus menyusur pantai


Arus menyusur pantai (longshore current) merupakan pergerakan
massa air yang bergerak sejajar dengan garis pantai. Pergerakan ini
diakibatkan oleh adanya gelombang yang menghantam pantai dari
arah yang tidak tegak lurus dengan garis pantai. Arus menyusur
pantai merupakan salah satu proses penting dalam dinamika perairan
pesisir.
Kegagalan enginer dalam memahami arus menyusur pantai dapat
menimbulkan kerugian besar akibat munculnya abrasi atau
sedimentasi di sekitar bangunan konstruksi. Arus menyusur pantai
dapat bekerja secara alamiah membentuk kekhasan profil fisik pantai.
Secara umum pergerakan sedimen menyusur pantai dapat terjadi di
dua tempat yaitu:
1. Di daerah run up :
Gelombang yang bergerak ke arah pantai dengan membentuk
sudut tertentu menyebabkan lidah air tetap bergerak ke arah
darat dalam sudut yang sama dengan sudut datangnya
gelombang sambil menggerus sedimen. Sebaliknya, lidah air
yang telah kehabisan momentum bergerak kembali ke arah laut
dengan arah tegak lurus dengan garis pantai juga menggerus
sedimen. Akibatnya, sedimen yang tergerus tersebut akan

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 14


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

bergerak dengan pola zigzag sambil bergeser searah dengan


pergerakan arus menyusur pantai.

Gambar 3.4. proses terjadinya transport sediment menyusur


pantai di daerah run up
2. Di daerah pecah gelombang (surf zone).
Gelombang yang bergerak ke arah pantai menyebabkan
terjadinya turbulent-eddy yang menyebabkan pasir tergerus.
Sebelum pasir tersebut mengendap, gelombang yang menuju ke
arah pantai kemudian berbalik menuju laut dan menarik sedimen
pasir tersebut. Akibatnya terjadi gerak sedimen yang berbentuk
spiral searah dengan arus menyusur pantai.

Gambar 3.5. proses terjadinya transport sediment menyusur


pantai di daerah pecah gelombang (surf zone)

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 15


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

3.2.1.3. Kombinasi antara Onshore-Offshore transport dengan


Longshore Transport
Karena pengaruh hidrodinamik laut yang sangat kompleks, maka
yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari kondisi-kondisi di atas.
Dan juga diperairan tertentu sering juga dijumpai gosong yang
membentuk ”tidal channel” yaitu sebuah celah sempit yang terletak
diantara dua gosong. Keberadaan tidal channel di suatu daerah juga
sangat dipengaruhi oleh dinamika arus menyusur pantai. Tidal
channel menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan terutama
karena munculnya fenomena ”rip current” yaitu arus balik yang
deras menuju ke arah laut.
Kombinasi tersebut di atas ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.6. Kombinasi antara kondisi arus longshore current dengan


rip current

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 16


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar 3.7. Kombinasi antara kondisi arus longshore current dengan


back flows

3.2.1.4. Pembentukan Sandspit (Lidah Pasir) di Muara Akibat Transport


Sediment Menyusur Pantai.
Sandspit (lidah pasir) adalah penumpukan pasir / sedimen yang
terjadi di muara sungai atau teluk dimana penumpukan tersebut
masih terhubung dengan daratan utama sehingga menyebabkan
celah keluar masuknya air menjadi menyempit. Sandspit umumnya
terbentuk akibat adanya arus menyusur pantai yang membawa
sedimen dari wilayah lain. Arus menyusur pantai ini kemudian
melemah ketika berada di muka teluk / estuaria sehingga sedimen
yang berada dalam kolom air akhirnya mengendap.
Terlepas dari dampak positif dari pembentukan sandspit, tapi
kejadian tersebut juga dapat mengurangi daya dukung pesisir
terhadap aktivitas manusia. Sandspit jika terbentuk di muara sungai
dapat menghalangi keluarnya air sungai pada musim hujan sehingga
menyebabkan banjir. Sandspit juga dapat mengurangi sirkulasi air
dalam teluk sehingga menyebabkan kondisi ekologis dalam teluk
menjadi menurun. Secara fisik, teluk yang biasanya digunakan
sebagai pelabuhan alami karena perairannya yang relatif tenang

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 17


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

akan menjadi lebih dangkal sehingga menyulitkan kapal untuk


berlabuh.

