Anda di halaman 1dari 81

BAHAN AJAR

POMPA DAN KOMPRESOR


BAGIAN I : POMPA

OL E H :

IR. MADE SUARDA, M.ENG.

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
6
BAB I
DEFINISI DAN PRINSIP KERJA POMPA

1.1. Definisi Pompa


Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk menaikkan cairan dari head
(elevasi, tekanan, kecepatan) yang rendah ke head yang lebih tinggi, seperti ilustrasi pada
gambar 1.1. Agar supaya bisa bekerja, pompa membutuhkan gaya putar (daya poros) dari
mesin penggerak (motor, engine). Di dalam roda jalan (impeller) fluida mendapat
percepatan sedemikian rupa sehingga fluida tersebut mempunyai kecepatan mengalir ke
luar sudu dari sudu-sudu roda jalan. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan
berkurang dan berubah menjadi head statis di sudu-sudu pengarah atau rumah pompa.

Htinggi

Hrendah

Gambar 1.1 Ilustrasi definisi pompa

I-1
1.2. Prinsip Kerja Pompa
Jadi pompa dalam kerjanya akan mentransfer energi mekanis dari suatu sumber
energi luar (prime mover) ke cairan yang mengalir melaluinya, sehingga cairan tersebut
dapat mengalir seperti skema pada gambar 1.2 dan 1.3.

Energi Fluida
Energi M ekanik Pompa (Head: hz, hp, hv)
(Putaran Poros)

Gambar 1.2 Konversi energi pada pompa

Gambar 1.3 Transformasi energi pada pompa

Jadi, pompa adalah alat untuk mengisap dan menekan/ mengalirkan fluida seperti
skema pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Kerja pompa

I-2
Gambar 1.5 Instalasi sistem pompa

Sistem instalasi pompa seperti pada gambar 1.5, dilengkapi dengan :


 Perpipaan isap (suction) yang terdiri dari:
o stop-valve (1), pada pompa yang didesain bekerja positive-suction
valve/katup ini digunakan untuk menyetop aliran fluida ke pompa sewaktu-
waktu dibutuhkan misalnya saat perbaikan pompa supaya air tidak meluber
ke ruang/rumah pompa. Tetapi untuk pompa yang didesain bekerja negative-
suction valve/katup ini tidak diperlukan dan sebaiknya tidak ada, namun
untuk pompa yang didesain bekerja negative-suction justru foot-valve/klep
dibutuhkan agar supaya fluida yang ada dalam pipa isap tidak kembali dan
pipa isap tidak kosong sehingga saat menghidupkan pompa kembali tidak
dibutuhkan pancingan fluida.

Foot-valve with strainner

Gambar 1.6 Pompa bekerja negative-suction

I-3
o strainer (2), untuk mengamankan pompa dari pasir atau benda-benda asing
yang mungkin terbawa oleh aliran fluida.
o flexible-joint (3), dibutuhkan supaya getaran pompa tidak diteruskan ke
sistem instalasi perpipaannya.
o inconcentric-reducer (4), bagian datarnya harus diletakkan dibagian atas
agar supaya tidak ada udara terperangkap.
 Perpipaan tekan (discharge) yang terdiri dari :
o concentric-diffuser (5), pembesaran ini dibutuhkan untuk menurunkan
kecepatan aliran fluida dalam pipa (berkisar 0,6 ~ 2,5 m/det) sehingga head-
losses yang terjadi tidak terlalu besar.
o flexible-joint (6), dibutuhkan supaya getaran pompa tidak diteruskan ke
sistem instalasi perpipaannya.
o check-valve (7), untuk mencegah supaya pada saat pompa mati/distop aliran
balik fluida tidak menghantam impeller pompa.
o stop-valve (8), untuk mengatur operasi pompa dan menutup aliran fluida saat
maintenen pompa.
o presure-gauge/manometer, untuk mengetahui tekanan operasi pompa.
 Panel pompa
Operasi pompa diatur oleh panel pompa. Jenis panel pompa sangat tergantung
dari besar-kecilnya pompa dan kompleksitas sistem pengaturannya, jenis-
jenisnya antara lain:
DOL (Direct On Line)
Is = (4 ~ 8) In Ts = (0,5 ~ 1,5) Tn
Lonjakan I & T tinggi & Penurunan tegangan
Sederhana, untuk daya motor rendah
S tar-Delta
Is = (2 ~ 4) In Ts = (0,3 ~ 0,75) Tn
Lonjakan I & T tinggi
Daya motor rendah s/d menengah
Auto Transformer
Is = (1,7 ~ 4) In Ts = (0,6 ~ 0,85) Tn
Lonjakan I & T tinggi & penurunan tegangan besar
Kompleks, untuk Daya motor besar

I-4
S oft-S tart dan/atau S oft-S top
Start & Stop aman & terkendali & halus
Proteksi thermal, overload & underload
Tidak terjadi Lonjakan I & T & penurunan tegangan
Kompleks & Investasi tinggi
M enghilangkan Water Hammer
Optimasi catu daya
Variable S peed / Inverter
Sama dengan Soft Starter ditambah kemampuan merubah putaran :
Flow : Q 1/Q2 = n1/n2
Head : H1/H2= (n1)2/(n2)2
Power : P1/P2 = (n1)3/(n2)3

1.3. Pemakaian Pompa


Pemakaian pompa sangat luas, antara lain:
 Supplai air bersih (domestik), yaitu untuk pelayanan pada rumah-rumah, kebun dan
kebutuhan lainnya.
 Sistem pelayanan pemanas dan air panas, yaitu untuk mensirkulasikan air panas
sistem pemanas dan mensirkulasikan pelayanan air panas.
 Sistem pendingin dan AC, yaitu untuk mensirkulasikan air pendingin dan cairan
lainnya dalam sistem pendingin dan AC.
 Aplikasi pada industri, yaitu mengalirkan air, pelumas dan cairan lainnya pada sistem
industri dan proses.
 Penguat tekanan (Pressure Boosting) dan mentransfer cairan, yaitu untuk mengalirkan
cairan dan penguat (booster) tekanan pada sistem distribusi air.
 Supplai air bawah tanah, seperti pompa submersible (deep well pump) banyak
digunakan untuk supplai air bawah tanah, dan irigasi.
 Sistem air kotor (sewerage) dan air buangan (drainage), yaitu pemakaian pada
bangunan-bangunan untuk menglairkan air kotor dan/atau air buangan.
 Pompa dosing (injeksi zat kimia), yaitu untuk sistem pengolahan air kotor, kolam
renang dan industri.

I-5
BAB II
PERSAMAAN-PERSAMAAN DASAR
MEKANIKA FLUIDA UNTUK POMPA

2.1. Persamaan Kontinyuitas


Persamaan kontinyuitas dikembangkan dari prinsip dasar konservasi massa.
dm
=0 (2.1)
dt

∂t cv∫
ρ.dυ + ∫ ρ.v.dA = 0
cs

Dengan catatan bahwa pada pompa, volume spesifik ν biasanya diabaikan, dan
sebaliknya pada kompresor.
Perhatikan aliran steady melalui tabung/pipa seperti pada gambar 2.1.

v2

Control dA 2
volume

v1 dA 1

Gambar 2.1 Aliran steady melalui tabung


∂t cv∫
Karena alirannya steady, oleh karena itu ρ.dυ = 0 , maka:

∫ ρ.v.dA = 0
cs

ρ 1.v1 .dA1 = ρ 2 .v2 .dA2 (2.2)


Persamaan kontinyuitas, pers.(2.2), mungkin ditulis dalam bentuk debit menjadi:
ρ 1.Q1 = ρ 2 .Q 2 (2.3)
Dan untuk aliran tak termampatkan (incompressible),
Q = Α1 .v1 = Α 2 .v2 (2.4)
Persamaan ini adalah sangat bermanfaat dalam analisa aliran dalam pompa.

II-1
2.2. Persamaan Euler
Dalam gambar 2.2, sebuah partikel fluida dengan massa ρ.δA.δs bergerak
sepanjang garis streamline pada arah +s. Diasumsikan bahwa viskositasnya adalah nol
(tanpa gesekan).

z Gaya tekan
pada arah -s
∂p
δs (p + δs)δA
∂s
Gaya tekan δz
pada arah +s
p.δA
θ ρ.g.δA.δs Gaya
gravitasi

Gambar 2.2 Komponen-komponen gaya pada partikel fluida


dalam garis streamline

Komponen gaya partikel pada arah s adalah -ρ .g.δA.δs.cosθ. Substitusikan ke


dalam hukum Newton II, maka:
Σ fs = δm. as
∂p
p.δA - ( p + δs)δA - ρ .g.δA.δs. cosθ = ρ .g.δA.δs.as
∂s
Dengan sama-sama dibagi ρ .g.δA.δs, maka:
1 ∂p
+ g cosθ + as = 0
ρ ∂s
Dimana:
δz ∂z
= cosθ =
δs ∂s
dv ∂v ds ∂v
as = = +
dt ∂s dt ∂t
∂v ds ∂v
dv = +
∂s dt ∂t
Jadi,
1 ∂p ∂z ∂v ∂v
+ g +v + =0 (2.5)
ρ ∂s ∂s ∂s ∂t

II-2
∂v
Jika alirannya adalah steady, maka = 0 , dan p,z,v hanya fungsi dari s, serta
∂t
tanpa gesekan (viskositas = 0), maka:
dp
+ g .dz + v.dv = 0 (2.6)
ρ

2.3 Persamaan Energi

Berdasarkan hukum Thermodinamika I untuk sebuah sistem, maka:


Q H – WS = E2 – E1 (2.7)
δQH δWS δE ∂
δt ∂t ∫cv
− = = ρ .e.dv + ∫ ρ .e.v.dA
δt δt cs

δWS = δt .∫ p.v.dA

dE v2
e= = g. z + + u
dm 2
δQH δWS ∂ p
− = ∫ ρ .e.dv + ∫ ( + e )ρ .v.dA (2.8)
δt δt ∂t cv cs
ρ

WS
QH 2
v2
1 ρ2
v1 u2
ρ1 z2
u1
z1

Gambar 2.3 Volume kontrol dengan aliran melintasi bidang kontrol

Jika pers.(2.8) digunakan pada aliran steady dalam gambar 2.3, integral
volumenya dikeluarkan maka menjadi:
2 2
δQH p v δWS p v
+ ( 1 + g. z1 + 1 + u1 )ρ 1.v1 .A1 = + ( 2 + g .z2 + 2 + u2 )ρ 2 .v2 . A2
δt ρ1 2 δt ρ2 2

Karena alirannya steady, berarti:


m& = ρ 1. A1 .v1 = ρ 2 . A2 .v2

II-3
M aka:
2 2
Q H p1 v W p v
+ + g.z1 + 1 + u1 = S + 2 + g.z2 + 2 + u2 (2.9)
m ρ1 2 m ρ2 2

2.4. Persamaan Bernoulli


Integrasi dari persamaan Euler, pers.(2.6), untuk massa jenis yang konstan
(incompressible flow, steady, frictionless) menghasilkan:
p v2
+ g .z + = konstan (2.9)
ρ 2

Dimana:
p/ρ = Energi aliran per satuan massa
g.z = Energi potensial per satuan massa
v 2/ρ = Energi kinetik per satuan massa
Jika pers.(2.9) dibagi dengan g (gravitasi), maka:
p v2
+ z+ = konstan
γ 2g
atau
2 2
p1 v1 p v
+ z1 + = 2 + z2 + 2 (2.10)
γ 2g γ 2g
Ini dapat diinterprestasikan sebagai energi per satuan berat. Persamaan ini sangat
bermanfaat dalam penyelesaian masalah-masalah fluida cair. Setiap bagian dari
persamaan Bernoulli dapat diinterprestasikan sebagai bentuk energi.

