Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemi
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terjadi karena kekurangan kerja
dan sekresi insulin. Gejala awal yang timbul pada penderita Diabetes Mellitus ditandai dengan
polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak berkemih), polifagia (banyak makan), kesemutan,
lemas, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Ada beberapa jenis Diabetes Melitus yaitu Diabetes
Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes Melitus Tipe Gestasional, dan
Diabetes Melitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Melitus yang paling banyak diderita adalah
Diabetes Melitus Tipe 2. Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah peyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin)
(Depkes,2005).

Komplikasi DM dapat terjadi baik itu pada tingkat makrovaskular maupun mikrovaskular
(Waspadji, 2009). Pada tingkat mikrovaskular dapat berupa kelainan pada retina mata,
glomerolus ginjal, saraf, dan otot jantung (kardiomiopati). Serta komplikasi makrovaskuler
berupa terganggunya peredaran darah cerebral, jantung, dan pembuluh darah perifer
(kaki/tungkai). Gangguan pembuluh darah perifer ini akan menyebabkan peredaran darah pada
tungkai tidak adekuat yang berakibat terjadinya masalah-masalah pada kaki penderita diabetes.
Ulkus pada kaki diabetik (Diabetic foot ulcer/DFU) merupakan kerusakan integritas kulit yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi pada pembuluh darah perifer sehingga jaringan tidak
mendapatkan suplai oksigen yang adekuat. DFU bersifat kronik sehingga dapat berdampak
jangka panjang mempengaruhi angka kesakitan, kematian, dan kualitas kehidupan
seseorang. Terbentuknya ulkus disebabkan oleh berbagai faktor seperti kehilangan rasa di kaki
disebabkan oleh neuropati, sirkulasi darah yang tidak baik di kaki, kelainan bentuk kaki, adanya
gangguan kulit yang disebabkan oleh gesekan atau tekanan, dan luka pada kaki (Anonim,
2006b).

Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah bisa dikendalikan
melalui diet, olahraga dan obat-obatan. Kriteria nilai gula darah dikatakan baik, jika gula darah
puasa 80-<100 mg/dL, gula darah 2 jam setelah makan 80-144 mg/dL, A1C <6,5%, kolesterol
total <200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah <130/80
mmHg3 WHO menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara
yang jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah India, China, Jepang, Uni Soviet
dan Brasil. Pada tahun 2016 diperkirakan 422 juta orang menderita DM lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 1980an sekitar 108 juta orang

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana perencanaan dan penatalaksanaan diet pada pasien Diabetes mellitus .
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perencanaan dan penatalaksanaan diet pada pasien pasien Diabetes mellitus
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan anamnesa riwayat gizi pada pasien Diabetes mellitus.
- Mahasiswa mampu mengkaji data dengan metode NCP.
- Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan gizi pasien.
- Mahasiswa mampu menentukan diagnosis pasien.
- Mahasiswa mampu melakukann intervensi gizi meliputi : tujuan intervensi, syarat
diet, dan preskripsi diet.
- Mahasiswa mampu menyusun diet pasien sesuai dengan kebutuhan yang telah
direncanakan.
- Mahasiswa mampu memberikan edukasi dan konseling gizi kepada pasien.
- Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi kepada pasien.
- Mahasiswa mampu melakukan food Camstock sisa makanan pasien 3 hari.
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan kemampuan mahasiwa dalam menerapkan ilmu yang telah didapat
selama perkuliahan mengenai penatalaksanaan diet.
b. Bagi Instalasi Gizi
Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan dalam pelaksanaan diet pada
pasien Diabetes mellitus.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan dalam pelaksanaan diet pada
pasien Diabetes mellitus.
1.4 Metode Pengambilan Data
Metode yang dilakukan dalam pengambilan data studi kasus ini adalah dengan melakukan
wawancara dan observasi serta meninjau buku rekam medis pasien. Wawancara dilakukan
dengan pasien dan keluarga pasien. Metode lain yang digunakan adalah food camstocl yaitu
metode untuk menghitung sisa makanan pada pasien selama 3 hari pengamatan.
Metode yang dilakukan dalam pengambilan data studi kasus ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pola
makan pasien, recall 24 jam, identitas diri, kebiasaan pasien, riwayat penyakit pribadi
dan keluarga pasien.
2. Observasi
Obeservasi dilakukan dengan melihat :
a. Buku Rekam Medis
Meninjau buku rekam medis pasien untuk melihat diagnose medis pasien, keluhan,
perkembangan data laboratorium, dan keadaan umum terkait penyakit yang diderita
pasien. Meninjau rekam medis pasien untuk melihat perkembangan pasien, seperti
GDS perhari, grafik TD, dan suhu tubuh perhari.
b. mengamati sisa makanan yang diberikan selama 3 hari
pengamatan sisa makanan dengan metode camstock yang dilakukan setelah
pengambilan makan oleh pramusaji yang di lakukan di ruang pecucian
3. Waktu dan Tempat Pengamatan
Waktu : 19-21 desember 2019
Tempat : Ruang Nusa Indah 2, RSPI Sulianti saroso.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Diabetes Meltus

