Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA RUANGAN DALAM

PENGENDALIAN MUTU KEPERAWATAN


Nurdiana1,4*, Rr. Tutik Sri Hariyati2, Siti Anisah3
1
Program Studi Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Kampus UI Depok 16424, Indonesia
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
3
RSPAD Gatot Soebroto, Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh, Jakarta, 10410, Indonesia
4
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro 71, Jakarta, 10430, Indonesia
*) E-mail: nurdiana.ismangil@gmail.com

Diterima: April 2017, diterbitkan: Desember 2017

ABSTRAK
Tujuan: Mengidentifikasi masalah penerapan fungsi pengendalian mutu dan mengembangkan solusi pemecahan masalah
di ruang rawat inap. Metode: Metode yang digunakan analisis hasil dan gap implementasi menggunakan kajian literatur.
Permasalahan dianalisis menggunakan diagram fishbone. Penyelesaian masalah menggunakan tools Plan Do Study Action
(PDSA). Data diambil melalui wawancara terstruktur, survei, dan observasi lapangan pada 11 responden kepala ruangan
dan 88 staf perawat pada tanggal 19-27 Oktober 2017. Data dianalisis secara deskriptif dengan melihat distribusi frekuensi
persepsi kepala ruangan dan staf tentang pengendalian mutu dan pelaksanaan fungsi manajemen dalam pengendalian
mutu. Hasil: Fungsi pengendalian mutu keperawatan belum dilaksanakan optimal pada tahap perencanaan, pemantauan
dan tindak lanjut masalah (45,45%). Implementasi penyelesaian dalam bentuk sosialisasi dan workshop yaitu panduan,
prosedur, kamus dan instrumen pemantauan indikator mutu keperawatan. Hasil evaluasi menunjukkan 62% Kepala
Ruangan meningkat pengetahuannya tentang pengendalian mutu dengan rata-rata skor pre-post test meningkat 1,33 poin
dari 6,10 menjadi 7,43. Survei pasca implementasi menghasilkan persepsi yang baik dari 86,67% Kepala Ruangan mengenai
pengendalian mutu keperawatan. Diskusi: Program pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi utama kepala ruangan.
Rumah sakit telah memiliki program pengendalian mutu yang dipersyaratkan standar akreditasi rumah sakit, namun
kepatuhan penerapannya masih perlu dipertahankan. Rumah sakit dipersyaratkan untuk dapat mempertahankan kepatuhan
dan kesinambungan pengendalian mutu guna mengevaluasi proses kerja secara berkelanjutan. Kesimpulan: Sosialisasi
mengenai penerapan pengendalian mutu keperawatan cukup efektif meningkatkan pengetahuan kepala ruangan dan tentang
program mutu yang dipersyaratkan akreditasi rumah sakit. Pimpinan rumah sakit perlu memberi pengakuan, dukungan,
dan motivasi bagi kepala ruangan penerapan pengendalian mutu keperawatan di ruangan rawat.
Kata Kunci: fungsi manajemen, mutu keperawatan, pengendalian mutu, perawat manajer.

IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT FUNCTION OF HEAD OF WARD IN NURSING QUALITY


CONTROL
ABSTRACT
Objective: To identify problems in implementing quality control functions and develop solutions to problems in the inpatient
ward. Method: The research employed results analysis and implementation gap by using literature review. Problems were
analyzed using fishbone diagram. Problem were solved using Plan Do Study Action (PDSA) tools. Data were taken through
structured interviews, surveys, and field observations in 11 heads of ward and 88 nursing staff between 19 and 27 October
2017. Data were analyzed descriptively by identifying the frequency distribution of the perception of head nurse and staff
regarding quality control and the implementation of management functions in quality control. Results: The function of
nursing quality control was not optimally implemented at the stages of planning, monitoring and follow-up of the problem
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

(45.45%). The solutions were implemented in the form of socialization and workshops, including guidelines, procedures,
dictionaries and monitoring instruments for nursing quality indicators. The results of evaluation indicated that the average
score of pre-posttest on knowledge about quality control increased by 1.33 points 6.10 to 7.43 in 62% of the Heads of
Ward. The post-implementation survey produced a good perception in 86.67% of the Head of the Ward regarding the
nursing quality control. Discussion: The quality control program is one of the primary functions of the head of ward. The
hospital has had a quality control program that is required by hospital accreditation standards, but it should maintain the
adherence of its application. Hospitals are required to maintain adherence and sustainability of quality control in order
to evaluate the sustainable work process. Conclusion: The socialization of the application of nursing quality control is
quite effective in increasing the knowledge of the head of ward. In regard to the program of quality required by the hospital
accreditation, the board of hospital management should give recognition, support, and motivation for the heads of ward
to implement nursing quality control in the nursing ward.
Keywords: management function, nursing quality, quality control, nurse- manager.

LATAR BELAKANG
Mutu pelayanan keperawatan merupakan setiap staf rumah sakit termasuk staf
cerminan mutu pelayanan kesehatan. Mutu keperawatan. Mengutip Undang-Undang
adalah tingkat layanan kesehatan yang Keperawatan nomor 38 pasal 37, bahwa
konsisten dengan pengetahuan profesional Perawat dalam melaksanakan praktik
yang diperbarui dan memungkinkan keperawatan berkewajiban: b. memberikan
diperolehnya hasil yang diinginkan (Mudallal pelayanan keperawatan sesuai dengan kode
et al., 2017; Needleman & Hassmiller, 2009). etik, standar praktik keperawatan, standar
Mutu rumah sakit dinilai sangat penting untuk profesi, standar prosedur operasional dan
dipertahankan dan ditingkatkan agar tumbuh ketentuan Peraturan Perundang-undangan
rasa percaya masyarakat terhadap pelayanan (Kementerian HAM RI, 2014). Standar
rumah sakit tersebut. Penelitian kualitatif yang menjadi acuan adalah standar mutu
tentang persepsi pasien terhadap mutu pelayanan sesuai ketentuan akreditasi dan
keperawatan menyatakan bahwa pelayanan kebijakan yang ditetapkan pimpinan. Standar
keperawatan merupakan pondasi dari Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
pelayanan kesehatan dan berdampak pada mempersyaratkan bahwa rumah sakit
pemulihan kesehatan pasien (Rehan et al., hendaknya mempunyai referensi terkini
2015). Hasil penelitian lainnya menyatakan tentang peningkatan mutu dan keselamatan
harapan pasien terhadap pelayanan pasien berdasarkan ilmu pengetahuan dan
keperawatan agar terus ditingkatkan informasi terkini serta perkembangan konsep
(Muhidin, Sahar, & Wiarsih, 2010). peningkatan mutu dan keselamatan pasien
Undang-Undang Republik Indonesia (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017).
nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Pimpinan rumah sakit harus secara terus
Sakit, pasal 29 menyatakan setiap rumah menerus berupaya menciptakan peningkatan
sakit wajib memberi pelayanan yang aman mutu yang merupakan proses menciptakan
dan bermutu (Kementerian HAM RI, 2009). lingkungan di mana setiap individu berusaha
Kewajiban rumah sakit untuk memberikan menciptakan mutu agar terus meningkat
pelayanan yang aman, bermutu, dan efektif (Raines, 2012).
menuntut komitmen manajerial rumah Upaya untuk meningkatkan mutu
sakit untuk mempertahankan pelayanan pelayanan keperawatan menuntut
yang sesuai dengan standar. Pelayanan seluruh komponen rumah sakit bersama
terstandar tersebut harus dilaksanakan pimpinan/ manajer rumah sakit untuk selalu