2.5. Persamaan Momentum


Hukum Newton-II untuk suatu sistem adalah:
d ( m.v ) d
∑F = = ∫ ρ.v.dV + ∫ ρ.v.v.dA
dt dt cv cs

Gaya resultan yang bekerja pada volume konrol adalah sama dengan laju perubahan
momentum linear di dalam volume kontrol ditambah net efflux momentum dari volume
kontrol.

II-4
v2
v1x
A2
Fx

X
v1x

v1 A1

Gambar 2.4 Volume control dengan aliran uniform pada arh tegak lurus penampang

Dalam gambar 2.4, dengan aliran steady, gaya Fx yang bekerja adalah:
Fx = ρ 2 . A2 .v2 .vx 2 − ρ1 . A1 v1 .v x1 (2.11)

atau
Fx = ρ.Q (v x 2 − v x1 ) (2.12)

Jika kecepatan bervariasi sepanjang bidang potong, maka diperlukan faktor koreksi
momentum (β).
2
1 v
β = ∫   .dA (2.13)
A A V 

dimana:
β = 4/3, untuk aliran laminer di dalam tabung bulat lurus
β < 1, untuk aliran uniform

2.6. Hukum Kesebangunan (Similarity Law)


Untuk pompa-pompa yang geometrisnya sebangun berlaku:

Q1 n1 .D13
= (2.14)
Q 2 n2 .D23

H 1 n12 .D12
= (2.15)
H 2 n22 .D 22

P1 n13 .D15
= (2.16)
P2 n23 .D25

II-5
BAB III
KLASIFIKASI POMPA

Pompa dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya, meterialnya, fluida yang


dialirkan, tempat pemasangannya, prinsip transformasi energinya, dan sebagainya.
Namun pengklasifikasian tersebut banyak yang overlaping.

3.1. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Pemasangannya


Berdasarkan tempat pemasangannya pompa dapat dibedakan menjadi:
1) Land Pump
Adalah pompa yang dipasang di atas tanah. Karakteristiknya :
M urah, harganya relatif lebih murah
M udah monitoring, karena mudah dilihat dan dipantau operasinya
M udah maintenennya
M embutuhkan rumah pompa, harus dihindarkan dari air
M embutuhkan pipa isap
Lebih beisik

Gambar 3.1 Land pump

2) S umersible Pump
Adalah pompa yang beserta motornya dipasang terendam di dalam air/fluida kerjanya.
Karakteristiknya :
Tidak perlu rumah pompa

III-1
Tidak perlu pipa isap
Tidak berisik
M ahal
Susah monitoring
Service lebih mahal

Gambar 3.2 Submersible pump

Pompa submersible ini sering dibedakan lagi menjadi:


i. Fresh water service submersible pump
ii. Water draining service submersible pump

3.2. Klasifikasi Berdasarkan Transformasi Energi


Pengklasifikasian lebih mendasar adalah berdasarkan prinsip bagaimana energi
ditambahkan pada fluida, dengan cara bagaimana prinsip ini diimplementasikan, dan
geometri spesifik yang digunakan. M aka pompa diklasifikasikan menjadi:
1) Pompa Displacement (Positive Displacement Pump)
Adalah pompa dalam mana energi secara periodik ditambahkan dengan menggunakan
gaya ke satu atau lebih piston/sudu yang dapat berpindah pada suatu bidang batas
tertutup, yang menghasilkan peningkatan tekanan sehingga fluida dipindahkan
melewati katup/valve ke saluran discharge/buang.
a. Reciprocating Pump
i. Piston/Plunger Pump
ii. Diaphragma Pump
b. Rotary Pump
i. Gear Pump
ii. Screw Pump
iii. Lobe Pump
iv. Vane Pump
v. Rotary Piston Pump
vi. Flexible Member Pump
vii. Roller Pump

III-2
Pompa displacement ini lebih detail akan dibahas pada Bab V tentang pompa
reciprocating, dan pada Bab VI tentang pompa rotary.

2) Pompa Dinamik
Adalah pompa dalam mana energi secara kontinyu diberikan untuk meningkatkan
kecepatan fluida di dalam rumah pompa yang kemudian didalam sudu-sudu hantar
atau ruang volute kecepatan tersebut berkurang untuk meningkatkan tekanan untuk
mengalirkan fluida ke saluran buang. Arah aliran idealnya akan mengikuti bentuk
kelengkungan sudu. Aliran dihasilkan oleh efek dinamik antara sudu dengan fluida
kerja, yang mengacu pada persamaan ‘momentum of momentum’.
a. Centrifugal Pump
i. Radial Pump
ii. Axial Pump
iii. Mixed Flow Pump
Pompa sentrifugal akan dibahas lebih detail pada Bab
VII tentang pompa sentrifugal radial dan pada Bab VIII
tentang pompa radial.
b. Special Effect Pump
i. Jet Pump

Gambar 3.3 Jet-pump

Pompa Jet adalah salah satu tipe pompa diffuser yang digunakan untuk
memompa air dari sumur dengan kedalam sekitar 8-60 meter. Output dari
diffuser dipisahkan menjadi dua, setengah hingga tige-per-empat air dialirkan

III-3
kembali ke bawah/pipa isap melalui pressure-pipe, pipa sebelah kanan pada
gambar 3.3. Pada ujung pressure-pipe air dipercepat melalui cone-shaped
nozzle, kemudian air mengalir melalui Venturi di dalam pipa isap.
Venturi mempunyai dua bagian yaitu :
• Venturi Throat, which is the pinched section of the suction tube;
• Venturi, which is the part where the tube widens and connects to the
suction pipe.
Venturi menambah laju aliran air yang menyebabkan tekanannya turun sehingga
lebih banyak air terisap melalui ujung bawah pipa isap/intake, selanjutnya air
mengalir ke atas melalui pipa isap.

ii. Hydraulic Ram Pump


Pompa hydram (hydraulic ram) atau pompa air tanpa motor (motorless
pump) atau pompa impulse [US AID, 1982] adalah suatu alat untuk
mengangkat/ mengalirkan air (sebagain air sumber) dari tempat yang rendah
ke tempat yang lebih tinggi secara kontinyu dengan menggunakan energi
potensial sumber air yang akan dialirkan sebagai daya penggerak, tanpa
adanya sumber energi luar seperti energi listrik atau energi bahan bakar
minyak [Taye, 1998]. Dengan cara ini air dari suatu sumber mata air dapat
dialirkan ke suatu desa/pemukiman atau irrigasi pertanian disekitarnya. Jadi,
dimana saja terdapat terjunan air maka pompa hydram dapat digunakan
sebagai suatu alat untuk memompa air yang relatif sederhana dan murah
harganya.

Gambar 3.4 Hydraulic-Ram pump

III-4
3.3. Klasifikasi Berdasarkan Casingnya
Berdasarkan casingnya pompa dibedakan menjadi :
i. Volute pump
Fluida yang mengalir dari impeler pompa adalah pada kecepatan tinggi, yang
mana harus dirubah menjadi tekanan. Pada pompa volute, perubahan tersebut
terjadi akibat casingnya yang berbentuk spiral. Tipe pompa ini lebih banyak
digunakan karena efisiensinya lebih tinggi dan konstruksinya yang lebih
sederhana dan lebih kompak.
ii. Diffuser pump
Perubahan kecepatan fluida menjadi tekanan dilakukan oleh guide-vane yang
terdapat pada pompa tersebut.

Gambar 3.5 (a) Pompa diffuser, (b) Pompa volute

3.4. Klasifikasi Berdasarkan Primingnya


Berdasarkan casingnya pompa dibedakan menjadi :
i. Non-Self-Priming pump
Pada pompa jenis ini harus dipancing (mengisi air fluida secara manual)
terlebih dahulu sebelum pompa distart/dioperasikan untuk mengisi fluida pada
saluran isapnya. Agar tidak setiap akan mengoperasikan pompa harus
dipancing, maka pada ujung pipa isap dipasang klep/foot-valve.
ii. Self-Priming pump
Pada pompa jenis ini, pompa dapat distart tanpa memerlukan fluida pancingan,
sepanjang dalam impeller pompa, seperti pada gambar 3.6, walaupun pada
pipa isapnya kosong. Kerja pompa ini adalah sebagai berikut:

III-5
a. Sebelum dioperasikan, sudah ada fluida didalam casing pompa dan
impeller terendam di dalam air.
b. Setelah pompa distart, impeler pompa mensirkulasikan fluida dan
membuat tekanan vakum di dalam pompa, dan udara di dalam pipa
isap secara teratur diisap ke dalam pompa. Pada sisi outlet pompa,
udaranya didorong keluar.
c. Pada tahap awal fluida bercampur udara akan keluar dari pompa dan
setelah semua udara pada pipa isap keluar, maka fluida akan dipompa
secara penuh.

Gambar 3.6 Proses pada Self-priming pump

III-6
BAB IV
KARAKTERISTIK POMPA

Performansi pompa yang utama adalah kapasitas discharge atau laju aliran (Q),
dan head total pompa (H). Kedua parameter tersebut harus diketahui dalam pemilihan
pompa, disamping karakteristik lainnya seperti efisiensi, daya, putaran dan lain
sebagainya.

4.1. Kapasitas (Q)


Kapasitas adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa dalam satu satuan
waktu (m3/det atau m3/menit, dsb.). Di dalam standar JIS, dijabarkan hubungan antara
kapasitas (Q) dan diameter isap pompa (Ds) seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 JIS B8313: pompa volute ukuran kecil


Ds (mm) 40 50 65 80 100 125 150 200
4 pole ≤ 0,16 0,63÷2 0,8÷3,2 1,6÷5,0 2,5÷10
Q (m3/menit)

50 Hz 0,1÷0,32 0,2÷0,63 0,4÷1,25


2 pole - 0,8÷2,5 1,2÷6,3 - -

4 pole ≤ 0,2 0,8÷2,5 1,0÷4,0 2,0÷6,3 3,2÷12


60 Hz 0,12÷0,4 0,25÷0,8 0,5÷1,6
2 pole - 1,0÷3,2 1,6÷8,0

Catatan: Sesuai kesepakatan antara kelompok pengirim dan penerima, kapasitas


dijabarkan dalam batasan 63% untuk kapasitas minimum dan125% untuk
kapasitas maksimum.

Berdasarkan persamaan kontinyuitas, maka kapasitas pompa sentrifugal adalah:


π
Q= ( Di2 − D 2hub )C i
4

Dimana:
Q = kapasitas pompa (m3/det)
D i = diameter luar impeler (m)
D hub = diameter hub impeler (m)
Ci = kecepatan fluida (m/det)

IV-1
Tabel 4.1 Kebutuhan air per orang per hari

Sumber: Sularso & Tahara, 2000, hal. 21

Sedangkan kapasitas pompa yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan


jumlah/volume air yang diperlukan untuk disuplai. Tergantung dari jenis gedung atau
komunitas yang dilayani. Adapun standar kebutuhan air minum adalah :
1. M enurut WHO jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat
kesehatan adalah 86,4 liter/kapita/hari
2. M enurut Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi
standar kebutuhan minimum air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai
berikut:
Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hari.
Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari.
Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari.

