Definisi Audit : suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara
obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyamp[aikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Ricchiute tipe audit selain financial statement audit, Audit dapat juga dilakukan untuk:
Operasional Audits ; yaitu suatu audit yang dirancang untuk menilai efisiensi dan
efektivitas dari prosedur-prosedur operasi manajemen. Pelaksananya oleh auditor
Internal
Financial Compliance Audit ; Yaitu audit yang menyerupai financial statement audit
tetapi dapat dilakukan oleh sektor publik seperti lembaga pemerintah, atau dapat pula
oleh sektor audit eksternal.
Economy and Efficiency Audits ; yakni audit yang menyerupai operasioanl audit tetapi
dilakukan oleh sektor publik atau sektor pemerintahan. Pelaksananya dapat dilakukan
oleh auditor independen atau auditor pemerintah.
Program Result Audit ; yakni audit yang dilakukan oleh pemerintah. Audit ini dapat
dilakukan oleh sektor publik atau sektor audit eksternal.
TIPE AUDITOR
B. JASA NONATESTASI
Ada tiga jenis jasa nonatestasi :
Konsep dasar sangat diperlukan karena merupakan dasar untuk pembuatan standar, yakni
pengarah dan pengukur kualitas asal prosedur-prosedur audit diturunkan. Standar auditing
adalah pengukuran kualitas dan tujuan sehingga jarang berubah. Sedangkan prosedur audit
adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur
akan berubah bila lingkungan auditnya berubah. Misalnya sistem akuntansi berkomputer tentu
berbeda dengan sistem akuntansi manual. Kedua hal tersebut menghendaki prosedur audit
yang berbeda. Namun, kualitas dan tujuan audit tidak perlu berubah. Dengan demikian,
prosedur audit merupakan alat untuk memenuhi standar audit. Hubungan antara konsep,
Standar, dan prosedur adalah :
KONSEP
STANDAR
PROSEDUR
Dari gambar diatas dapat ditafsirkan bahwa standar akan lebih banyak jumlahnya
daripada konsep dasar sebagai asal standar tersebut diturunkan. Demikian jua,
prosedur tentunya akan lebih banyak jumlahnya daripada standar.
Menurut Mautz dan sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar, yaitu:
1. Bukti (evidence)
Tujuan memperoleh bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai dasar
untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang dituangkan dalam
pendapat pendapat auditor.
2. Kehati-hatian pemeriksaan(due audit care)
Due care artinya melakukan pekerjaan dengan sangat berhati-hati selalu
mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku. Konsep
kehati-hatian dalam pemeriksaan didasarkan pada isu pokok tingkat kehati-
hatian yang diharapkan pada auditor yang bertanggung jawab dalam auditing
tersebut (Disebut Prudent Auditor). Konsep ini disebut konsep konservatif.
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan
aliran kas perusahaan. Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep :
a) Accounting property; berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi
tertentu dalam kondisi tertentu.
b) Adequate disclosure; berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan
atau penyajian informasi
c) Audit obligation; berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independent
dalam memberikan pendapat.
4. Independensi (Independence)
Independensi merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak
memihak dalam melakukan audit.
5. Etika Perilaku (Ethical conduct)
Etika dalam auditing berkaitan dengan perilaku ideal seorang auditor
professional yang independent dalam melaksanakan audit.
STANDAR AUDITING
Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. Suatu kriteria
diperlukan untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit. Standar auditing merupakan
salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing. Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan
dan mengesahkan standar auditing yang terdiri atas sepuluh standar.
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di indonesia.
2. Laporan audit harus menunjukan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan Audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
BAB 4
AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDIT
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan auditor
independen. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat meningkatkan kepercayaan para
pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Laporan keuangan yang berguna
untuk pembuatan keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan
yang berkualitas bila memenuhi kriteria relevansi atau keberpautan (relevance) dan reliabilitas
atau ketereandalan (reliability). Kriteria relevansi dipenuhi apabila laporan keuangan
mempunyai nilai prediktif (predictive value) dan atau nilai balikan (feedback value) dan disajikan
tepat pada waktunya. Kriteria reliability bertumpu pada keterujian (verifiability), kenetralan
(neutrality) dan ketepatan penyimbolan (representation faithfuloness).
Perlunya audit laporan keuangan :
a) Perbedaan kepentingan
Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen
sebangai pembuat dan penyaji laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan
b) Konsekuensi
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai, investor,
kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya sangat mengandalkan laporan
keuangan yang dipublikasikan.
c) Kompleksitas
Peningkatan kompleksitas pada dunia bisnis menyebabkan semakin tingginya resiko
kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan, sehingga laporan auditor
independen atas laporan keuangan auditan digunakan untuk memastikan kualitas
laporan keuangan yang bersangkutan.
d) Keterbatasan akses (remoteness)
Pemakai laporan keuangan memiliki keterbatasan akses terhadap data akuntansi serta
memiliki kendala waktu, biaya , ketelitian, dan tenaga. Oleh karena itu, pemakai laporan
keuangan mempercayakan pemeriksaan kepada pihak ketiga yaitu auditor independen.
Suatu audit laporan keuangan memiliki sejumlah keterbatasan bawaan atau keterbatasan
melekat yaitu :
A. KETERBATASAN EKONOMI
1. Biaya yang memadai (reasonable cost)
Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya pengujianatau penarikan
sampel dari catatatn akuntansi dan data pendukung lainnya.
2. Jumlah waktu yang memadai (reasonable length of time)
Pembatasan waktu audit dapat mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh
dikarenakan ada beberapa bukti atau transaksi yang dilakukan setelah tanggal
penutupan audit.
