Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI DAN BALITA

MATA KULIAH :

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI & BALITA

(PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN)

OLEH : Hj. Idawati Dg. Mamala, S.Ag., M. Kes

DISUSUN KELOMPOK 1 :

SITI NURAISYAH : PO 0224218011

NUR FADILLAH : PO 0224218017

VIRGINIA GLORIA SUMUAL : PO 0224218037

ROFIKA HUNTEHU : PO 0224218016

SITI RAHMATIA : PO 0224218029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-
III KEBIDANAN POSO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, dan Balita yang berjudul “Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi dan Balita”.

Ucapan terima kasih pula kepada teman-teman yang memberikan masukan dan saran-
saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini dapat dibuat dengan baik. Oleh karena
itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Poso, 01 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar belakang ...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah .....................................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
1. Teknik Mencuci Tangan Aseptik ...........................................................................................3
2. Tabel Kebutuhan Cairan Bayi Berdasarkan Umur...............................................................4
3. Teknik Dan Prosedur Desinfeksi Alat Alat Yang Digunakan Saat Persalinan Dan
Perawatan BBL .........................................................................................................................5
4. Kontra Indikasi Rawat Gabung ..............................................................................................6
5. Pemberian Asi Eksklusif .........................................................................................................6
6. Kegiatan Yang Dilakukan Orang Tua Untuk Memenuhi Kebutuhan Asi Anak ..............7
7. Perlunya Balita Diberi Stimulasi Dini Asah ...................................................................... 10
8. Tempat Balita Mendapatkan Pendidikan Asah/ Stimulasi ............................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan antiseptik
mencuci tangan dan air untuk mengurangi penyebaran bakteri tanpa harus merusak kulit.
Antiseptik ini bersifat cair, tetapi biasanya kurang efektif dan bekerja lebih lambat
daripada menggosok tangan higienis. (WHO, 2009)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan №124/Menkes/SK/2004 mengenai


kesehatan yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Setiap peralatan rumah sakit
haruslah steril. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan semua mikroorganisme yang ada
baik dalam peralatan ataupun lingkungan rumah sakit baik dengan cara kimiawi maupun
fisik.

ASI Eksklusif perlu diberikan selama 6 bulan karena pada masa itu bayi belum
memiliki enzim pencernaan yang sempurna untuk mencerna makanan atau minuman
lain. Terlebih semua jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah bisa dipenuhi dari
ASI.

Pada beberapa minggu pertama kelahirannya, jadwal pemberian ASI mungkin


belum bisa teratur. Meski begitu, berikanlah ASI kapan pun bayi membutuhkannya.
Anda dapat memberi ASI kira-kira dua atau tiga jam sekali, sebab bayi yang baru lahir
biasanya minum ASI sebanyak delapan hingga 12 kali dalam sehari. Bayi yang baru
lahir perlu dibangunkan untuk diberikan ASI bila pemberian ASI terakhir sudah lebih
dari dua jam.

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak janin usia enam bulan) untuk merangsang semua sistem indra
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, dan pengecapan). Stimulasi dini
hendaknya dilakukan setiap hari.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Tehnik cuci tangan aseptic
2. Tabel kebutuhan cairan bayi berdasarkan umur

1
3. Teknik dan prosedur desinfeksi alat alat yang digunakan saat persalinan dan
perawatan bbl
4. Iindikasi rawat gabung
5. Pemberian asi ekslusif
6. Hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memenuhi kebutuhan asih anak
7. Manfaat stimulasi dini
8. Tempat balita mendapat pendidikan asah atau stimulasi

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini:

1. Mengetahui tehnik cuci tangan aseptic


2. Mengetahui tabel kebutuhan cairan bayi berdasarkan umur
3. Mengetahui teknik dan prosedur desinfeksi alat alat yang digunakan saat
persalinan dan perawatan bbl
4. Mengetahui indikasi rawat gabung
5. Mengetahui pemberian asi ekslusif
6. Hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memenuhi kebutuhan asih anak
7. Manfaat stimulasi dini
8. Tempat balita mendapat pendidikan asah atau stimulasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teknik Mencuci Tangan Aseptik

HAND HYGINE
(CUCI TANGAN BAIK DAN BENAR MENURUT WHO)

