BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Permasalahan Sumber Daya Air (SDA) seperti bencana alam, alih fungsi
lahan dan konflik kepentingan antar daerah merupakan permasalahan
yang ditimbulkan dari perubahan iklim (climate change). Selain itu kita juga
menghadapi tantangan global yang mengakibatkan kita masuk pada krisis
diantaranya adalah energy crisis, food crisis dan water crisis, yang
kesemuanya membutuhkan solusi bagi keberlangsungan kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan SDA merupakan tangung jawab kita bersama dan tidak
secara parsial oleh instansi pemerintah saja, karena saat ini banyak
permasalahan yang sedang dihadapi, seperti kekurangan air karena
musim kemarau yang berkepanjangan, terjadinya konflik
kepentingan SDA antar kabupaten/kota dan provinsi, masalah bencana
banjir dan tanah longsor dan bencana alam gelombang pasang seperti
terjadi beberapa daerah di Indonesia. Permasalahan tersebut harus
segera dicarikan solusi dan antisipasi yang terbaik, jangan sampai terjadi
krisis air dan lingkungan.
BAB II
DESKRIPSI TEMA
2.1. Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan
meliputiwilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat
penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan
arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan
tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan,arus laut dan badai.
Sedangkan Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah
tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu
terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya
beberapa jam saja. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk
jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan.
Faktor-faktor pembentuk iklim antara lain:
Radiasi matahari
Temperatur udara
Tekanan udara
Kelembapan udara
Awan
Curah hujan
Angin
Gambar 2.2. Indian Ocean Dipole Mode Positive yang menyebabkan curah
hujan di wilayah barat Indonesia berkurang
Membicarakan sedimentasi
Sungai Citanduy dan
sungai lain berarti
pergulatan menyelamatkan
perairan dan Laguna Segara Anakan di Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah.Laguna itu memang mengalami pendangkalan dan kehilangan
ekosistem uniknya yang merupakan habitat dan tempat pemijahan ikan,
udang, dan biota laut lainnya di selatan Pulau Jawa.
Pergulatan panjang itu dimulai De Haan, pejabat Pemerintah Kolonial
Belanda (1931) yang menaruh perhatian terhadap hutan mangrove. Ia
BAB III
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP POTENSI
PENUTUPAN MUARA SUNGAI OLEH SEDIMEN
Gambar 3.9 Potongan melintang profil pantai saat angin tenang dan
terbentuknya gundukan pasir (sand) di bibir pantai
Sebaliknya bila bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm),
ataupun saat musim dingin (wintertime), maka gelombang laut akan
bersifat merusak pantai (destruktif) karena massa air akan
mengangkut sebagian besar sedimen menuju tengah laut. Sedimen
itu kemudian teronggok di daerah surf zone membentuk bukit pasir
(sand-bar). Gambaran kondisi pantai seperti ini dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3.10 Potongan melintang profil pantai saat angin badai dan
terbentuknya bukit pasir (sandbar) di daerah surf zone
Awal dari transport sediment pada sungai adalah proses erosi atau
pengikisan permukaan tanah pada daerah aliran sungai atai local scour
(penggerusan local) pada dasar sungai, kejadian terjadi secara alamiah
yaitu selama hujan berlangsung sepanjang masa.
Hingga saat ini proses erosi serta pengukuran jumlah sedimen yang
terangkut masih berdasarkan pendekatan-pendekatan. Hasil kajian
diperoleh mengenai faktor factor yang dapat mempengaruhi intensitas
sedimen pada daerah aliran sungai (DAS) adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Topografi
Kemiringan medan dari DAS dapat menentukan besar kecil produksi
sedimen , semakin terjal medan itu semakin banyak produksi
sedimen.
2. Kondisi Geologi
Struktur geologi, jenis batuan, tingkat pelapukan dan daya tahan
terhadap IKLIM / PERUBAHAN IKLIM serta karakteristik geologi
lainnya sangat mempengaruhi intensitas sedimentasi suatu daerah
aliran sungai (DAS).
3. Curah Hujan
Karakteristik curah hujan di DAS seperti intensitas hujan, lamanya
hujan, dan frekuensi hujan sangat mempengaruhi proses erosi
terutama di daerah pegunungan dan perbukitan , dimana akan terjadi
arus aliran yang kuat yang mempengaruhi produksi sedimen.
4. Karakteristik Hidraulik Sungai
Intensitas penggerusan dasar sungai (local scour) dan tebing sungai
serta kapasitas transportasi sedimen sangat dipengaruhi oleh
karakteristik hidraulik sungai, seperti arah pengaliran, kecepatan
pengaliran , debit jenis aliran, kekasaran dasar sungai dan tebing-
tebing sungai.
5. Vegetasi
Vegetasi yang rapat dan rimbun di suatu DAS akan menghambat
produksi sedimen apabila dibandingkan dengan DAS yang
vegetasinya jarang dan pendek.
6. Karakteristik Meteorologi
Karakteristik meteorology seperti cuaca (wheater) dan iklim (climate)
yang menyangkut kondisi-kondisi, temperature, angin, kelembaban
udara, penguapan, malam hari, siang hari, musim panas , musim
dingin dan sebaginya sangat mempengaruhi proses erosi oleh sifat-
sifat fisik batuan yang mudah pecah karena temperature tinggi, atau
karena air menjadi lumpur dan sangat mudah tererosi.
