Anda di halaman 1dari 20

OVARIOHYSTERECTOMY PADA KUCING MUMI

DI KLINIK drh. RUDI A.K.

Oleh:

AYU FITRI FAJARWATI, S. KH


NPM. 18830072

Dosen Pembimbing :
H. Agus Sjafarjanto, drh. M.Kes
Ady Kurnianto, drh. M.Si

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hewan kesayangan merupakan hewan yang sangat menguntungkan untuk

dikembangbiakkan dengan berbagai tujuan dan dapat meningkatkan kesejahteraan

manusia. Salah satu hewan kesayangan yang perlu mendapat perhatian untuk

dipelihara dan dikembangbiakkan adalah kucing. Sebagai hewan kesayangan,

kucing mempunyai daya tarik tersendiri karena bentuk tubuh, mata dan warna

rambut yang beraneka ragam (Mariandayani, 2012).

Akan tetapi perkembangan populasi kucing yang tidak terkendali menjadi

masalah yang harus segera diatasi dengan melakukan pengendalian populasi

melalui operasi sterilisasi dengan metode kastrasi pada kucing jantan yakni

dengan mengambil kedua testes kucing tersebut sedangkan pada kucing betina

dilakukan ovariohysterectomy dengan mengangka uterus dan ovarium kucing

betina tersebut (Sardjana, 2013)

Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari

ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi,

mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan

histerectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan

uterus dari rongga abdomen.Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi

pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor

uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan

memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak
berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat

terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal (Jaiz, 2014).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui sistem

organ reproduksi betina, untuk mengetahui persiapan sebelum dan sesudah

operasi serta untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dari

sedative, premedikasi, anastesi, dan obat pasca operasi pada kucing.

1.3. Manfaat

Dengan adanya laporan ini maka diharapkan dapat digunakan untuk

menambah wawasan untuk mengetahui sistem organ reproduksi betina, untuk

mengetahui persiapan sebelum dan sesudah operasi serta untuk mengetahui

penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dari sedative, premedikasi, anastesi,

dan obat pasca operasi pada kucing.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Reproduksi Kucing Betina

Pada kucing betina terdiri dari ovarium, saluran kelamin dan alat

penggantung. Di ovarium sel telur atau ovum terbentuk. Hormon estrogen dan

progesteron juga terbentuk disini. Ovarium pada kucing berukuran kecil dan

berjumlah sepasang dengan kemampuan memproduksi dalam satu periode lebih

dari satu sel telur. Ovarium pada kucing dewasa terletak di sekitar lumbal kaudal /

sekitar ginjal. Bentuknya oval dengan permukaan yang tidak rata dengan panjang

8 hingga 9 milimeter. Kedua ovarium tersebut berada di bawah plika urogenitalis

dengan posisi menggantung. Selaput jaringan yang menggantung dinamakan

mesovarium yang penuh dengan saluran pembuluh darah. Setelah mencapai usia

dewasa sekitar 9 bulan organ reproduksi betina mulai dapat berfungsi dengan

baik. Saluran kelamin pada kucing dibagi terdiri atas ovarium, saluran kelamin

dan alat penggantungnya. Saluran kelamin terdiri dari : tuba fallopii (oviduk),

tanduk rahim (koruna uteri), badan rahim (korpus uteri), leher rahim (servik uteri),

vagina dan vulva. Sistem reproduksi pada betina tidak hanya menerima sel-sel

telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa sel-sel telur tersebut ke

tempat implantasi yaitu rahim, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke

tempat fertilisasi yaitu tuba fallopii (Sardjana, 2011).


2.2 Ovariohisterectomy

Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa


ovarium dan uterus dari rongga abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi
populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada di dalam organ-organ reproduksi.
Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan
histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan
menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah
tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari
dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah atau operasi
pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.
Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan
sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada
pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica
urinaria. Gambar 2. Posisi insisi ovariohisterectomy Indikasi ovariohisterectomy
(OH) yaitu sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra,
tumor ovary, cysteovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma),
tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina, hernia inguinalis,
modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah
populasi (Sardjana, 2011).

Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan


kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal diantaranya
terjadi komplikasi akibat perdarahan karena pembuluh darah ovarium yang
rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik, terjadinya Ovariant remnant
syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca
ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak
sempurna, uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma, fistula pada traktus
reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap
material operasi (benang), urinary incontinence menyebabkan tidak dapat
mengatur spincter vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau
granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary
(Noviana D et al. 2011).