Gambar 3.8. Sandspit yang terbentuk di mulut estuary/ muara dalam


jangka panjang dapat menyebabkan tertutupnya ekses muara ke laut

3.2.1.5. Pengaruh Pergantian Musim (Perubahan Iklim) Terhadap


Transport Sediment Pantai dan Terbentuknya Sand Bar di
Daerah Surf Zone
Pergantian musim juga mempengaruhi proses pantai. Turbulensi dari
gelombang pecah mengubah sedimen dasar (bed load) menjadi
suspensi (suspended load). Kesenjangan/ketidaksamaan hantaman
gelombang (antara dua musim) mengakibatkan penggerusan yang
kemudian membentuk pantai-pantai curam yang menyisakan
sedimen-sedimen bergradasi lebih kasar.
Sebagai contoh di negara kita yang dipengaruhi angin muson,
biasanya pada saat bertiup angin timur, gelombang laut akan bersifat
konstruktif yaitu membawa sedimen menuju pantai. Demikian juga
yang terjadi pada kawasan pantai saat angin tenang atau musim
panas (summertime). Gambaran kondisi pantai cenderung seperti
pada gambar di bawah ini.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 18


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Gambar 3.9 Potongan melintang profil pantai saat angin tenang dan
terbentuknya gundukan pasir (sand) di bibir pantai

Sebaliknya bila bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm),
ataupun saat musim dingin (wintertime), maka gelombang laut akan
bersifat merusak pantai (destruktif) karena massa air akan
mengangkut sebagian besar sedimen menuju tengah laut. Sedimen
itu kemudian teronggok di daerah surf zone membentuk bukit pasir
(sand-bar). Gambaran kondisi pantai seperti ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 3.10 Potongan melintang profil pantai saat angin badai dan
terbentuknya bukit pasir (sandbar) di daerah surf zone

Ombak badai yang curam akan mengikis muka pantai dan


mengangkut sedimen menjadi bukit penghalang di surf zone di
kawasan lepas pantai (offshore). Gelombang normal akan membawa

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 19


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

kembali sedimen di bukit penghalang membentuk kembali muka


pantai seperti sedia kala. Keadaan ini dinamakan sebagai
“keseimbangan dinamis” (dynamic equilibrium).

Gambar 3.11. Profil pantai yang curam tergerus gelombang badai

3.2.2. Pemindahan Sedimen (Transport Sediment) Sungai

Gambar 3.12. Gambaran Sistem Sungai dari Hulu sampai Hilir


(Muara/Estuari)

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 20


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Awal dari transport sediment pada sungai adalah proses erosi atau
pengikisan permukaan tanah pada daerah aliran sungai atai local scour
(penggerusan local) pada dasar sungai, kejadian terjadi secara alamiah
yaitu selama hujan berlangsung sepanjang masa.
Hingga saat ini proses erosi serta pengukuran jumlah sedimen yang
terangkut masih berdasarkan pendekatan-pendekatan. Hasil kajian
diperoleh mengenai faktor factor yang dapat mempengaruhi intensitas
sedimen pada daerah aliran sungai (DAS) adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Topografi
Kemiringan medan dari DAS dapat menentukan besar kecil produksi
sedimen , semakin terjal medan itu semakin banyak produksi
sedimen.
2. Kondisi Geologi
Struktur geologi, jenis batuan, tingkat pelapukan dan daya tahan
terhadap IKLIM / PERUBAHAN IKLIM serta karakteristik geologi
lainnya sangat mempengaruhi intensitas sedimentasi suatu daerah
aliran sungai (DAS).
3. Curah Hujan
Karakteristik curah hujan di DAS seperti intensitas hujan, lamanya
hujan, dan frekuensi hujan sangat mempengaruhi proses erosi
terutama di daerah pegunungan dan perbukitan , dimana akan terjadi
arus aliran yang kuat yang mempengaruhi produksi sedimen.
4. Karakteristik Hidraulik Sungai
Intensitas penggerusan dasar sungai (local scour) dan tebing sungai
serta kapasitas transportasi sedimen sangat dipengaruhi oleh
karakteristik hidraulik sungai, seperti arah pengaliran, kecepatan
pengaliran , debit jenis aliran, kekasaran dasar sungai dan tebing-
tebing sungai.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 21