161
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta penyempurnaan yang berkelanjutan


terkait mutu. Perkembangan pengetahuan (Hariyati, 2014; Marquis & Huston, 2015).
terkait mutu dan keselamatan harus selalu Pengendalian mutu keperawatan di ruang
diikuti oleh seorang manajer. Pentingnya rawat, pada umumnya telah dilaksanakan
peran manajer perawat dalam peningkatan terutama pada rumah sakit yang akan dan
dan penjaminan mutu rumah sakit dibuktikan sedang dilakukan akreditasi termasuk salah
dalam sebuah studi yang menyatakan satu rumah sakit militer di Jakarta. Rumah
kepemimpinan keperawatan mempunyai sakit ini memiliki kinerja pelayanan berupa
pengaruh langsung dan signifikan terhadap Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rata-rata
mutu keperawatan (Mendes & Fradique, pada September 2016 sampai September
2014). 2017 adalah 79,47%, dan Average Length
Manajemen keperawatan merupakan Of Stay (AvLOS) 5,69 hari. BOR yang cukup
proses perencanaan, pengorganisasian, tinggi tersebut memerlukan kekuatan SDM
pengaturan staf, pengarahan, dan kesehatan dan administrasi yang handal untuk
pengendalian yang satu sama lain saling melaksanakan pelayanan yang bermutu.
terkait. Peran manajer keperawatan tidak Jumlah tenaga perawat hingga Oktober
terlepas dari proses manajemen yang 2017 sebanyak 1134 orang yang tersebar di
dilakukan, termasuk menerapkan perhatian beberapa instalasi dan unit. Rumah sakit ini
kepada sumber daya material maupun meraih akreditasi internasional pada tahun
sumber daya manusia keperawatan. Peran 2014 dan telah melaksanakan triennial survey
manajer yang diterapkan secara nyata reakreditasi pada Oktober 2017, sedangkan
mampu membawa transformasi bagi staf focus triennial survey akan dilaksanakan
keperawatan lainnya untuk menerapkan pada Februari 2018 mendatang. Salah
standar mutu keperawatan (Huber, 2014; satu yang perlu menjadi perhatian dalam
Kelloway, Barling, & Helleur, 2000). Standar survei tersebut adalah belum optimalnya
ditetapkan untuk mengukur performa asuhan peningkatan mutu secara berkesinambungan
dan pelayanan keperawatan yang bersifat mulai dari analisis masalah sampai dengan
obyektif, dapat diukur, dan dapat dicapai rencana tindak lanjut.
(Marquis & Huston, 2015). Beberapa indikator ditetapkan untuk
Keterlibatan staf keperawatan dalam mengukur mutu rumah sakit, indikator
program mutu dan peningkatan keselamatan tersebut terdiri dari indikator area manajerial,
pasien harus menjadi pertimbangan utama area klinik, dan area International Patient
dari manajer keperawatan. Suatu pelayanan Safety Goals (IPSG). Dari beberapa indikator
keperawatan sangat mungkin bermutu tinggi tersebut, indikator mutu spesifik keperawatan
dengan adanya peran staf keperawatan yang yang dipantau adalah kejadian cedera tekan
merupakan pemberi pelayanan keperawatan dengan hasil pada periode semester 1
secara langsung. Keterlibatan staf dalam tahun 2017 sebanyak 7 dari 37 pasien yang
program peningkatan dan pengendalian mutu berisiko. Hasil observasi di 3 ruang rawat
merupakan syarat standar akreditasi rumah yaitu ruang rawat umum, bedah, dan stroke
sakit yang mutlak dipenuhi rumah sakit (Joint didapatkan bahwa kepala ruangan melakukan
Commission International, 2017; Komisi pengumpulan data sebagian besar dari
Akreditasi Rumah Sakit, 2017). Pengendalian indikator-indikator tersebut. Hasil wawancara
mutu akan memberikan umpan balik kepada dengan 11 kepala ruangan didapatkan bahwa
staf untuk melakukan perbaikan layanan kepala ruangan melakukan pemantauan

162
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

indikator mutu keperawatan yang dilaporkan keperawatan menjadi fokus perbaikan yang
setiap bulan kepada bidang keperawatan disusun bersama Bagian Keperawatan.
dan komite mutu rumah sakit, namun hasil Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
capaian indikator belum dianalisis secara mengidentifikasi dan menganalisis
optimal dan tidak diinformasikan ke staf di masalah terkait pelaksanaan pengendalian
ruang rawat. Penyelesaian masalah belum mutu keperawatan di ruang rawat dan
dilakukan secara terstruktur berdasarkan mengembangkan solusi pemecahan masalah
capaian indikator. Fungsi pengendalian mutu dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan serta monitoring dan evaluasi 5 fungsi manajemen yaitu perencanaan,
dinyatakan oleh 6 dari 11 kepala ruangan pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
(54%) belum dijalankan dengan baik oleh dan pengendalian.
kepala ruangan.
Kepala Bagian Keperawatan dalam METODE
wawancara menyatakan bahwa indikator Metode yang digunakan mini project,
keperawatan yang dipantau belum analisis hasil dan gap implementasi dengan
menggambarkan aspek struktur, proses pembahasan berdasarkan kajian literatur.
dan outcome dari asuhan dan pelayanan Kegiatan dimulai dari identifikasi masalah,
keperawatan. Pelaksanaan fungsi kemudian dilanjutkan dengan analisis
pengendalian mutu keperawatan yang masalah, penetapan prioritas masalah,
belum berjalan optimal ini kemungkinan juga penyusunan plan of action, implementasi,
dipengaruhi oleh struktur di rumah sakit militer serta evaluasi struktur, proses dan hasil.
dimana Kepala Bagian Keperawatan yang Ruang rawat yang digunakan adalah
bertanggung jawab terhadap penjaminan instalasi rawat inap yang terdiri dari ruang
mutu asuhan dan pelayanan keperawatan, perawatan umum, ruang bedah, unit stroke,
kedudukannya tidak sejajar dengan Kepala ruang rawat khusus paru dan jantung. Dasar
Instalasi rawat inap, akan tetapi berada pemilihan ruang rawat inap merupakan ruang
setingkat di bawah Kepala Instalasi. Struktur pelayanan pasien selama 24 jam sehingga
ini memungkinkan Bagian Keperawatan kontak perawat dengan pasien lebih banyak.
kurang kuat kedudukannya terhadap Kepala Ruang rawat inap juga merawat pasien yang
Instalasi termasuk peran dalam menjamin cukup banyak dengan kasus dan masalah
mutu asuhan keperawatan secara optimal. yang kompleks.
Rumah sakit dalam melakukan Pengambilan data dilakukan melalui
penjaminan mutu telah melakukan upaya wawancara terstruktur, survei melalui
perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kuisioner, dan observasi lapangan. Data
pelayanan. Penyelesaian masalah pelayanan tentang peran dan fungsi top manajer, diambil
telah dilakukan menggunakan alur Plan melalui wawancara terhadap Kepala Bagian
Do Study Action (PDSA), akan tetapi cara Keperawatan. Selain wawancara, metode
penyelesaian ini belum tersosialisasi dengan observasi dilakukan untuk mengidentifikasi
baik dan menjadi budaya peningkatan mutu di ketersediaan dan keterkinian dokumen
ruang rawat yang melibatkan kepala ruangan yang diproduksi Bagian Keperawatan untuk
beserta staf. pelaksanaan pengelolaan mutu keperawatan
Permasalahan terkait fungsi pengendalian berupa Rencana Kinerja Tahunan, panduan
mutu keperawatan yang merupakan salah dan standar prosedur operasional terkait
satu fungsi penting dalam manajemen pengendalian mutu keperawatan, kamus