2.3.Manfaat dari Ovariohysterectomy


Sterilisasi pada hewan jantan ataupun betina berguna untuk

mengendalikan (mengontrol) populasi hewan dengan mencegah kesuburan.

Manfaat dari ovariohysterectomy diantaranya adalah ; menghindari sifat abnormal

yang diturunkan dari induk ke anak, dapat mengurangi gangguan endokrin,

penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone pada hewan betina yang

sudah di OH, mencegah terjadinya estrus (loop / haid), sehingga anjing menjadi

lebih tenang dan tidak menarik perhatian pejantan, mencegah tumor mamae

(payudara). Anjing dan kucing betina memiliki peluang 99.5 % terhindar dari

tumor mamae apabila di OH sebelum menstruasi pertama. Apabila OH dilakukan

setelah menstruasi pertama peluang terhindar 92 %, tapi apabila dilakukan setelah

hewan betina berumur diatas 2 tahun kemungkinan terhindar dari tumor mamae

adalah 45 %. Mencegah metritis (radang uterus) dan pyometra (infeksi rahim).

Mencegah terjadinya cyst (kista) dan neoplasia (tumor / kanker) di ovarium,

uterus dan vagina, walaupun kanker ovarium tidak biasa terjadi pada anjing dan

kucing, tapi mereka masih memiliki 1% kemungkinan terkena. Mencegah

gangguan keseimbangan endokrin dengan manifestasi klinis seperti sterilitas,

penyakit kulit, tumor mamae, dan nymphomania (estrus terus menerus).

Mencegah komplikasi kebuntingan dan kemungkinan pseudopregnant (bunting

palsu)Sterilisasi dapat dilakukan pada saat anjing/kucing berumur 8 minggu,

tetapi lebih baik dilakukan setelah anjing dan kucing divaksinasi lengkap, setelah
sistem immunitas tubuh (kekebalan) mereka bekerja dengan baik, tetapi sebelum

masuk masa pubertas (umur 4-6 bulan). OH dapat dilakukan pada hampir semua

fase siklus reproduksi dari hewan betina, tetapi yang paling baik dilakukan

sebelum pubertas (umur 4-6 bulan) dan selama fase anestrus (Sardjana, 2013).

2.4 Teknik Operasi Ovariohysterectomy


A. Pra Operasi
a. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari
debu), kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan
(alcohol 70%).
b. Preparasi alat
a) Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh
mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau
pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi
oleh mikroba pathogen. Peralatan bedah minor yang dipakai dalam
operasi antara lain towel clamp, pinset anatomis dan syrurgis, scalpel dan
blade untuk menyayat kulit, gunting untuk memotong jaringan atau
bagian organ lainnya, arteri clamp untuk menghentikan perdarahan dan
needle holder.
b) Pembungkusan Alat-alat Bedah
1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan
diposisikan di bagian tengah
2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan
ujung lainnya dilipat mendekati tubuh
3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus
pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
5. Sisi bagian kanan dilipatm kemudian bagian kiri
6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk
memudahkan pada saat membuka
7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100oC selama 60 menit.
c) Pembukaan Alat Bedah yang Sudah Steril
1. Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
2. Peralatan diletakkan di atas meja
B. Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum

pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi

dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi

adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan

mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi,

bradikardia dan muntah.

Premidikasi yang digunakan adalah Atropin. Atropin sulfat dengan

dosis 0,04 mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan

dengan pemberian ketamin dengan dosis 2 mg/kgBB, xylazine dengan dosis 2

mg/kgBB secara intramuskular.

Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan

Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat

berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih

anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu

keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan

serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat,

murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran

pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi,


menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa

efek yang tidak diingini (Sardjana, 2011).

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norswothy (1993)

mempunyai sifat-sifat, yaitu:

1. Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang

cukup,

2. Cara pemberian mudah,

3. Mulai kerja obat yang cepat dan

4. Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.

Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan,

mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan

kondisi hewan. Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain

Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil

pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya

sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral,

tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit

meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin

HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair

258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml

alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran

biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5

Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks

otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik


sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak

menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai

kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada

dan mata masih terbuka.

Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin

bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan

pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus. Dosis pada kucing 10-30

mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40

jam dan recoverinya 100-150 menit. Menurut Kumar (1997) dosis ketamin

pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.