IV-2
Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari.
Kota M etropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari
Untuk pelayanan berbagai jenis gedung adalah seperti pada Tabel 4.2.
Kapasitas pompa dihitung berdasarkan kebutuhan air yang harus ditransmisikan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, atau berdasarkan kapasitas sumber air yang tersedia
yang akan dipompa jika kapasitas sumber air lebih kecil dari kapasitas yang dibutuhkan.
M aka kapasitas pompa dapat dihitung dengan persamaan berikut:

[Kebutuhan Air, m3/hari]


Q= (4.1)
[Lama Operasi Pompa] x [JM L Pompa]

Lama Operasi : ± 10 jam/hari, jika penggeraknya Genset


≤ 24 jam/hari, jika penggeraknya PLN
Jumlah Pompa : sebaiknya lebih dari 1 satu unit pompa, untuk flexibilitas operasional
Beberapa istilah kapasitas yang umum digunakan adalah:
a. Kapasitas Teoristis (Q th)
Adalah laju aliran ideal pompa tanpa adanya kebocoran internal dan eksternal (QL).
Kebocoran ini terjadi dalam celah antara silinder dan piston/plunyer (pada pompa
reciprocating), kebocoran di dalam gap antara impeler dan ‘shroud’ (pada pompa
sentrifugal.
b. Kapasitas Optimum (Q opt)
Adalah kapasitas pompa jika pompa bekerja pada efisiensi-total maksimum pompa
(Q op).
c. Kapasitas Aktual (Q act)
Adalah laju aliran pompa yang dialirkan melalui pipa tekan dalam satu satuan waktu.
d. Kapasitas Internal/Indikatif (Q i)
Adalah laju aliran di dalam pompa. Oleh karena itu:
Q i = Q act+ Q L (4.2)

4.2. Head (H)


Head merupakan tekanan yang dihasilkan oleh pompa. Head pada umumnya
dinyatakan dalam tinggi kolom air dam umumnya dalam satuan meter. Pressure gauge,
vacuum gauge, atau compound gauge digunakan untuk mengukur head pompa dalam
operasinya.

IV-3
vd p d
hLd

zd hgd
vo p o
vi hgp titik ref., z=0
hLs pi
zs hgs
vs p s

Gambar 4.1. Head pompa

Persamaan energi per satuan berat fluida untuk sistem pompa Gambar 4.1 adalah:
ps v 2s p v2
zs + + + H p = zd + d + d + H L
γ 2g γ 2g
Dimana: z s = head statis elevasi isap/suction pompa (m)
z d = head statis elevasi buang/discharge pompa (m)
p s = head statis tekanan isap/suction pompa (N/m2)
p d = head statis tekanan buang/discharge pompa (N/m2)
vs = head dinamis kecepatan fluida pada ujung isap/suction pompa (m/det)
vd = head dinamis kecepatan fluida pada ujung buang/discharge pompa (m/det)
H p = head pompa (m)
H L = head losses total instalasi perpipaan sistem pompa (m)
Oleh karena itu head total pompa adalah:
pd − ps v 2d − vs2
H p = ( zd − zs ) + ( ) +( ) + HL (4.3)
γ 2g

Unjuk kerja pompa pada umunya digambarkan dalam kurva Q-H, seperti pada
gambar 4.2.

H (m)

Q (m3/menit)

Gambar 4.2 Kurva unjuk kerja pompa

IV-4
Ada beberapa istilah tentang head, yaitu:
1). Head Geometris
Head geometris isap pompa adalah:
ps − p i v s2 − v i2
hgs = ( ) +( ) − hLs (4.4)
γ 2g
Head geometris buang pompa adalah:
pd − po vd2 − vo2
hgd = ( ) +( ) − hLd (4.5)
γ 2g
Head geometris total pompa adalah:
hz = hgs + hg + hgd = zs + z d (4.6)

Dimana:
hg = adalah jarak lubang-lubang tap pressure-gauge p i dan p o.
2). Head Manometris
Head manometris pompa adalah kenaikan energi tekan (pressure energy) per unit berat
jenis fluida yang mengalir melalui pompa tersebut.
p o − pi
hmp = ( ) + hg (4.7)
γ
Head manometris instalasi pompa adalah jumlah dari head geometris total, perbedaan
head tekanan antara manometer isap dan buang, head-loss pipa isap dan buang (tidak
termasuk head-loss dalam pipa itu sendiri, hLp), perbedaan head kecepatan di pipa isap
dan buang, dikurangi head kecepatan yang dihasilkan pompa.
vd 2 − vs 2 v 2 − vi 2
hmi = hz + hLs + hLd + ( ) −( o ) (4.8)
2g 2g
3). Head Efektif (Head Total)
Adalah kenaikan energi daripada fluida antara flens-inlet dan flens-outlet pompa per unit
berat fluida yang dipompa.
p o − pi v o 2 − vi 2
He = ( ) + hg + ( ) (4.9)
γ 2g
Head statis:
pd − ps
H st = ( ) + hz (4.10)
γ
Head dynamis:

IV-5
vd 2 − vs 2
H dyn =( ) + hLs + hLd (4.11)
2g
Bila kedua reservoir terbuka, berarti p s = p d = p a , maka:

vd 2 − v s 2
H dyn =( ) + hz + hLs + hLd (4.12)
2g
4). Head Indikatif (Internal/Theoritis)
Adalah jumlah head efektif (He ) dengan seluruh head-losses hidrolis di dalam pompa
(∆hp) yang disebabkan gesekan fluida di dalam pompa.
H i = H th = hLe + ∆h p (4.13)

4.2.1. Head Losses


Head kerugian yang terjadi pada instalasi pompa terdiri atas head kerugian
gesek di dalam pipa dan head kerugian di dalam asesories perpipaan seperti belokan-
belokan, reducer/diffuser, katup-katup dan sebagainya.

4.2.1.1. Major Losses ( Head kerugian gesek dalam pipa)


Untuk menghitung kerugian gesek di dalam pipa dapat dipakai persamaan
berikut, yaitu:

L V2
HM = ƒ (4.14)
D 2g
Dimana:
HM = Head kerugian gesek dalam pipa (m)
ƒ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitasi (9.8 m/dt 2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
Untuk aliran yang laminar dan turbulen, terdapat persamaan yang berbeda.
Sebagai patokan apakah aliran itu laminar atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds,
yaitu:
VD
Re = (4.15)
υ
Dimana:
Re = Bilangan Reynolds

IV-6
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/dt)
D = Diameter dalam pipa (m)
ύ = Viskositas kinematik zat cair (m2/dt)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000, terdapat daerah transisi.
Aliran dapat bersifat laminar atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan
aliran.
a. Aliran laminar
Dalam aliran laminer, koefisien kerugian gesek untuk pipa dapat
dinyatakan dengan persamaan:
64
ƒ= (4.16)
Re
b. Aliran turbulen
Untuk menghitung koefisien kerugian gesek dalam pipa pada aliran
turbulen dapat dinyatakan dengan persamaan Darcy, yaitu:
0.0005
ƒ = 0.020 + (4.17)
D
Dimana:
D = Diameter dalam pipa (m)
Faktor gesekan ( ƒ ) ditentukan dengan grafik dalam lampiran 1.
Kemudian menghitung head kerugian untuk aliran fully developed dengan kondisi yang

diketahui yaitu, Reynolds number, Relative roughness ( e/D ) yang diberikan dalam
lampiran 2.

4.2.1.2 Minor Losses ( kerugian Head dalam jalur pipa)


Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa,
bentuk penampang atau arah aliran berubah. Kerugian head di tempat-tempat transisi
yang demikian itu dapat dinyatakan secara umum dengan persamaan, yaitu:

V2
Hm = K (2.39)
2g
Dimana:
Hm = Kerugian head dalam jalur pipa (m)

IV-7
K = Koefisien kerugian dalam jalur pipa
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (9.8 m/dt 2)

4.2.2. Net Positive Suction Head (NPSH)


NPSH adalah tinggi isap total dikurangi tekanan absolut, uap absolut (dalam
tinggi kolom fluida yang dipompa).

4.2.2.1. NPS H Yang Tersedia (NPS HA)


NPSH A (dalam satuan meter kolom fluida) adalah head yang dimiliki oleh fluida
pada sisi isap pompa dikurangi tekanan uap jenuh fluida di tempat tersebut.
ps pv v s2
NPSH A = − + zs − hLs + (4.26)
γ γv 2g

Dimana:
Pv = tekanan penguapan dari fluida/zat cair pada temperatur cairan di dalam
impeler (N/m2)
γv = berat jenis fluida/zat cair pada temperatur cairan di dalam impeler (N/m3)

4.2.2.2. NPS H Yang Diperlukan (NPS HR)

Gambar 4.6 Grafik NPSH R dari brosur pompa

IV-8
NPSH R (dalam satuan meter kolom fluida) adalah head tekanan yang besarnya
sama dengan penurungan tekanan di dalam pompa. Grafik NPSH R ini biasanya dapat
diperoleh dari pabrik pembuat pompa, seperti pada Gambar 4.6. Sebagai pendekatan
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
n
NPSH R = ( 0 ,3 ~ 0 ,5 ). . Q (4.27)
60
Dimana:
n = putaran pompa (rpm)
Q = Kapasitas pompa (m3/det)
NPSH tersebut diatas sangat penting untuk dihitung untuk mengecek
kemungkinan terjadinya kavitasi pada instalasi pompa. Syarat agar tidak terjadi kavitasi
adalah:
NPSH A > NPSH R (4.27)
Jadi NPSH yang tersedia harus lebih besar dari NPSH yang dibutuhkan pompa.

4.2. Daya
4.2.1. Water Horse Power
Daya output pompa (Water Horse Power = WHP) adalah daya efektif yang
merupakan fungsi dari kapasitas dan head pompa, yang dihitung berdasarkan
persamaan:
Pp = γ.Q.H p (4.13a)
Pe = γ .Qact .H e = Psh η
. op (4.13b)

Pe
WHP = (4.13c)
745
Dimana:
Pp = daya air pompa (Watt)
WHP = Daya air pompa / Water Horse Power (HP).
Pe = daya output/efektif pompa (Watt).
γ = berat jenis air (N/m3)
Q = kapasitas pompa (m3/det)
H p = head total pompa (m)
ηop = efisiensi total pompa

IV-9
4.2.2. Shaft Power

EL (Pm )
SHP

P M otor

Gambar 4.3 Daya Pompa

Daya poros adalah daya yang masuk pada poros pompa yang diberikan oleh mesin
penggerak mula (prime-mover), seperti terlihat pada gambar 4.3. Kurva daya
penggerak pompa dapat digambarkan seperti pada gambar 4.4.
SHP = P sh = H p x Q x γ / ηop
Pmot = Pem / η t (4.14)
Plis = Pm / η mot (4.15)
Dimana:
Pm ot = daya motor / prime-mover (Watt)
Plis = daya listrik untuk motor (Watt)
ηop = Effisiensi total pompa
ηt = Effisiensi transmisi
ηm ot = Effisiensi motor

H
(m) SHP

Q (m3/menit)
Gambar 4.4 Daya penggerak pompa

Besarnya catu daya Genset atau PLN (kVA) yang harus disediakan besarnya daya
seluruh pompa ditambah daya cadangan untuk start pompa.
PG/PLN ≅ Plis / (cos φ ) + Pstart [kVA] (4.16)

IV-10
Arus nominal pompa (Amp) tergantung pada besarnya daya pompa dan
tegangannya. M aka untuk motor listrik 3 phase:
I = Pm ot / (1,73 x 380 x cos φ) [Amphere] (4.17)
2
Luas penampang kabel, (AK dalam mm ) ditentukan oleh besarnya arus yang
mengalir dan jenis konduktor kabel serta panjang kabel (Lk dalam meter). Jenis
konduktor kabel (ϕ) power yang direncanakan adalah kabel tembaga untuk
menghindari besarnya drop tegangan (∆V dalam volt) yang terjadi.
A K = 1,73 x I x L k cos φ / (ϕ x ∆V) (4.18)

4.2.3. Indicatif/Internal Power


Adalah daya total yang diberikan kepada fluida oleh impeler pompa ataupun
plunyer dan menghasilkan kapasitas Qi.
Pi = γ .Qi .H i + Phf (4.19a)

= γ .( Q act + Q L )( H e + ∆h p ) + Phf (4.19b)

atau
Pi = Psh − Pmf = Psh .η h .η v (4.19c)

Dimana:
Phf = daya yang hilang antara cairan dengan impeler atau dengan dinding silinder
dalam bentuk panas (Watt).
Q act = kapasitas aktual yang dihasilkan pompa (m3/det)
Q L = kapasitas yang bocor pada pompa (m3/det)
ηh = efisiensi hidrolis pompa
ηv = efisiensi volumetris pompa