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan antiseptik


mencuci tangan dan air untuk mengurangi penyebaran bakteri tanpa harus merusak kulit.
Antiseptik ini bersifat cair, tetapi biasanya kurang efektif dan bekerja lebih lambat
daripada menggosok tangan higienis. (WHO, 2009)

Teknik mencuci tangan aseptik adalah membersihkan tangan dengan antisepti


mencuci tangan dengan bahan antiseptic untuk mengurangi penyebaran bakteri tanpa
harus merusak kulit . antiseptic ini bersifat cair dan cepat bereaksi, dan tidak memiliki
efek jika digunakan secara terus menerus, khususnya bagi petugas yang berhubungan
dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan
bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. (WHO, 2009)

Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan steril (suci hama), khususnya
bila akan membantu tindakan pembedahan atau oprasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk
mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau
pengontrol lutut, sabun antimicrobial (non-iritasi, spectrum luas, kerja cepat), sikat scrub
bedah dengan pembersih kuku dari plastic, masker kertas dan topi atau penutup kepala,
handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup Sepatu. (WHO,
2009)

3
Cuci Tangan Menggunakan Handrub
6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO
yaitu :
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian
usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian.
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi
saling mengunci.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

2. Tabel Kebutuhan Cairan Bayi Berdasarkan Umur

Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan


luasnya Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan
luasnya permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan. permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik dan berat badan.

Tabel. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan

4
3. Teknik Dan Prosedur Desinfeksi Alat Alat Yang Digunakan Saat Persalinan
Dan Perawatan BBL

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan №124/Menkes/SK/2004 mengenai


kesehatan yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Setiap peralatan rumah sakit haruslah
steril. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan semua mikroorganisme yang ada baik
dalam peralatan ataupun lingkungan rumah sakit baik dengan cara kimiawi maupun fisik.

Ketika melakukan sterilisasi, baik itu ruangan atau alat yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut ini:
1. Desinfektan yang digunakan untuk sterilisasi haruslah merupakan bahan yang
ramah lingkungan.
2. Saat melakukan sterilisasi petugas harus menggunakan alat pelindung dan
menguasai cara sterilisasi yang aman.
3. Sterilisasi peralatan yang digunakan untuk perawatan fisik pasien dipanaskan pada
suhu 121 derajat Celsius selama 30 menit, atau sesuai dengan petunjuk dalam
sterilisasi alat yang digunakan.
4. Semua yang telah disterilkan harus aman dari mikroorganisme yang masih hidup.

Dalam melakukan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit terdapat beberapa metode
yang bisa dilakukan, berikt ini metode tersebut :

Pemanasan Kering
Sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan secara kering. Jika temperature yang
digunakan kurang tinggi, cara ini cenderung kurang efektif. Ini akan efektif jika
temperature yang digunakan mencapai 160 derajat celcius sampai dengan 180 derajat
celcius. Sterilisasi menggunakan sistem pemanasan kering tidak dianjurkan untuk
peralatan seperti atau gunting. Hal ini dikarenakan bisa mempengaruhi ketajaman dari
alat tersebut.

Radiasi
Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan radiasi. Radiasi yang biasa digunakan
adalah ultraviolet atau sinar-x. Radiasi yang dihasilkan baik itu oleh ultraviolet atau
sinar-x akan membuat mikroorganisme yang tumbuh akan mati.

5
Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan
Suhu pada saat air mendidih adalah 100 derajat celcius, dimana suhu tersebut dapat
membunuh beberapa organisme berspora dalam waktu 10 menit saja. Benda yang akan
disterilkan dengan metode ini ditaruh diatas air mendidih, namun tidak mengenai air
secara langsung.

Pemanasan secara terputus-putus


Metode sterilisasi ini dilakukan dengan terputus-putus, dimana benda yang
disterilkan tidak hanya dalam sekali proses selesai.

Pembakaran langsung

Metode sterilisasi ini dilakukan dengan membakar benda yang akan disterilkan
secara langsung

4. Kontra Indikasi Rawat Gabung

Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :


1. Ibu :
a) Penyakit jantung derajat III
b) Pasca eklamsi
c) Penyakit infeksi akut, TBC
d) Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
e) Karsinoma payudara
2. Bayi
a) Bayi kejang
b) Sakit berat pada jantung
c) Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
d) Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusui

5. Pemberian Asi Eksklusif

ASI Eksklusif perlu diberikan selama 6 bulan karena pada masa itu bayi belum
memiliki enzim pencernaan yang sempurna untuk mencerna makanan atau minuman
lain. Terlebih semua jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah bisa dipenuhi dari
ASI.