EXPECTATION GAP
Expectation gap adalah perbedaan antara apa yang diharapkan masyarakat dan
pemakai laporan keuangan dengan apa yang sesungguhnya terjadi.
Menurut australian educational research expectation gap adalah gap antara standar
aktual kinerja (actual standard of performance) yang dilakukan auditor dengan standar
ekspektasian kinerja (expected standard of performance) yang diharapkan oleh
masyarakat atau publik.
A. Requirement Gap
Adalah gap antara standar aktual kinerja (actual standard of performance) yang
dilakukan auditor dengan standar kebutuhan kinerja atau standar yang
dibutuhkan dari suatu kinerja (required standard of performance)
Standar kebutuhan kinerja adalah standar kinerja yang ditetapkan di luar
standar-standar profesional, dan menjadi subyek intepretasi melalui pengadilan
hukum.
Requirement gap dapat dibagi menjadi:
1. Performance gap adalah gap antara standar aktual kinerja (actual
standard performance) yang dilakukan auditor dengan standar kinerja
yang ditetapkan dengan referensi standar profesional (profesional
standards). Performance gap disebabkan oleh ketidak sesuaian dengan
standar standar profesional yang ada.
2. Standar gap adalah gap antara standar kinerja yang telah ditetapkan
dengan referensi standar profesional (profesional standards) dengan
standar kebutuhan kinerja yang telah disyaratkan oleh masyarakat atau
publik (required standard of performance).
B. Feasibility Gap
Adalah gap antara standar kebutuhan kinerja yang disyaratkan masyarakat
(required standard of performance) dengan standar yang diharapkan sebagian
besar masyarakat atau standar ekspektasi kinerja (expected standard of
performance). Feasibility gap disebabkan oleh permintaan akuntabilitas
(accountability) yang tidak realistis.
Tanggung jawab auditor pada saat menerima penugasan audit antara lain:
1. Tanggung jawab terhadap publik, yaitu independensi, integritas, dan obyektifitas
2. Tanggung jawabnya terhadap klien, yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan
profesionalisme yang tinggi.
3. Tanggung jawabnya terhadap rekan lain seprofesi, yaitu mengembangkan kehidupan
profesi dan kemampuan melayani publik.
6 langkah pertimbangan pengambilan audit agar tanggung jawab auditor dapat dipenuhi:
a. Mengevaluasi integritas manajemen
Bila integritas manajemen tidak dapat dipercaya auditor harus menolak penugasan
audit. Sumber informasi berdasarkan jenbis klien nya antara lain klien baru yang pernah
diaudit, klien baru yang belum pernah diaudit, klien lama
b. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
Tiga langkah mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa yaitu:
a) Mengidentifikasi pemakai laporan keuangan auditan (mencari tahu pemakai hasil
laporan keuangan)
b) Menentukan prospek stabilitas hukum dan keuangan klien (kesulitan hukum dan
keuangan akan menambah resiko audit)
c) Mengevaluasi auditabilitas satuan usaha (dengan menilai kecukupan catatan
akuntansi, peran manajemen, dan pembatasan lingkup audit)
c. Menilai kemampuan auditor untuk memenuhi standar umum auditing
Tahapan menilai kemampuan memenuhi standar umum:
a) Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit (identifikasi team yang
dibutuhkan dan identifikasi perlunya konsultasi dan tenaga spesialis)
Team auditor biasanya terdiri dari:
Partner; penanggung jawab keseluruhan proses audit
Manajer; mengkoordinasikan dan mengawasi jalannya audit
Senior auditor; merencanakan audit, melakukan bagian program audit,
mengawasi dan mereview pekerjaan asisten.
Asisten staf; melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
b) Pengevaluasian independensi
Auditor harus independen atau tidak memihak manapun dalam proses audit.
c) Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama
Auditor dituntut menggunakan keahliannya dengan cermat dan seksama
d. Mengevaluasi independensi
e. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
Kondisi yang dapat menyebabkan kantor akuntan publik menarik diri dari suatu audit
antara lain:
Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang
tampak selama audit
Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan
Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit.
f. Membuat surat penugasan audit (perikatan)
Surat penugasan audit berfungsi sebagai penegasan dan pendokumentasian:
1) Penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
2) Tujuan dan lingkup audit
3) Luas tanggung jawab yang dipikul auditor bagi kliennya, dan tanggung jawab
manajemen atas informasi keuangan
4) Kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
5) Kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk
menyampaikan hasil penugasan
6) Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak
beresan material tidak akan terdeteksi
7) Kesanggupan auditoe untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan
signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam
auditnya
8) Akses ke berbagai catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit
9) Kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit
PERENCANAAN AUDIT
Ada enam langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit antara lain:
1) Memahami pemahaman bisnis klien dan industri klien
2) Melakukan prosedur analitis
Adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non
keuangan.
2 tingkat materilaitas:
Materialitas tingkat laporan keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji yang material apabila berisi
kekeliruan dan ketidak beresan yang secara individu maupun kolektif sangat
besar pengaruhnya terhadap kewajaran laporan keuangan.
Materialitas tingkat saldo akun (rekening/perkiraan)
Sering disebut tolerable miss-statement yaitu salah saji maksimum yang
boleh ada dalam saldo akun sehingga tidak dianggap sebagai salah saji
material.
4) Menilai resiko audit
Terdapat 3 resiko audit:
Resiko bawaan (inherent risk)
Adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami salah saji
material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait.
Resiko pengendalian (control risk)
Resiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu
asersi tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya
oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern satuan
usaha.
Resiko deteksi (detection risk)
Resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.
5) Mengembangkan strategy audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang signifikan
Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audita adalah untuk
menurunkan resiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung
pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.