Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang
diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut
Gronlund dan Linn (dalam Wardani, 2014) validitas adalah ketepatan
interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi. Sebagai contoh,
ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika. Kemudian diberikan
soal dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit-belit sehingga sukar
ditangkap maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat menjawab, akibat tidak
memahami pertanyaannya. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung
pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu
tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain. Contoh
variabel prestasi belajar dan motivasi bisa diukur oleh tes ataupun oleh
kuesioner. Caranya juga bisa berbeda, tes bisa dilaksanakan secara tertulis
atau bisa secara lisan.
Data yang kurang memiliki validitas (Muqarrobin, 2014) akan
menghasilkan kesimpulan yang biasa, kurang sesuai dengan yang seharusnya,
dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat
ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta
pengalaman-pengalaman yang kadang kala diperlukan bila definisi
operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau
instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas, agar data
yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan
validitas.
Ketentuan penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus sesuai
dengan keadaan yang dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai
pekerjaan memotret. Gambar potret atau foto dikatakan baik apabila sesuai
dengan hasilnya (bukan lebih baik dari aslinya). Sedangkan gambar
pemotretan hasil evaluasi tersebut dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan
data evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data

1
valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, maka alat dan instrumennya juga
harus valid. Dan jika pernyataan tersebut dibalik, instrumen evaluasi dituntut
untuk valid karena diinginkan dapat diperoleh data yang valid, dengan kata
lain instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi valid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud validitas instrumen?
2. Apa saja macam-macam validitas instrumen?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian validitas instrumen.
2. Untuk mengetahui macam-macam validitas instrumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Validitas Instrumen


Instrumen (Widoyoko, 2014) dikatakan valid apabila instrumen tersebut
dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan instrumen
yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat juga
dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka
instrumen itu juga valid.
Istilah “valid” sangat sukar dicari penggantinya. Ada yang mengganti
istilah valid dengan “sahih”, sehingga validitas diganti menjadi kesahihan.
Ada juga yang menerjemahkan istilah valid dengan kata “tepat”, walaupun
istilah “tepat” belum dapat mencakup semua arti yang tersirat dalam kata
“valid”, sehingga istilah valid diganti dengan dengan “ketepatan”. Istilah lain
dari valid ada yang menggunakkan istilah “cermat”, sehingga validitas
diterjemahkan dengan istilah “kecermatan”, sebagai contoh apabila kita ingin
mengetahui berat sebuah cincin emas, maka kita harus menggunakan
timbangan emas agar hasil ukur itu dapat dikatakan valid. Sebuah timbangan
beras memang mengukur berat, tetapi tidak cukup cermat guna mengukur
berat emas. Demikian pula kita ingin menghitung waktu tempuh yang kita
perlukan dari suatu kota ke kota lainnya dengan mengendarai mobil, sebuah
jam tangan biasanya adalah valid untuk digunakan. Tetapi, jam tangan yang
sama tidak cukup valid guna mengukur waktu yang diperlukan seorang atlet
pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter, karena kita memerlukan unit
waktu terkecil sampai pada pecahan detik.

2. Macam-Macam Validitas Instrumen


Validitas instrumen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
(Widoyoko, 2014), yaitu validitas internal (internal validity) dan validitas
eksternal (external validity).

1. Validitas Internal (Internal Validity)

3
Validitas internal (internal validity) ada yang menyebut dengan
validitas logis (logical validity). Istilah “validitas logis” mengandung kata
‘logis” berasal dari kata “logika” yang berarti penalaran atau rasional.
Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen
menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid
berdasarkan hasil penalaran atau rasional. Instrumen yang mempunyai
validitas internal atau rasional bila kriteria yang ada dalam instrumen
secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriteria
validitas instrumen ada di dalam instrumen itu sendiri. Validitas internal
dibedakan menjadi dua yaitu: validitas isi (content validity) dan validitas
konstruk (construct validity).
a. Validitas Isi (Content Validity)
Instrumen yang harus mempunyai (Widoyoko, 2014) validitas isi
(content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur
hasil belajar. Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila
dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan
materi pembelajarannya. Dengan kata lain untuk menguji validitas isi
instrumen tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan kompetensi yang dikembangkan dan materi pelajaran
yang telah dipelajari. Untuk menyusun instrumen tes yang mempunyai
validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan silabus materi
pelajaran yang telah dipelajari siswa atau kompetensi yang
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Pengembangan tes
menggunakan spesifikasi domain isi tes. Spesifikasi isi menjelaskan isi
secara rinci, dengan spesifikasi cakupan isi tipe butir soal.
Validitas isi berkaitan dengan pertanyaan (Widoyoko, 2014)
“sejauh mana butir tes mencakup keseluruhan indikator kompetensi
yang dikembangkan dan materi atau bahan yang diukur”. Untuk
menyusun instrumen yang memenuhi validitas isi, maka dalam
penyusunan butir-butir instrumen harus mengacu pada silabus, mulai
dari kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran. Butir
instrumen harus sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar.