4.3. Efisiensi
4.3.1. Efisiensi Hidrolis
Adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kerugian head akibat gesekan antar
partikel fluida dan dengan dinding rumah pompa.
H e H i − ∆h p H e
ηh = = = (4.20)
H i H e + ∆hp H th

IV-11
4.3.2. Efisiensi Volumetris
Adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kebocoran (sejumlah QL) fluida
dari dalam rumah pompa ke luar, misalnya lewat seal-seal pompa.
Q act Q act
ηv = = (4.21)
Qi Qact + Q L

4.3.3. Efisiensi Internal/Indikatif


Akibat kerugian head dan kapasitas yang terjadi pada pompa maka akan
menyebabkan kerugian daya.
Pe
ηi = = η h .η v (4.22)
Pi

4.3.4. Efisiensi Mekanis


Adalah efisiensi akibat kerugian gesekan antara bantalan dan poros pompa.
Pi P − Pmf
ηm = = sh (4.23)
Psh Psh

4.3.5. Efisiensi Total atau Stagnasi


Adalah perbandingan antara daya air dengan daya yang masuk ke poros pompa.
Kurva efisiensi pompa dapat dilihat seperti pada gambar 3.5.
WHP Pe
ηop = = = η h .η v η
. m (4.24)
SHP Psh

M aka daya poros dari mesin penggerak pompa yang dibutuhkan adalah:
γ .Qact .He
Psh = (4.25)
η op

H
(m)

ηop

Q (m3/menit)
Gambar 4.5 Efisiensi pompa

IV-12
4.5. Putaran
Pada umumnya, motor listrik digunakan sebagai penggerak (prime mover) dengan
putaran motor tergantung pada jumlah kutub motornya dan frekuensi listrik (di Indonesia
adalah 50 Hz). Tabel 4.1 menunjukkan berbagai kecepatan putar motor. Namun,
kecepatan motor aktualnya akan lebih kecil 3% sampai dengan 5% dari kecepatan sinkron
motornya akibat adanya slip yang terjadi.

Tabel 4.2. Putaran (Rpm) motor listrik


Jumlah Kutub
2 4 6
Frekuensi
50 Hz 3.000 1.500 1.000
60 Hz 3.600 1.800 1.200

Putaran motor (Rpm) dapat dihitung dengan:


120. f
n= (4.28)
Kutub

IV-13
BAB V
RECIPROCATING PUMP

5.1. Prinsip Kerja


Pompa reciprocating adalah pompa perpindahan positif (positive displacement
pump) yang merubah energi mekanis mesin/motor penggeraknya menjadi energi aliran
fluida dengan menggunakan bagian pompa yang bergerak bolak-balik (piston/plunger di
dalam silinder).

5.2. Klasifikasi
Pompa reciprocating dapat diklasifikasikan dalam berbagai tinjauan.
1). Berdasarkan gerakannya (action)
a. Single Acting Pump
b. Double Acting Pump
2). Berdasarkan tekanannya
a. Low Pressure Pump ( < 5 atm.)
b. M edium Pressure Pump ( 5 ~ 50 atm.)
c. High Pressure Pump ( > 50 atm.)
3). Berdasarkan kapasitasnya
a. Low Capacity Pump ( < 20 m3/jam )
b. M edium Capacity Pump ( 20 ~ 60 m3/jam )
c. High Capacity Pump ( > 60 m3/jam )
4). Berdasarkan putarannya (Rpm)
a. Low Rpm Pump ( < 80 Rpm )
b. M edium Rpm Pump ( 80 ~ 150 Rpm )
c. High Rpm Pump ( 150 ~ 350 Rpm )
d. Extra-High Rpm Pump (350 ~ 750 Rpm )
5). Berdasarkan fluida yang dipompa
a. Water Pump
b. Oil Pump
c. Fuel Pump
d. Dsb.

V-1
6). Berdasarkan konstruksinya
a. Torak / Plunger Pump
b. Simplex, Duplex, Triplex Pump
c. Vertical, Inclined, Horizontal Pump
7). Berdasarkan cara menggerkannya
a. Power Pump
b. Direct Acting Pump

5.3. Power Pump


Piston/plunger digerakkan tidak langsung oleh prime-mover, melainkan melalui
mekanisme engkol.

5.3.1. Single Acting Pump

π 2π

Gambar 5.1. Skema single-acting power pump

Pada saat piston bergerak ke kanan akan terjadi langkah isap, dan sebaliknya
bergerak ke kiri terjadi langkah tekan/buang. Pada saat mula langkah isap hanya udara
yang terisap dan permukaan cairan di dalam pipa isap akan makin naik, kemudian
campuran cairan dan udara, selanjutnya cairan saja. Pada umunya pada pipa isap
dilengkapi dengan vacuum-chamber dan pada pipa tekan/buang dilengkapi air-chamber.

V-2
Tinggi fluida dapat naik dalam pipa isap dalam satu siklus adalah:
p a = p s + γ .h s (5.1)

 
 
p − ps 1  1
hs = a = pa − 
γ γ  A.S

1 
 V . p p p 
 p p

Jika p p = p a , maka:
pa
hs = (5.2)
 p 
γ  1 + p 
 A.S 

Dimana:
Vp = volume pipa isap yang tidak ditempati fluida sebelum dihubungkan dengan
silinder melalui klep isap (m3)
p p = tekanan dalam pipa isap sebelum dihubungkan dengan silinder melalui klep
isap (N/ m2)
S = stroke/panjang langkah (m)
A = luas penampang plunger (m2)

Displacement pompa adalah:


dQ = A.ds = A.c .dt
Jarak yang ditempuh plunger adalah:
x = r(1 − cos β )
Kecepatan sesaat plunger adalah:
c = r .ω . sin β
Jadi untuk satu langkah plunger:
180

Q= ∫ A.r. sin β .dβ = A.S


0

M aka kapasitas teoritis pompa adalah:


n
Q t = A.S .z. (m3/det) (5.3)
60
Dimana:
Z = jumlah piston
n = putaran (rpm)

V-3
Kapasitas aktual pompa adalah:
Q act = η v .Q t (m3/det) (5.4)

Variabilitas aliran adalah:


Q max
δv = = π = 3,14 (5.5)
Qrata − rata

5.2.2. Differential Plunger Pump

Gambar 5.2 Skema pompa plunger diferensial

Tujuan dari pompa differential ini adalah untuk mendapatkan aliran yang lebih
uniform. Displacement fluida yang dipindahkan pada kedua langkah plunger adalah:
Q = ( A − a r ).S + a r .S = A.S [m3/det] (5.6)
Jadi sama dengan displacement pompa plunger kerja tunggal (single action pump).

5.2.3. Double Acting Pump

d
D

(A-a)S A.S

π 2π

Gambar 5.3 Skema pompa kerja ganda

V-4
Gambar 5.3 menunjukkan pompa torak kerja ganda. Kedua langkah piston
menghasilkan kapasitas. Kapasitas teoritisnya adalah:
n
Q t = (2 A − a ).S .z . [m3/det] (5.7)
60
Dimana:
A = ¼ π D2
a = ¼ π d2
Kapasitas aktualnya adalah:
Q act = η v .Q t (m3/det) (5.8)

Variabilitas aliran adalah:


Q max π
δv = = (5.9)
Qrata − rata 2

Untuk pompa kerja ganda multi-silinder:


Z = 5 ⇒ δv = 1,016
Z = 6 ⇒ δv = 1,047
Z = 7 ⇒ δv = 1,008
Z = 8 ⇒ δv = 1,026
Z = 9 ⇒ δv = 1,005

5.3. Direct Acting Pump

Gambar 5.4 Skema pompa direct acting

V-5
Sebagai contoh pompa kerja langsung (direct acting) seperti pada gambar 5.4,
batang torak mesin uap dihubungkan langsung dengan sebuah kopling dengan batang
torak pompa. Kecepatan torak pompa bervariasi menurut tekanan uap yang terjadi dalam
silinder, sehingga kapasitas alirannya tidak uniform.
Akselerasi dan deselerasi terjadi dalam waktu yang pendek. Jadi, kecepatan torak
dapat dikatakan konstan sepanjang langkah torak, maka menghasilkan aliran yang relatif
uniform. Variabilitas alirannya adalah:
δv = 1,0 (teoritis)
δv = 1,05 ~ 1,10 (aktual)

5.3.1. Daya
Press. pd
Head
γ
Hi Wd

Piston Travel
Ws
pa pS
γ γ Discharge
Suction
S S

Gambar 5.5 Grafik kerja pompa torak

Kerja indikatif pompa torak/plunger adalah:


Wi = Ws + Wd

 p − ps  v 2 − vs2  
Wi = γ .A.S  o + (z d − z s ) +  d  + H L  (5.10)
 γ  2g  
Dimana HL adalah head losses pada pipa dan klep pompa.

2 r 2ω 2  A2  
HL = . 
 d
R + 2
+ Rs  + (hs + hd ) (5.11)
3 2 g  a  
Head tekanan indikatif pompa adalah:

pi po − ps  v 2 − v s2 
Hi = = + (z d − z s ) +  d  + H L (5.12)
γ γ  2g 

V-6
Kerja indikatif pompa untuk satu kali putaran poros adalah:
Wi = k .γ .A.S .H i (5.13)

Dimana k adalah koefisien langkah tekan/buang.

Prime M over
EL SHP IHP
BHP

ηm ot ηm ηh ηv

Gambar 5.6 Skema transformasi energi pada pompa torak

Daya indikatif teoritis adalah:


n n
N i .t = Wi . = k .γ . A.S . H i (5.14)
60 60
Daya berguna aktual adalah:
n
N u = η v .k .γ .A.S . ( H − H Lm ) (5.15)
60 i
Daya poros pompa adalah:
n
k .γ .A.S . H
N sh = SHP =
N i. t
= 60 = γ .Q.H (5.16)
ηm ηop η op
Dimana head aktual (H) adalah head indikatif (Hi) dikurangi head-loss (HLm ).
Daya motor (prime-mover) adalah:
N sh
N mot = (5.17)
η mot

Dimana efisiensi motor: ηm ot = 0,8 ~ 0,95 untuk motor listrik


= 0,6 ~ 0,85 untuk mesin uap

5.3.2. Efisiensi
Efisiensi volumetris diakibatkan oleh adanya kerugian akibat kebocoran fluida
yang besarnya berkisar 0,85 ~ 0,99, atau merupakan fungsi dari kapasitas.
Q act N
ηv = = i (5.18)
Qt N i. t

V-7
Efisiensi hidrolis adalah diakibatkan oleh adanya kerugian gesekan fluida yang
besarnya berkisar 0,75 ~ 0,98.
H act
ηh = (5.19)
Ht

Efisiensi indikatif adalah :


Nu
ηi = = η v .η h (5.20)
N i. t

Efisiensi mekanis adalah dakibatkan oleh adanya kerugian gesekan antara poros
pompa dan bantalannya yang besarnya berkisar antara 0,85 ~ 0,95.
N i. t
ηm = (5.21)
N sh

Efisiensi total atau stagnasi pompa yang besarnya berkisar antara 0,55 sampai
dengan 0,92 adalah:
Nu
ηop = = ηv .η h .η m (5.22)
N sh

5.3.3. Dimensi Dasar


Diameter piston/plunger/silinder adalah:
4.Qact 4.Q act
D= = (5.23)
2 n 3 n
ηv .k .π .S . η v .k .π .ψ .
60 60
S
Dimana: ψ = , yang nilainya terdapat pada tabel 15 buku Khetagurov.
D
Stroke adalah:
30.Cm 1800.Cm
S= = (5.24)
n n
60
Dimana: Cm adalah kecepatan piston rata-rata, lihat tabel 12 buku Khetagurov.