163
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

indikator, formulir pengumpulan dan validasi dan hingga batas waktu yang ditetapkan
data, rekapitulasi, analisis data, analisis akar kuesioner tersebut tidak dikembalikan.
masalah dari indikator yang belum tercapai, Kuisioner diadaptasi dari tools yang
bukti tindak lanjut dan PDSA sebagai dikembangkan oleh The Agency for Healthcare
penyelesaian masalah. Research and Quality (AHRQ) pada tahun
Data tentang fungsi manajemen 2008. AHRQ merancang 24 jenis tools yang
keperawatan di ruang rawat diambil dari dapat digunakan untuk menilai penerapan
wawancara terstruktur, observasi dan peningkatan mutu. Salah satu tools tersebut
survei kuisioner. Observasi lapangan adalah untuk menilai peran dan kesiapan
dilakukan di tiga ruang rawat yaitu ruang organisasi dalam upaya meningkatkan
perawatan umum, bedah, dan stroke untuk mutu (The Agency for Healthcare Research
mengidentifikasi penerapan pengendalian and Quality, 2008). Kuisioner dimodifikasi
mutu keperawatan dan ketersediaan beberapa pernyataannya menggunakan
dokumen yang mendukung. Wawancara alur 5 fungsi manajemen (perencanaan,
terstruktur dilakukan secara kelompok terdiri pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
dari sepuluh kepala ruangan yang mewakili dan pengendalian). Kuisioner berisi
ruang perawatan umum, ruang rawat bedah, pernyataan terkait peran kepala ruangan dan
ruang rawat anak, dan ruang rawat khusus staf perawat dalam penerapan pengendalian
jantung, bertujuan untuk menggali persepsi mutu keperawatan, fungsi manajemen
kepala ruangan tentang peran dan fungsi kepala ruangan dan dukungan rumah sakit.
pengendalian mutu keperawatan di ruang Pengambilan data diawali dengan penjelasan
rawat. Penjelasan tentang tujuan dan topik kepada calon responden, dilanjutkan dengan
wawancara diberikan sebelum wawancara, penandatanganan lembar persetujuan
dilanjutkan dengan penandatanganan lembar pengumpulan data bagi yang bersedia
persetujuan untuk wawancara. Alat bantu menjadi responden.
yang digunakan berupa panduan berisi Data dianalisis secara deskriptif dengan
pertanyaan yang bersifat terbuka, serta alat melihat distribusi frekuensi persepsi kepala
perekam menggunakan handphone untuk ruangan dan staf tentang pengendalian
mendokumentasikan hasil wawancara. mutu dan pelaksanaan fungsi manajemen
Survei melalui kuesioner dilakukan dalam pengendalian mutu. Hasil wawancara
terhadap kepala ruangan dan staf. Sampel digunakan sebagai pendukung dalam
kepala ruangan adalah total sampling dengan melakukan analisis data. Hasil analisis data
jumlah yang bersedia menjadi responden digunakan dalam penetapan masalah yang
sebanyak 11 orang dari Instalasi Rawat Inap. diidentifikasi menggunakan diagram fishbone.
Sampel perawat pelaksana menggunakan Penyelesaian masalah dari mulai penetapan
rumus rules of thumb yaitu n>50 + 8m, Plan of Action (POA), implementasi, evaluasi,
sehingga didapatkan sebanyak 114 perawat dan tindak lanjut. Penyusunan POA dilakukan
(Thabane, 2004; Thabane et al., 2010). bersama Bagian Keperawatan dan kepala
Rumus ini dipilih karena mempertimbangkan ruangan melalui brain storming dan diskusi
waktu pengambilan data yang sangat terarah. Rencana tindakan disusun mengikuti
singkat sehingga sampel yang diambil tidak alur fungsi manajemen sesuai hasil asesmen
besar. Kuisioner yang kembali sebanyak pada tiap fungsi dan diimplementasikan
88 kuisioner, sedangkan 26 kuesioner tidak bersama. Evaluasi dilakukan terhadap 5
kembali karena waktu kegiatan yang terbatas kepala ruangan atau penanggung jawab

164
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

mutu dari ruang perawatan umum dan Hasil survei melalui kuisioner
bedah. Evaluasi menggunakan kuisioner menunjukkan persepsi kepala ruangan
dan observasi langsung yang dilakukan terhadap tindak lanjut perbaikan masalah
bersamaan dengan pendampingan dan mutu dilakukan dengan baik oleh 45% kepala
simulasi analisis masalah mutu. ruangan (gambar 1). Staf belum semua
mendapatkan informasi hasil capaian mutu
HASIL sehingga kurang optimal dalam keikutsertaan
Asesmen dan Analisis Masalah melakukan upaya perbaikan (gambar 2).
Hasil penulisan ini akan diuraikan Data pendukung dari hasil wawancara kepala
berdasarkan hasil survei melalui kuesioner ruangan menyatakan belum optimalnya
dengan sekaligus ditambahkan dari hasil tindak lanjut dari hasil capaian mutu.
wawancara dan observasi sebagai data
pendukung.