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

5. Vegetasi
Vegetasi yang rapat dan rimbun di suatu DAS akan menghambat
produksi sedimen apabila dibandingkan dengan DAS yang
vegetasinya jarang dan pendek.
6. Karakteristik Meteorologi
Karakteristik meteorology seperti cuaca (wheater) dan iklim (climate)
yang menyangkut kondisi-kondisi, temperature, angin, kelembaban
udara, penguapan, malam hari, siang hari, musim panas , musim
dingin dan sebaginya sangat mempengaruhi proses erosi oleh sifat-
sifat fisik batuan yang mudah pecah karena temperature tinggi, atau
karena air menjadi lumpur dan sangat mudah tererosi.

3.3. Hubungan antara proses perubahan iklim dengan proses penutupan


muara sungai
Jadi apabila diringkas mengenai hasil analisa pengaruh perubahan iklim
terhadap potensi penutupan muara oleh sedimen adalah sebagai berikut :
1. Bahwa perubahan iklim berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan, dan tulisan ini difokuskan pada hubungannya dengan
dinamika muara dan pantai.
2. Bahwa perubahan iklim dibahas lebiha detail dalam tulisan ini
kaitannya dengan pergerakan sedimen pada daerah pantai dan
daerah aliran sungai serta sebagai titik tinjau akhirnya adalah
muara sungai.
3. Bahwa perubahan iklim mempengaruhi kenaikan muka air laut
dan secara langsung mempengaruhi dinamika gelombang laut
yang menyentuh pantai dan secara langsung mempengaruhi pola
pergerakan sedimen baik yang menyusur / sejajar pantai maupun
yang tegak lurus pantai. Dan apabila ini terjadi di depan muara,
maka akan memungkinkan terbentuknya sandspit (lidah pasir)

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 22


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

yang dapat memperbesar potensi penutupan muara oleh sedimen


dari arah pantai.
4. Bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan pola curah
hujan, yang secara langsung mempengaruhi aliran permukaan di
daerah aliran sungai (DAS) dan juga mempengaruhi pola
angkutan sedimen di sungai.
5. Angkutan sedimen di sungai yang meningkat akibat longsor di
hulu karena daya dukung lingkungan DAS, dan juga akibat local
scour (gerusan pada dasar sungai), menyebabkan akumulasi
sedimen pada daerah hilir yang utamanya pada daerah muara
yang cenderung landai daerahnya.
6. Apabila kekuatan pembuka dari arah sungai, yaitu debit dan
kecepatan aliran sungai lebih kecil dari kekuatan penutup muara
berupa sedimentasi tadi, maka muara sungai tersebut berpotensi
besar untuk tertutup oleh sedimen dari sungai yang mengendap di
muara.
7. Apabila kekuatan pembuka dari arah laut yaitu fluktuasi pasang
surut air laut kalah dominan terhadap proses penutupan muara
oleh sandspit dan sedimen sungai di depan muara, maka muara
sungai tersebut juga akan berpotensi besar tertutup.