6
Tujuan pemberian ASI Eksklusif seperti tertulis dalam penjelasan PP tersebut
adalah melindungi bayi dari risiko infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga,
haemophilus influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. ASI Ekslusif juga
melindungi bayi dari penyakit kronis di masa depan seperti diabetes melitus tipe 1.
Menyusui bayi juga berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan kolesterol
serum total, penurunan prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan juga obesitas saat remaja
dan dewasa.
Sementara bagi ibu, menyusui dapat menunda kembalinya kesuburan dan
mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker payudara, pra menopause dan
kanker ovarium.
ASI Ekslusif diberikan selama 6 bulan pertama sejak bayi dilahirkan, tanpa diberi
tambahan makanan atau minuman apapun. Saat memasuki usia 6 bulan, bayi baru
diperkenalkan pada Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sedangkan pemberian ASI
tetap diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun.
Bila bayi diberi ASI eksklusif 6 bulan penuh, akan mengurangi kemungkinan ibu
untuk hamil lebih dini. Ibu yang menyusui dengan ASI biasanya juga lebih cepat
mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum hamil. Selain itu juga mengurangi
kemungkinan kerapuhan pada tulang ibu.

6. Kegiatan Yang Dilakukan Orang Tua Untuk Memenuhi Kebutuhan Asi


Anak

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ASI, yaitu:


1. Berikan ASI terus-menerus
Pada beberapa minggu pertama kelahirannya, jadwal pemberian ASI
mungkin belum bisa teratur. Meski begitu, berikanlah ASI kapan pun bayi
membutuhkannya. Anda dapat memberi ASI kira-kira dua atau tiga jam sekali,
sebab bayi yang baru lahir biasanya minum ASI sebanyak delapan hingga 12 kali
dalam sehari. Bayi yang baru lahir perlu dibangunkan untuk diberikan ASI bila
pemberian ASI terakhir sudah lebih dari dua jam.
Pada prinsipnya, semakin sering diberikan, produksi ASI akan semakin
bertambah. Hal ini terjadi karena hormon prolaktin akan bekerja merangsang
produksi ASI, apabila Anda terus menyusui.
2. Istirahat yang cukup

7
Istirahat penting untuk menjaga kestabilan produksi ASI. Atur jadwal tidur
Anda, misalnya jika bayi sedang tidur, Anda dianjurkan untuk tidur juga.
Beristirahat pun bisa dilakukan sambil bersantai bersama bayi atau mengurangi
kegiatan di luar rumah. Hindari rokok dan minuman beralkohol, karena kedua hal
tersebut dapat menyebabkan berkurangnya produksi ASI.

3. Hindari cemas
Anda tidak perlu cemas kekurangan ASI. Selama Anda sehat secara fisik
maupun mental dan mengonsumsi makanan sehat, Anda tetap dapat memproduksi
ASI. Begitu juga dengan kondisi bayi. Selama bayi baik-baik saja, dia akan terus
mengonsumsi ASI dan ASI akan terus diproduksi.
4. Mengelola stres
Selama masa menyusui, usahakan untuk mengelola stres dengan baik. Stres
mungkin tidak mengurangi produksi ASI, tapi diduga dapat menghambat proses
keluarnya ASI. Mintalah bantuan pasangan untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga, atau bila perlu, minta bantuan anggota keluarga yang lain dalam merawat
bayi. Semua ini untuk meringankan beban Anda sehingga Anda dapat menyusui
dengan tenang.
5. Saling berbagi dengan ibu menyusui lainnya
Bertemu dengan sesama ibu menyusui dapat membuat Anda memiliki teman
berbagi. Anda bisa bertukar cerita tentang cara memperbanyak ASI. Anda pun
dapat saling memberi semangat agar berhasil memberi ASI eksklusif untuk bayi
Anda.
6. Makanan Sehat untuk Ibu Menyusui
Nutrisi pada makanan dan minuman yang Anda konsumsi akan diberikan
kepada bayi melalui ASI. Oleh karena itu, selama masa menyusui secara eksklusif,
Anda memerlukan tambahan asupan kalori sebesar 300-500 kalori per hari.
Anda tidak perlu mengonsumsi makanan tertentu dengan maksud untuk
memperbanyak ASI. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah menjalani pola makan
sehat dan bergizi seimbang untuk menjaga kualitas ASI. Makanan yang dimakan
harus mengandung:
1. Serat
Diperoleh dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan sereal.
2. Protein
8
Didapatkan dari nutrisi ikan, telur, daging, dan kacang-kacangan.
3. Karbohirat kompleks
Misalnya dari nasi, kentang, pasta, dan roti gandum utuh.
4. Susu atau produk olahan susu
Anda bisa mencoba keju dan yoghurt.

