Anda di halaman 1dari 18

Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk makalah

PENGARUH INFEKSI SALURAN KENCING


TERHADAP KASUS PARTUS PREMATUR

OLEH
YOSEFINA NIRMA,SST

Disampaikan pada :

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN JENJANG AHLI


ANGKATAN X

UPT PELATIHAN TENAGA KESEHATAN KUPANG


DINAS KESEHATAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2019
PENGARUH INFEKSI SALURAN KENCING
TERHADAP KASUS PARTUS PREMATUR

I. LATAR BELAKANG

Infeksi saluran Kencing adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam system perkemihan
yaitu ginjal,ureter,kandung kemih,uretra mengalami infeksi.hal ini merupakan masalah kesehatan
yang besar, dilaporkan 20% akan menjadi penyebab morbiditas. Bakteriuria simptomatik dan
asimptomatik dilaporkan sebanyak 17,9% dan 13% nya adalah wanita hamil. Dikatakan juga bahwa
frekuensi bakteriuria asmiptomatik kira-kira 4-7 %,dan 20-40 % akan berkembang menjadi
pielonefritis akut simptomatik.Profil Kesehatan Indonesia (2008).infeksi saluran kemih ini
sebagian besar disebabkan oleh bakteri escheria coli yang berasal dari daerah anus dan
bakteri lain melalui aliran darah yg berasal dari usus halus ke bagian saluran kemih dan
migrasi mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu uretra,vesika urinaria,ureter lalu ke
ginjal.
Persalinan prematurus adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 28
minggu samapai dengan 37 minggu.Bahaya bayi yang lahir premature adalah gangguan
pernapasan,hipotermi dan resiko kematian bayi sangat tinggi.
Menurut penelitian Mohtar,A.B (2008 ) bahwa salah satu faktor Penyebab
prematuritas adalah akibat infeksi saluran kencing
Secara anatomi wanita memiliki uretra sangat pendek sehingga beresiko untuk
terkontaminasi oleh bakteri dari anus dan vagina sangat tinggi,dan akan bertambah berat
saat seorang wanita dalam keadaan hamil dimana pengaruh hormone progesterone
membuat tonus otot beraktivitas lebih ,obstruksi mekanik, juga pembesaran uterus sehingga
meningkatkan kapasitas vesika urinaria dan terdapat sisa urin saat berkemih ,perubahan ph
urine sehingga meningkatakan ekskresi bikarbonat dan keadaan ini akan memberikan
kemudahan untuk pertumbuhan bakteri.makrofag dari bakteri akan mensistesis
prostaglandin dan tromboksan dalam jumlah yang besar sehingga menyebabkan kontaraksi
uterus dan infeksi selaput ketuban pada kehamilan muda sehingga terjadi persalinan
prematurus.
Keadaan yang terjadi di tempat pelayanan masih banyak kasus partus prematurus pada
pasien yang dengan riwayat infeksi saluran kencing sebelum hamil dan saat hamil.
Faktor resikonya adalah,hamil usia 35 tahun atau lebih,tingkat pengetahuan yang
rendah,social ekonomi yang rendah,prilaku hygiene yang kurang,konsumsi air mineral yang
tidak cukup,asupan gizi yang tidak seimbang,penggunaan pakayan dalam dengan bahan
dasar bukan katun, hamil multigravida dan memiliki riwayat ISK pada kehamilan
sebelumnya.
sehingga diperlukan penaganan serius dari pemberi layanan,yaitu memberikan asuhan sesuai
standard,melakukan kolaborasi, komunikasi,informasih,edukasih dan konseling yang sesuai
dengan situasi pasien sehingga kasus infeksi saluran kencing dan partus prematurus
berkurang dan ibu hamil yang menderita infeksi saluran kencing ditangani dengan baik
supaya tidak terjadi persalinan premature bahkan yidak terjadi kematian bayi.
II PERMASALAHAN