Secara sederhana, kami mencoba menggambarkan hubungan tersebut


seperti dalam diagram di bawah ini :

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 23


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Perubahan Iklim
(Climate Change)

Peningkatan Suhu Peningkatan Suhu


Permukaan Bumi Permukaan Laut Dunia
dan Pencairan Es di daerah
kutub
Bencana Alam akibat Curah
Hujan Tinggi (Banjir, Tanah
Longsor) & akibat kekeringan Kenaikan Muka Air Laut
(Kebakaran Hutan dll)

Degradasi Fungsi dan Peningkatan Tinggi


Daya Dukung Daerah Gelombang Ke Arah Pantai
Aliran Sungai (DAS)

Local Scour (penggerusan Gelombang Gelombang Tidak


Lokal) pada Dasar Sungai Tegak Lurus Tegak Lurus Arah
Meningkat Arah Pantai Pantai

1. Rip current (arus Arus Menyusur Pantai


seret),dan atau (Longshore Current)
o
2. Back flows (aliran Jika (αb > 5 ) terhadap
balik) garis pantai

Transport Sediment Onshore dan offshore Longshore transport


Sungai dari Hulu ke transport Sediment Sediment
Hilir Meningkat (Terbentuknya Sand Bar (Terbentuknya
di depan pantai / muara) Sandspit di Muara)

Faktor Kekuatan Penutup Faktor Kekuatan Pembuka Muara


Muara Sungai Sungai (Q & V sungai, bentuk muara,
ΔH air bagian sungai, dan fluktuasi
pasang surut muara

Jika Secara Alamiah :


1. Kekuatan Penutup > Kekuatan Pembuka  Muara Sungai Tertutup
2. Kekuatan Penutup < Kekuatan Pembuka  Muara Sungai Terbuka
Gambar 3.13. Diagram Analisa Pengaruh Perubahan Iklim Terhdap
Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi
BAB IV

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 24


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

PENUTUP

4.1. Kesimpulan.
Dari analisa literatur yang kami lakukan untuk menyusun tugas final
mata kuliah teknik pantai lanjutan ini, sesuai tema yaitu “ Pengaruh
Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Oleh
Sedimen “, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
a. Permasalahan Penutupan Muara oleh sedimentasi baik dari
porses transport sedimen pantai maupun transport sedimen dari
sungai, merupakan suatu permasalahan yang klasik dalam
upaya-upaya pengelolaan wilayah sungai dan pantai, apalagi jika
dikaitkan dengan kejadian perubahan iklim (climate change).
b. Perubahan iklim menyebabkan kenaikan muka air laut dan
perubahan pola hujan di suatu wilayah pantai dan sungai.
c. Kenaikan muka air laut berpengaruh terhadap pergerakan
sedimen di pantai dan perubahan pola hujan berpengaruh
terhadap pergerakan sedimen di wilayah sungai, yang kedua
permasalahan tersebut akan bertemu di wilayah muara yang
merupakan titik pertemuan antara suatu sungai dan wilayah
pantai.
d. Permasalahan penutupan muara tergantung pada kekuatan
mana yang lebih dominan antara kekuatan penutup muara atau
kekuatan pembuka muara. Kekuatan penutup muara terdiri dari
faktor pergerakan sedimen pantai dan sungai, sedangkan
kekuatan pembuka muara terdari seberapa besar debit dan
kecepatan aliran sungai, serta seberapa besar fluktuasi air
pasang surut di wilayah muara
e. Jadi apabila untuk suatu keperluan sehingga muara sungai
tersebut perlu dijaga supaya tetap mampu terbuka dan
mengalahkan dominasi transport sedimen dari arah pantai dan
sungai, maka harus kita perhatikan :

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 25


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

1. bagaimana supaya bisa mendapatkan debit dan


kecepatan aliran yang secara hidrolik mampu mendorong
sedimen di muara
2. bagaimana mengkondisikan fluktuasi pasang surut air laut
sehingga juga dapat membantu membuka sedimentasi di
muara.
3. Apabila kedua kekuatan pembuka itu sudah dioptimalkan
dan belum mampu mengatasi permasalahan sedimentasi
di muara secara alamiah, maka perlu pendekatan
teknologi secara fisik dengan membangun bangunan
pengatur sedimen di muara atau menerapkan teknologi
seperti penerapan teknik fluidisasi pada muara sungai.