Untuk sayur dan buah, Anda disarankan mengonsumsi setidaknya lima porsi
dalam sehari, sebagai pelengkap vitamin dan mineral di dalam tubuh.

Berikut ini adalah beberapa tips tambahan untuk memperbanyak produksi


ASI, yaitu:
Cukupi kebutuhan cairan
Selama menyusui, ibu dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan cairan. Sebab,
produksi ASI mungkin berkurang jika tubuh kekurangan air. Sediakan air putih di dekat
Anda saat beraktivitas, agar selalu ingat untuk minum. Minumlah sebelum Anda merasa
haus. Jika urine Anda berwarna kuning tua, berarti Anda butuh minum air putih lebih
banyak. Anda juga bisa menambah asupan cairan dari susu dan jus buah segar.
Hindari terlalu banyak mengonsumsi minuman yang mengandung kafein, seperti
teh dan kopi. Batasi asupannya, tidak lebih dari 3 cangkir per hari. Kandungan kafein
pada ASI dapat menyebabkan bayi susah tidur.

Vitamin
Anda disarankan mengonsumsi vitamin D setidaknya 2800 IU per hari. Jumlah ini jauh
lebih tinggi dari rekomendasi asupan vitamin D harian untuk orang dewasa yang tidak menyusui
yaitu 400 IU setiap harinya. Vitamin dan zat penting lain yang diperlukan dapat diperoleh dari
asupan makanan bergizi yang dikonsumsi secara bervariasi.

Obat-obatan
Jika beberapa cara di atas sudah dilakukan namun ASI masih dirasa kurang cukup
untuk memenuhi kebutuhan Si Kecil, Anda bisa mempertimbangkan untuk
menggunakan obat-obatan perangsang ASI dari dokter. Selama masa menyusui, Anda
perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan, termasuk pil KB. Sebelum
mengonsumsi obat-obatan apapun, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu.

Berbagai tips di atas bisa Anda lakukan untuk meningkatkan produksi ASI demi
memenuhi kebutuhan Si Kecil. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke klinik laktasi untuk
mendapatkan informasi mengenai cara untuk memperbanyak ASI bagi ibu menyusui.
9
7. Perlunya Balita Diberi Stimulasi Dini Asah

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya
sejak janin usia enam bulan) untuk merangsang semua sistem indra (pendengaran, penglihatan,
perabaan, pembauan, dan pengecapan). Stimulasi dini hendaknya dilakukan setiap hari.
Rangsangan yang dilakukan sejak lahir secara terus menerus tersebut dapat memacu
kecerdasan anak dalam berbagai aspek. Mulai dari logika matematika, kematangan emosi,
kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, kecerdasan musikal, gerak, visuospasial, seni rupa,
dan lain-lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joshua Jeong dan rekan-rekannya mengungkapkan
bahwa stimulasi yang diberikan orangtua dapat meningkatkan perkembangan anak. Seperti apa
stimulasi dini yang tepat agar anak cerdas? Stimulasi dini bagi setiap anak berbeda-beda,
tergantung dari umurnya. Berikut stimulasi yang dapat diberikan kepada anak Anda sesuai
dengan usianya.
1. Umur 0-3 bulan
a) Usahakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan untuk bayi. Misalnya
dengan memeluk, menggendong, menatap mata bayi.
b) Ajak bayi tersenyum, berbicara.
c) Membunyikan berbagai suara atau musik secara bergantian.
d) Menggantung dan menggerakan benda berwarna mencolok di depan bayi.
e) Menggulingkan bayi ke kanan dan ke kiri.
f) Mendorong bayi untuk tengkurap dan telentang.
g) Merangsang bayi agar meraih dan memegang mainan.
2. Umur 3-6 bulan
a) Bermain “cilukba”.
b) Melihat wajah bayi di depan cermin.
c) Mendorong bayi untuk tengkurap, telentang bolak balik, dan duduk.
3. Umur 6-9 bulan
a) Memanggil nama bayi.
b) Mengajak bayi bersalaman dan tepuk tangan.
c) Membacakan buku cerita.
d) Merangsang bayi duduk.
e) Melatih bayi berdiri dengan berpegangan.
4. Umur 9-12 bulan