(Sardjana, 2013)

C. Perawatan Post Operasi


Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-
obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk
mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu
kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi
sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi
dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka
secara sempurna.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

AMBULATOIR

SIGNALEMEN PASIEN :

Nama Hewan : Mumi

Jenis Hewan : Kucing

Jenis Kelamin : Betina

Warna : Abu-abu putih

Umur : 2,5 tahun

Berat Badan : 3,0 kg

Pemilik/Alamat : Ny. Ana / Darmo Permai

ANAMNESIS :

Nafsu makan bagus, tidak ada muntah dan diare, sudah vaksin, minta OH

STATUS PRAESENS :

1. Keadaan Umum : KT = Sedang EM = Sedang

2. Frekuensi Nafas : 30/menit Frekuensi Pulsus : 114/menit

Temperatur : 38,0 ˚C

3. Kulit dan Rambut : turgor kulit < 3 detik, rambut sedang, tidak

rontok, tidak ada parasit

4. Selaput Lendir : CRT < 2 detik, mulut tidak bau

5. Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan

6. Pernafasan : thoracoabdominal

7. Peredaran Darah : sistole dan diastole dapat dibedakan


8. Pencernaan : normal

9. Kelamin dan Perkencingan : palpasi ginjal normal

10. Syaraf : reflex pupil, palpabrae dan patella ada

11. Anggota Gerak : normal, dapat berdiri dengan 4 kaki

12. Lain-lain :- Berat Badan : 3,0 kg

13. Pemeriksaan Laboratorium,dsb : -

DIAGNOSA : Ovaryohestectomy

PROGNOSA : Infausta

TERAPI / PENGOBATAN :

T/ Acepromazine 0,02 ml
Atropin 0,24 ml
Ketamin 0,33 ml
ʃ.i.m.m

T/ Vicillin 250mg vial No.I


ʃ.i.m.m
4.2 Pembahasan

Pada oprasi Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi

posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium

uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior,

tepatnya di anterior dari vesica urinaria. Setelah kucing tersebut teranastesi

atau pingsan, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi

dorsal recumbency. Kemudian bersihkan bulu pada daerah yang akan

dilakukan incise atau pembedahan dengan disemprotkan terlebih dahulu sabun

pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior

umbilical. Setelah semua bulu tercukur dengan bersih, kemudian daerah yang

akan diincisi dibersihkan dan disinfeksi dengan menggunakan iodine dan

alcohol, caranya dengan arah memutar dari dalam keluar, hal ini berfungsi

untuk menjaga kesterilan area yang akan diincisi.


Setelah itu, buatlah sayatan sekitar 2-3 cm dari umbilicus arah caudal,

pada linea alba dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang

disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian

dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian

peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset, disayat sedikit tepat pada

bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.

Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior

menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah

dilakukan pada kulit. Diusahakan sayatan seminimal mungkin dengan tujuan

agar proses penjahitan dan penyembuhan tidak terlalu lama, karena semakin

sedikit luka yang dibuat makan proses kesembuhan akan semakin cepat.

Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus

dan ovarium dengan cara memasukkan jari kelingking dan melakukan

perabaan pada daerah uterus, tepat didaerah dorsal disebalah kanan dan kiri.
Setelah di dapat organ uterus, uterus ditarik keluar hingga daerah

percabangan uterus (bivurcatio uteri) dan terlihat ovarium. Penarikan uterus

dilakukan secara perlahan agar tidak terputus. Selanjutnya, klem tepat diatas

ovarium dan tepat diatas cervix. Ligasi diatas klem pertama (diatas ovarium)

dan klem kedua (diatas cervix). Ligasi dilakukan dengan kuat dan terikat erat

agar tidak terjadi kebocoran pembuluh darah. Lakukan ligase pada 2 ovarium

sebelah kanan dan kiri secara bergantian. Setelah diligasi dengan kuat potong

uterus, lepas klem. Pastikan ligasi kuat dan tidak lepas, serta tidak ada

rembesan darah dari saluran yang telah di potong.


Setelah proses pemotongan selesai, masukkan kembali peritoneum.

Bagian linea alba ditutup kembali tapi sebelum itu diberi antibiotic kemudian

ditutup dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous abdominis externus m.

abdominis externus dengan menggunakan teknik terputus sederhana.

Dan pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya.

Penjahitan pada kulit dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan

simple terputus, dan dilanjutkan dengan jahitan terputus sederhana. Selama

penjahitan diberi vicilin sebagai antibiotik pada bagian dalam organ sedikit

demi sedikit hingga merata, kemudian diusap dengan betadin diatas jahitan,

diberi bioplacenton pas pada jahitan secara merata kemudian ditutup dengan
hypavix dan gurita untuk melindungi jahitan agar cepat kering, tidak ada

kontaminasi dan tidak lepas.

