Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh
sedikitnya 20 % dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Prognosis
umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badan buruk.Namun
keinginan untuk pola hidup lebih sehat dan penurunan faktor resiko sehubungan dengan
ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang mengikuti diet dan program
penurunan berat badan.
B. Etiologi
Penyebab morbid obesity adalah multifaktor, faktor berikut ini sedikitnya terlibat
pada beberapa kasus obesitas:
1. Genetik Atau Keturunan
Obesitas pada manusia biasanya keturunan, tetapi memisahkan penyebab genetik
dengan lingkungan adalah sukar, kemungkinan:
a) Menempatkan senter makan di atas senter makan normal.
b) Herediter abnormal pada faktor psikik
c) Faktor genetik pada pemakaian energi dan penyimpanan energy
Bakat gemuk faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan.
Pengaruhnya belum jelas, tetapi ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan
merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika
serikat dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang
menjadi gemuk, peluang tersebut akan meningkat menjadi 40-45% bila salah satu orang
tuanya menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70-80% bila kedua orang
tuanya mengalami obesitas. Ada penyakit Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan
pemeriksaan biologi molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan genetik dan
dengan gejala obesitas.

1
2. Faktor Endokrin
Hipotiroidei menjadi obesitas, kemungkinan karena hilangnya aktivitas
katabolisme, juga karena kerja tiroksin untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem.
Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya
reseptor insulin terutama di otot skelet, hati dan jaringan lemak. Fenomena ini diikuti
dengan menurunnya kemampuan insulin untuk transpor glukose, oksidasi glukose, dan
hipogenesis leh sel adipose. Sensitivitas penghambat liposis dalam sel lemak individu
obesitas menjadi naik.
3. Faktor Sarafi (nerognik)
Pada manusia kerusakan fungsional atau strktural seperti tumor, trauma dan
inflamasi sampai dengan memberikan obesitas.
4. Pola Makan
Saat ini pola makan adalah faktor yang paling memengaruhi terjadinya kasus
obesitas. Bayangkan di mana-mana ada mall baru, setiap kali anak-anak muda jadi
kepingin mencoba mall yang baru. Janjian sama teman di mall. Menunggu waktu
ekstrakulikuler ke mall. Weekend ke mall lagi. Padahal di mall jarang ada restoran yang
menyediakan makanan sehat. Yang ada hanya burger, pizza, ayam goreng, crepes, dan
lain-lain yang masuk kategori junk food.” Padahal junk food mempunyai kandungan
tinggi kalori, dari karbohidrat dan dari lemak. Itu yang menyebabkan berat badan cepat
naik," ujar Dr Leane.
Pola hidup modern, dengan pola makan modern pula, yang sekarang ini banyak
dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan Obesitas. Sebab, gaya hidup dan pola
makan yang disebut modern ini jelas sangat mengancam kualitas kesehatan, justru
karena kelebihan gizinya. Kelebihan gizi membuat orang menjadi kegemukan yang
mengarah munculnya penyakit kronis, khususnya diabetes melitus (DM).
Obesitas dapat terjadi karena salah satu faktor atau kombinasi faktor, antara lain
(1) suatu asupan makanan yang berlebih, (2) rendahnya pengeluaran energi basal, dan
(3) kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan
antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas.
Karena asupan terlalu banyak sementara pengeluaran kurang, maka terjadilah mula-
mula. overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya menjadi obese (gemuk).