10
a) Mengulang-ngulang menyebutkan panggilan orangtua dan orang-orang di
sekitarnya seperti, “Ayah”, “Ibu”, atau “Kakak”.
b) Memasukkan mainan ke dalam wadah.
c) Membiasakan bayi minum dari gelas.
d) Menggelindingkan bola.
e) Melatih bayi berdiri dan berjalan berpegangan.
5. Umur 12-18 bulan
a) Latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna.
b) Menyusun kubus, balok, dan puzzle.
c) Memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya.
d) Bermain dengan boneka, mobil-mobilan, dan rumah-rumahan.
e) Melatih berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, naik tangga,
menendang bola, melepas celana
f) Mendorong bayi agar memahami dan melakukan perintah sederhana
(misalnya pegang ini, masukkan ini, ambil itu)
g) Menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
6. Umur 18-24 bulan
a) Menanyakan, menyebutkan, dan menunjukkan bagian tubuh.
b) Menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda di sekitar
rumah.
c) Mengajak berbicara tentang kegiatan sehari-hari.
d) Latihan menggambar garis.
e) Mencuci tangan.
f) Memakai celana dan baju.
g) Bermain melempar bola dan melompat.
7. Umur 2-3 tahun
a) Mengenal dan menyebutkan warna.
b) Menggunakan kata sifat dan menyebutkan nama temannya.
c) Menghitung benda.
d) Memakai baju.
e) Menyikat gigi.
f) Bermain kartu, boneka, atau masak-masakan.
g) Menggambar garis, lingkaran, atau manusia.
h) Latihan berdiri dengan satu kaki (keseimbangan).
11
i) Belajar buang air kecil atau besar di toilet.
8. Balita
Stimulasi diarahkan untuk kesiapan bersekolah seperti memegang pensil, menulis,
mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, memahami perintah sederhana, dan
kemandirian (misalnya saat ditinggal di sekolah), berbagi dengan teman, dan lain-lain.

Kapan stimulasi tersebut diberikan?


Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi
atau balita. Anda tentu dapat melakukannya kapan saja, misalnya ketika memandikan
bayi, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, dan lain-lain.
Stimulasi supaya anak cerdas harus diberikan dalam suasana yang menyenangkan.
Jangan memberikan stimulasi secara terburu-buru dan dengan paksaan. Jangan
memaksakan kehendak Anda, misalnya ketika bayi sedang ingin bermain hal yang lain.
Rangsangan emosional yang negatif seperti sedang marah atau bosan akan diingat oleh
anak sehingga menimbulkan ketakutan pada anak Anda. Agar anak cerdas dan
berkembang dengan baik, berikan stimulasi dini dengan penuh kasih sayang dan
kegembiraan.

8. Tempat Balita Mendapatkan Pendidikan Asah/ Stimulasi

Stimulasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan ASAH anak yang
berbentuk permainan menantang pikiran yang berguna untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan
antara guru dan anak. Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui program pendidikan
anak usia dini (PAUD). PAUD ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA
atau bentuk lain yang sederajat), jalur non formal (kelompok bermain, taman penitipan
anak, satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) sejenis), jalur informal (pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan).
Stimulasi yang dilakukan pada anak usia prasekolah berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya dan di arahkan untuk
kesiapan bersekola Bloom dalam penelitiannya berpendapat bahwa sekitar 50%
variabilitas kecerdasan orang dewasa telah ada sejak usia empat tahun, 30% pada usia
delapan tahun dan 20% pada usia 18 tahun.