Secara anatomi wanita memiliki uretra sangat pendek sehingga beresiko untuk
terkontaminasi oleh bakteri dari anus dan vagina sangat tinggi,dan akan bertambah
berat saat seorang wanita dalam keadaan hamil.
Keadaan yang terjadi di tempat pelayanan masih banyak kasus partus prematurus pada
pasien yang dengan riwayat infeksi saluran kencing sebelum hamil dan saat hamil.
Faktor resikonya adalah
 hamil usia 35 tahun atau lebih,
 tingkat pengetahuan yang rendah,
 social ekonomi yang rendah
 ,prilaku hygiene yang kurang,
 konsumsi air mineral yang tidak cukup,
 asupan gizi yang tidak seimbang,
 penggunaan pakayan dalam dengan bahan dasar bukan katun,
 hamil multigravida
 memiliki riwayat ISK pada kehamilan sebelumnya.
sehingga diperlukan penaganan serius dari pemberi layanan,yaitu memberikan asuhan sesuai
standard,melakukan kolaborasi, komunikasi,informasih,edukasih dan konseling yang sesuai
dengan situasi pasien sehingga kasus infeksi saluran kencing dan partus prematurus berkurang
dan ibu hamil yang menderita infeksi saluran kencing ditangani dengan baik supaya tidak terjadi
persalinan premature bahkan yidak terjadi kematian bayi.
Menurut Wiliam,dalam buku Section VII Medical Surgical Complication Kejadian Infeksi
saluran kencing terhadap kasus partus prematurus dapat diuraiakn sebagai berikut :

 Infeksi saluran Kencing adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam
system perkemihan yaitu ginjal,ureter,kandung kemih,uretra mengalami infeksi.
infeksi saluran kemih ini sebagian besar disebabkan oleh bakteri
escheria coli yang berasal dari daerah anus dan bakteri lain melalui aliran
darah yg berasal dari usus halus ke bagian saluran kemih dan migrasi
mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu uretra,vesika urinaria,ureter
lalu ke ginjal. Bakteri yangmenginvasi saluran kemih akan menghasilkan
produk yang dimiliki oleh bakteri berupa fosfolipase A2 (PLA2), endotoksin,
kolagenase. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi
lipooxygenase, cyclooxygenase, dan sitokin IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Dilain
pihak makrofag juga akan mensintesis prostaglandin dan tromboksan dalam
jumlah besar yang bekerja secara bersamaan dalam menimbulkan persalinan
prematur.
 Menurut penelitian Mohtar,A.B (2008 ) bahwa salah satu faktor Penyebab
prematuritas adalah akibat infeksi saluran kencing
Secara anatomi wanita memiliki uretra sangat pendek sehingga beresiko untuk
terkontaminasi oleh bakteri dari anus dan vagina sangat tinggi,dan akan
bertambah berat saat seorang wanita dalam keadaan hamil dimana pengaruh
hormone progesterone membuat tonus otot beraktivitas lebih ,obstruksi
mekanik, juga pembesaran uterus sehingga meningkatkan kapasitas vesika
urinaria dan terdapat sisa urin saat berkemih ,perubahan ph urine sehingga
meningkatakan ekskresi bikarbonat dan keadaan ini akan memberikan
kemudahan untuk pertumbuhan bakteri.makrofag dari bakteri akan mensistesis
prostaglandin dan tromboksan dalam jumlah yang besar sehingga menyebabkan
kontaraksi uterus dan infeksi selaput ketuban pada kehamilan muda sehingga
terjadi persalinan prematurus.
Sedangkan infeksi saluran kemih sendiri, umumnya bakteri yang
menyebabkan terjadinya infeksi berasal dari tubuh penderita sendiri. Ada
3 cara terjadinya infeksi yaitu: 19
a) Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain
ke bagian saluran kemih
b) Penyebaran melalui saluran getah bening berasal dari usus besar
ke kandung kemih atau ke ginjal
c) Secara ascendens yaitu migrasi mikroorganisme melalui
sealuran kemih yaitu urethra, vesika urinaria, ureter lalu ke
ginjal

Diagnosis dari infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan adanya


keluhan (simptomatik) yang didapat dari anamnesis, dalam hal ini sistitis
berupa disuria, polakisuria, nokturia, disuria, strangiuria, dan pada
laboratorium ditemukan bakteriuria, pyuria, ,uji nitrit pada urin positif,
leukosit esterase urin positif, serta antibody coated bacteria pada Infeksi
saluran kemih bagian atas. Selain anamnesis dilakukan pemeriksaan fisik
diantaranya: 46
 Diawali dengan memeriksa apakah pasien tampak sakit ringan
atau berat
 adakah tanda-tanda infeksi sistemik ,demam takikardi seta
nyeri pinggang
 apakah kandung kemih membesar dengan cara palpasi dan
perkusi
 jika diperlukan, melakukan pemeriksaan vagina untuk
mengetahui adakah kelainan pada vagina
 mencari tanda neurologis abnormal, periksa dengan teliti untuk
mencari tahu misalnya sensasi perifer termasuk area sakral dan
adanya reflek tendon.