V-8
Contoh S oal-1

Sebuah pompa torak bekerja pada putaran 50 rpm, mengalirkan air 0,00736 m3/dt.
Diameter pistonnya adalah 200 mm, panjang langkahnya 300 mm. Head isapnya adalah
3,5 m, dan head deliverinya adalah 11,5 m, dan efisiensi total pompa adalah 75 %.
Tentukan :
a) Kapasitas teoritis pompa, Qt
b) Koefisien discharge pompa, Cd
c) Persentase slip pompa, %Slip
d) Daya yang dibutuhkan pompa, SHP

Jawab:
n
a) Q t = i .A.S .
60
= (π 4 x 0, 22 m 2 )(0,3 m )(50 60 put/dt ) = 0,00785 m3 /dt

Qa
b) Cd = (Jika dinyatakan dalam prosentase maka disebut efisiensi
Qt
volumetris)
= ( 0,00736 m 3 /dt) / (0,00785 m 3 /dt) = 0,937

Qt − Q a Q
c) %Slip = x 100% = (1 − a ) x 100% = (1 − Cd ) x 100%
Qt Qt
0 ,00785 -0 ,00736
= x 100% = 6,24%
0,00785

d) WHP = γ .Qt .H
= {(1000 kg/m3)(9,81 m/dt 2)}(0,00785 m3/dt)(3,5 m + 11,5 m)
= 1.155 Watt
WHP
SHP =
ηop
= (1.155 Watt) / (0,75) = 1.540 Watt

Latihan S oal:
Sebuah pompa torak ‘tiga silinder’, mempunyai silinder dengan diameter 250 mm dan
langkah 500 mm. Pompa tersebut dibutuhkan untuk mengalirkan air dengan kapasitas 0,1
m3/dt pada head 100 m. Kerugian gesekan diperkirakan 1 m pada pipa isap, dan 19 m
pada pipa penyalur/delivery. Kecepatan aliran air adalah 1 m/dt. Efisiensi total pompa
adalah 85% dan prosentase slip adalah 3%.
Tentukan:
a) Kecepata putar pompa, n (Petunjuk: gunakan dua pers. Qt dan %Slip)
b) Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pompa, SHP

Ingat: H = ( Zd − Zs ) + ( pd − ps ) / γ + ( v d2 − v 2s ) + H L

V-9
Contoh S oal-2

Sebuah pompa torak ‘double-acting’ satu silinder mempunyai diameter silinder 150 mm
dan panjang langkah 300 mm. As pompa berada 4,5 m diatas permukaan air di bak-
intake, dan 32 m di bawah permukaan air reservoar. Pipa isap dimeter 75 mm dan
panjang 6 m, pipa penyalur diameter 75 mm dan panjang 36 m. Pompa bekerja pada
putaran 30 rpm. Efisiensi total pompa 80%, head tekanan udara luar 10,3 m, dan koefisien
gesekan pipa adalah 0,01.
Tentukan:
a) Head tekanan pada piston saat posisi awal, tengah, dan akhir pada langkah isap dan
tekan
b) Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pompa
c) Head maksimum pompa
Jawab:
a) Pada Langkah Isap
l A 2
Head percepatan: has = s ω r cosθ
g as
6 ( π/4 x 0,15 2 )
has = ( 2π x 30/60)(0,3/2)(cos θ ) = 3,62 cos θ
9 ,81 ( π/4 x 0,075 2 )
2
l A 
Head loss gesekan: h fs = 4. f s  ω .r. sin θ  1
ds  as  2g
2
6  0 ,01767  1
h fs = 4.( 0 ,01 )  ( 3 ,14 )( 0 ,15 ) sin θ  = 0 ,578 sin 2 θ
0,075  0 ,00442  2( 9 ,81 )
Head tekanan pada piston saat langkah isap pada setiap posisi crank adalah
H ps = hs + has + h fs
Pada langkah awal: θ = 0° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 + 3,67 + 0 ) = 2 ,13 m (absolut)
Pada langkah awal: θ = 90° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 + 0 + 0,578 ) = 5,22 m (absolut)
Pada langkah awal: θ = 180° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 − 3 ,67 + 0 ) = 9,42 m (absolut)
Pada Langkah Delivery/tekan
l A 2
Head percepatan: has = s ω r cosθ
g as
6 ( π/4 x 0,15 2 )
has = ( 2π x 30/60)(0,3/2)(cos θ ) = 3,62 cos θ
9 ,81 ( π/4 x 0,075 2 )
2
l A 
Head loss gesekan: h fs = 4. f s  ω .r. sin θ  1
ds  as  2g
2
6  0 ,01767  1
h fs = 4.( 0 ,01 )  ( 3 ,14 )( 0 ,15 ) sin θ  = 0 ,578 sin 2 θ
0,075  0 ,00442  2( 9 ,81 )
Head tekanan pada piston saat langkah isap pada setiap posisi crank adalah
H ps = hs + has + h fs

V-10
Pada langkah awal: θ = 0° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 + 3,67 + 0 ) = 2 ,13 m (absolut)
Pada langkah awal: θ = 90° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 + 0 + 0,578 ) = 5,22 m (absolut)
Pada langkah awal: θ = 180° adalah
H ps = hatm − ( hs + has + h fs ) = 10 ,3 − ( 4 ,5 − 3 ,67 + 0 ) = 9,42 m (absolut)

V-11
BAB VI
POMPA ROTARI

6.1. Definisi
Pompa rotari adalah pompa positive-displacement, dimana energi penggeraknya
ditransmisikan ke cairan dengan jalan dorongan dibantu bagian pompa yang berptar dan
berosilasi di dalam rumah pompa. Tekanan dihasilkan akibat gerakan putar dari elemen-
elemennya atau gerak gabungan berputar dan berosilasi. Karena tidak memakai katup-
katup, maka pompa rotari dapat bekerja terbalik (sebagai pompa atau motor).
Kelebihan pompa rotari adalah:
• Ukurannya relatif kecil dan relatif ringan
• Dischargenya relatif uniform
• Dapat beKerja pada putaran tinggi (sampai dengan 10.000 rpm), sehingga bisa
dikopel langsung dengan motornya.
• Head yang dihasilkan tinggi sekali (sampai dengan 750 atm.)
• M ampu beroperasi self-priming
• Efisiensi mekanis dan efisiensi volumetrisnya relatif tinggi
Adapun pemakaiannya antara lain:
• Pompa bahan bakar cair
• Pompa booster dalam sistem penyaluran bahan bakar
• Pompa penguras tangki bahan bakar
• Pompa sirkulasi sistem pelumasan
• Pompa vacuum (500 ~ 640 mmHg)
• Pompa hidrolik dalam sistem hidrolik dan power steering
Berdasarkan desainnya, pompa rotari dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Gear Pump
2. Screw Pump
3. Lobe/Root Pump
4. Vane Pump
5. Rotary Piston Pump
6. Flexible M ember Pump
7. Roller (Excentric) Pump

VI-1
6.2. Pompa Roda Gigi (Gear Pump)
Pompa roda gigi adalah pompa rotari dimana satu atau lebih roda gigi melakukan
kerja pemompaan. Dua tipe utama pompa roda gigi adalah:
1. External Gear Pump, seperti pada gambar 6.1a
2. Internal Gear Pump, seperti pada gambar 6.1b

Gambar 6.1 Pompa roda gigi

2h

Gambar 6.2 Skema ukuran-ukuran roda gigi

Kapasitas aktual pompa roda gigi adalah:


n
Q = η v .2.z.Vg . (6.1)
60
n π
Q = ηv .2.( 2.π .R.h .b ) = η v . .R .n.b.m (6.2)
60 15
Dimana:
z = Jumlah gigi/satu roda
Vg = Volume satu buah gigi
h = addendum
m = module

VI-2
b = lebar gigi
R = pitch radius
ηv = efisiensi volumetris

6.3. Pompa Sekrup (Scew Pump)


Prinsip kerja pompa sekrup adalah sama dengan pompa roda gigi, hanya
elemennya berbentuk ulir, sehingga aliran berarah tiga dimensi.

(a) (b)
Figure 6.2 Pompa sekrup: (a) single rotor, (b) double rotor

Kapasitas aktual pompa sekrup adalah:


n
Q = ηv .A.R . (6.3)
60
Untuk pompa sekrup triple rotor – single end, kapasitas aktualnya adalah:
n
Q = ηv .( 1,243.d dc
2
)( 3,333.d dc ). (6.4)
60
Dimana:
A = Luas penampang rotor efektif
ddc = Diameter dedendum/dalam
n = Rpm
R = pitch ulir rotor
ηv = efisiensi volumetris (0,85 ~ 0,99)

6.4. Pompa Lobe (Lobe Pump)


Pompa lobe diberi nama sesuai dengan bentuk bulatan rotornya pada permukaan
arah radialnya yang memungkinkan rotor-rotornya bersinggungan secara kontinyu pada
setiap posisi putarannya.

VI-3
Dr

Do

(a) (b)

Gambar 6.3 Pompa Lobe: (a) Single-lobe, (b) M ulti lobe

Kapasitas aktual pompa lobe adalah:


n n
Q = ηv .4.A p .Lc . = ηv .4.( 0,2.D r2 ).Lc . (6.5)
60 60
Dimana:
D r = Diameter root
D o = Jarak atar poros rotor = (0,63 ~ 0,67). Dr
Lc = Panjang rumah pompa = (0,6 ~ 1,5). Dr
ηv = efisiensi volumetris (0,85 ~ 0,99)

6.5. Pompa Bilah (Vane Pump)


Rotor dengan celah-celah (tempat sudu) dipasang eksentrik terhadap rumah
pompa yang silindris. Sudu-sudu menekan rapat pada alur rumah pompa, karena gaya
sentrifugal.

(a) (b)

Gambar 6.4 Pompa Bilah: (a) Internal, (b) External

Kapasitas aktual pompa bilah adalah:


 2.( R − e )  n
Q = ηv .2.e .b. − δ  .z . (6.6)
 z  60

VI-4
Dimana:
R = Radius track ring
E = Eksentrisitas
Z = Jumlah sudu/vane
b = lebar bilah
δ = tebal bilah
ηv = efisiensi volumetris

6.6. Pompa Piston Rotari (Rotary Piston Pump)


Rotor (cylinder barrel) dipasang eksentrik terhadap rumah pompa dengan
mempergunakan track ring, sehingga putarannya menyebabkan piston berisolasi
(mengisap & menekan). Saluran isap dan tekan yang dipisahkan oleh plat-pemisah,
terletak di dalam rongga barrel.

track ring
piston
barrel
e = eksentrisitas

lubang outlet
lubang inlet

Gambar 6.5 Pompa piston rotari

Kapasitas aktual pompa piston rotari adalah:

πd 2 n
Q = ηv. .2 e.z. (6.7)
4 60
Dimana: d = diameter piston
z = jumlah piston

6.7. Pompa Flexible (Flexible Member Pump)


Prinsip kerja pompa fleksible mirip dengan pompa bilah. Volume fluida yang
dipindahkan adalah sama dengan volume ruang antara bodi pompa dan rotornya.

VI-5
(a) Flexible Vane Pump (b) Flexible Liner Pump (c) Flexible Tube Pump

Gambar 6.6 Pompa Fleksibel

6.8. Pompa Roller (Roller Pump)


Pompa roller terdiri dari silinder dan rotor yang berputar di dalam silinder. Sumbu
putar rotor berimpit dengan sumbu silinder, tetapi sumbu poros rotor dipasang eksentrik
terhadap titik pusat rotor, sehingga ketika poros rotor berputar rotor akan terus kontak
dengan permukaan silinder. Untuk memisahkan inlet-port dan outlet-port dipasang
plat/roller pemisah yang dibebani lengan pegas, sehingga plat akan selalu menekan
permukaan rotor.