4.2. Saran.
Sebagai akhir tulisan ini, beberapa saran yang bisa kami sampaikan
adalah :
1. Perlunya diperbanyak literature di perpustakaan yang
berkaitan dengan pengaruh perubahan iklim terhadap bidang
sumber daya air, meskipun informasinya dapat diperoleh di
internet.
2. Untuk meningkatkan kualitas diri dalam bidang keairan
khususnya dalam pengelolaan sungai dan pantai, maka
dipandang sangat perlu adanya laboratorium sungai dan
pantai.
3. Untuk menjawab dinamika permasalahan di bidang sumber
daya air khususnya bidang teknik pantai dan sungai, maka
dipandang sangat perlu pembelajaran software yang
berkaitan dengan bidang tersebut, seperti SMS versi 10,
MIKE 21, CEDAS, dan lain sebagainya.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 26


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2007. Kajian Dasar Pantai Aceh & Nias, Laporan Utama Strategi
dan Pedoman, Sea Defence Consultant – BRR NAD Nias – Royal
Netherland Embassy .
www.seadefenceconsultants.com/Pdf/SDCR70026.pdf diambil
tanggal 25 Mei 2009.
Anonym, 2009. Pengertian Estuary. Article Directory Idonbiu
www.idonbiu.com/2009/04/pengertian-estuaria.html , diambil tanggal
16 Juni 2009
Anonym, 2009. Perubahan Iklim Picu Permasalahan SDA. Seminar
Internasional HATHI.
http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/arsip%20Berita/2009-05-
07/hathi%20manado%20buat%20intranet.pdf. diambil tanggal 25 Mei
2009.
Anshory, Irfan. 2008. Imbas Sedimentasi Segara Anakan. Pusat Studi
Kebijakan Lingkungan (PUSAKA).
http://irfananshory.blogspot.com/2007/04/sodetan-citanduy.html ,
diambil tanggal 16 Juni 2009.
Cahyadinata, Indra, dkk. 2004. Peranan Arus Menyusur Pantai Terhadap
Daya Dukung Wilayah Pesisir , Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. http://www.geocities.com/ilman_only/final-paper-
longshore-current.pdf ., ,diambil tanggal 25 Mei 2009
Faiqun, Muh. 2008. Pergerakan Sedimen Pantai. FAIQ's Archives & Edu-Blog
. http://faiqun.edublogs.org/2008/05/30/pergerakan-sedimen-pantai/ ,
diambil tanggal 10 Juni 2009.
Faiqun, Muh. 2008. Arus di Sekitar Pantai (Nearshore Circulation). FAIQ's
Archives & Edu-Blog . http://faiqun.edublogs.org/2008/04/19/arus-di-
sekitar-pantai-nearshore-circulation/ diambil tanggal 10 Juni 2009.
Oehadijono, 1993. Dasar-Dasar Teknik Sungai (Principles Of River
Engineering). Universitas Hasanuddin Makassar.
Kurdi, S. Zubaidah, 2003. Identifikasi Kerugian Wilayah Pantai Akibat
Kenaikan Muka Air Laut, Puslitbang Permukiman.
http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSIDING/05-SZK.doc, diambil
tanggal 15 Juni 2009

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 27


Tema : Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Sungai Oleh Sedimentasi

Rumagia, Faisal. 2008. Peranan Arus Menyusur Pantai Pada Kondisi Bio-
Fisik Pesisir. http://faizalrumagia.blog.com/3291513/ diambil tanggal
16 Juni 2009.
Subagyono, Kasdi.2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian.
Makalah Presentasi Seminar Sehari Keanekaragaman Hayati di
Tengah Peruabahan Iklim – Tantangan Masa Depan Indonesia,
http:// www…. /Dampak-Perubahan Iklim terhadap Pertanian.pdf/.
diambil 05 Nopember 2008.

Mohammad Aris, Marina Abriani Butudoka, Hendrik Pristianto | Halaman : 28

Anda mungkin juga menyukai