Ibu hamil yang memiliki resiko untuk terjadi presalinan prematur dan atau
menunjukkan tanda-tanda pesalinan prematur perlu dilakukan intervensi
yang bertujuan untuk meningkatkan neonatal outcomes. Beberapa langkah
yang dapat dilakukan pada persalinan prematur, terutama mencegah
morbiditas dan mortalitas yaitu
a) Mencegah proses persalinan prematur dengan memberikan
tokolisis.Dengan tujuan agar mencegah mortalitas & morbiditas pada
bayi prematur, memberi waktu agar kita bisa memberikan terapi
kortikosteroid untuk menstimulasi pematangan surfaktan paru janin.
Contoh obatnya adalah Ca- blocker Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3
kali/jam,dilanjutkan sampai kontraksi hilang, dan obat ini dapat diberikan
lagi jika timbul kontraksi berulang .
b) Membantu pematangan surfaktan paru janin

Dengan memberikan kortikosteroid bertujuan seperti yang telah


disebutkan sebelumnya yaitu pematangan surfaktan paru janin demi
menurunkan insidensi Respiratory Distress Syndrome ( RDS mencegah
pendarahan intraventrikuler, yang implikasinya akan menurunkan
mortalitas neonatus. Preparat yang bisa berikan adalah deksametason 2
x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam atau betametason 4 x 6
mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam. Pemberian kortikosteroid ini tidak
diulang sebab memiliki resiko terhadap terjadinya pertumbuhan janin
terhambat.
c) Bila perlu pemberian antibiotik untuk mecegah infeksi.
Antibiotik ini diberikan bila kehamilan mengandung resiko
seperti pada kasus ketuban pecah dini dengan pilihan eritromisin 3
x 500 mg selama 3 hari.
Jika telah lahir, maka yang diperhatikan juga adalah perawatan
neonatus seperti keadaan umum, biometri, kemampuan bernafas, kelainan
fisik, serta kemampuan minum. Kondisi-kodisi kritis yang mesti dihindari
seperti kedinginan, pernafasan tidak adekuat, atau trauma.
Dibutuhkan suasanya yang hangat pada suhu neonatus agar tidak
terjadi keadaan hipotermia, yaitu suhu neonatus di bawah 36,5o C . Selain
itu dibutuhkan perencanaan pengobatan serta asupan cairan dan air susu
ibu. Dari paparan diatas bagi persalinan prematur dibutukan fasilitas yang
memadai, seperti pelayanan perinatal dengan personil dan alat-alat yang
adekuat yaitu perawatan perinatal intensif.

Sedangkan prinsip manajemen ISK secara umum meliputi intake cairan yang
banyak, antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simptomatik untuk
alkalinisasi urin. Hampir 80 % pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotik tunggal seperti ampisilin 3 gram, trimetropin 200 mg. Bila
infeksi menetap disertai kelainan urinalisis misalnya leukosuria diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari. Pemeriksaan mikrosopik urin dan biakan urin
tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.

Pada pasien yang reinfeksi berulang (frequent re-infection) jika disertai dengan
faktor presdiposisi. Terapi antibiotik yang intensif diikuti koreksi faktor resiko,
sedangkan jika tanpa faktor presdiposisi yang diperlukan adalah asupan cairan
yang banyak.