Perubahan Iklim
(Climate Change)
PENUTUP
4.1. Kesimpulan.
Dari analisa literatur yang kami lakukan untuk menyusun tugas final
mata kuliah teknik pantai lanjutan ini, sesuai tema yaitu “ Pengaruh
Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Oleh
Sedimen “, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
a. Permasalahan Penutupan Muara oleh sedimentasi baik dari
porses transport sedimen pantai maupun transport sedimen dari
sungai, merupakan suatu permasalahan yang klasik dalam
upaya-upaya pengelolaan wilayah sungai dan pantai, apalagi jika
dikaitkan dengan kejadian perubahan iklim (climate change).
b. Perubahan iklim menyebabkan kenaikan muka air laut dan
perubahan pola hujan di suatu wilayah pantai dan sungai.
c. Kenaikan muka air laut berpengaruh terhadap pergerakan
sedimen di pantai dan perubahan pola hujan berpengaruh
terhadap pergerakan sedimen di wilayah sungai, yang kedua
permasalahan tersebut akan bertemu di wilayah muara yang
merupakan titik pertemuan antara suatu sungai dan wilayah
pantai.
d. Permasalahan penutupan muara tergantung pada kekuatan
mana yang lebih dominan antara kekuatan penutup muara atau
kekuatan pembuka muara. Kekuatan penutup muara terdiri dari
faktor pergerakan sedimen pantai dan sungai, sedangkan
kekuatan pembuka muara terdari seberapa besar debit dan
kecepatan aliran sungai, serta seberapa besar fluktuasi air
pasang surut di wilayah muara
e. Jadi apabila untuk suatu keperluan sehingga muara sungai
tersebut perlu dijaga supaya tetap mampu terbuka dan
mengalahkan dominasi transport sedimen dari arah pantai dan
sungai, maka harus kita perhatikan :
4.2. Saran.
Sebagai akhir tulisan ini, beberapa saran yang bisa kami sampaikan
adalah :
1. Perlunya diperbanyak literature di perpustakaan yang
berkaitan dengan pengaruh perubahan iklim terhadap bidang
sumber daya air, meskipun informasinya dapat diperoleh di
internet.
2. Untuk meningkatkan kualitas diri dalam bidang keairan
khususnya dalam pengelolaan sungai dan pantai, maka
dipandang sangat perlu adanya laboratorium sungai dan
pantai.
3. Untuk menjawab dinamika permasalahan di bidang sumber
daya air khususnya bidang teknik pantai dan sungai, maka
dipandang sangat perlu pembelajaran software yang
berkaitan dengan bidang tersebut, seperti SMS versi 10,
MIKE 21, CEDAS, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2007. Kajian Dasar Pantai Aceh & Nias, Laporan Utama Strategi
dan Pedoman, Sea Defence Consultant – BRR NAD Nias – Royal
Netherland Embassy .
www.seadefenceconsultants.com/Pdf/SDCR70026.pdf diambil
tanggal 25 Mei 2009.
Anonym, 2009. Pengertian Estuary. Article Directory Idonbiu
www.idonbiu.com/2009/04/pengertian-estuaria.html , diambil tanggal
16 Juni 2009
Anonym, 2009. Perubahan Iklim Picu Permasalahan SDA. Seminar
Internasional HATHI.
http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/arsip%20Berita/2009-05-
07/hathi%20manado%20buat%20intranet.pdf. diambil tanggal 25 Mei
2009.
Anshory, Irfan. 2008. Imbas Sedimentasi Segara Anakan. Pusat Studi
Kebijakan Lingkungan (PUSAKA).
http://irfananshory.blogspot.com/2007/04/sodetan-citanduy.html ,
diambil tanggal 16 Juni 2009.
Cahyadinata, Indra, dkk. 2004. Peranan Arus Menyusur Pantai Terhadap
Daya Dukung Wilayah Pesisir , Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. http://www.geocities.com/ilman_only/final-paper-
longshore-current.pdf ., ,diambil tanggal 25 Mei 2009
Faiqun, Muh. 2008. Pergerakan Sedimen Pantai. FAIQ's Archives & Edu-Blog
. http://faiqun.edublogs.org/2008/05/30/pergerakan-sedimen-pantai/ ,
diambil tanggal 10 Juni 2009.
Faiqun, Muh. 2008. Arus di Sekitar Pantai (Nearshore Circulation). FAIQ's
Archives & Edu-Blog . http://faiqun.edublogs.org/2008/04/19/arus-di-
sekitar-pantai-nearshore-circulation/ diambil tanggal 10 Juni 2009.
Oehadijono, 1993. Dasar-Dasar Teknik Sungai (Principles Of River
Engineering). Universitas Hasanuddin Makassar.
Kurdi, S. Zubaidah, 2003. Identifikasi Kerugian Wilayah Pantai Akibat
Kenaikan Muka Air Laut, Puslitbang Permukiman.
http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSIDING/05-SZK.doc, diambil
tanggal 15 Juni 2009
Rumagia, Faisal. 2008. Peranan Arus Menyusur Pantai Pada Kondisi Bio-
Fisik Pesisir. http://faizalrumagia.blog.com/3291513/ diambil tanggal
16 Juni 2009.
Subagyono, Kasdi.2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian.
Makalah Presentasi Seminar Sehari Keanekaragaman Hayati di
Tengah Peruabahan Iklim – Tantangan Masa Depan Indonesia,
http:// www…. /Dampak-Perubahan Iklim terhadap Pertanian.pdf/.
diambil 05 Nopember 2008.