Anda di halaman 1dari 24

PANDANGAN AGAMA TERHADAP

KESEHATAN
Dosen Pengampu: Nur Rofiq, S.Pd, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Erika Nokia Andriani (P1337424519006)
2. Nuvia Tsamrotul Fuadah (P1337424519042)
3. Rizka Mu Alifah (P1337424519002)
4. Viantin Rena Oktavia T. (P1337424519045)

KELAS PERSEA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Agama Terhadap Kesehatan”.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Agama di program
studi Kebidanan pada POLTEKKES KEMENKES Semarang. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nur Rofiq, S.Pd,
M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 13 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1. Prinsip Kesehatan dan Pengobatan ........................................................... 3
2.2. Pandangan Tentang Ilmu Kedokteran (termasuk ilmu kebidanan) .......... 4
2.3. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas, Menyusui, dan
Menghadapi Sakaratul Maut................................................................................ 6
2.3.1. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Hamil................................................... 6
2.3.2. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Melahirkan .......................................... 8
2.3.3. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Nifas .................................................... 9
2.3.4. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Menyusui........................................... 14
2.3.5. Bimbingan Rohani Menghadapi Sakaratul Maut ............................ 16
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
3.1. KESIMPULAN ...................................................................................... 20
3.2. SARAN .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama paha hakekatnya bertujuan membina dan mengembangkan


kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara universal agama
memberikan tuntunan kepada manusia untuk melakukan yang baik dan
menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah kesehatan.
Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat religius karena
menganut suatu agama dan menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Sehat badannya sbagai cerminan dari sehat jasmani, damai dihatinya
sebagai cerminan dari sehat rohani. Manusia yang sehat ialah manusia yang
sejahtera dan seimbang seara berlanjut dan penuh daya kemampuan. Dengan
kemampuannya, mereka dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas
hidupnya. Pada umumnya, orang beranggapan bahwa kesehatan penting bagi
kehidupan manusia. Tetapi sebagian besar berpandangan bahwa seseorang
dianggap sehat bila berada dalam keadaan tidak sakit dan tidak cacat .
Kesehatan juga dipahami statis, hanya terbatas pada keadaan sehat atau
sakit, yaitu “ sehat dalam arti tidak sakit” dan “sakit dalam arti tidak sehat”.
Tingkatan keadaan sehat atau sakit kuran dipahami, sehingga upaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan yang mestinya dilakukan pada waktu sehat,
kurang diperhtikan oleh masyarakat luas. Padahal, pemeliharaan kesehatan untuk
mencegah penyakit nilainya lebih baik dari pengobatan terhadap penyakit.
Dari berbagai ulasan diatas, kesehatan adalah rahmat yang istimewa yang
diberikan Tuhan, dan upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan
mengandung nilai ibadah dan manfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan yang mempunyai nilai maslahat.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip kesehatan dan pengobatan?


2. Bagaimana pandangan tentang ilmu kedokteran (termasuk ilmu
kebidanan) ?
3. Bagaimana bimbingan rohani bagi ibu hamil, melahirkan, nifas,
menyusui, dan menghadapi sakaratul maut?

1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui prinsip kesehatan dan pengobatan


2. Mahasiswa mengetahui pandangan tentang ilmu kedokteran (termasuk
ilmu kebidanan)
3. Mahasiswa mengetahui bimbingan rohani bagi ibu hamil, melahirkan,
nifas, menyusui, dan menghadapi sakaratul maut

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Prinsip Kesehatan dan Pengobatan

Islam mengatur bagaimana seharusnya umat Islam berobat jika sakit.


Setidaknya ada lima prinsip pengobatan dalam Islam, meliputi:
1. Masalah berobat kepada ahlinya
2. Berobat kepada orang nonmuslim
3. Soal berobat kepada dukun atau menggunakan obat yang haram
4. Masalah berobat dengan cara tradisional
5. Aturan upah dari pengobatan bekam