A
B

Gambar 6.7 Pompa piston rotari

Kapasitas aktual pompa piston rotari adalah:


π n
Q = η v . ( d A2 − d B2 ).L (6.8)
4 60
Dimana: dA = diameter silinder
D B = diameter roller
L = panjang silinder

VI-6
BAB VII
POMPA SENTRIFUGAL/RADIAL

7.1. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal


Pompa pada dasarnya merupakan suatu alat untuk mengisap (suck) dan menekan/
mengalirkan (deliver) fluida dari suatu tempat ke tempat yang mempunyai head yang
lebih tinggi.

Gambar 7.1 Skema unit pompa

Bagaimanakah pompa dapat mengisap fluida?. Hal ini dapat dijelaskan dengan
suatu analogi seperti pada gambar 7.2. Karena nafas ditarik melalui mulut maka di dalam
mulut terjadi tekanan yang rendah atau mendekati keadaan vakum. Sehingga juice yang
ada dalam gelas dapat dihisap keatas ke dalam mulut, dan kemudian juice tersebut ditelan
dan seterusnya juice dihisap secara kontinyu.

Gambar 7.2 Analogi proses pengisapan pada pompa

VII-1
Di dalam pompa, karena impeller pompa berputar di dalam rumah pompa maka
terjadi tekanan rendah (hampir vakum) pada sisi isap pompa (suction-port). Akibat
air/fluida dialirkan dari impeller ke sisi tekan (discharge) mengakibatkan fluida dapat
diisap secara kontinyu. Secara teoritis, tinggi air maksimum yang dapat diisap oleh pompa
adalah 10,33 meter ( 1 atm. = 10,33 meter kolom air).
Kemudian, bagaimnakah pompa dapat menekan/mengalirkan fluida?. Sekali
lagi, hal ini dapat dijelaskan dengan analogi seperti pada gambar 7.3. Jika sebuah payung
yang basah diputar, maka akan timbul gaya sentrifugal yang mengakibatkan butiran-
butiran air terlempar keluar.

Gambar 7.3 Analogi proses pengaliran pada pompa sentrifugal

Prinsip pengaliran/discharge pada pompa juga terjadi akibat phenomena yang


sama. Saat impeller pompa berputar, sudu-sudu pompa membangkitkan gaya sentrifugal,
dan seperti butiran-butiran air yang terlempar keluar payung, fluida disekeliling sudu-sudu
pompa akan terlempar ke arah sisi luar impeller (dischrage-port) akibat gaya sentrifugal.
Arah gaya sentrifugal adalah tegak lurus (normal) terhadap arah putaran impeller.

Gambar 7.4 Pompa sentrifugal

VII-2
Pompa sentrifugal akan bekerja normal bila pda saat start rongga casing, ruang
antara sudu maupun saluran isap terisi penuh cairan. Begitu impeller berputar, fluida yang
ada diantara sudu-sudu juga ikut berputar karena menerima gaya mekanis sudu, dan
partikel-partikel fluida mendapat kecepatan keliling sebesar u (yang arahnya menyinggung
lingkaran impeller). Selanjutnya keliling u tersebut membangkitkan gaya sentrifugal pada
fluida diantara sudu-sudu dan akibatnya timbul tekanan fluida yang relatif kuat pada
sekeling luar impeller. Kemudian, partikel fluida bergerak dari titik pusat kearah sekeliling
luar impeller dengan kecepatan relatif w (arahnya menyinggung permukaan sudu). M aka
fluida keluar impeller pompa dengan kecepatan c.
Kecepatan absolut aliran adalah:
v v v
c =u+w (7.1)

1. Shaft
2. Shroud
3. Shroud
4. Vane
5. Volute chamber
6. Impeller
7. Streamlined nut
8. Inlet
9. Outlet
10. The narrowest part
11. Inlet guide vanes (optional)
Gambar 7.5 Aliran fluida di dalam pompa

Berdasarkan berbagai karakteristiknya pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
1. Berdasarkan tipe casingnya:
a) Volute pump
b) Turbine pump atau Diffusion pump
2. Berdasarkan headnya:
a) Low lift centrifugal pump (H ≤ 15 m)
b) M edium lift centrifugal pump (15 < H ≤ 40 m)
c) High lift centrifugal pump (H > 40 m)
3. Berdasarkan impellernya:
a) Closed impeller pump
b) Semi-open impeller pump
c) Open impeller pump

VII-3
4. Berdasarkan jumlah impeler pada setiap poros:
a) Single stage centrifugal pump
b) M ulti stage centrifugal pump (untuk head tinggi)
5. Berdasarkan jumlah masukan ke impeler:
a) Single entry or single suction pump
b) Double entry or double suction pump (untuk kapasitas besar)
6. Berdasarkan arah aliran melalui impeler:
a) Radial flow pump
b) M ixed flow pump
c) Axial flow pump

VII-4
7.2. Komponen Pompa Sentrifugal

1. Shaft 2. Shroud
3. Shroud 4. Vane
5. Volute chamber 6. Impeller
7. Streamlined nut 8. Inlet
9. Outlet 10. The narrowest part
11. The guide vanes (optional)

Principal of centrifugal pump


 Poros berputar impeller berputar
 Partikel-partikel fluida mendapat kec. Kll.u (arahnya menyinggung lingkaran
impeller)
 Untuk membangkitkan gaya sentrifugal
Pada cairan diantara sudu-sudu tekanan fluida pada diameter luar
impeller
 Partikel-partikel fluida bergerak dari pusat ke diameter luar dengan kecepatan
relatif w (arahnya menyinggung permukaan sudu kecepatan absolut
→ → →
fluida c = u + w

Head pompa centrifugal


Berdasarkan hukum ”Euler” :

VII-5
Energi (head) yang diberikan cairan di celah-celah sudu impeller sama dengan
perbedaan momen daripada momentum aliran pada lingkaran luar impeller dengan aliran
pada lingkaran dalam impeller
F .∆t = ∆M = m.dv
• •
F = m .c2 u − m c1u

T = r.F

• •
= r2 . m .c 2 u − r1 . m .c1u
• •
= r2 . m .c 2 .cos α 2 − r1 . m 1 .c1 . cosα 1

Daya, N = T.ω M omen, M = N/ω



= m .g .H t ∞

M aka :
• • •
m . g.H t∞ = ω.r2 .m .c 2 . cosα 2 − ω.r1 . m .c1 .cos α 1 .

u 2 .c 2 .cos α 2 − u1 .c1 .cos α 1


H t∞ =
g

u 2 .c 2 u − u1 .c1u
=
g

Dari persamaan W 2 = c 2 + u 2 − 2.c.u.cos α


u 22 − u12 W 2 − W22 c 2 − c12
M aka : H t∞ = + 1 + 2
2g 2g 2g
Dimana :
H t∞ = head theoritis impeller, yang jumlah sudunya = ∞

u 22 − u12
= kenaikan head statis yang disebabkan oleh gaya inersia, harganya selalu +
2g

W12 − W22
= perubahan head statis yang diakibatkan oleh perubahan kecepatan aliran
2g
diantara sudu-sudu akibat perubahan luas penampang harganya bias +/- > 75
%
c22 − c12
= kenaikan head dinamis yang disebabkan oleh perubahan kecepatan absolute
2g
aliran diantara sudu harganya selalu + 25%

VII-6
Head Actual Yang Dihasilakn Pompa
H = k 2 cu .η h .H t∞

Dimana :
k 2cu : factor sirkulasi aliran diantara sudu-sudu
ηh : efisiensi hidrolis
ns Ls Ms Hs
k 2cu 0,87 – 0,9 0,9 – 0,92 0,92 – 0,94
ηh 0,6 – 0,82 0,82 0,82

Untuk pompa sentrifugal tanpa inlet guide vane chamber semua tidak punya j c1
diarahkan sepanjang jari-jari, α1 =900, maka
u 2 .c 2 . cos α 2
H = k 2 cu .η h .
g

u 2 .c 2 u
= k 2 cu .η h .
g
H = f(u2) dan u2 = f (D2,n)
u2
H = kh .
g
Dimana :
kh = factor head
= 0,4 – 0,55 untuk pompa dengan inlet guide vane
= 0,3 – 0,5 untuk pompa tanpa inlet guide vane
Berdasarka pertimbangan metalurgi :

U 2. max = 220 ∞ 250m / det

U 2 diijinkan ≤ 35 m/det untuk impeler dengan gray cast iron


≤ 60 m/det untuk impeler dengan cast bronze
≤ 70 m/det untuk impeler dengan light steel
≤ 80 m/det untuk impeler dengan cast steel
Biasanya diambil : C1 =C2r, maka :
2
c 2 − c12 c 22 − c 22 r c 2 u
H t∞ dyn = 2 = =
2g 2g 2g

VII-7
=
(u 2
2 + c 2 r . cot β 2 ) 2

2g

H t∞ st = H t∞ − H t∞ dyn

u 22 (c 2 r . cot β 2 )2
= −
2g 2g
β2 dimana tidak menghasilkan head
u 2 − c2 u u 22 u 2 .c2 r
H t∞ = = + . cot β 2 max = 0
2g g g

u2
Cot β2 m ax = Cot (180o- β2 m ax ) =
c2 r

Bila β2 < β2 m in terjadi proses separasi aliran ( stream separation ) dan Ht∞ =
negative (-), jadi β2 = 45o ~ 170o
Bila β2 >> H t∞st >>, H t∞dyn <<, c2 <<
β2 << H t∞s t<<, H t∞dyn >>, c2 >> hlh >>

Pengaruh β2 Terhadap Head Pompa

c 2r
tan β 2 = → c 2u = u 2 + c 2 r .cot β 2
c 2u − u 2

u 2 .c 2 u u22 u 2 .c 2 r
H t∞ = = + .cot β 2
g g g
 Untuk sudu melengkung ke depan (forward curve vanes)
u 22
β2 < 900 dan H t∞ >
g
 Untuk sudut lurus atau radial (straight or radial vanes)

VII-8
u 22
β2 = 900 dan H t∞ =
g
 Untuk sudut melengkung kebelakang ( back curve vanes )
u 22
β2 > 900 dan H t∞ <
g
Arah aliran halus (uniform) hLh <<
Perubahan H-Q stabil
Yang umum dipakai β2 = 1600 ~ 1700 β1 ~ 155 ~ 165
β2 ≤ 300 keluar
α2 = 50 ~ 120 untuk pompa dengan saluran pengarah
= 100 ~ 250 untuk pompa tanpasaluran pengarah

7.3. Ukuran-Ukuran Utama Pompa Radial

 Berdasarkan Q, H, dan n yang telah diketahui ( dihitung berdasarkan kebutuhan)


 Ingat : standar DIN 24255
H ≤ 100 m (untuk 1 tingkat), karena gaya sentrifugal yang bekerja sebagai
beban pada materialimpeller, dan Q ≤ 400 m3/jam.
Kenyataannya : untuk mendapatkan pompa radial satu tingkat dengan H ~
50 m sudah sangat sulit (lihat pada brosur pompa).
 Tentukan/ pilih jumlah tingkat impeller pompa jika H yang dibutuhkan terlalu
tinggi

Q
 Hitung putaran spesifik impeller pompa ns = n.
3
H 
4  
 i 

VII-9
1. Diameter Poros Pompa
Diameter poros pompa dapat dihitung denga menempatkan harga tegangan torsi (τt) yang
paling kecil yang diijinkan.
Untuk poros pejal :
τt = T/Wt
Wt = 0,2.d3momen tahanan dari diameter poros minimum yang dibutuhkan
P
T= , momen puntir/torsi (N.m)
w
n
ω = 2.π . , kecepatan angular, 1/dt
60
ρ .g .Q.H
P= , daya penggerak pompa, watt (SHP)
η op
M aka diameter poros minimum yang dibutuhkan :

T
dsh. min = 3 (m)
0,2.τ ijin

dsh = .....................(diambil ± 50% lebih besar)


Dimana :
τijin = 20 N/mm 2 untuk pompa 1 tingkat
τijin = 15 N/mm 2 untuk pompa bertingkat banyak