II.1.1. Pengertian diabetes militus

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolism yang


disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel
beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolism glukosa dalam sel
tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak
mengalami metabolism dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energy
sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut
dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki sifat menarik
air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa haus.
Diabetes mellitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam darah lebih
tinggi dari biasa/normal (Normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl), karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Perlu diketahui
bahwa hormon insulin dihasilkan oleh pankreas dalam tubuh kita untuk mempertahankan
kadar gula agar tetap normal. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel
yang terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin

II.1.2. Macam-macam diabetes militus

Diabetes sendiri terdiri dari dua jenis yang masing-masing dapat diobati dengan
cara tersendiri, yaitu:
a. Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau Diabetes Tipe 1)
Diabetes mellitus tipe 1 atau diabetes anak-anak dicirikan dengan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk
tahap palinh awal sekalipun, adalah penggantian insulin

b. Diabetes Mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM atau Diabetes
Tipe 2)
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam
produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin” atau berkurangnya
sensitifitas tehadap insulin” (adanya defekasi respon jaringan terhadap insulin)
yang melibatkan reseptor insulin di membrane sel. Pada tahap awal
abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi gula dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi
insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
Diabetes tipe 2 ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih
tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relative. Biasanya terdapat pada orang
yang berusia >40 tahun, gemuk, dan tidak aktif. Gejala pada tipe kedua ini
terjadi secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi
makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita
berangsur pulih. Penderita juga harus dapat mempertahankan berat badan
normal. Namun, bagi penderita stadium akhir, kemungkinan akan diberikan
suntikan insulin.

II.1.3. Etiologi Diabetes

a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)


Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi
faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut
menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
1. Faktor Genetika
Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya. Dalam buku patofisiologi Sylvia A. Price, dijelaskan bahwa
bukti untuk determinan genetik diabetes tipe I adalah adanya kaitan dengan tipe-
tipe histokompatibilitas (Human Leukocyte Antigen) spesifik. Tipe gen ini
berkaitan dengan DM tipe I yakni memberi kode kepada protein- protein yang
berperan penting dalam interaksi monosit-limposit. Protein-protein ini mengatur
respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika terjadi
kelainan, fungsi limposit T yang terganggu akan berperan penting dalam
patogenesis perusakan sel-sel pulau langerhans. Selain itu juga terdapat bukti
adanya peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans yang ditujukan
terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta.
2. Faktor Imunologi
Pada Diabetes type I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-
olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan
insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.
3. Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan HLA tidak nampak berperan dalam proses terjadinya NIDDM. Akan
tetapi faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Selain itu terdapat pula
faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM Type II yaitu
usia, obesitas, riwayat keluarga, dan kelomok etnik tertentu.
1. Usia
Resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun.
Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan fungsi pankreas
menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut
terganggu.
2. Obesitas
Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor determinan
yang menyebabkan terjadinya NIDDM, sekitar 80% klien NIDDM adalah
individu dengan masalah kegemukan atau obesitas (20% diatas BB ideal) karena
obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga akan timbul kegagalan
toleransi glukosa. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme
tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami kelainan dalam pengikatan dengan insulin. Kondisi seperti ini apabia
berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menye-babkan terjadinya
resistensi insulin.
3. Riwayat Keluarga
Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar.
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah
sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes
melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola
makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan
terhindar dari penyakit yang mengerikan ini
4. Kelompok Etnik Misalnya penduduk di amerika serikat, dimana golongan
Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-
Afrika.