Rasulullah Saw pernah didatangi dua orang sahabat yang terluka


mengeluarkan darah banyak, lalu beliau berkata, “Siapa diantara kalian yang
paling pandai di dalam ilmu kedokteran”? Maka salah seorang dari mereka
bertanya, “Apakah ilmu kedokteran itu ada manfaatnya, Ya Rasulallah?”
Rasulullah menjawab, “Allah adalah Dzat yang menurunkan penyakit dan
sekaligus menurunkan obatnya”.Barangsiapa berobat kepada orang yang bukan
ahlinya, maka dia bertanggung jawab di dunia dan akhirat. Berobat kepada
ahlinya dianjurkan oleh Rasulullah.
Oleh karena itu, kita harus punya skill kedokteran yang memadai dan bisa
memberikan pelayanan yang komperensif agar kita mengobati atau memberikan
pengobatan yang disyariatkan, biar kita bisa mempertanggungjawabkan kepada
Allah SWT. Bagaimana berobat kepada nonmuslim, Ahmad bin Hambal
menyatakan makruh minum obat buatan orang nonmuslim. Seorang muslim
makruh berobat kepada dokter orang nonmuslim, kecuali dalam keadaan darurat,
karena kita tidak tahu komposisi obat yang dipakai. Rasululah Saw juga sangat
melarang umatnya berobat kepada dukun. “Barangsiapa yang mendatangi
seorang dukun, kemudian dia bertanya tentang sesuatu (dia mempercayainya),
maka salatnya tidak diterima selama 40 hari 40 malam.” Islam membolehkan

3
berobat dengan cara tradisional, selama terhindar dari unsur haram. Salah satu
cara pengobatan tradisional ala Rasulullah Saw adalah bekam.

Pembuluh darah ada dua, yaitu pembuluh nadi dan pembuluh pena
(pembuluh balik). Cairan dalam tubuh kita 80% adalah darah, 80% diantaranya
adalah darah di pembuluh pena (darah kotor) pembuluh pena paling banyak
terdapat di daerah punggung dan leher. Karenanya, Rasulullah memerintahkan
umatnya untuk berbekam. Obat-obat herbal halal yang pernah dianjurkan
Rasulullah SAW di antaranya habatus sauda, alkus (bahan herbal yang digunakan
oleh Rasulullah untuk mengobati tenggorokan yang disertai
pendarahan), khana yang bisa mengobati masalah perut, sobir atau lidah buaya
bisa mengobati luka, sakit mata, diare, dan penyakit herpes. Soal upah dari
pengobatan bekam, Rasulullah pernah berbekam dan memberikan upah
dua syak gandum atau sekitar Rp 250 ribu.

2.2. Pandangan Tentang Ilmu Kedokteran (termasuk ilmu kebidanan)

Ilmu kedokteran adalah satu bidang ilmu yang eksis sepanjang zaman.
Pengobatan dikenal sepanjang peradaban manusia. Tiap kultur masyarakat
memiliki metode pengobatan masing-masing yang diajarkan turun temurun.
Sebagai bagian dari peradaban, ilmu kedokteran juga dikenal dalam masyarakat
muslim.
Memahami kedokteran dalam sejarah Islam memerlukan sudut pandang
tertentu. Sudut pandang ini bisa mencakup sejarah, budaya (dalam hal ini adalah
kultur masyarakat Islam awal di Arab), metode saintifik yang digunakan, sampai
sudut pandang geopolitik. Karena itu mendefinisikan “kedokteran Islam” tidaklah
mudah.
Al Quran dan hadis tidak mengajarkan perihal cara pengobatan tertentu
secara spesifik. Beberapa keterangan Nabi tentang makanan seperti faedah jinten
hitam, madu dan kurma, lalu menjauhi arak, serta penyakit-penyakit sederhana
seperti sengatan serangga, sakit perut, atau demam, kemudian cara menjauhi