2. Diameter Hub Impeller


Biasanya diambil sebesar :
dhub = (1,2 ~1,4).dsh (m atau mm)

3. Diameter Mulut Isap Impeller (Inlet Chamber)


Dari persamaan Q t = A.C0, maka didapat :

4.Q t Q
D0 = + d hub 2 , Q t =
π .C 0 ηv
Dimana : Qt = (1,02 ~ 1,05).Q, Kapaitas theoritis pompa.
Kecepatan Absolute fluida masuk impeller dapat ditentukan dari grafik dibawah, atau
C 0 = k C 0 . 2 .g .H

kco = (0,058 ~ 0,06).ns2/3


= faktor kecepatan masuk impeller

VII-10
4. Diameter Dalam Impeller
D 1 besarnya dikira-kira atau ditaksir. Ujung permulaan sudu biasanya dibuat paralel arah
alirannya sehingga : D1 ~ D 0

5. S egitiga Kecepatan S isi Masuk Impeller


Kecepatan keliling pada diameter dalam impeller
U 1 = π .D1 .n / 60 (m/dt)

= k u1 . 2.g .H k u1 = 0,0244.ns2/3

Kecepatan absolute fluida masuk impeller


c1 = f 1 .c0
t1 , faktor penyempitan ( crowding f ) = 1,1 ~ 1,15
f1 =
t1 − σ 1
Untuk t dan σ lihat pada tabel sudu.
Asumsi aliran masuk secara radial, maka : c1 = c1m = c1r atau α1 = 900

Kecepatan relatif fluida terhadap sudu :

W1 = c12 + u12
 c1  c 
β 1 = tg −1   = sin −1  1 
 u1   W1 

c1m = k c1m . 2. g.H .(m / dt )

VII-11
ns : 20 30 40 50 60
k c1m : 0,125 0,126 0,128 0,136 0,142

6. Lebar Impeller Pada S isi Masuk


Qt
b1 =
π .D1 .c1

 c1 m 
α 1 = sin −1  
 c1 

W1 = c12m + (u1 − c1 . cos α 1 )2

 c1 m 
β 1 = sin −1  
 W1 

7. Diameter Luar Impeller


60.U 2
D2 =
π .n
Dimana : U 2 = k u 2 . 2.g.h (m/dt)

ku2 = 1 + 0,1 (ns/2,5 – 1)


D2
Atu bisa juga dari : = f ( ns )
D1

D2
Dimana : ns = ≤ 20 = 2 ,5
D1

= 20 ~ 40 =2
= 40 ~ 80 = 1,8 ~ 1,4
= 80 ~ 160 (fixed flow) = 1,2 ~ 1,1
= 160 ~ 320 (axial) = 0,8
Kecepatan keliling yang diinginkan :
U 2 ≤ 35 m/det impeler dengan grey cast iron
≤ 60 m/det impeler dengan bronze
≤ 70 m/det impeler dengan logam ringan
≤ 80 m/det impeler dengan steel

VII-12
8. S egitiga Kecepatan S isi Keluar Impeller
Sudut relatif β2 sedapat mungkin tidak melampaui 300 keluar, atau sin (1800 – β2) =
c2 m
W2

ns 10 25 40 50 60 70
β2 145 150 155 160 165 165

Kecepatan Absolute c2 pada arah u2 c2u = ?


g .H
H = η h .U 2 .k. c 2 u g c2 u =
η h .U 2 .k
Dimana : k = faktor penyusutran kerja (lihat nomogram gambar 4.2.4)
Agar segitiga kecepatan bisa digambaar, maka dipilih besarnya c2m ≈ c1

W2 = C22m + (U 2 − C2 u ) 2

 C 2m 
α 2 = sin −1  
 C2 

C 
= tg −1  2 m 
 C2 u 
ns 10 25 40 50 60 70
ηh 0,86 0,91 0,94 0,96 0,97 0,98

Biasanya :
α2 = 50 ~ 120
α2 = 100 ~ 250

VII-13
9. Lebar S udu Pada S isi Keluar

Qt . f 2
b2 =
π .D2.C 2 m
Dimana : f2 = 1,05 ~ 1,10 = faktor penyempitan

VII-14
10. Tebal dan jumlah sudu impeller
Tebal sudu biasanya :

S = 2 ~ 10 mm, grey cast iron


S = 3 ~ 6 mm, bronze, steel
Proyeksi sisi sudu pada arah keliling roda

Σ = s sin β i

Factor penyempitan (crowding factor)

t = t (t − σ )

f1 = 1,1 ~ 1,15
f2 = 1,05 ~ 1,10
c1 = f1.c0

t1 = π . D1 z , jarak antar sudu

Z >> H L>>
Z << distribusi kecepatan aliran di celah sudu-sudu tidak uniform HL>>

Jumlah sudu yang optimal (empiris)


Q1 .H i
Z=
  r 2 
2,25.η op .U 2 .br .r2 1 −  1  
  r2  

Dimana :
Q i = kappa. Impeller, m3/det
H i = head yang dihasilkan impeller, mH20
ηop = efisiensi pompa

VII-15
Br = jari-jari rata-rata penampang celah sudu, m
D2 + D1 β + β2
Atau : Z = 6,5. .sin 1
D 2 − D1 2

Bds ns ns = 40 ~ 60, z=9 ns = ≤ 20


ns = 60 ~ 180, z=8 ns = 20 ÷ 45
ns = 180 ~ 350, z=6 ns = 45 ÷ 75
ns = 350 ~ 580, z=5 ns = 75 ÷ 150

VII-16
7.4. Menentukan Bentuk Sudu
Ada 3 M etode dasar :
1. Circular arc method
- Single arc method
- Two Arc method
2. Point by point method
3. The conformal representation method

7.4.1. S ingle Arc method

Diketahui : Z, D1, D 2, β1 dan β2


Langkah-langkah :
1. Gambar lingkaran dalam (D1) dan luar (D2)
2. Tentukan titik A sembarangan di lingkaran luar impeller
3. Dari titik A tarik garis ke titik pusat lingkaran O, maka terjadi garis AO
4. Dari titik O buat garis yang membentuk sudut (γ1 + γ2) terhadap garis AO, yang
memotong lingkaran dalam impeller di titik B, dimana γ1 = 1800 - β1, dan γ2 = 1800
– β2, sehingga terbentuk garis OB
5. Tarik garis AB (dari titik B ke A), yang memotong lingkaran dalam disisi lain di
titik D
6. Buat garis sumbu di tengah-tengah dari garis AD
7. Buat garis yang membentuk sudut γ2 dengan garis AO, yang kemudian memotong
garis sumbu tadi di titik C. CA adalah jari-jari busur sudu
8. Tarik busur lingkaran dari D ke A yang berpusat di C. Jadi profil sudu terbentuk
Perhatikan Bahwa posisi titik B dan D, untuk γ1 + γ2 > 900 adalah berbeda
9. Untuk menggambarkan sudu berikutbya, tebtukan posisi A berikutnya dengan
membagi lingkaran luar (π D2) dengan jumlah sudu (z)
1 r22 − r12
Jari-jari busur, ρ = C .A = C.D = . 2
2 r2 . cos β 2 − r1 . cos β 1

VII-17
7.4.3. Two Arc Method
Diketahui : z, D1, D 2, β1, β2.
Langkah-langkah :
1. Buat lingkaran dalam (D1) dan lingkaran luar (D2)
2. Buat lingkaran bantu yang sepusat dengan diameter δ = di.sin β 1
3. Buat titik A1, A 2, dan seterusnya pada lingkaran dalam impeller, dengan

membagi π .D1 z untuk menentukan posisi titik-titik A.

4. Buat garis singgung dari titik A1, A 2, dst yang menyinggung lingkaran bantu
(δ) di titik E. M aka didapatkan titik E1, E2, dst.
5. Buat busur lingkaran I dengan radius ρ1 = E1, A 1, dstyang merupakan segmen
bagian dari profil sudu.
6. Tarik garis-garis dari O melewati titik A1, A 2, dst. Yang memotong ligkaran
luar dititik B1, B2, dst.
7. Buat agris yang membentuk sudut β2 dengan garis OB.
8. Buat garis dari titik O melalui titik E yang memotong busur lingkaran
sebelumnya di titik F.
9. Perpotongan garis 7 dan garis 8 berpotongan di titik G yang merupakan pusat
busur lingkaran II. Jadi

1 r22 − rf2
ρ 2 = GF = GB = .
2 r2 . cos β 2 − rf . cos β f

10. Buat busur dengan jari-jari ρ2 yang memotong secara halus busur lingkaran I

VII-18
7.5. Contoh Soal
Diketahui :
Pompa radial dengan kapasitas, Q = 300m3/Jam = 0,083 m3/detik. Head pompa, H = 120
meter. Kecepatan putar, n = 1450 rpm, roda jalan (impeiler) terbuat dari besi tuang kelabu.
Tentukan :
Ukuran – ukuran utama dari roda jalan!.
Jawab :
Kecepatan spesifik :

Q1 / 2 0,083
Untuk 1 tingkat : ns = n ⋅ 3 / 4 = 1450rpm ⋅ = 11,5rpm
H (120)0 ,75
Untuk 2 tingkat : ns = 1450 ⋅ 0 ,083 = 19,0rpm
(60)0 ,75

0,083
Untuk 3 tingkat : ns = 1450 ⋅ = 26rpm
(40)0, 75
Untuk menghidari harga U2 dan β2 yang ekstrim (lihat table hubungan bentuk sudu), maka
sebaiknya dipilih pompa dengan 2 tingkat atau 3 tingkat.
Disini dipilih 2 tingkat supaya harga instalasi pompa bisa lebih murah.

Diameter poros pompa :


Daya mesin/motor penggerak pompa :
γ ⋅Q⋅H
P=
ηP
Efisiensi efektif (ηe ) atau efisiensi pompa dapat ditentukan (estimasi) dari diagram
(ns-ηp) diatas.
ns = 19rpm → η p = 77%

m3 dt 2  dt (
1000 kg ⋅ 9,81 m  × 0,083 m3 × (120m ) )
 P=
0,77
= 128.000watt = 128kW

Diameter minimum poros :

T
D s.min = 3
0,2 ⋅τ ijin

VII-19
Dimana :
P 128.000
Torsi (T) = = = 840 N ⋅ m
ω  2 ⋅ π ⋅ 1450 
 
 60 
Harga untuk τ ijin

τ ijin =20 N/mm2, untuk pompa 1 tingkat yang ringan

τ ijin =15 N/mm2, untuk pompa >1 tingkat yang ringan

τ ijin =20 N/mm2, untuk pompa >1 tingkat yang berat

 Disini untuk 2 – tingkat diambil τ ijin =18N/mm2

840.000 N ⋅ mm
 D s. min = 3 = 61,8mm
(
0,2. 18N / mm 2 )
Jadi diameter poros dibuat, Ds = 70 mm
Diameter Hub poros menurut standard :
D H = (1,2........1,4) ⋅ DS

≅ 1,3 × 70mm
≅ 90mm
Diameter bagian hisap

Qt
DO = + DH 2
π ⋅ Co
Dimana kapasitas theoritis, Qt = 1,05 x Q = 0,087 m3/dt
Co = kco ⋅ 2 ⋅ g ⋅ h

Faktor kecepatan masuk impeller :

k co = (0,058 ÷ 0,06)ns( 2 / 3)

Atau dari gambar 4.2.7, untuk Qt = 0,087 m3/dt dan n = 1450rpm → Co = 3,5m / dt

 Do =
(
4 ⋅ 0,087 m dt
+ (0,09m )2
3
)
π ⋅ 3,5 dt
m ( )
= 0,2m = 200 mm

Diameter dalam impeller


Ujung permukaan sudu harus dibuat pararel arah alirannya, sehingga

VII-20
D 1 = D 0 = 0,2 m = 200mm
M aka kecepatan keliling

U 1 = π ⋅ D1 ⋅ n 60 → m dt

π ⋅ (0,2 )⋅ (1450 )
= = 15,2 m dt
60
Kecepatan absolute fluida masuk impeller
C1 = C1r (Aliran masuk secara radial)