II.1.4. Gejala-Gejala Diabetes

Gejala diabetes tipe 1 muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai
akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik.
Gejala-gejalanya antara lain adalah :
a. Sering buang air kecil
b. Terus-menerus lapar dan haus
c. Berat badan menurun
d. Kelelahan
e. Penglihatan kabur
f. Infeksi pada kulit yang berulang
g. Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun

Sedangkan gejala diabetes tipe 2 muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi


gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe 1, yaitu :

a. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit


b. Sering buang air kecil
c. Terus menerus lapar dan haus
d. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
e. Mudah sakit yang berkepanjangan
f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi
prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja

Gejala lain yang biasanya muncul adalah :

a. Penglihatan kabur
b. Luka yang lama sembuh
c. Kaki kerasa kebas, geli, atau merasa terbakar
d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
e. Impotensi pada pria

II.1.5. Patofisiologi Diabetes Mellitus


a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidak mampuan pankreas untuk memproduksi
insulin karena sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah
sebagai jaringan asing. Proses ini mengakibatkan gangguan fungsi sel beta pakcreas
dimana sel ini tidak dapat menghasilkan insulin sebagai mana mestinya. Sehingga
terjadi gangguan transport glukosa ke seluruh jaringan tubuh yang berujung pada
kondisi hiperglikemia. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa
tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tesebut, maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa dalam sel. Jika terjadi resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan disertai
dengan penurunan reaksi intra sel, maka insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka sekresi insulin harus
meningkat. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat dipertahankan pada
tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes.

II.2. Ulkus Kaki diabetikum/ Diabetic Foot Ulcer

II.2.1. Definisi Ulkus Kaki Diabetikum

Ulkus adalah hilangnya lapisan kulit epidermis dan dermis yang dihasilkan dari
kerusakn barrier/pertahanan kulit akibat erosi/gesekan dapat mencaai jaringan subkutan
(Sumpio, Schroeder, & Blume, 2005).

II.2.2. Klasifikasi Ulkus Diabetikum

Berbagai macam pengklasifikasian derajat ulkus digunakan oleh ahli. Sumpio,


Schroeder, & Blume (2005) dan Sigh, Pai, & Yuhhui (2013) mengatakan bahwa
pengklasifikasian derajat ulkus yang populer dan mudah diaplikasikan adalah
metode pengklasifikasian berdasarkan wagner dan Texas University. Berikut gambar
dan penjelasan dari berbagai grade :
Klasifikasi ulkus kaki berdasarkan Wagner (Wagner Classification of foot ulcers)
Grade 0 : terdapat selulitis dengan tidak tampak lesi terbuka
Grade 1 : ulkus pada daerah superfisial
Grade 2: ulkus dalam mencapai tendon, tulang, atau tulang sendi (joint capsule)
Grade 3 : terdapat infeksi (abses atau osteomyelitis)
Grade 4 : terdapat gangren pada punggung kaki
Grade 5 : gangren menyeluruh pada permukaan kaki

gambar 1

II.2.3. Patogenesis Ulkus Diabetikum

Perubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer,


penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat terganggunya
proses penyembuhan luka. Deformitas kaki sebagaimana terjadi pada neuroartropati
charcot terjadi sebagai akibat adanya neuropati motoris. Faktor lingkungan, terutama
adalah trauma akut maupun kronis (akibat tekanan sepatu, benda tajam, dan sebagainya)
merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus. Neuropati perifer pada penyakit DM
dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan
serabut motoris dapat menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer
toes, claw toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan
bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut
sensoris yang terjadi akibat rusaknya serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi
nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki. Kerusakan serabut autonomy yang
terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan
terbentuknya fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan
autonom memudahkan terjadinya artropati Charcot. Gangguan vaskuler perifer baik
akibat makrovaskular (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat
mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemia kaki. Keadaan tersebut di samping
menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan ulkuskaki.

