Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Manajemen Sitem Penyelenggaraan Makanan


5.1.1 Sistem Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan yang
dimulai dari proses perencanaan anggaran belanja, perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan, pemesanan/ pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi makanan
serta pencatatan, pelaporan, dan evaluasi. Tujuan penyelenggaraan makanan yaitu
menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, ketersediaan biaya,
aman, dan dapat diterima konsumen guna mencapai status gizi yang optimal
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Bentuk penyelenggaraan makanan di RSUD Mardi Waluyo Blitar
menggunakan sistem swakelola. Menurut Kemenkes RI (2013), sistem swakelola
merupakan bentuk penyelenggaraan makanan rumah sakit yang pelakasanaan
seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan diserahkan penuh kepada instalasi
gizi/unit gizi yang bertanggung jawab. Dalam sistem swakelola ini, seluruh
sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metode, sarana, dan prasarana)
disediakan oleh pihak RSUD Mardi Waluyo Blitar. Proses pendistribusian
makanan di instalasi gizi RSUD Mardi Waluyo Blitar menggunakan sistem yang
desentralisasi karena ruangan pengolahan berbeda lokasi dengan ruang perawatan
pasien.

5.1.2 Sarana Bangunan


Berdasarkan Pedoman Gizi Rumah Sakit (2013), tempat, sarana dan
prasarana berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan sesuai
alur penyelenggaraan, yaitu:
a. Tempat Penerimaan Bahan Makanan
Tempat ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek
kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini sebaiknya mudah
dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan
makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan
2

diterima. Di RSUD Mardi Waluyo Blitar, pada ruang penerimaan bahan


makanan sudah memenuhi standar yaitu letak ruangan mudah dicapai
kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan dan persiapan bahan makanan.
Berdasarkan PERMENKES RI (2011), luas ruang pengolahan makanan
harus sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di
ruang pengolahan. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua
meter persegi (2 m2) setiap pekerja. Berdasarkan hasil pengukuran luas ruang
penerimaan sebesar 17,28 m2. Jumlah karyawan yang bekerja di ruang
penerimaan 1 orang, maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 17,28 m2,
berarti luas ini memenuhi standar.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2013), kebutuhan fasilitas pada
ruang penerimaan dan penimbangan bahan makanan sudah memenuhi standar.
Pada ruang penerimaan di RSUD Mardi Waluyo Blitar terdapat rak bahan
makanan besar, kereta pengangkut, timbangan kapasitas 100-300 kg, bak cuci
stainless (double bak), kereta makan stainless, buah timbangan meja, pisau,
wastafel, sabun cuci tangan, lap tangan, alat apar, buah tempat sampah pedal
kecil, buah meja stainless, keranjang besar, egg tray.
b. Tempat Ruang Penyimpanan
Terdapat dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan
bahan makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan bahan makanan
kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung
pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan
makanan, frekuensi pemesanan bahan.
Di RSUD Mardi Waluyo Blitar, ruang penyimpanan dan fasilitas yang ada
di ruang penyimpanan sesuai dengan standar pada Kementerian Kesehatan RI
(2013), yaitu terbagi menjadi dua bahan makanan segar (ruang pendingin) dan
penyimpanan bahan makanan kering. Penyimpanan bahan makanan dibedakan
menjadi tiga penyimpanan meliputi penyimpanan bahan mentah pada chiller
khusus sayur, penyimpanan bahan mentah khusus daging, ikan ayam, udang
dan penyimpanan bahan kering. Untuk penyimpanan daging, ayam, udang dan
ikan disimpan di dalam freezer dengan suhu -10 0C sampai – 5 0C untuk
3

menjaga kualitas bahan makanan. Untuk penyimpanan sayuran, disimpan di


dalam chiller dengan suhu 40C - 10 ˚C, buah dengan suhu 40C dan terdapat
chiller khusus di ruangan pastry, chiller ini digunakan untuk menyimpan bahan
yang akan diolah yang sudah jadi. Di dalam ruang penyimpanan terdapat alat
pengontrol suhu dan kelembapan yang dikontrol dua kali sehari setiap pagi dan
sore hari. Apabila dalam pengontrolan suhu terjadi kerusakan maka segera
dilakukan pelaporan dan tindakan.
Berdasarkan pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, luas gudang
penyimpanan kering pusat yaitu 17 m2, sedangkan luas gudang penyalur yaitu
8,236 m2 dengan jumlah pegawai 1 orang sehingga masing- masing pegawai
memiliki ruang gerak 17 m2 dan 8,236 m2. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan RI (2013), luas ruangan pada gudang penyimpanan kering sudah
memenuhi standar. Fasilitas yang terdapat pada ruang penyimpanan di RSUD
Mardi Waluyo Blitar terdapat freezer, lemari pendingin, timbangan, rak/lemari
penyimpanan bahan makanan, alat pengontrol suhu, dan kereta angkut.
c. Tempat persiapan bahan makanan
Tempat persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk,
menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan
dimasak. Ruang ini hendaknya dekat denganruang penyimpanan serta
pemasakan. Ruang harus cukup luas untuk menampung bahan, alat, pegawai,
dan alat transportasi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), di RSUD Mardi Waluyo Blitar
ruangan dan fasilitas persiapan bahan makanan sudah sesuai dengan standar.
Ruang persiapan dekat dengan ruang penyimpanan dan pengolahan. Luas
ruang persiapan bahan makanan 23,04 m2. Jumlah karyawan yang bekerja di
ruang penerimaan 1 orang, maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 23,04 m2,
berarti luas ini memenuhi standar. Pada ruang persiapan bahan makanan
terdapat yaitu sebagai meja persiapan/ meja kerja, bangku kerja plastik, bak
cuci persegi, parutan, tempat sampah besar, timbangan meja, 2 bak cuci persegi
4

(double bak) untuk mencuci beras dan sayur, buah bak cuci persegi, blender,
pisau, alat penggiling daging, termos nasi sedang, ulekan, magic com listrik.

d. Tempat pengolahan makanan


Tempat pengolahan makanan ini terbagi sesuai dengan jenis bahan makanan
yang diolah, yaitu ruang pengolahan VVIP, ruang pengolahan umum/ kelas,
dan ruang pengolahan snack. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2013),
luas ruangan dan fasilitas pada ruang pengolahan sudah memenuhi standar.
Luas ruang pengolahan VVIP yaitu 12,96 m2 dengan suhu 32,3 0
C.
Berdasarkan hasil pengukuran luas ruang pengolahan VVIP sebesar 12,96 m 2.
Jumlah karyawan yang bekerja di ruang pengolahan VVIP sebanyak 1 orang,
maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 12,96 m2, berarti luas ini memenuhi
standar. Pada ruang pengolahan umum yaitu 23,04 m2 dengan suhu 33,3 0C.
Jumlah karyawan yang bekerja di ruang pengolahan umum 3 orang, maka tiap
pekerja mendapat luas ruangan 7,68 m2, berarti luas ini memenuhi standar.
Sedangkan ruang pengolahan snack yaitu 5,4 m2. Jumlah karyawan yang
bekerja di pengolahan snack 2 orang, maka tiap pekerja mendapat luas ruangan
2,7 m2, berarti luas ini memenuhi standar.
Berdasarkan pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, fasilitas pada
ruang pengolahan makanan terdapat alat pengontrol suhu dan kelembapan
kompor gas, panci besar, penggorengan, rice cooker, rak-rak makanan, oven,
mixer, blender, pisau, sendok sayur, sodet, pembuka botol/kaleng, talenan,
saringan teh, wajan datar, timbangan meja, mesin penggiling, serbet, meja
kerja, banku, bak cuci, galon, kulkas, wastafel, termos nasi, bak, tempat
sampah besar, tempat sampah kecil, lemari panjang stainless.
e. Tempat distribusi makanan (pantry)
Tempat pendistribusian ini digunakan untuk mendistribusikan makanan ke
ruangan. Pada ruangan ini juga terdapat ruang adminitrasi untuk rekapan diet
pasien. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2013), luas ruang dan fasilitas
ruang pendistribusian sudah memenuhi standar. Luas ruang pendistribusian
yaitu 39,74 m2. Jumlah karyawan yang bekerja di ruang distribusi 3 orang,
5

maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 13,24 m2, berarti luas ini memenuhi
standar.
Berdasarkan pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, tempat distribusi
terdapat fasilitas viar, troli makanan, ruang cuci alat masak, wastafel, meja
kerja, bangku, cangkir tertutup, sendok, garpu, piring makan, gelas minum,
mangkuk sayur, nampan, rak- rak piring, kertas label, alat tulis.
f. Tempat pencucian
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Mardi
Waluyo Blitar, tempat pencucian alat makan sudah dapat dikatakan sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh PERMENKES RI NO
1096/MENKES/PER/VI/2011 yakni tersedia tempat pencucian peralatan dan
terpisah dari tempat pencucian bahan pangan. Pencucian alat makan
menggunakan sabun sunlight.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2013), tempat pencucian alat
sudah memenuhi standar. Pencucian alat masak hendaknya pada tempat khusus
yang dilengkapi dengan sarana air panas. Alat-alat dapur besar dan kecil
dibersihkan dan disimpan diruang khusus, sehingga mudah bagi pengawas
untuk inventarisasi alat. Fasilitas pencucian peralatan masak terletak terpisah
dengan ruang pencucian bahan makanan, tersedia fasilitas pengering/rak dan
penyimpanan sementara yang bersih, dilengkapi alat untuk mengatasi
sumbatan dan vector, tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan
tekanan +15 psi (1,2 kg/cm3), dan tersedia sabun dan lap pengering yang
bersih.
Berdasarkan pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, fasilitas pencucian
sudah memenuhi standar yaitu alat makan terletak terpisah dengan ruang
pencucian bahan makanan dan peralatan, tersedia air mengalir dalam jumlah
cukup dengan tekanan +15 psi (1,2 kg/cm3), tersedia air panas dan alat
pembersih seperti sabun, detergen, sikat. Pada ruang pencucian peralatan
makan tersedia tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung
sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah
terkumpul.
6

g. Tempat Pembuangan Sampah


Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung
sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah
terkumpul (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Tempat sampah harus tertutup,
terpisah antara sampah kering dan sampah basah.
Hasil pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, tempat pembuangan
sampah sudah sesuai standar karena masing- masing ruangan sudah dilengkapi
tempat sampah yang cukup, tertutup , dan terpisah antara sampah kering dan
basah. Di dalam tempat sampah dilengkapai dengan kantong plastik yang
berfungsi mempermudah saat pembuangan sampah.
h. Ruang Fasilitas Pegawai
Ruang fasilitas pegawai digunakan untuk tempat ganti pakaian pegawai,
tempat istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini
terpisah dari tempat kerja, tetapi tidak terlalu jauh dari tempat kerja
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, ruang fasilitas pegawai di RSUD Mardi
Waluyo Blitar terbagi menjadi 2 yaitu, pria dan wanita. Fasilitas pegawai
susdah sesuai standar karena sudah terpisah dari tempat kerja dan jarak tidak
terlalu jauh dari tempat kerja. Pada ruang ganti wanita terdapat kasur
springbed, kipas angin, kasur lantai, sedangkan pada ruang ganti laki-laki
terdapat kasur springbed dan kasur lantai. Ruang fasilitas pegawai ini
dilengkapi dengan kamar kecil kecil yang cukup, ruang makan, loker pegawai.
i. Ruang Pengawas
Ruang ini digunakan pengawas untuk melakukan kegiatannya. Ruang
pengawas hendaknya terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi
semua kegiatan di dapur (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Hasil pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, ruang pengawas sudah
sesuai dengan standar. Ruangan ini terletak di sebelah ruang pengolahan snack
dan gudang. Ruang pengawas sudah terletak cukup baik sehingga dapat
mengawasi semua kegiatan di dapur. Pada ruang ini terdapat meja kerja, kursi,
lemari, rak berkas, komputer, CPU. Intercom/telepon. Ruang pengawas di
7

