Anda di halaman 1dari 2

ISOLAT Thiobacillus ferooxidans DAN BIOCHAR

UNTUK BIOREMEDIASI LAHAN PASCA TAMBANG


SECARA IN-SITU

RAIHANDA DWIMART MANGAWE


E 281 17 267

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketergantungan manusia pada energi Fosil membuat Bisnis


Pertambangan masih menjadi salah satu bisnis primadona di Indonesia,
khususnya Pertambangan Batubara. Hal ini juga didukung dengan Cadangan
batubara di Indonesia masih 41 miliar ton, yang berarti bahwa masih Bisa
produksi sampai tahun 2100. Melihat angka ini, tidak mengherankan apabila
Bisnis Pertambangan masih terus bertambah di Bumi Pertiwi. Konsekwensinya,
Titik titik tambang akan terus bertambah.
Pertambangan Batubara termasuk dalam jenis Open Pit mining, atau
Pertambangan Terbuka. Artinya, pertambangan batu bara dilakukan dengan
menggali Lubang besar di Permukaan bumi lalu mengeruk setiap Lapisan
Tanahnya. Bagi pelaku bisnis Pertambangan, Tanah itu hanyalah bahan yang
“Dibuang” karena mengganggu menutupi Batuan yang dicari. Konsekwensi dari
kegiatan pertambangan seperti ini adalah munculnya lubang-lubang menganga
di permukaan bumi. Setelah kegiatan selesai, banyak perusahaan yang
membiarkan lubang ini terbuka tanpa dilakukan suatu penanganan berupa
Reklamasi.
Perlu dipahami juga, bahwa kegiatan penambangan Mineral Batubara
selalu akan menimbulkan masalah lingkungan, khususnya Tanah. Tanah di
sekitar wilayah tambang akan mengalami Pencemaran akibat adanya Aktivitas
Pertambangan. Mayoritas Pencemaran diakibatkan oleh penggalian dan juga
Pengolahan (Smelter).
Oleh karena itu, perlu dibuatkan suatu metode Bioremediasi yang tepat
dan Ekonomis guna mengurangi Dampak Lingkungan akibat kegiatan Tambang
ini.

Anda mungkin juga menyukai