Gambar 1. Persepsi Kepala Ruangan terhadap penerapan pemantauan mutu keperawatan

Gambar 2. Persepsi Staf Perawat terhadap penerapan pemantauan mutu keperawatan

165
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Hasil wawancara seluruh kepala ruangan perencanaan, pengarahan dan pengendalian


menyatakan belum dilibatkan secara optimal terkait penerapan indikator mutu keperawatan
dalam penetapan indikator mutu untuk masih perlu ditingkatkan (gambar 4). Standar
ruang rawat yang dikelolanya, sama dengan Operasional Prosedur belum tersosialisasi
staf perawat yang merasa belum dilibatkan dengan baik dan staf perawat belum dilibatkan
dalam pemantauan dan upaya tindak lanjut secara optimal dalam pengendalian mutu.
hasil indikator. Berdasarkan wawancara Hasil wawancara Kepala Ruangan belum
terstruktur, 45% Kepala Ruangan belum memahami definisi indikator yang dipantau
memahami definisi dari masing-masing karena belum aware dengan kamus indikator.
indikator mutu yang dipantau, analisis Hasil observasi langsung di ruang rawat
data hasil capaian secara berkala dan inap A dan B, pengisian beberapa formulir
penyampaian hasil kepada staf perawat yang pemantauan belum dapat dimengerti. Fungsi
belum optimal. Peran Kepala Ruangan hanya pengarahan dalam hal pelaksanaan supervisi
sebatas mengumpulkan data, menginput dan belum berjalan secara rutin dan tindak lanjut
mengirimnya ke Komite mutu rumah sakit. capaian mutu belum optimal (45,45%). Fungsi
Data yang dikumpulkan tidak divalidasi untuk pengendalian, monitoring dan evaluasi
menjamin kredibilitas data. indikator mutu keperawatan belum berjalan
Hasil survei terkait fungsi manajemen dengan baik (45,55%).
kepala ruangan teridentifikasi fungsi

Gambar 4. Fungsi manajemen Kepala Ruangan dalam pengendalian mutu keperawatan

Masalah yang ditemukan dari hasil pengendalian mutu keperawatan beserta


asesmen, dianalisis menggunakan diagram formulir atau instrumen yang diperlukan
fishbone yang merupakan analisis masalah untuk pengambilan data. Panduan yang
dengan pendekatan analisis sebab akibat belum difahami menyebabkan ketentuan
(gambar 5). Hasil analisis masalah ditemukan pengumpulan dan validasi data mutu
belum optimalnya pelaksanaan pengendalian tidak dilaksanakan dengan baik. Tindak
mutu keperawatan dari mulai perencanaan lanjut masalah mutu yang seharusnya
sampai pengontrolan. Panduan belum di- dilakukan oleh Kepala Ruangan tidak dapat
update sesuai kebutuhan saat ini, demikian dilaksanakan secara optimal karena sistem
pula standar prosedur operasional (SPO) supervisi belum terstruktur dan terjadwal.
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan

166
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

Gambar 5. Analisis masalah pengendalian mutu keperawatan menggunakan fishbone


analysis
Implementasi
Hasil analisis fishbone menjadi dasar tukar pendapat antara Kepala Ruangan
dalam menyusun rencana tindak lanjut. yang difasilitasi oleh Bagian Keperawatan.
Rencana tindak lanjut menggunakan kerangka Draft dokumen tersusun 75% dan akan
POSAC yaitu fungsi manajemen keperawatan disempurnakan Bagian Keperawatan.
dari mulai perencanaan, pengorganisasian, Implementasi fungsi pengorganisasian
ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian/ dan ketenagaan berupa usulan pembentukan
pengontrolan. Pendekatan ini diharapkan tim mutu ruang rawat dicantumkan dalam
dapat secara langsung memberikan solusi panduan pengendalian mutu keperawatan.
masalah pengelolaan mutu keperawatan Kepala Seksi pengendalian mutu
dan mengoptimalkan fungsi manajemen oleh keperawatan adalah manajer level atas yang
Bagian Keperawatan dan Kepala Ruangan. merupakan pejabat dibawah Kepala Bagian
Pada fungsi perencanaan, implementasi Keperawatan yang bertanggung jawab dalam
yang dilakukan adalah pengembangan dan penjaminan mutu keperawatan di rumah
penyusunan dokumen berupa Panduan sakit. Kepala Ruangan merupakan manajer
Pengendalian Mutu Keperawatan dan Standar yang mengelola langsung ruang rawat yang
Prosedur Operasional yang disertai lampiran bertanggung jawab dalam pelaksanaan
berupa kamus dan formulir pemantauan. peningkatan mutu keperawatan secara
Panduan disusun oleh Bagian Keperawatan berkelanjutan di ruang yang dikelolanya.
dengan melibatkan Kepala Ruangan dan Penanggung jawab mutu adalah staf
Penanggung Jawab Mutu ruangan. Draft yang membantu Kepala Ruangan dalam
panduan dan SPO disampaikan dalam melakukan pemantauan dan peningkatan
sosialisasi dan workshop, dimana pada mutu berkelanjutan.
kegiatan ini terjadi brainstorming atau

167
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Masalah pada fungsi pengarahan, Evaluasi


ditindaklanjuti dengan workshop dan Evaluasi dilakukan pasca workshop
sosialisasi panduan pengendalian mutu dan sosialisasi panduan melalui pre dan
keperawatan dihadiri 11 kepala ruangan post test dengan menjawab 10 butir soal
dan 10 penanggung jawab mutu ruangan. pilihan ganda tentang fungsi pengendalian
Kegiatan ini bertujuan melakukan sosialisasi mutu keperawatan. Nilai rata-rata pre dan
dan diskusi draft panduan. Kepala ruangan post test peserta meningkat dari rata-rata
diberikan pengarahan tentang pengendalian 6,10 menjadi 7,43 atau meningkat 1,33 poin
mutu keperawatan yang difokuskan pada (gambar 6 dan 7). Jumlah kepala ruangan
pemantapan pemahaman indikator mutu yang meningkat nilainya lebih banyak dari
keperawatan yang mencakup keselamatan, jumlah penanggung jawab mutu. Dalam
kenyamanan, pengetahuan, kecemasan, kegiatan workshop tersebut kepala ruangan
kepuasan pasien, dan perawatan diri. menyampaikan pendapatnya yaitu kegiatan
Indikator mengadopsi dari JCI Library dan workshop ini menambah pengetahuan
Nursing Sensitive Indicator dari American dan wawasan dalam menjalankan fungsi
Nursing Association (ANA). Kepala Ruangan manajemen terutama fungsi pengendalian
juga diberikan materi mengenai analisis data, mutu keperawatan. Kepala ruangan
analisis masalah dan tindak lanjut hasil. menyampaikan harapannya agar Bagian
Kegiatan pengarahan dilanjutkan dengan Keperawatan memberikan pengarahan
pendampingan dan simulasi tentang analisis dan pendampingan secara berkala dalam
masalah di 2 ruang perawatan umum dan 3 penerapan penjaminan mutu keperawatan.
ruang perawatan bedah. Evaluasi juga dilakukan setelah
Implementasi untuk fungsi pengendalian pendampingan dan simulasi pembuatan
dan pengontrolan, dilakukan penetapan analisis masalah dan rencana tindak lanjut.
indikator berdasarkan kebutuhan pelayanan Evaluasi bertujuan untuk menggali persepsi
keperawatan dan kemudahan dalam kepala ruangan dan penanggung jawab mutu
memantau serta tidak duplikasi dengan setelah workshop, sosialisasi dan simulasi
indikator yang diukur komite mutu rumah tentang pengendalian mutu keperawatan.
sakit. Indikator yang disepakati adalah Responden mengisi lembar kuesioner yang
kejadian luka tekan (aspek keselamatan berisi 6 pernyataan mengenai pemantauan
pasien), persentase kepatuhan tata laksana mutu keperawatan, analisis masalah dan
nyeri oleh perawat (aspek kenyamanan) tindak lanjut hasil, serta pertanyaan terbuka
dan persentase pemenuhan perawatan diri untuk menggali perasaan setelah melakukan
pasien (aspek self care). Dasar pemilihan simulasi analisis masalah dan menggali
indikator ini adalah adanya kriteria high risk, harapan dalam penerapan pengendalian
high volume, dan bad performance. Selain mutu.
itu, kondisi di ruang rawat dan beban kerja
Kepala Ruangan juga menjadi pertimbangan.
Implementasi untuk mengoptimalkan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah
dengan menyusun draft sistem supervisi
dan pemantauan mutu keperawatan secara
internal dan lintas ruang.