4
Apabila tidak sesuai, instrumen tersebut dapat dikatakan tidak
memenuhi validitas isi.
Sebagai contoh: Mata Pelajaran Matematika.
Kompetensi dasar: Mengenal dan menggunakan bilangan dalam
pemecahan masalah.
Indikator:
a. Menghitung secara urut.
b. Menyebutkan banyak benda.
c. Membaca dan menulis lambang bilangan.
d. Mengurutkan sekelompok bilangan yang berpola teratur
dari terkecil atau terbesar.
1) Validitas Tampang
Uji validitas tampang disebut juga validitas empiris diperoleh
melalui pemeriksaan terhadap butir-butir tes untuk membuat
kesimpulan bahwa tes tersebut mengukur aspek yang relevan. Dasar
penyimpulannya lebih banyak didasarkan pada akal sehat.
Kesimpulan ini dapat diperoleh oleh siapa saja, walaupun tentu tidak
semua orang diharapkan setuju menyatakan bahwa tes tertentu
memiliki validitas tampang yang baik. Akan tetapi, seorang ingin
menggunakan tes tersebut harus mempunyai keyakinan terlebih
dahulu bahwa dari segi isi, tes itu valid untuk tujuan pengukuran
tertentu.
2) Validitas Logis
Validitas logis (Widoyoko, 2014) disebut juga validitas
pencuplikan (sampling validity). Tipe validitas ini menuntut batasan
yang saksama terhadap kawasan perilaku yang diukur dan suatu
desain logis yang dapat mencakup bagian kawasan perilaku yang
diukur. Sejauh mana tipe validitas ini telah terpenuhi dapat dilihat
dari cakupan butir-butir soal yang ada dalam tes. Apakah
keseluruhan butir tersebut merupakan sampel yang representatif bagi
seluruh butir yang mungkin dibuat, ataukah butir tersebut berisi hal-
hal yang kurang relevan. Dalam penyusunan tes prestasi, validitas
logis sangat penting artinya. Salah satu cara untuk menunjukkan
bukti validitas logis adalah dengan membuat spesifikasi tes untuk

5
menunjukkan tuntutan bukti validitas ini. Spesifikasi tes ini dapat
membantu dalam menyusun butir-butir soal tes.
b. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk (Widoyoko, 2014) mengacu pada sejauh mana
suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi
dasar penyusunan instrumen. Misalnya, instrumen untuk. mengukur minat
harus mampu mengukur pengertian-pengertian yang terkandung pada
konsep minat. Definisi atau konsep yang diukur beerasal dari teori yang
digunakan. Berdasarkan teori tentang variabel tersebut kemudian
dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional, dan selanjutnya
ditentukan indikator yang diukur. Dari indikator tersebut kemudian
dijabarkan menjadi butir-butir instrumen, baik dalam bentuk pertanyaan
maupun pernyataan. Tanpa ada keterkaitan antara butir instrumen dengan
indikator, definisi operasional dan konsep teori tentang variabel yang
diukur, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid secara konstruk dan
tidak bisa digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti, karena data
tidak menggambarkan dan mewakili variabel yang diteliti.

2. Validitas Eksternal (External Validity)


Validitas eksternal (Widoyoko, 2014) disebut dengan validitas yang
dikaitkan dengan kriteria (criterion-related validity). Kriteria yang
digunakan sebagai pembanding instrumen ada dua, yaitu: yang sudah
tersedia dan yang belum tersedia, akan tetapi terjadi di waktu yang akan
datang. Bagi instrumen yang sesuai dengan kriteria yang sudah tersedia,
atau sudah ada lebih dikenal dengan validitas “kesejajaran” (concurrent
validity), sedangkan instrumen yang sesuai dengan kriteria yang
diramalkan akan terjadi dikenal dengan validitas ramalan atau validitas
prediksi (predictive validity). Berdasarkan hal tersebut maka validitas
eksternal dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Validitas Kesejajaran (Concurrent Validity)
Sebuah instrumen (Widoyoko, 2014) dikatakan memiliki validitas
kesejajaran apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada,
dalam arti memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria

6
yang sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal sama
tetapi sudah diakui validitasnya, misalnya dengan tes terstandar yang
telah teruji validitasnya digunakan sebagai kriteria uji validitas
instrumen tes sejenis.
Untuk keperluan pengujian validitas, instrumen yang akan diuji
validitas kesejajarannya harus diambil dari kelompok subjek yang sama
dengan instrumen yang telah teruji validitasnya. Hasil dari kedua tes
tersebut kemudian dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus
product moment. Korelasi ini memiliki dua macam rumus yaitu rumus
dengan deviasi atau simpangan dan rumus angka kasar.
1. Rumus korelasi product moment dengan deviasi atau
simpangan:
Σxy
rxy=
√ ( Σ x2 ) ( Σ y 2 )
Keterangan:
X = hasil tes matematika yang akan dicari validitasnya
Y = tes terstandar
X = rata-rata variabel X
Y = rata-rata variabel Y
x =X-X
y =Y-Y
Σx y = jumlah perkalian x dan y
2
x = kuadrat dari x
2
y = kuadrat dari y
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
Sebagai contoh instrumen menghitung validitas tes prestasi belajar
matematika diberi simbol X sebagai kriteria diambil dari hasil tes
terstandar untuk bidang studi yang sama yaitu matematika, dan diberi
simbol Y. Dihitung dengan korelasi product moment dengan deviasi.
Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut:

Tabel 1
Persiapan Perhitungan Korelasi Product Moment dengan Deviasi

No. Nama X Y x y x2 y2 xy Keterangan


1 Aulia 7 8 0 0 0 0 0 X = hasil tes

7
2 Andi 8 9 1 1 1 1 1 matematika
3 Budi 6 8 -1 0 1 0 0 yang dicari
Bamban
4 g 5 7 -2 -1 4 1 2 validitasnya
5 Belinda 7 8 0 0 0 0 0
6 Cecep 8 9 1 1 1 1 1 Y = tes
7 Diar 6 8 -1 0 1 0 0 terstandar
8 Eka 9 9 2 1 4 1 2
9 Edi 6 7 -1 -1 1 1 1
10 Linda 8 7 1 -1 1 1 -1
Jumlah 70 80 14 6 6

Dimasukkan kerumus:
ΣX 70
X ¿ ¿ =7
N 10
ΣY 80
Y ¿ ¿ =8
N 10
x =X–X
y =Y–Y
Σx y
rxy=
√(Σ x ) ( Σ y )
2 2

6
¿
√1 4 x 6
6
¿
√8 4
6
¿
9,165
r x y =0,6 5

2. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar:


N Σ X Y −( Σ X )( ΣY )
rxy=
√ {N Σ X 2−(Σ X )2 }{N ΣY 2−(Σ Y )2 }
Keterangan:
X = hasil tes matematika yang akan dicari validitasnya
Y = tes terstandar
N = jumlah siswa
r x y = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan

8
Dihitung dengan korelasi product moment dengan angka kasar.
Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut:

Tabel 2
Persiapan Perhitungan Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar

No. Nama X Y X2 Y2 XY Keterangan


1 Aulia 7 8 49 64 56 X = hasil tes

2 Andi 8 9 64 81 72 matematika
3 Budi 6 8 36 64 48 yang dicari

4 Bambang 5 7 25 49 35 validitasnya
5 Belinda 7 8 49 64 56
6 Cecep 8 9 64 81 72 Y = tes
7 Diar 6 8 36 64 48 terstandar
8 Eka 9 9 81 81 81
9 Edi 6 7 36 49 42
10 Linda 8 7 64 49 56
Jumah 70 80 504 646 566

Dimasukkan kerumus:
N Σ X Y −( Σ X )( ΣY )
rxy=
√ {N Σ X 2−(Σ X )2 }{N ΣY 2−(Σ Y )2 }
(1 0 x 5 6 6)−(70 x 80)
rxy=
√ {(1 0 x 5 0 4)−4 9 00 }{(1 0 x 6 4 6)−6 400 }
5 6 60−5 6 00
rxy=
√(50 4 0−4 9 00)(6 460−6 4 00)
60
¿
√1 40 x 6 0
60
¿
√8 400
60
¿
91 , 65

9
r x y =0,65

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai


berikut:
Koefisien validitas Kriteria
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 - 0,80 Tinggi
0,40 - 0,60 Sedang
0,20 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat rendah
< 0,00 Tidak valid

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu:


1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya
korelasi tinggi, cukup dan sebagainya.
2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment
sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika
harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi
tersebut tidak signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.

Harga kritik tabel product moment ( r r ) untuk N = 10 dengan


taraf signifikansi 5% adalah 0,632. Karena r hitung ( r r ) lebih besar
dari r tabel (0,65 > 0,632) dengan kriteria tinggi (0,60 - 0,80), maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen tes matematika di atas adalah
valid, karena mempunyai kesejajaran dengan tes yang sudah standar.
b. Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Memprediksi (Widoyoko, 2014) artinya memperkirakan atau
meramal mengenai hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang,
jadi sekarang belum terjadi. Sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas prediksi (predictive validity) atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada

10
masa yang akan datang mengenai hal sama. Validitas prediktif ini
biasanya digunakan untuk menguji validitas instrumen bentuk tes.
Validitas prediktif diperoleh apabila pengambilan skor kriteria
tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes. Setelah subjek dikenai
tes yang akan dicari validitas prediktifnya, lalu diberikan tenggang
waktu tertentu sebelum skor kriteria diambil dari subjek yang sama.
Misalnya, tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang
diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam
mengikuti kuliah di masa yang akan datang.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah skor yang
diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi.
Jika ternyata siapa memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian
semester 1 dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya rendah maka
tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi. Dengan
demikian untuk melihat tingkat validitas prediktif ini skor tes masuk
perguruan tinggi dikorelasikan dengan skor hasil ujian semester.
Teknik korelasi yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran
maupun prediktif adalah teknik korelasi. Adapun teknik korelasi yang
digunakan sama dengan teknik korelasi yang digunakan dalam validitas
internal yaitu korelasi product moment dari Carl Pearson. Korelasi ini
memiliki dua macam rumus yaitu rumus dengan deviasi atau simpangan
dan rumus dengan angka kasar. Sebagai contoh misalnya X diartikan
skor instrumen tes masuk perguruan tinggi, sedangkan Y diartikan
sebagai instrumen ujian tengah semester maupun ujian akhir semester.
Batas minimal nilai koefisien korelasi (r) sebuah instrumen untuk
dikatakan memenuhi syarat validitas prediktif apabila memiliki nilai r
lebih besar atau sama dengan 0,60 menurut Gronlund, dkk (dalam
Widoyoko, 2014). Berikut ini adalah contoh menghitung validitas
prediksi instrumen tes masuk perguruan tinggi dan hasil tes UAS yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3
Data Skor Tes Masuk dan Skor UAS

11
Skor tes Skor
Nam
No. masuk UAS X2 Y2 XY
a
(X) (Y)
1 Alia 20 21 400 441 420
2 Ani 21 22 441 484 462
Belin
3 da 19 18 361 324 342
4 Berta 20 19 400 361 380
5 Dian 19 22 361 484 418
6 Diar 16 15 256 225 240
7 Emy 21 22 441 484 462
8 Eny 20 20 400 400 400
9 Lina 16 17 256 289 272
10 Putri 21 19 441 361 399
375
Jumlah 193 195 7 3853 3795

Dimasukkan kerumus:
N Σ X Y −(Σ X)( Σ Y )
r=
√ {N Σ X 2−( Σ X )2 }{N Σ Y 2−( Σ Y )2 }
1 0 x 3 7 9 5−(1 9 3)(19 5)
r=
√ {1 0 x 3 7 57−37 2 49 }{1 0 x 3 85 3−3 8 0 25 }
3 15
¿
√1 6 21 05
31 5
¿
402,62
r=0,78

Koefisien korelasi (r) antara skor tes masuk (X) dengan skor hasil
UAS (Y) dapat diketahui sebesar 0,78. Maka skor 0,78 dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes masuk perguruan tinggi tersebut
adalah valid. Menurut Saifuddin Azwar (dalam Widoyoko, 2014) ada
perbedaan antara validitas prediktif dengan validitas kesejajaran,
pertama adalah dari segi waktu pengambilan data skor kriterianya. Pada
validitas prediktif data yang disajikan sebagai kriteria yang diperoleh
setelah tenggang waktu tertentu, sedangkan data validasi kesejajaran

12
diperoleh bersama antara data prediktornya. Kedua adalah fungsi dari
kriterianya, pada validitas prediktif kriteria merupakan variabel perilaku
yang hendak diprediksi oleh tes, sedangkan pada validitas kesejajaran
kriterianya merupakan ukuran kesesuaian fungsi ukur tes yang
bersangkutan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran
atau evaluasi. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan instrumen yang
valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat juga dikatakan
bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka instrumen
itu juga valid.
Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal
maka hasil tes yang diperoleh dikorelasikan dengan tes terstandar. Hasil tes
yang akan diujikan disimbolkan X dan tes terstandar disimbolkan Y. jika
hasilnya sesuai dengan kriteria maka dikatakan valid.
Validitas instrumen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
(Widoyoko, 2014), yaitu validitas internal (internal validity) dan validitas
eksternal (external validity).
1. Validitas Internal terdiri dari:
a. Validitas Isi
b. Validitas Konstruk
2. Validitas Ekstenal terdiri dari:
a. Validitas Kesejajaran
b. Validitas Prediksi
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan
akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya, demi kesempurnaan
makalah ini kami memohon kritik dan saran guna memperbaiki dikemudian
hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muqarrobin, F. 2014. Eureka Pendidikan.


http://www.eurekapendidikan.com/2014/1/validitas-instrumen.html?m=1
diakses pada 8 Mei 2019.

Wardani, R. 2014. Makalah Validitas.


http://riniwardani87.blogspot.com/2014/06/makalah-validitas.html
diakses pada 8 Mei 2019.

Widoyoko, E. P. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai