18-155 - Andini Z.F - LP Ca Prostat (Boleh Prin)
18-155 - Andini Z.F - LP Ca Prostat (Boleh Prin)
Oleh:
Andini Zahrotul Fauziah, S.Kep
NIM 182311101155
1.3 Etiologi
Penyebab kanker prostate tidak diketahui, walaupun faktor genetik dan
lingkungan keduanya diperkirakan berperan. Para peneliti telah mengidentifikasi
beberapa faktor yang tampaknya meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat,
termasuk (Kemenkes RI, 2015):
1. Usia: jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi meningkat
dengan cepat pada usia di atasnya
2. Ras: Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika
Amerika di Amerika dan laki-laki Karibia. Di Amerika Serikat, ras Afrika
memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia
maupun Hispanik.
3. Diet dan gaya hidup: Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan
sedikit sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai
meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga
berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat. Hubungan kanker
prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas berhubungan
dengan tingginya grading kanker prostat.
4. Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau
saudara laki laki yang terdiagnosa kanker pada usia 50 tahun memiliki resiko
2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat. Resiko meningkat menjadi
tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki laki yang memiliki dua
atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
5. Mutasi Genetik: Berhubungan dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dan
sindrom Lynch.
1.4 Klasifikasi
Derajat diferensiasi sel yang sering digunakan adalah sistem Gleason.
Sistem ini didasarkan atas pola perubahan arsitektur dari kelenjar prostat yang
dilihat secara makroskopik dengan pembesaran rendah (60-100 kali). Dari
pengamatan dibedakan dua jenis pola tumor, yaitu pola ekstensif (primary
pattern) dan pola tidak ekstensif (secondary pattern). Kedua tingkat itu
dijumlahkan sehingga menjadi grading dari Gleason (Purnomo, 2011).
1.5 Patofisiologi
Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya
perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut,
hal ini akan mengganggu proses diferensiasi dan proliferasi sel. Diferensiasi sel
yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor
pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel
prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca
Prostat (Baradero at al, 2007).
Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menyebabkan penekanan
intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus dapat berkontraksi
kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor
ini disebut fase kompensasi (Purnomo, 2000). Perubahan struktur pada buli-buli
dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
Lower Urinary Track Symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk
ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Habibagahi
et al, 2009).
Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan
langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat
dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang –tulang pelvis vertebra
lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru. Proses
patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot
polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel
syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan
penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot
vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas (Purnomo,2000).
1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu
grading tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup
saat diagnosis. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat
diagnosis belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu
parameter untuk menentukan pilihan terapi.
Agen Karsinogen
(Zat Kimia, Radiasi, Virus)
↑ Pertumbuhan Sel
Nyeri Kronis
Gangguan Pola Eliminasi
Urin
Pertumbuhan Sel Abnormal
Ca Prostat
Pre Operasi
Intra Operasi Post Operasi
3.2 Diagnosa
1. Pre Operasi
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan peningkatan aktivitas otot
destrusor
b. Nyeri kronis berhubungan dengan hipertrofi kandung kemih
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Intra Operasi
a. Resiko Perdarahan berhubungan dengan pembedahan
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan
c. Resiko infeksi pembedahan berhubungan pertahan tubuh primer tidak
adekuat
3. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
d. Risiko aspirasi berhubungan dengan penumpukan sekret selama operasi
3.3 Intervensi
Diagnosa Rasional
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Pre Operasi
1 Nyeri akut Mengendalikan Nyeri a. Tidak menunjukkan NIC : Menejemen Nyeri 1. Meminimalkan rasa
berhubungan Tujuan : Pasien tidak adanya nyeri atau Intervensi : nyeri yang dirasakan
dengan mengalami nyeri atau nyeri minimalnya bukti-bukti 1. Berikan pereda nyeri pasien
peningkatan TIK menurun sampai tingkat ketidaknyamanan dengan manipulasi 2. Mengurangi rasa nyeri
yang dapat diterima pasien b. TIK dalam batas normal lingkungan (misal lampu 3. Mengurangi rasa nyeri
c. Tidak menunjukkan ruangan redup, tidak ada 4. Pasien bisa mimilih
bukti-bukti peningkatan kebisingan, tidak ada teknik yang tepat untuk
TIK gerakan tiba-tiba). mengurangi nyeri
d. Belajar dan 2. Berikan analgesia sesuai 5. Dukungan keluarga
mengimplementasikan ketentuan, observasi dapat memotivasi
strategi koping yang adanya efek samping. pasien
efektif. 3. Lakukan strategi sesuai non 6. Mengantisipasi nyeri
farmakologi untuk yang berulang
membantu mengatasi nyeri.
4. Gunakan strategi yang
dikenal pasien atau
gambarkan beberapa
strategi dan biarkan pasien
memilih.
5. Libatkan keluarga dalam
pemilihan strategi
6. Ajarkan pasien untuk
menggunakan strategi non
farmakologi sebelum
terjadi nyeri atau sebelum
menjadi lebih berat.
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Pasien dapat mengontrol 1. Monitor/ pantau eliminasi 1. Menjaga dan
eliminasi urin
keperawatan diharapkan pengeluaran bladder urin, meliputi frekuensi, memantau balance
berhubungan tidak ada gangguan setiap 4 jam konsistensi, bau, volume cairan pasien
dengan eliminasi urin b. Tanda dan gejala dan warna dengan tepat 2. Mencegah dan
peningkatan gangguan eliminasi urin 2. Ajarkan pasien tanda dan mendeteksi secara dini
aktivitas otot tidak ada gejala infeksi saluran kemih adanya infeksi saluran
destrusor c. Tidak teraba distensi 3. Catat waktu, kebiasaan kemih
kandung kemih eliminasi urin bila 3. Menghitung balance
diperlukan cairan pasien untuk
4. Instruksikan klien untuk menentukan terapi
memantau tanda dan gejala 4. Mencegah dan
infeksi saluran kemih mendeteksi secara dini
5. Instruksikan pasien untuk adanya infeksi saluran
berespon segera terhadap kemih
kebutuhan eliminasi 5. Mencegah terjadinya
6. Rujuk ke dokter jika retensi urin
terdapat tanda dan gejala 6. Agar pasien
infeksi saluran kemih mendapatkan terapi
7. Ajarkan klien untuk minum lanjutan
200ml cairan pada saat 7. Menjaga balance cairan
makan, diantara waktu pasien
makan, dan di awal petang
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Monitor intensitas NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
berhubungan keperawatan diharapkan kecemasan 1. Sediakan informasi yang selama perawatan yang
dengan ancaman kecemasan hilang atau b. Rencanakan strategi sesungguhnya meliputi didapatkan pasien
kematian berkurang. koping untuk diagnosis, treatment dan 2. Memberikan rasa
mengurangi stress prognosis nyaman
c. Gunakan teknik relaksasi 2. Tetap dampingi kien untuk 3. Memberikan rasa
untuk mengurangi menjaga keselamatan nyaman pada pasien
kecemasan pasien dan mengurangi 4. Mengurangi ansietas
d. Kondisikan lingkungan 3. Instruksikan pasien untuk
nyaman melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
Intra Operasi
1 Resiko Pasien tidak mengalami a. Kulit dan membran
NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan dehidrasi atau cairan tubuh mukosa lembab 1. Catat intake dan output cairan
volume cairan pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam,
2. Monitor status hidrasi 2. Antisipasi tanda
berhubungan TTV normal seperti membran mukosa, dehidrasi
dengan nadi, tekanan darah dengan 3. Mengatur balance
kehilangan cepat. cairan
cairan 3. Beri cairan yang sesuai
dengan terapi
2 Resiko infeksi Pasien tidak mengalami Tidak menunjukkan tanda- NIC : Kontrol Infeksi 1. Agar ruangan selalu
area infeksi atau tidak terdapat tanda infeksi intraoperatif bersih
pembedahan tanda-tanda infeksi pada 1. Bersihkan debu dan 2. Mencegah invasi
berhubungan pasien. permukaan mendatar mikroorganisme
pertahan tubuh dengan pencahayaan di 3. Mencegah invasi
primer tidak ruang operasi mikroorganisme
adekuat 2. Monitor dan jaga suhu 4. Mencegah invasi
ruangan antara 20o dan 24 o mikroorganisme dan
C udara tetap bersih
3. Monitor dan jaga 5. Mencegah inos
kelembaban relatif antara 6. Mencegah terjadinya
20% dan 60 % infeksi
4. Monitor dan jaga aliran 7. Mencegah terjadinya
udara yang berlapis infeksi
5. Batasa dan kontrol lalu 8. Mencegah inos
lalang pengunjung 9. Mencegah inos
6. Verifikasi bahwa antibiotik 10. Mencegah inos
profilaksis telah diberikan 11. Mencegah penggunaan
dengan tepat alat yang tidak steril
7. Lakukan tindakan-tindakan 12. Mencegah penggunaan
pencegahan universal/ alat yang tidak steril
universal precautions 13. Mencegah invasi
8. Pastikan bahwa personil mikroorganisme
yang akan melakukan 14. Mencegah penyebaran
tindakan operasai infeksi
mengenakan pakaian yang 15. Mencegah terjadinya
sesuai infeksi menyebar dan
9. Lakukan rancangan memastikan anggota
tindakan isolasi yang sesuai tim dalam keadaan
10. Monitor teknik isolasi yang steril
sesuai 16. mencegah inos
11. Verifikasi keutuhan 17. Mencegah penggunaan
kemasan steril alat non steril
12. Verifikasi indikator 18. Memonitor
indikator sterilisasi pembedahan selalu
13. Buka persediaan peralatan dalam keadaan steril
steril dengan menggunakan 19. Mencegah penyebaran
teknik septik infeksi
14. Sediakan sikat, jubah, dan 20. Memastikan area
srung tangan sesuai pembedahan steril
kebijakan institusi 21. mencegah penyatuan
15. Bantu pemakaian jubah dan cairan antimikroba
sarung tangan anggota tim 22. mencegah infeksi
16. Bantu mengenakan pakaian 23. mencegah infeksi
pasien, memastikan 24. mencegah infeksi
perlindungan mata, dan 25. Mencegah inos
meminimalkan tekanan 26. Mencegah alergi pada
terhadap bagian bagian klien
tubuh tertentu 27. Mencegah inos
17. Pisahkan alat-alat yang 28. Mencegah infeksi
steril dan non steril 29. membatasi
18. Monitor area yang steril kontaminasi.
untuk menghilangkan 30. Mencegah invasi
kesterilan dan penentuan mikroorganisme
waktu istirahat yang benar 31. Mencegah inos
sesuai indikasi
19. Jaga keutuhan kateter dan
jalur intravaskular
20. Periksa kulit dan jaringan
di sekitar lokasi
pembedahan
21. Letakkan handuk basah
untuk mencegah penyatuan
cairan antimikroba
22. Oleskan salep antimikroba
pada lokasi pembedahan
sesuai kebijakan
23. Angkat handuk basah
24. Dapatkan kultur jaringan
jika diperlukkan
25. Batasi kontaminasi yang
terjadi
26. Berikan terapi antibiotik
yang sesuai
27. Jaga ruangan tetap rapi dan
teratur untuk membatasi
kontaminasi
28. Pakai dan amankan
pakaian-pakaian bedah
29. Angkat penutup beserta
barang barang yang lain
untuk membatasi
kontaminasi.
30. Bersihkan dan sterilisasi
instrumen
31. Koordinasikan
pembersihan dan persiapan
ruang operasi untuk pasien
berikutnya
Post Operasi
1 Nyeri akut Pasien tidak mengalami a. Tidak menunjukkan NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
berhubungan nyeri, antara lain penurunan tanda-tanda nyeri Intervensi : yang dapat
dengan prosedur nyeri pada tingkat yang b. Nyeri menurun sampai 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah dapat diterima tingkat yang dapat dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
diterima lingkungan (misal ruangan 3. Meminimalkan nyeri
tenang, batasi pengunjung). 4. Mengurangi rasa nyeri
2. Berikan analgesia sesuai yang dirasakan pasien
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan seperti
membentur tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
2 Resiko jatuh Pasien mengalami stress a. Stress minimal pada sisi 1. Konsul dengan ahli bedah 1. Menerikan posisi yang
berhubungan minimal pada sisi operasi operasi mengenai pemberian posisi, tepat sehingga
dengan transport b. Pasien tetap pada posisi termasuk derajat fleksi mengurangi risiko
pasien dari yang diinginkan leher. cedera
ruang operasi ke 2. Posisikan pasien datar dan 2. Mengurangi
Recovery Room mirirng, bukan terlentang peningkatan TIK
atau tinggikan kepala 3. Mencegah terjadinya
3. Balikkan pasien dengan cedera
hati-hati 4. Mencegah peningkatan
4. Hindari posisi TIK
trendelenburg
3 Resiko infeksi Pasien tidak mengalami Tidak menunjukkan tanda- NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
area infeksi atau tidak terdapat tanda infeksi 1. Pantau tanda / gejala infeksi infeksi
pembedahan tanda-tanda infeksi pada 2. Rawat luka operasi dengan 2. Mencegah invasi
berhubungan pasien. teknik steril mikroorganisme
dengan luka post 3. Memelihara teknik isolasi, 3. Mencegah inos
operasi area batasi jumlah pengunjung 4. Mencegah inos
pembedahan 4. Ganti peralatan perawatan 5. Meminimalkan
pasien sesuai dengan protap kesempatan introduksi
5. Pertahankan tehnik aseptif bakteri
6. Batasi pengunjung 6. Kontaminasi dengan
7. Gunakan kateter intermitten lingkungan
untuk menurunkan infeksi 7. Mencegah jumlah
kandung kencing bakteri
8. Inspeksi balutan dan luka, 8. Deteksi dini terjadinya
perhatikan karakteristik infeksi memberika
drainase kesempatan untuk
9. Monitor tanda dan gejala intervensi tepat waktu
infeksi sistemik dan lokal. dan mencegah
komplikasi blebih
serius
9. Peningkatan suhu tubuh
atau terdapatnya panas
dan nyeri pada bagian
luka mengindikasikan
adanya resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner,
Cheryl M. 2015-2017. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Editor Nurjannah, Intansari dan
Tumanggor, Roxsana Devi. Indonesia: CV. Mocomedia.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner,
Cheryl M. 2015-2017. Nursing Outcomes Classification (NIC). Edisi
Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Editor Nurjannah, Intansari dan
Tumanggor, Roxsana Devi. Indonesia: CV. Mocomedia.
Baradero, M. et al. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem
Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC.
Habibagahi, M. et al. 2009. High Concentration of Soluble Form of Vascular
Endothelial Cadherin in Sera of Patient s with Prostate Cancer. Iranian
Red Crescent Medical Journal. Vol. 11(4): 377-381.
Kemenkes RI (2013). Situasi Penyakit Kanker.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf
NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
https://books.google.co.id/books?id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT156&dq=
Patofisiologi:+Konsep+Klinis+Proses-
Proses+Penyakit&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj714KK3sjYAhVIULwK
HfyeBskQ6AEIJzAA#v=onepage&q=Patofisiologi%3A%20Konsep%20K
linis%20Proses-Proses%20Penyakit&f=false
Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi,. Jakarta: Sagung Seto.
Wibowo, D dan Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.