Untuk pengobatan infeksi saluran kencing termuat dalam bagan di bawah ini :

Diagnosis Patogen Pengobatan ket


rekomendasi

Isk dalam E.Coli Amoksilin 7 hari


kehamilan
Cepalonphorinks
7 hari

Trimethoprim
sulfametoksazole
7 hari

Indication Antibiotic Dose Interval Duration

2 DS* Single
Trimethoprim- Tabs Dose 1 day
sulfamethoxazole 1 DS** Twice a 3 days
Tabs Day
Lower tract Twice a
Ciprofloxacin 250 mg 3 days
infections Day
uncomplicated Twice a
Norfloxacin 400 mg 3 days
Day
Levofloxacin 250 mg Once a day 3 days
6x 500
Single dose 1 days
Amoxicillin mg 500
Twice a day 3 days
mg
Trimethoprim 100 mg Twice a day 3 days
Trimethoprim- 1 DS
Twice a day 7–10 days
sulfamethoxazole tablet
Trimethoprim 100 mg Twice a day 7–10 days
250–500
Ciprofloxacin Twice a day 7–10 days
Complicated mg
Levofloxacin 250 mg Once a day 7–10 days
Amoxicillin- Every 8
500 mg 7–10 days
clavulanate hours
Nitrofurantoin 50 mg Once a day 6 months
Trimethoprim 100 mg Once a day 6 months
Trimethoprim- 1/2 SS
Once a day 6 months
sulfamethoxazole tablet
Recurrent Trimethoprim- 1 DS
Twice a day 14 days
infections sulfamethoxazole tablet
Ciprofloxacin 500 mg Twice a day 14 days
Levofloxacin 500 mg Twice a day 14 days
Amoxicillin- Every 8
500 mg 14 days
clavulanate hours

perubahan ph urine pada infeksi saluran kencing sehingga meningkatakan ekskresi


bikarbonat dan keadaan ini akan memberikan kemudahan untuk pertumbuhan
bakteri.makrofag dari bakteri dan mensistesis prostaglandin dan tromboksan dalam jumlah
yang besar sehingga menyebabkan kontaraksi uterus dan infeksi selaput ketuban pada
kehamilan muda sehingga terjadi persalinan prematurus.
Persalinan prematurus adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 28
minggu samapai dengan 37 minggu.Bahaya bayi yang lahir premature adalah gangguan
pernapasan,hipotermi dan resiko kematian bayi sangat tinggi.
III KESIMPULAN

Secara anatomi wanita memiliki uretra sangat pendek sehingga beresiko untuk
terkontaminasi oleh bakteri dari anus dan vagina sangat tinggi,dan akan bertambah
berat saat seorang wanita dalam keadaan hamil.
Faktor resikonya adalah
 hamil usia 35 tahun atau lebih,
 tingkat pengetahuan yang rendah,
 social ekonomi yang rendah
 ,prilaku hygiene yang kurang,
 konsumsi air mineral yang tidak cukup,
 asupan gizi yang tidak seimbang,
 penggunaan pakayan dalam dengan bahan dasar bukan katun,
 hamil multigravida
 memiliki riwayat ISK pada kehamilan sebelumnya.
Pada infeksi saluran kencing terjadi peningkatan ekskresi bikarbonat dan keadaan ini
akan memberikan kemudahan untuk pertumbuhan bakteri.makrofag dari bakteri dan
mensistesis prostaglandin dan tromboksan dalam jumlah yang besar sehingga
menyebabkan kontaraksi uterus dan infeksi selaput ketuban pada kehamilan muda
sehingga terjadi persalinan prematurus.
Persalinan prematurus adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 28
minggu samapai dengan 37 minggu.Bahaya bayi yang lahir premature adalah gangguan
pernapasan,hipotermi dan resiko kematian bayi sangat tinggi.
IV SARAN

Saran – saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil kajian pengaruh infeksi saluran
kencing terhadap kasus partus prematurus adalah :
1. Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan personal hygiene kepada semua wanita
teristimewa semua ibu hamil.
2. Melakukan KIE pada ibu hamil : Perbanyak minum,penuhi asupan gizi,jangan tahan
buang air kecil,jaga kebersihan saluaran kencing
3. Penguatan standar asuhan kebidanan baik di klinik maupun komunitas
V DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes R.I (2008). Profil Kesehatan


2. William,(2005 ) Section VII .Medical Surgical Complication Chapt 48.
Renal Urinary tract disorder.Mc-Graw Hill.
3. Mochtar , A. B. ( 2008 ). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirihardjo. Edisi IV.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Wiknjosastro, H (2008) . Ilmu kandungan. ed 2 cetakan 6.jakarta: PT Bina
Pustaka.
.
.
.
.
18

Anda mungkin juga menyukai