II.2.4. Fkator Risiko Ulkus Diabetikum

The American Diabetes Association mengatakan bahwa seseorang dengan diabetes


melitus memiliki risiko tinggi mengalami ulkus kaki diabetikum. Adapun faktor
risiko tersebut antara lain laki-laki, klien dengan kontrol glukosa yang buruk, sudah
mengalami diabtes melitus > 10 tahun, atau klien DM yang telah mengalami
komplikasi kardiovaskular, retina, atau ginjal/renal (Sumpio, Schroeder, & Blume,
2005). Klien diabetes mudah terkena penyakit arterosklerosis. Mengenal faktor risiko
yang dapat menyebabkan ulkus pada kaki diabetic merupakan salah satu hal yang
penting dilakukan sebagai upaya pencegahan. Faktor risiko tersebut antara lain
gangguan saraf, kelainan bentuk kaki, peningkatan tekanan/beban pada kaki, kelainan
tulang-tulang kaki, gangguan pembuluh darah, riwayat luka pada kaki, kelainan
pertumbuhan kuku, tingkat pendidikan dan lingkungan sosial, dan pemakaian sepatu
yang tidak sesuai (Darmowidjojo, 2009).
Dua faktor penting yang berperan penting dalam kejadian ulkus kaki diabetikum
antara lain gaya gesekan dan gaya tekanan. Gaya gesekan terjadi akibat adanya
sentuhan kulit dengan permukaan benda seperti sepatu saat berjalan. Sedangkan gaya
tekanan terjadi akibat proporsi berat badan, semakin tinggi berat badan maka tekanan
yang dihasilkan oleh kaki akan semakin tinggi pula. Hal ini ditambah dengan
kelainan-kelainan yang terdapat pada kaki diabetikum serperti adanya kalus, bentuk
kaki yang menonjol, tulang jari kaki atau kaki yang miring sehingga akan
memudahkan untuk terjadi sobekan pada permukaan kulit kaki. Tekanan dan gesekan
pada kulit akan merusak integritas jaringan kulit yang awalnya lesi pra-ulkus
(perdarahan dalam kalus, kulit melepuh, lecet dll). Jika hal ini tidak disadari oleh
klien makan luka akan menjadi luas dan melebar sehingga sangat berisiko untuk
terjadinya infeksi sehingga harus diamputasi.

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZWMyYWVlY
TcyZWQyMmJhZTIzM2I0OTBhZDQ4MjM3N2JhY2FiMjhhNg==.pdf
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES
MELLITUS DI RSUD KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2014

Anda mungkin juga menyukai

  • Gizi Matra
    Gizi Matra
    Dokumen1 halaman
    Gizi Matra
    Lucy Dwi Mawarni
    Belum ada peringkat
  • KLIPING
    KLIPING
    Dokumen11 halaman
    KLIPING
    Lucy Dwi Mawarni
    100% (1)
  • Menu Modifikasi
    Menu Modifikasi
    Dokumen4 halaman
    Menu Modifikasi
    Lucy Dwi Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Faktor Risiko
    Faktor Risiko
    Dokumen4 halaman
    Faktor Risiko
    Lucy Dwi Mawarni
    Belum ada peringkat
  • Tabel
    Tabel
    Dokumen1 halaman
    Tabel
    Lucy Dwi Mawarni
    Belum ada peringkat
  • KLUNGU Kel 6
    KLUNGU Kel 6
    Dokumen16 halaman
    KLUNGU Kel 6
    Lucy Dwi Mawarni
    Belum ada peringkat