168
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

Gambar 6. Nilai rata-rata pre & post test peserta workshop

Gambar 7. Persentase Kepala Ruangan berdasarkan nilai pre & post test

Tabel 1. Persepsi Kepala Ruangan pasca workshop dan simulasi Pengendalian Mutu Keperawatan
No Pernyataan Baik Kurang
Fungsi pengendalian mutu keperawatan sangat penting untuk
1 100% 0%
dilaksanakan
2 Monitoring dan evaluasi mutu keperawatan sudah berjalan dengan baik 40% 60%
3 Indikator mutu prioritas dapat mengukur mutu layanan di ruang rawat 100% 0%
4 Analisis hasil capaian menjadi dasar untuk mengidentifikasi masalah 100% 0%
Melakukan analisis masalah dapat memudahkan dalam menentukan
5 100% 0%
tindak lanjut dan perbaikan
Rencana tindak lanjut menjadi panduan untuk melakukan upaya
6 80% 20%
perbaikan

169
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Tabel 2. Pendapat Kepala Ruangan tentang Penerapan Pengendalian Mutu Keperawatan


No Pertanyaan terbuka dan Pendapat
1 Perasaan setelah melakukan simulasi analisis dan tindak lanjut masalah mutu keperawatan:
40% merasa lebih memahami, 40% merasa lebih mudah melaksanakan, 20% menyatakan
dapat memperbaiki masalah
2 Harapan terhadap penerapan pengendalian mutu keperawatan:
40 % menyatakan harapan agar pengendalian mutu berjalan optimal sampai tindak lanjut
dan evaluasi, 40% berharap agar quality improvement berkelanjutan untuk memberi
pelayanan keperawatan lebih baik, 20% menyatakan harapan agar semua staf terlibat dalam
pengendalian mutu
3 Saran dan komentar:
Hasil analisis dapat mudah diakses dan tidak ada duplikasi data
Agar diberi penjelasan secara detail tentang formulir pemantauan mutu
Supervisi dari Bagian Keperawatan dan Tim mutu RS setiap minggu
Adanya pendampingan berkala dari jajaran manajemen rumah sakit dalam pelaksanaan
pengendalian mutu keperawatan di rumah sakit
Agar dilakukan edukasi petunjuk pengumpulan data

Hasil evaluasi didapatkan rata- DISKUSI


rata kepala ruangan memiliki persepsi Bagian ini membahas hasil yang
yang positif (86,67%) setelah diberikan dikaitkan dengan literatur dan beberapa hasil
sosialisasi, workshop, dan simulasi (tabel penelitian. Pembahasan mengikuti alur fungsi
1). Seluruh kepala ruangan menyatakan manajemen keperawatan yaitu perencanaan,
pentingnya pengendalian mutu keperawatan pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,
dalam pengelolaan ruang rawat, namun dan pengendalian.
pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta Pengendalian mutu keperawatan
tindak lanjut pemantauan mutu dirasakan merupakan salah satu fungsi utama kepala
belum optimal (40%). Hasil survei kuisioner ruangan dalam menjalankan pengelolaan
pertanyaan terbuka dapat dilihat pada tabel keperawatan di ruang rawat. Hasil
2 dimana dapat disimpulkan bahwa kepala asesmen awal dan evaluasi menunjukkan
ruangan merasa lebih memahami dan lebih bahwa rumah sakit telah memiliki program
mudah melaksanakan langkah pengendalian pengendalian mutu yang dipersyaratkan
mutu keperawatan. Kepala ruangan oleh standar akreditasi rumah sakit, akan
menyampaikan harapan agar dokumen tetapi compliance penerapannya yang
penunjang pelaksanaan pengendalian mutu perlu dipertahankan dan dijaga. Rumah
mudah difahami dan mampu laksana. Secara sakit dipersyaratkan secara mutlak untuk
umum kepala ruangan mengharapkan dapat mempertahankan kepatuhan dan
penerapan pengendalian mutu berjalan kesinambungan penerapan mutu karena
optimal serta dapat melakukan tindak lanjut dengan menerapkan pengendalian mutu
untuk perbaikan berkesinambungan. rumah sakit dapat mengevaluasi proses
kerja secara kontinyu (Lucas & Nacer, 2015;
Raines, 2012).