instalasi gizi sudah baik untuk mengawasi penjamah makanan dalam


melakukan kegiatan pengolah makanan.
5.1.3 Sarana Fisik
a. Letak tempat penyelenggaraan makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat
penyelenggaraan makanan suatu rumah sakit, antara lain (Kementerian Kesehatan
RI, 2013):
1) mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat
diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien;
2) kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan
lain disekitarnya;
3) mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman
bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar;
4) tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang
cuci (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan; dan
5) mendapat udara dan sinar yang cukup.
Berdasarkan pengamatan di RSUD Mardi Waluyo Blitar, letak tempat
penyelenggaraan sudah sesuai dengan standar pada Kementerian Kesehatan RI
(2013). Tempat penyelenggaraan makanan di RSUD Mardi Waluyo Blitar mudah
dicapai dari semua ruang perawatan, kebisingan dan keributan di pengolahan tidak
menganggu ruangan lain, mudah dicapai kendaraan pengiriman dari luar, terpisah
dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci dan lingkungan
yang kurang memenuhi syarat kesehatan, dan juga sudah mendapat udara dan
sinar yang cukup.
b. Bangunan
Dalam peraturan PerMenkes lokasi bangunan jasaboga tidak berdekatan
dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat
dan sumber pencemaran lainnya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Mardi
Waluyo Blitar, lokasi bagunan jasaboga sudah sesuai dengan peraturan yang telah
8

ditetapkan yaitu bangunan jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran


seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran
lainnya.
c. Halaman
Dalam peraturan PerMenkes terpampang papan nama perusahaan dan
nomor Izin Usaha serta nomor Sertifikat Baik Higiene Sanitasi. Halaman bersih,
tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang bersih dan
tertutup, tidak terdapat tumpukan barang yang dapat menjadi sarang tikus.
Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan
sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Mardi
Waluyo Blitar tidak terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha
serta nomor Sertifikat Baik Higiene Sanitasi di halaman instalasi gizi, tetapi
terdapat di ruang pertemuan instalasi gizi. Halaman bersih, tidak bersemak, tidak
banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang bersih dan tertutup, tidak terdapat
tumpukan barang yang dapat menjadi sarang tikus dan pembuangan air limbah
(air limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan
masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya.
d. Kontruksi
Dalam peraturan Permenkes konstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga
harus kokoh dan aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih
secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan
sembarang.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Mardi
Waluyo Blitar, kontruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga telah sesuai dengan
atutan yang berlaku yaitu kokoh dan aman, selain itu kontruksi bangunan juga
kuat dan selalu dalam keadaan bersih secara fisik serta bebas dari barang-barang
bekas yang diletakkan sembarangan. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI
(2013), kontruksi Instalasi Gizi RSUD Mardi Waluyo Blitar sudah memenuhi
standar yaitu berupa:
a) Lantai
9

Lantai harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan atau


tidak licin, tidak menyerap air dan tahan terhadap asam dan tidak
memberikan suara keras. Bahan yang dapat digunakan bata, seperti bata
keras, teraso (Departemen Kesehatan RI, 2013). Dalam peraturan
PerMenkes lantai yang digunakan adalah kedap air, rata tidak retak,
tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD
Mardi Waluyo Blitar memiliki lantai yang terbuat dari bahan keramik
(kedap air), tidak ada yang retak, tidak licin, dan pertemuan lantai
dengan dinding tidak berbentuk conus/lengkung sehingga masih
kesulitan pada saat lantai dibersihkan.
b) Dinding
Dinding harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan
cahaya yang cukup bagi ruangan dan tahan terhadap cairan, serta bagian
dinding yang terkena percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi 2 m.
Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam
keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding
(Departemen Kesehatan RI, 2013). Permenkes 2011 mengatakan bahwa
permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai
berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan dan tidak
menyimpan debu/kotoran.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Instalasi Gizi RSUD
Mardi Waluyo Blitar memiliki dinding yang kuat dan berkarakteristik
warna yang bisa memantulkan cahaya, untuk sebagian dinding terbuat
dari keramik yang berfungsi sebagai penahan percikan air dan minyak.
c) Langit- langit
Menurut Permenkes, 2013 mengatakan bahwa bidang langit-langit
harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan yang
permukaan rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna
terang. Tinggi langit langit minimal 2,4 meter diatas lantai. Langit-
10

langit harus tertutup, dilengkapi dengan bahan pengedap suara untuk


bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi
warna agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan
langit-langit harus tinggi agar udara panas dapat bersirkulasi dengan
baik.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di penyelenggaraan
makanan Instalasi Gizi RSUD Mardi Waluyo Blitar langit-langit masih
sudah tertutup. Langit-langit ± 4 m dari lantai. Semua ruangan
memiliki langit-langit, dan untuk bagian pengolahan atap didesain
berbentuk trap terbuka dan terdapat juga cerobong asap yang berfungsi
untuk jalannya asap keluar.
d) Pintu dan jendela
Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka kearah
luar dan dapat menutup sendiri (self closing), dilengkapi peralatan anti
serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat
dibuka dan dipasang untuk dibersihkan (Permenkes, 2011).
Berdasarkan pengamatan di ruang penerimaan hingga proses
distribusi pintu yang digunakan di RSUD Mardi Waluyo Blitar
menggunakan pintu yang sudah membuka keluar gunanya untuk
mempermudah aktifitas pekerja, dan ketika sewaktu-waktu terjadi
bencana memudahkan pekerja yang ada didalam ruangan untuk
mendorong pintu kearah luar. Setiap batas di ruang proses penerimaan
menuju ruang pengolahan dilengkapi tirai yang tertutup sehingga
mempermudah aktifitas pekerja dan dilengkapi alat pengusir serangga.
Selain itu, dilengkapi peralatan anti serangga/ lalat sebelum memasuki
ruang pengolahan. Jendela dapat dibuka dan dilengkapi kassa yang
berfungsi untuk meminimalisir serangga yang masuk.
e) Penerangan dan ventilasi
Dari hasil pengamatan intensitas pencahayaan harus cukup untuk
dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Setiap ruang tempat pengolahan
11

makanan dan tempat cuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 20


foot candle/fc (200 lux) pada titik 90 cm dari lantai. Semua
pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bayangan.
Penerangan dan ventilasi harus cukup, baik penerangan langsung
maupun penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux.
Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan,
bau uap lemak, bau air dan panas. Untuk itu dapat digunakan “exhause
fan” pada tempat tertentu. Ventilasi harus dapat mengatur pergantian
udara sehingga: ruangan tidak terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap
air atau lemak pada lantai, dinding dan langit-langit. Pintu bisa
membuka keluar + Kasa (Departemen Kesehatan RI, 2013).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari proses penerimaan
hingga distribusi intensitas pencahayaan di instalasi gizi RSUD Mardi
Waluyo Blitar sudah memenuhi standart. Terpenuhinya pencahayaan
memiliki dampak positif yaitu dapat melakukan pekerjaan secara efektif
dalam unit ruang tempat pengolahan tersebut., tenaga kerja dapat
melihat obyek yang dikerjakannya dengan mudah, jelas dan tanpa
upaya yang berlebihan dari indera penglihatannya. Sehingga mereka
dapat melakukan pekerjaan dengan cepat, teliti dan aman. Hal ini selain
akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya juga akan dapat
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Selain itu
penerangan yang baik di tempat kerja dapat membantu menciptakan
lingkungan kerja nikmat dan menyenangkan sehingga tenaga kerja
dapat bekerja dcngan aman dan nyaman serta menghambat timbulnya
kelelahan pada tenaga kerja terutama kelelahan yang disebabkan oleh
faktor psikis (PERMENKES, 2011).
5.1.4 Alur Kerja
Alur kerja di instalasi gizi RSUD Mardi Waluyo sudah sesuai karena alur
kegiatan mulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan,
pengolahan sudah satu arah. Alur yang satu arah ini dimaksudkan untuk
12

meminimalisir bertemunya bahan makanan mentah dengan bahan makan matang


yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang.
5.1.5 Ruang Perkantoran Instalasi Gizi
Ruang Perkantoran Instalasi Gizi meliputi ruang kepala instalasi gizi dan
staf, ruang administrasi, ruang rapat, loker, kamar madi dan wc. Luas ruangan
sudah sesuai yaitu 2 m2. Luas ruang kerja yang memadai diperlukan agar
karyawan dapat bekerja dengan baik.
13
14

Anda mungkin juga menyukai