C1 = C o × f 1

Dimana :
t1
f1 = = 1,1 ÷ 1,15
t1 − σ1

C1 = (3,5m / dt )× (1,15) = 4,0 m / dt

Asumsi untuk pompa radial α 1(diambil) = 90o

Kecepatan relatif fluida masuk :

w1 = C 12 + U 12
w1 = 15,5m / dt

C1
tan β 1 = → β 1 = 15 o
U1

Lebar sudu :
Qt
b1 =
π ⋅ D1 ⋅ C1
(0,087 m / dt )
= = 0,035m = 35mm
π ⋅ (0,2m )⋅ (4m / dt )

Kecepatan keliling U2 yang dijinkan :


Impeller : Besi tuang kelabu U2 ≤ 35 m/dt

VII-21
Perunggu tuang U2 ≤ 60 m/dt
Logam – logam ringan U2 ≤ 70 m/dt
Baja tuang U2 ≤ 80 m/dt
 Diambil : U2 = 33 m/dt
60 ⋅ U 2 (60 )⋅ (33)
M aka : D2 = = = 0,435m = 435mm
π ⋅n π ⋅ (1450)
Atau D2/D1 = fungsi dari putaran spesifik. Cth: Ns = 19 maka D2/D1 = 2,5
ηh ⋅U 2 ⋅ k ⋅ C2 u
H=
g
g⋅H
C 2U =
η h ⋅ U2 ⋅ k
η h = 0,94 untuk ns = 20
ns 10 15 20 30 50 100

ηh 0,86 0,91 0,94 0,96 0,97 0,98

B = 0,81 , untuk saluran – saluran yang sempit, (β 2 = 28°)

k = 0,78 , faktor penyusutan


gambar 4.2.4

C 2U = 24,2 m dt

Supaya segitiga kecepatan keluar dapat digambarkan maka dipilih besarnya C2m = 3,7
m/dt

C 2r
Atau dari sin (180o - β 2 ) = atau Diktat halaman 127
W2

Jumlah sudu

VII-22
D2 + D1  β + β2 
Z = 6,5 ⋅ ⋅ sin  1
D2 − D1  2 
=7
Jarak antar sudu
π ⋅ D1 π ⋅ ( 0 ,2 m )
t1 = = = 0,0895m = 89,5mm
Z 7
Tebal sudu
S1 = 3mm → Untuk dari besi tuang kelabu

S = 2mm∞10mm → besi tuang kelabu


S = 3mm ∞6 mm → Perunggu, baja tuang, logam ringan
Tebal miring :

 σ 1 = S1 sin(β
1 )
= 3 0,26 = 11,5mm

Faktor penyempitan / keributan :


t1 89,5
f1 = = = 1,15(cocok )
t1 − σ1 89,5 − 11,5
Lebar sudu b2
Qt ⋅ f 2 0,087 ⋅1,5
b2 = =
D2 ⋅ π ⋅ C2 m 0,435 ⋅π ⋅ 3,7

b2 = 0,018m = 18mm

VII-23
The overwhelming majority of contractor pumps use centrifugal force to move
water. Centrifugal force is defined as the action that causes something, in this case water,
to move away from its center of rotation.
All centrifugal pumps use an impeller and volute to create the partial vacuum and
discharge pressure necessary to move water through the casing. The impeller and volute
form the heart of the pump and help determine its flow, pressure and solid handling
capability.

Gambar 7.3
An impeller is a rotating disk with a set of vanes coupled to the engine/motor shaft
that produces centrifugal force within the pump casing. A volute is the stationary housing
(in which the impeller rotates) that collects, discharges and recirculates water entering the
pump. A diffuser is used on high pressure pumps and is similar to a volute but more
compact in design. M any types of material can be used in their manufactire but cast iron is
most commonly used for construction applications.
In order for a centrifugal pump, or self priming, pump to attain its initial prime the
casing must first be manually primed or filled with water. Afterwards, unless it is run dry
or drained, a sufficient amount of water should remain in the pump to ensure quick
priming the next time it is needed.
As the impeller churns the water (see figure above), it purges air from the casing
creating an area of low pressure, or partial vacuum, at the eye (center) of the impeller. The
weight of the atmosphere on the external body of water pushes water rapidly through the
hose and pump casing toward the eye of the impeller.
Centrifugal force created by the rotating impeller pushes water away from the eye,
where pressure is lowest, to the vane tips where the pressure is highest. The velocity of the

VII-24
rotating vanes pressurizes the water forced through the volute and discharges it from the
pump.
Water passing through the pump brings with it solids and other abrasive material
that will gradually wear down the impeller or volute. This wear can increase the distance
between the impeller and the volute resulting in decreased flows, decreased heads and
longer priming times. Periodic inspection and maintenance is necessary to keep pumps
running like new.
Another key component of the pump is its mechanical seal. This spring loaded
component consists of two faces, one stationary and another rotating, and is located on the
engine shaft between the impeller and the rear casing (see figure below). It is designed to
prevent water from seeping into and damaging the engine. Pumps designed for work in
harsh environments require a seal that is more abrasion resistant than pumps designed for
regular household use.

Gambar 7.4 Komponen-komponen pompa sentrifugal

VII-25
BAB VIII
OPERASI POMPA

8.1. Kurva Head – Kapasitas Pompa

Titik perpotongan antara kurva H – Q dari pompa dan dari instalasi merupakan titik
kerja pompa dan instalasi (sistem). Pada titik ini head yang diperlukan oleh sistem
sama dengan head yang dapat diberikan oleh pompa pada laju alian yang sama.
2 2
pd − ps v − vs
Hp = + d + zd − zs + H L
γ 2⋅g
Karakteristik instalasi (pipa saluran)
Adalah hubungan antara volume cairan yang mengalir melalui pipa saluran persatuan
waktu dengan kerugian head yang dihasilkan.
H inst = H statis + H hy draulis/Dy n
H Dy n = H L = H may or + H minor
H may or = kerugian head pada pipa lurus

L v2
= f⋅ ⋅
D 2⋅g
H minor = kerugian head pada accesoris
Le v 2
=f⋅ ⋅
D 2⋅g
v2
=K⋅
2⋅ g

VIII-1
8.2. Pengaturan Operasi Pompa
Dalam praktek sering diperlukan merubah performance pompa dengan cara mengatur
kapasitas dan head.
 Pengaturan secara kuantitatif (n = konstant)
 Pengaturan secara kualitatif (n = berubah)

8.2.1.Pengaturan Secara Kuantitatif


a. Mengatur Katup pada pipa Discharge (H L>>)

b. Pengaturan Katup Pada Pipa Hisap


Hal ini dilakukan kalau kita tidak ingin mendapatkan tekanan yang bervariasi
pada pipa discharge dan menghidari terjadinya kavitasi pada bagian masuk
impeller.
c. Membuat Aliran By-Pass dari Pipa Discharge ke Pipa Isap

VIII-2
8.2.2. Pengaturan Secara Kualitatif
Yaitu dengan mengatur pompa, misal dengan gear box, motor listrik dengan inverter

Q1 n1 ⋅ D13
=
Q 2 n2 ⋅ D23
H 1 n12 ⋅ D12
=
H 2 n22 ⋅ D22
p1 n13 ⋅ D15
=
p2 n32 ⋅ D25

VIII-3
8.3. Operasi Pararel dan Operasi Seri
Jika head (H) atau kapasitas (Q) yang diperlukan dapat dicapai dengan satu pompa
saja, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara pararel atau
seri.
 Operasi Paralel
Untuk mendapatkan head yang lebih besar (tdentik dengan multistage pump). Dua
atau lebih unit pompa dipasang paralel. Untuk mendapatkan Kapasitas yang lebih
besar. Namun: Qp < Q1 + Q2, Tapi : Hp > H1

VIII-4
 Operasi Seri
Untuk mendapatkan Q yang lebih besar.

Dua atau lebih unit pompa dipasang Seri


Untuk mendapatkan Head yang lebih tinggi
Namun: Hs < H1 + H2
Tapi : Qs > Q1

VIII-5
BAB IX
POMPA AXIAL

9.1. Karakteristik pompa axial


 Q>> (0,1 m 3/dt sampai dengan 30 m 3/dt)
 H<< (1 sampai dengan 5 m) →untuk H ↑ → multistage
 Impeller selalu terbenam
 Aliran pararel →U 1 = U 2 =U

Menurut Rumus Euler :

U 22 − U 12 w12 − w22 C22 − C12


H t∞ = + +
2⋅g 2⋅ g 2⋅ g

w12 − w22 C22 − C12


= +
2⋅ g 2⋅ g

U 2 ⋅ C2 ⋅ cosα 2 − U 1 ⋅ C1 ⋅ cos α 1
H t∞ =
g

=
U
(C − C1U )
g 2U

⇒ CU = U − Ca ⋅ cot (180 − β °) ⇒ asumsi : C1a = C2 a = Ca

U
H t∞ = ⋅ C ⋅ (cot ⋅ β 2 − cot β 1 )
g a
Karena H t∞ > 0 ⇒ cot β 2 ° > cot β1 ⇒ β 2 < β1

Head Aktual (empiris):


U2
H=
2 ⋅ g ⋅ k u2

Dimana : ku2 = 0,0244ns 2 / 3 ( ns versi Ketagurov)

= factor head

9.2. Dimensi-Dimensi Utama Pompa Aksial


Diameter Impeller :

Qt
Di = (4,5∞ 5,5 )⋅ 3 (m)
n

Diameter Hub Impeller :


Di
D Hub =
(2∞3,5)⋅ Di
Kecepatan Axial Aliran Dicelah – celah S udu :

C a = C1 = k c ⋅ 2 ⋅ g ⋅ h = 5∞ 7m / dt

Dimana : kc = 0,0055ns 2 / 3 (versi ketagurov)


Kapasitas Pompa :

Q = η v ⋅ Ca ⋅
π
4
(
⋅ Di2 − D Hub 2 )
( )
= ηV ⋅ m 2 − 1 ⋅ C a ⋅ D Hub

Dimana : ηV = 0,9∞0,95

Tinggi Hisap Maximum :


pa pv
Z smax = − − σ ⋅ H − hL
γ γ
4 /3
 ns 
Dimana : σ =   = factor kavitasi
 560 
hL = head losses pada pipa hisap
Daya Penggerak Pompa :
γ ⋅ Q⋅ H
SHP =
ηop
Dimana :η op = 0,75∞ 0,9

Jumlah S udu
ns 85-125 125-170 170-205 205-270 >300
z 8 7 6 4 3-2

Q t = 2 ⋅ π ⋅ b1 ⋅ C1 r = 2 ⋅ π ⋅ r2 ⋅ b2 ⋅ C2 r → C r∞ n ⇒ Qt∞ n
U 2 ⋅ C2U
Ht = → U 2 ∞ n & C2U ∞n ⇒ H ∞n 2
g
P = γ ⋅ Q ⋅ H ⇒ P ∞n 3

Batas perubahan n → ∆n = 1,5∞ 2 kali


Bila diperlukan, H bias dikurangi ≤ 15% dengan jalan memotong diameter luas
impeller.

U 22 U 2 ⋅ C2 r
Ht = + ⋅ cot β 2
g g
β 2 > 90° _ dan _ cot β 2 < 0 ⇒ H t _ akan _ turun
β 2 = 90° _ dan _ cot β 2 = 0 ⇒ Ht _ akan _ kons tan
β 2 < 90° _ dan _ cot β 2 > 0 ⇒ Ht _ akan _ naik

Kondisi normal :
 Celah – celah sudu penuh cairan
Kondisi beban underload :
 Separasi pada dinding belakang sudu
Kondisi overload:
 Separasi pada dinding muka sudu

Anda mungkin juga menyukai