2
5. Gaya Hidup
Seberapa sering anak-anak muda kita berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu
weekend banyak yang mengendarai mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut
kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS.
Itulah yang menyebabkan tidak adanya output energi,.
6. Psikologi
Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka
depresi. Karena dapat di konotasikan waktu luang sebagi jam makan. Stres atau depresi
merupakan faktor pisikologis (emosional). Menurut Dr.Hilde Bruch, faktor tersebut
berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi
sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme
energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktifitas fisik. Jika seseorang tidak dapat
mengunakan bahan bakar yang telah disediakan maka tubuh tidak mempunyai alternatif
lain sehinga menyimpanya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah
menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan
psikologis.
Stres (rasa cemas, takut) akan muncul pada pola yang berbeda untuk setiap orang.
Beberapa orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatian pada makanan,
terutama yang menjadi kesukaanya, memang sementara waktu, hal tersebut dapat
mengatasi kejemuan, menimbulkan perasaan puas, dan mengatasi suasana stres.
Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, otomatis akan timbul suatu
kebiasaan makan yang tidak baik karena dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas).
Terutama bila makanan yang sering dimakan kaya akan kalori, tinggi lemak dan
karbohidrat.

3
C. Patofisiologi pada obesitas
Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidak seimbangan antara intake dan
out put yang keluar – masuk dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi timbunan lemak
pada jaringan adiposa khususnya jaringan subkutan. Apabila hal ini terjadi akan timbul
berbagai masalah, diantaranya.
Timbunan lemak pada area abdomen yang emnyebabkan tekanan pada otot-otot
diagfragma meningkat sehingga menggagu jalan nafas , BB yang berlebihan menyebabkan
aktifitas yang terganggu sehingga mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak
nyaman, obat-obatan golongan steroid yang memicu nafsu makan tidak terkontrol
mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan diri karena
timbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya.

D. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan
meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika
periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu
akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang
sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari –
jari yang berbentuk runcing.
2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang
berbentuk ganda.
3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah
tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang
menyenangkan.
4. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng,
kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
5. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada
biseb dan trisebnya Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan
emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
4
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu
(tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung
bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan
kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas
memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang
lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah
cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan metabolik atau endorin : Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya
hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan pada insulin, hiperglikemi.Dapat juga
menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan
berbagai gangguan kimia.
2. Pemeriksaan antropometrik : Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-
sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:

1. Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan makan.Prinsipnya mengurangi asupan kalori
dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku.Kata
pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan
puluh sembilan tahun”.Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang
sehat.Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB.
Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik.
Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah.Pilih
jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan,
jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan,
kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses
mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga
teratur, dan kurangi waktu nonton TV.

5
2. Bedah bariatrik
Di Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau
IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya
hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah.
(NIH Consensus Development Panel pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004
ASBS Consensus menganjurkan juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9
kg/m2 dengan keadaan komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata.
Dapat diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.

3. Obat-obat anti obesitas


Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation,
menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya),
contohnya Phentermin.Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek.Orlistat
menghambat enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan
meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap.
Sibutramine meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali
monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin),
menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant
termasuk kelompok antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen
pada reseptor CB1 neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan
BB.Orlistat, sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan
memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika
Serikat.Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan
kebutuhan orang.Oleh karena itu industri farmasi masih mengembangkan banyak calon
obat baru.

4. Balon Intragastrik
Balon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke dalam
lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.

5. Pintasan Usus
Pintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi.
Tindakan ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang
memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi

6
jejunum .jejunum proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke
ilium distal, dan jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.

G. Komplikasi
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
1. Hipertensi.
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar
insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju
jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah
berkurang.Semuanya dapat menungkatkan tekanan darah.
2. Diabetes.
Obesitas merupakan penyebab utama DM t2.Lemak berlebih menyebabkan
resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
3. Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol (jahat),
penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar
trigliserida. Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.
4. Penyakit jantung koroner dan Stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
5. Osteoartritis.
Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.
6. Apnea tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya
menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.
7. Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma
atau pembatasan keaktifan fisik.
8. Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan
kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker
kolon, rektum dan prostat.
9. Penyakit perlemakan hati

7
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati
(non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH)
yang dapat berkembang menjadi sirosis.
10. Penyakit kandung empadu
Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung
empedu
DAFTAR PUSTAKA

NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006.


Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius.
Barbara C long.(1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Guytion & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Jilid Kedua, Media Aesculapius, FKUI 2000.
http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas

Anda mungkin juga menyukai