170
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

Beberapa penyebab yang dapat memastikan keseragaman dan konsistensi


diidentifikasi dari hasil asesmen adalah dalam pengambilan keputusan, membantu
belum optimalnya penerapan langkah- memecahkan masalah, menumbuhkan
langkah peningkatan mutu dalam rangka stabilitas dan kontinuitas, menyediakan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. kerangka kerja, dan mengklarifikasi fungsi
Mutu pelayanan harus terus menerus dan tanggung jawab (NSW Goverment,
dievaluasi sebagai dasar peningkatan 2013; Schwartz, 2017). Akreditasi rumah
yang berkesinambungan, karena itu proses sakit mempersyaratkan ketersediaan
penjaminan mutu tidak berhenti hanya dokumen yang merupakan regulasi rumah
sampai pengukuran saja, tetapi sampai sakit dalam bentuk panduan tata naskah
dengan tindak lanjut dan evaluasi (Hariyati, rumah sakit. Panduan merupakan petunjuk
2014). Masalah utama dari langkah dalam melakukan kegiatan yang dilengkapi
pengendalian mutu yang teridentifikasi dengan SPO untuk memastikan ketepatan
adalah belum optimalnya perencanaan dalam mengimplementasikan suatu kegiatan
dalam pengendalian mutu dimana dokumen (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012).
pendukung untuk penerapannya belum di- Draft indikator yang dipilih bersama
update dan dikembangkan. Masalah utama Bagian Keperawatan diusulkan dalam
lain adalah belum optimalnya tindak lanjut panduan pengendalian mutu keperawatan.
hasil pemantauan, sehingga data yang Penetapan indikator harus melibatkan
dikumpulkan tidak menjadi manfaat yang jajaran keperawatan yang ditunjuk
besar untuk perbaikan pelayanan. Standar rumah sakit. Penetapan indikator dapat
akreditasi Joint Commission International merujuk pada Nursing Sensitive Indicators
edisi 6 pada bab Quality improvement and yang ditetapkan oleh American Nurses
Patient Safety (QPS) pasal 8 menyatakan Association (ANA), JCI Library, dan draft
bahwa data yang dikumpulkan harus selalu pedoman pemantauan mutu keperawatan
dianalisis agar tren yang tidak diinginkan dari Kementerian Kesehatan Republik
dapat teridentifikasi dan ditindaklanjuti (Joint Indonesia. Indikator mutu keperawatan
Commission International, 2017). yang spesifik dan berbeda dengan indikator
Hasil implementasi untuk mengoptimalkan kesehatan lainnya merupakan ukuran yang
fungsi pengendalian mutu keperawatan mencerminkan struktur, proses, dan outcome
mendapat dukungan penuh dari Bagian asuhan keperawatan (Hughes, 2008; Joint
Keperawatan dan kepala ruangan. Panduan Commission International, 2017; Jones, 2016;
dan standar operasional prosedur (SPO) Montalvo, 2007). Indikator struktur terkait
yang disusun bersama, menjadi langkah dengan operasional pelayanan keperawatan,
awal kepala ruangan untuk memahami contoh waktu asuhan keperawatan per hari
proses pengendalian mutu keperawatan. pasien, rasio perawat:pasien, indikator
Kepala ruangan dalam melaksanakan proses terkait dengan proses asuhan
tugasnya memerlukan dokumen kebijakan keperawatan, contoh pemenuhan perawatan
sebagai acuan dalam melaksanakan diri, kelengkapan dokumentasi keperawatan,
pengendalian mutu keperawatan. Dokumen sedangkan indikator outcome terkait dengan
terdiri dari panduan, standar prosedur hasil asuhan keperawatan, contoh kejadian
operasional, dan formulir atau instrumen luka tekan, kejadian jatuh, infeksi rumah sakit,
yang dibutuhkan untuk pemantauan dan kepuasan pasien/ keluarga (Heslop & Lu,
mutu keperawatan. Dokumen kebijakan 2014).

171
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Standar Quality and Patient Safety (QPS) rasa tanggung jawab staf dalam peningkatan
4 dalam akreditasi rumah sakit menyatakan mutu keperawatan. Partisipasi aktif dari
bahwa data indikator mutu menggambarkan staf keperawatan akan berdampak pada
kinerja rumah sakit dan membandingkan kepatuhan terhadap standar, selanjutnya
kinerja dengan rumah sakit lain. Pengumpulan outcome yang diharapkan dari penerapan
dan analisis data indikator mutu keperawatan standar-standar tersebut adalah tercapainya
merupakan bagian penting dari pengendalian tujuan asuhan pasien dan meningkatnya
mutu keperawatan karena data yang kepuasan pasien. Studi menyatakan
diperoleh menjadi dasar untuk melakukan bahwa mutu asuhan keperawatan menjadi
perbaikan. Data yang dikumpukan kepala alat ukur dan faktor yang mempengaruhi
ruangan di ruang rawat belum dilakukan kepuasan pasien terutama dalam hal skill
validasi, hal ini dapat menyebabkan data dan pengetahuan klinis perawat (Kol et al.,
yang diperoleh kurang kredibel. Validasi data 2018). Pengumpulan data secara silang yang
merupakan proses untuk memastikan data direncanakan mulai Januari 2018 merupakan
benar, handal, lengkap, dan relevan. QPS salah satu upaya Bagian Keperawatan untuk
6 mempersyaratkan adanya proses validasi mengefektifkan pelaksanaan supervisi dan
data secara internal yang dilaksanakan meningkatkan rasa saling memiliki satu
rumah sakit agar data yang diperoleh tersebut sama lain antara ruang-ruang rawat, serta
benar-benar menjadi data yang dapat mengoptimalkan pelibatan kepala ruangan.
dipercaya kebenarannya (Joint Commission Salah satu upaya melibatkan staf dalam
International, 2017). Proses validasi menurut program pengendalian mutu keperawatan
standar akreditasi JCI detail dicantumkan adalah melalui pemberian informasi yang
dalam draft SPO validasi data mutu. jelas tentang hasil capaian indikator.
Pengambilan data indikator sebagai Pemberian informasi hasil capaian indikator
salah satu proses dalam pengendalian mutu kepada staf sangat diperlukan sebagai umpan
keperawatan harus didukung dengan tim balik atas kinerja yang dicapai. Manajer
yang bertanggung jawab dalam peningkatan keperawatan perlu memperhatikan respon
mutu di ruangan. Pelibatan staf sebagai tim staf dalam menerima umpan balik. Sebuah
pengendalian mutu menjadi salah satu yang studi menyatakan bahwa ada 4 respon
mengkontribusi timbulnya motivasi staf untuk perawat dalam menerima umpan balik yaitu
melakukan perbaikan berkesinambungan. (1) umpan balik dianggap sebagai perintah
Perawat merupakan kunci dalam mewujudkan untuk menindaklanjuti hasil pengukuran
mutu pelayanan yang tinggi, oleh karena itu mutu; (2) umpan balik dianggap sebagai
seluruh staf harus dilibatkan dalam program motivasi ekstrinsik yang sangat penting untuk
peningkatan mutu, sehingga pelibatan staf menindaklanjuti hasil pengukuran mutu;
tersebut dapat memberi kontribusi berupa ide (3) umpan balik dianggap sebagai sumber
atau saran yang digunakan untuk perbaikan daya intrinsik memotivasi perawat untuk
serta mempengaruhi hasil/ outcome menindaklanjuti hasil pengukuran mutu;
(Bentley, 2017; Hariyati, 2014; Neuhauser, dan 4) umpan balik tidak dianggap sebagai
2011). Tim pengendalian mutu keperawatan permintaan pekerjaan, atau sebagai sumber
yang dicantumkan dalam panduan dapat pekerjaan (Giesbers et al., 2016). Staf yang
membantu keberlangsungan penjaminan berpotensi sebagai agen pembaharu dalam
mutu keperawatan di ruang rawat. menerima umpan balik adalah pada poin
Pembentukan tim juga dapat meningkatkan 2 dan 3 yang dapat dioptimalkan untuk