12
Usia empat tahun pertama merupakan kurun waktu seorang anak sangat peka
terhadap kaya miskinnya lingkungan pada stimulasi. Selama kurun waktu itu, perbedaan
kecerdasan pada anak dari lingkungan kaya stimulasi dengan anak yang berada di
lingkungan miskin stimulasi kira-kira 10 unit IQ, dan enam unit pada usia 4-8 tahun(9).
Alat tes untuk mengetahui kecerdasan anak-anak prasekolah yaitu WPPSI (The
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence) yang dikembangkan oleh
Weschler dan dijadikan sebagai salah satu standar tes IQ pada tahun 1967.
Tes ini mencakup 2 penilaian besar, yaitu tes verbal yang terdiri atas tes informasi,
kosakata, aritmatika, persamaan dan pemahaman; serta tes prestasi yang terdiri atas
rumah binatang, penyelesaian gambar, mencari jejak, bentuk geomteris, dan bentuk
balok.Keterlibatan Bidan menjadi suatu keharusan dalam pemberian sosialisasi tumbuh
kembang anak di masyarakat, yang berpijak pada wewenang Bidan yakni Kepmenkes
no 900/2002 tentang registrasi dan praktik bidan tentang pemantauan, deteksi, intervensi
dini tumbuh kembang serta pencanangan Presiden RI pada 23 Juli 2005 yang
mencanangkan gerakan nasional pemantauan tumbuh kembang anak dan dalam
Kompetensi Bidan yang ke-7, yaitu “Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada Bayi dan Balita sehat”.
Kompetensi ini terdiri atas dua bagian yaitu pengetahuan dasar Bidan (tumbuh
kembang bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya; kebutuhan
fisik dan psikososial anak; dan penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta
penatalaksanaannya) dan ketrampilan dasar (melaksanakan pemantauan dan
menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak).
Dengan mengetahui proses alamiah pertumbuhan dan perkembangan anak,
diharapkan para orang tua dapat memberikan stimulasi secara terus menerus, bervariasi,
dengan suasana bermain dan kasih sayang, sehingga para orang tua dapat mencetak
generasi muda penerus bangsa yang memiliki berbagai aspek kecerdasan (multiple
intelligences)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tehnik mencuci tangan aseptik Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang
dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik.
Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan
dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan
bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan
semua mikroorganisme yang ada baik dalam peralatan ataupun lingkungan rumah sakit
baik dengan cara kimiawi maupun fisik. Ketika melakukan sterilisasi, Rawat gabung
adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) ke bayi yang baru lahir sampai
usianya 6 bulan. Selama kurun waktu 6 bulan tersebut, bayi hanya diperbolehkan
menerima ASI dan tidak diberikan makanan atau minuman lainnya, termasuk air putih.
Baru setelah usia bayi di atas 6 bulan, boleh mulai diperkenalkan dengan berbagai jenis
makanan lain dengan tetap masih memberikan ASI.
Setiap orangtua tentu ingin anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang baik dalam segala aspek. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah
menerapkan pola asih, asah, dan asuh kepada anaknya. Ketiganya merupakan kebutuhan
dasar yang diperlukan anak. Asih adalah kasih sayang orangtua kepada anak. Asah
merupakan stimulasi yang diberikan kepada anak. Lalu asuh adalah pemberian sandang,
pangan, dan papan dari orangtua kepada anak. Berbicara mengenai hal ini, ternyata
kegiatan menyusui sudah dapat memenuhi ketiganya. Stimulasi dini adalah rangsangan
yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin usia enam bulan)
untuk merangsang semua sistem indra (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan,
dan pengecapan). Stimulasi dini hendaknya dilakukan setiap hari. Rangsangan yang
dilakukan sejak lahir secara terus menerus tersebut dapat memacu kecerdasan anak
dalam berbagai aspek. Mulai dari logika matematika, kematangan emosi, kemampuan
berkomunikasi dan berbahasa, kecerdasan musikal, gerak, visuospasial, seni rupa, dan
lain-lain. .

14
Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui program pendidikan anak usia dini
(PAUD). PAUD ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA atau bentuk lain
yang sederajat), jalur non formal (kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan
pendidikan anak usia dini (PAUD) sejenis), jalur informal (pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. 2008. Infeksi Nososkomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta: Salemba


Medika.
Schaffer. 2000. Infeksi Nosokomial dan Praktik yang Aman. Jakarta: EGC.
World Health Organization, 2009, WHO guidelines on hand hygiene in health care, First
Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care, Geneva: WHO Perss

16

Anda mungkin juga menyukai