Tepat setelah operasi dilaksanakan, kucing telah sadar. Namun setelah

dilakukan pengaturan suhu tubuh, pasien mengalami penurunan suhu hingga

36,1oC dan ketika pulang masih dalam suhu rendah sebesar 35,6oC karena

batas waktu dilaboratorium hanya sampai jam 7 malam. Terapi yang diberikan

saat suhu turun dengan pemberian lampu di atas kandang sebagai penghangat,

pemberian kain handuk sebagai alas kandang, pemberian sangobion yang

bertujuan agar nafsu makan pasien segera kembali, serta pemberian makan

dan minum dalam kandang. hingga keesokan harinya suhu sudah mulai naik

menjadi 37,8°C.

Keesokan harinya perawatan post operasi dilakukan dengan pemberian

amoxilin syrup 2 kali sehari pada pagi jam 07.00 dan sore jam 16.00 selama 5

hari dengan dosis 1,32 ml setiap minum dengan rute pemberian berupa per

oral (PO). Selain pemberian obat, perawatan pasca operasi dilakukan juga

pembersihan kandang, pemberian makan dan minum, serta pemeriksaan fisik

sederhana (suhu, pulsus, nafas, dan CRT) serta pengoreksian terhadap sikap

kucing berupa appetice (nafsu makan), defekasi, urinasi, dan adanya sekresi

lender. Pemberian pakan kami berikan pakan basah selama 7 hari agar perut

atau lambung mudah untuk mencerna makanan. Pada hari pertama dan kedua

setelah operasi, kucing tidak nafsu makan kami lakukan sonde (ndulang

makanan) agar kucing tetap makan. Tetapi pada hari ketiga dan selanjutnya,

nafsu makan kucing sudah mulai muncul kembali.


Jahitan pada pasien dilepas setelah kurang lebih 7 hari post operasi,

namun pasien masih tetap dalam pengawasan karena ditakutkan terjadi

pembukaan luka kembali atau infeksi yang diakibatkan bakteri. Sehingga

pengawasan akan tetap dilakukan hingga seminggu kedepan sampai dipastikan

bahwa pasien benar - benar sembuh dan sehat kembali serta siap untuk

dilepaskan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ovariohisterectomy dilakukan untuk beberapa indikasi antara lain

terapi, yaitu tumor, cysta ovarium dan tumor uterus, pyometra. Pada

perubahan tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak dan

membatasi jumlah populasi. Obat anestesi yang digunakan adalah

Acepromazine 0,02, ml Atropin 0,24 ml, Ketamin 0,33 ml secara

intramuscular. Tidak terdapat kendala selama proses operasi, serta untuk

mencegah infeksi sekunder dilakukan pemberian antibiotik dan perawatan

post operasi yang benar.

5.2 Saran
Sterilisasi dapat dilakukan pada saat kucing berumur 8 minggu, tetapi

lebih baik dilakukan setelah kucing divaksinasi lengkap, setelah sistem

immunitas tubuh (kekebalan) mereka bekerja dengan baik, tetapi sebelum

masuk masa pubertas (umur 4-6 bulan).


DAFTAR PUSTAKA

Jaiz, S.F. 2014. Bedah Ovariohisterektomi. blogspot.com/2014/05/bedah-


ovariohisterektomi.html. Diakses pada 12 April 2019.

Mariandayani HN. 2012. Keragaman Kucing Domestik (felis domesticus)


berdasarkan Morfogenetik. Jurnal Peternakan Sriwijaya 1(1):10.

Norsworthy, G.D. 1993. Feline Practice. Philadelphia : J.B. Lippin Cott Co.

Noviana D, Gunanti, Jelantik, dan NRF Hanira. 2006. Pengaruh anestesi terhadap
saturasi oksigen (SpO₂) selama operasi ovariohisterektomi kucing. J
Sains Veteriner. 24(2):267.

Sardjana, I.K.W. 2013. Pengendalian Populasi Kucing Liar di Rumah Sakit


Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya Melalui Kastrasi dan
Ovariohisterectomy. Vetmedika J Klin Vet. Vol.1:2.

Sardjana, I.K.W dan Kusumawati, D. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya (ID):


Unair Pr.

Anda mungkin juga menyukai