172
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

melakukan perubahan. Studi lain menyatakan Kepala ruangan memerlukan arahan dan
bahwa data hasil capaian mutu harus mudah bimbingan Bagian Keperawatan untuk dapat
diakses dan disajikan dengan cara yang menganalisis masalah dengan baik.
mudah dimengerti sehingga staf dapat Pendampingan, bimbingan, pelatihan
mengidentifikasi dampak kinerjanya terhadap dan supervisi dari manajemen ke ruang
hasil capaian mutu dan dapat memberi ide rawat merupakan hal yang dibutuhkan dalam
solusi dari masalah yang ditemukan (Bentley, pelaksanaan standar mutu keperawatan.
2017; Joint Commission International, 2017; Hubungan yang baik antara kepala
Zoschak, 2010). Jelasnya informasi hasil ruangan dengan manajer serta kepala
capaian indikator, dapat menjadi peluang ruangan dengan staf mendukung kinerja
manajer perawat untuk melibatkan staf dalam mengelola ruang rawat. Kepala ruangan
melakukan analisis akar masalah agar tindak beserta staf memerlukan pembekalan
lanjut yang disusun tepat sasaran. dan pendidikan berkelanjutan untuk
Implementasi untuk menyelesaikan meningkatkan kompetensi dan kemampuan
masalah kurang optimalnya pelaksanaan agar dapat meerapkan penjaminan mutu
analisis dan tindak lanjut masalah dilakukan dengan baik di ruangan. Sebuah telaah
dengan simulasi penyusunan analisis akar sistematis mengidentifikasi pendidikan
masalah dan membuat rencana tindak lanjut. merupakan faktor yang paling berpengaruh
Tools yang dipilih untuk simulasi analisis dalam meningkatkan kompetensi perawat
akar masalah adalah fishbone analysis dan termasuk dalam menerapkan standar mutu
5 why. Tools peningkatan kualitas dapat keperawatan (Rizany, Hariyati, & Handiyani,
membantu dalam memberdayakan staf 2018). Penelitian menyatakan bahwa
untuk memahami data yang dibutuhkan peningkatan pengetahuan yang didapat
untuk menerapkan strategi perbaikan proses dari pelatihan keterampilan interpersonal
(Bentley, 2017). Perawat memiliki posisi yang berpengaruh secara bermakna terhadap
baik untuk tidak hanya menganalisis data dari peran interpersonal dan kepemimpinan
tindakan tetapi juga untuk merancang dan kepala ruangan (Suhariyanto, Hariyati, &
menerapkan strategi yang mempengaruhi Ungsianik, 2018).
pemberian perawatan. Banyak perawat Supervisi dan pengarahan terhadap staf
mengkoordinasikan kegiatan di antara perawat dapat menumbuhkan kekuatan
tim multidisiplin, dan mengatur intervensi dan percaya diri dalam menerapkan
antar departemen yang akhirnya dapat pengendalian mutu keperawatan. Supervisi
meningkatkan mutu perawatan (Farquhar, rutin secara internal dari kepala ruangan
2008). Analisis akar masalah yang menurut juga dapat menambah penguatan staf dan
standar akreditasi dilakukan untuk mencari meminimalkan insiden. Sebuah penelitian
akar masalah insiden atau sentinel, dapat menunjukkan bahwa kepemimpinan
juga digunakan untuk mencari akar masalah keperawatan memiliki dampak langsung
dari hasil capaian indikator mutu yang tidak dan signifikan secara statistik berpengaruh
memenuhi target atau standar karena hal terhadap penurunan insiden dan peningkatan
tersebut juga merupakan suatu kejadian mutu keperawatan (Ezeukwu, 2011; Mendes
yang tidak diinginkan. Analisis akar masalah & Fradique, 2014). Penelitian lain menyatakan
dari hasil capaian mutu keperawatan bahwa model kepemimpinan dan pengarahan
dapat membantu kepala ruangan dalam kepala ruangan berhubungan secara
menentukan langkah tindak lanjut yang tepat. bermakna dengan retensi perawat (Sigit,

173
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Keliat, & Hariyati, 2011; Yasman, Sahar, & utama manajemen keperawatan. Fungsi
Nuraini, 2015). Pemberdayaan staf dengan ini memerlukan dukungan rumah sakit
cara melibatkan aktif dalam pengendalian dalam penerapannya terutama dalam tahap
mutu keperawatan merupakan strategi perencanaan dimana program pengendalian
yang tepat untuk meningkatkan pelayanan mutu keperawatan membutuhkan dokumen
keperawatan. Sebuah studi menyatakan kebijakan yang dikeluarkan pimpinan rumah
bahwa tipe kepemimpinan transformasional sakit.
dan transaksional berhubungan erat dengan Tulisan ini merekomendasikan agar
pemberdayaan staf perawat dan dapat manajemen rumah sakit agar selalu menjalin
memotivasi serta menginspirasi (Fergus, komunikasi dan memotivasi kepala ruangan
2012; Manning, 2014; Pianella, 2014). untuk melakukan inovasi dalam menjalankan
Manajer yang menerapkan kepemimpinan fungsi pengendalian mutu keperawatan.
transformasi, memberikan pengaruh Pelibatan kepala ruangan secara aktif dalam
melalui perilaku yang ideal, memotivasi pelaksanaan program penjaminan mutu dari
dan menginspirasi, perhatian yang bersifat mulai penetapan indikator, pengumpulan data,
individu, dan memberi stimulasi intelektual.
analisis data, publikasi hasil capaian sampai
Manajer dengan tipe kepemimpinan dengan tindakan perbaikan dan evaluasi.
transaksional menerapkan strategi pemberianPenjaminan mutu terlaksana dengan baik
reward dan punishment untuk memotivasi apabila kepala ruangan agar terus menerus
staf. mengembangkan diri dengan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai
SIMPULAN mutu keperawatan. Hal yang tidak kalah
Penerapan fungsi pengendalian mutu pentingnya adalah pelibatan staf perawat
keperawatan oleh kepala ruangan belum dalam menetapkan dan melaksanakan
optimal dalam hal tindak lanjut dari hasil perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan
capaian mutu. Selain itu pelibatan kepala mutu pelayanan keperawatan.
ruangan dalam penetapan indikator mutu
DAFTAR PUSTAKA
keperawatan. Kurangnya pelibatan kepala
ruangan tersebut berdampak pada belum Rehan, A. & Kanji, Z., J. D., R. R. (2015).
difahaminya definisi dari masing-masing Perceptions of patients regarding quality
indikator mutu yang dipantau. nursing care (QNC) at a tertiary care
Hasil sosialisasi, workshop, dan hospital, Karachi, Pakistan. Journal of
simulasi tentang langkah dalam penerapan Clinical Research & Bioethics, 06(06).
pengendalian mutu keperawatan cukup Bentley, T. A. (2017). Performance data and
efektif meningkatkan pengetahuan kepala staff responsibility (doctoral dissertation).
ruangan dan membuka wawasan lebih Walden University, Minneapolis, MN,
luas tentang pemantauan mutu yang USA.
dipersyaratkan akreditasi rumah sakit. Ezeukwu, D. N. (2011). Nurse leader
Persepsi yang baik dari kepala ruangan competencies and their relationship to
tentang pentingnya fungsi pengendalian quality of nursing care: A case study.
mutu menjadi modal awal yang baik untuk Ann Arbor: ProQuest LLC.
melakukan perubahan dan perbaikan dalam Farquhar, M. (2008). AHRQ quality indicators.
menjalankan fungsinya. Pengendalian mutu In Hughes, R. G., Ed. Patient safety and
keperawatan merupakan salah satu fungsi quality: an evidence-based handbook for
nurses. Washington: AHRQ Publication.

174
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

Fergus, J.-A. M. (2012). Nurse manager Kementerian HAM RI. (2009). Undang-
leadership in unionized acute care Undang Republik Indonesia nomor
hospitals in massachusetts, staff nurse 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
empowerment, and retention. Ann Arbor: Jakarta, Indonesia.
ProQuest LLC. Kementerian HAM RI. (2014). Undang-
Giesbers, A. P., Schouteten, R. L., Undang Republik Indonesia Nomor
Poutsma, E., van der Heijden, B. I., 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
& van Achterberg, T. (2016). Nurses’ Indonesia.
perceptions of feedback to nursing Kol, E., Arıkan, F., Ilaslan, E., Akinci, M. A. &
teams on quality measurements: An Koçak, M. C. (2018). A quality indicator
embedded case study design. Int J Nurs for the evaluation of nursing care:
Stud, 64: 120–129. determination of patient satisfaction and
Hariyati, R. T. S. (2014). Perencanaan, related factors at a university hospital in
pengembangan dan utilisasi tenaga the Mediterranean Region in Turkey.
keperawatan (1st ed.). Jakarta: Rajawali Collegian, 25(1): 51-56.
Pers. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012).
Heslop, L., & Lu, S. (2014). Nursing-sensitive Panduan penyusunan dokumen
indicators: A concept analysis. J Adv akreditasi (1st ed.). Jakarta: KARS.
Nurs, 70(11): 2469–2482. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2017).
Huber, D. (2014). Leadership & nursing Standar Nasional Akreditasi Rumah
care management (5th ed.). St. Louis Sakit. Jakarta, Indonesia: KARS.
Missouri: Elsevier Saunders. Lucas, B. & Nacer, H. (2015). The habits of
Hughes, R. G. (2008). Patient safety and an improver: Thinking about learning for
quality: an evidence-based handbook improvement in health care. London:
for nurses. In R. G. Hughes, Ed, The Health Foundation.
Agency for healthcare research and Manning, J. M. (2014). The influence of nurse
quality, US Department of Health and manager leadership style factors on
Human Services. Washington: AHRQ the perception of staff nurse structural
Publication. empowerment, work engagement, and
Joint Commission International. (2017). Joint intent to stay. Ann Arbor: ProQuest LLC.
Commission International Accreditation Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2015).
standards for hospitals (6th ed.). Oak Leadership roles and management
Brook: Department of Publications Joint functions in nursing: Theory and
Commission Resources. application (8th ed.). Canada: Lippincot
Jones, T. L. (2016). Outcome measurement Williams & Wilkins.
in nursing: Imperatives, ideals, history, Mendes, L., & Fradique, M. J. J. G. (2014).
and challenges. Online Journal of Issues Influence of leadership on quality
in Nursing, 21(2) nursing care. International Journal of
Kelloway, E. K., Barling, J., & Helleur, J. Health Care Quality Assurance, 27(5):
(2000). Enhancing transformational 439–450.
leadership: The roles of training and Montalvo, I. (2007). The national database
feedback. Leadership & Organization of nursing quality Indicators® (NDNQI®).
Development Journal, 21(3): 145–149. The Online Journal of Issues in Nursing,
12(3).

175
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Mudallal, R. H., Saleh, M. Y. N., Al-Modallal, Sigit, A., Keliat, B. A., & Hariyati, R. T. S. (2011).
H. M., & Abdel-Rahman, R. Y. (2017). Fungsi pengarahan kepala ruang dan
Quality of nursing care: The influence of ketua tim meningkatkan kepuasan kerja
work conditions, nurse characteristics perawat pelaksana. Jurnal Keperawatan
and burnout. International Journal of Indonesia, 14(2): 83–88.
Africa Nursing Sciences, 7: 24–30. Suhariyanto, Hariyati, R. T. S., & Ungsianik,
Muhidin, M., Sahar, J., & Wiarsih, W. (2010). T. (2018). Improving the interpersonal
Persepsi pasien terhadap pelayanan competences of head nurses through
keperawatan: Studi fenomenologi. Peplau’s theoretical active learning
Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(2): approach. Enfermeria Clinica, 28: 149–
74–80. 153.
Needleman, J., & Hassmiller, S. (2009). The Thabane, L. (2004). Sample size determination
role of nurses in improving hospital in clinical trials HRM-733 class notes.
quality and efficiency: real-world results. Hamilton: Department of Clinical
Health Aff (Millwood)), 28(4): w625-633. Epidemiology & Biostatistic. Retrieved
Neuhauser, D. M. (2011). Impact of staff from http://www.lehanathabane.com
engagement on nurse satisfaction/ Thabane, L., Ma, J., Chu, R., Cheng, J.,
retention and patient outcomes of patient Ismaila, A., Rios, L. P., Robson, R., ...,
satisfaction and NDNQI® indicators Goldsmith, C. H. (2010). A tutorial on
(Master’s thesis). Western Carolina pilot studies: the what, why and how.
University, Cullowhee, USA. BMC Med Res Methodol, 10(1): 1.
NSW Goverment. (2013). Workplace policies The Agency for Healthcare Research and
and procedures. Retrieved from http:// Quality. (2008). Toolkit for using the
www.industrialrelations.nsw.gov.au/biz_ AHRQ quality indicators: How to improve
res/oirwww/pdfs/workplace_pp.pdf hospital quality and safety. In Hughes,
Pianella, T. A. (2014). Transformational R. G., Ed, Patient safety and quality: An
leadership impacting staff nurse job evidence-based handbook for nurses.
satisfaction as it relates to quality of Washington: AHRQ Publication.
care. Ann Arbor: ProQuest LLC. Yasman, Y., Sahar, J., & Nuraini, T. (2015).
Raines, D. A. (2012). Quality improvement, Model kepemimpinan kepala ruangan
evidence based practice, and nursing menurut pandangan perawat pelaksana
research.... Oh my!. Neonatal Netw, berhubungan dengan retensi. Jurnal
31(4): 262–264. Keperawatan Indonesia, 18(1): 31–37.
Rizany, I., Hariyati, R. T. S., & Handiyani, Zoschak, E. W. (2010). 10 indicators of
H. (2018). Factors that affect the excellent nursing care. Trustee: The
development of nurses’ competencies: Journal for Hospital Governing Boards,
A systematic review. Enfermeria Clinica, 63(9), 28–30, 1. (sumber tidak dapat
28: 154–157. ditelusuri)
Schwartz, L. C. (2017). Why are policies &
procedures important for succession
planning? Small business. Retrieved
from http://smallbusiness.chron.
com/policies-procedures-important-
succession-planning-946.html

176

Anda mungkin juga menyukai