4
wabah dan kusta, tidak disebutkan mendetail. Belum lagi penyakit-penyakit lain
yang belum tercatat.
Lebih lanjut, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa orang Arab telah
melakukan pengobatan sebelum datangnya Islam. Di kalangan sahabat dikenal
dokter bernama al-Harits bin Kaladah. Karena Islam awal berkembang di Arab,
maka cara pengobatan masyarakat banyak tercatat dalam sumber ajaran Islam, dan
lebih populer dari kerja para dokter yang menggunakan metode ilmiah.
Tentu tidak ada bagian dari ajaran Nabi kecuali telah banyak dilakukan
oleh orang-orang Arab, kata Ibnu Khaldun. Model pengobatan ini ada dalam kisah
Nabi, dan bisa menjadi cara memahami keadaan sosiologis dan budaya orang
Arab. Namun ilmuwan yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi Modern ini
menyimpulkan, bahwa pengobatan dalam Islam tidak harus dipraktikkan dengan
cara persis seperti itu.
Jika tolok ukur kedokteran dalam Islam adalah kejayaan yang dicapai di
masa Abbasiyah, justru keilmuan para dokter di masa itu adalah hasil penelusuran
filosofis dan kajian dari berbagai budaya pengobatan di dunia, bukan berasal dari
Al Quran dan hadis. Bahkan tokoh dokter di masa Abbasiyah juga tidak terbatas
pada muslim, melainkan tercatat non-muslim juga turut mengembangkan ilmu
kedokteran, seperti sosok dokter dari kalangan Kristen, Jirjis Bakhtisyu dan
putranya, Jibrail.
Tokoh-tokoh kedokteran dalam sejarah Islam banyak dikenal, seperti Ibnu
Sina, Abu Bakar Ar Razi, Hunain bin Ishaq, Ibnu Masawaih, Ibnu Nafis, dan
lainnya. Beberapa di antaranya menjadi rujukan luas di masa pencerahan Eropa.
Karya-karya para pakar kedokteran ini memberikan keterangan yang mendasar
mengenai diagnosis penyakit, pembuatan dan penggunaan obat, serta keterangan
tentang makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan. Sumbernya tentu bukan
dalam kerangka doktrin dan teologis atas kitab suci.
Kejayaan ilmu pengobatan dalam peradaban Islam terjadi pada masa
kepemimpinan Harun Ar Rasyid. Ia memulai gerakan penerjemahan karya-karya
ilmuwan Yunani, Syria, China dan banyak lainnya melalui institusi Baitul

5
Hikmah. Sekolah dan rumah sakit daerah Jundishapur yang sebelumnya dikuasai
Persia, selanjutnya dikuasai oleh pemerintahan Abbasiyah. Karya-karya
kedokteran di sana ditelaah dan diterjemahkan ke bahasa Arab, lalu dipergunakan
sebagai basis kajian kedokteran masa itu.
Sebagai contoh, dalam bidang anatomi, mereka mempelajari karya Galen
dan Hippokrates. Pengetahuan anatomi para dokter muslim ini dikembangkan dari
kerja ilmiah sebelumnya. Masalah keagamaan tentang penggunaan mayat menjadi
salah satu problem. Namun dari kajian mendalam tersebut para dokter mampu
memperkaya konsep tentang fisiologi tubuh, seperti misalnya konsep sirkulasi
pulmoner Ibnu Nafis dan konsep penglihatan manusia oleh Hunain bin Ishaq.
Sejarah kedokteran dalam Islam berakhir seiring runtuhnya dinasti
Abbasiyah, dan karya-karya ilmiah termasuk bidang kedokteran dikaji bangsa
Eropa yang memasuki masa pencerahan. Disertai dengan penggunaan rasionalitas
yang ketat, kajian-kajian Islam menjadi salah satu pondasi keilmuan kedokteran
modern.
Seiring sejarah, peradaban Eropa menjadi dominasi dan patron dalam
kajian kedokteran modern. Lebih lanjut, akibat penurunan eksistensi kalangan
Islam, dan semakin superiornya kajian kaum Barat, maka mulai banyak diserukan
istilah ilmu-ilmu yang “syar’i” atau “islami”, tak terkecuali kedokteran, serta
wacana-wacana titik temu integrasi ilmu dan agama.

2.3. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas, Menyusui, dan
Menghadapi Sakaratul Maut

2.3.1. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Hamil

Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami (Sunnatullah) bagi


kaum wanita. Hampir semua wanita akan mengalami dua masa yang cukup
“melelahkan” ini, kecuali mereka yang mengalami penyakit tertentu atau karena

6
faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma dan ovum tidak mampu bertemu dan
berkembang di dalam rahim seorang wanita.
Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap. Walaupun
pada bulan-bulan pertama beban yang dipikul tidak begitu terasa berat dan
melemahkan kekuatan jasmaninya, namun pada beberapa wanita telah mengalami
perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering merasa mual, muntah, pusing dan
mengidam. Bagi wanita hamil, perjalanan dari hari ke hari terasa panjang dan
lama. Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil mengalami kelelahan, dan
kelemahan. Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang wajar,
Allah SWT tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi sebagai karunia
dan rahmat. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil sangat dituntut adanya
ketulusan hati, kesediaan menderita, penuh kesabaran dan ketabahan, kepasrahan
penuh pada Allah SWT dan penuh harap akan rahmat-Nya.
Al-Qur’an sendiri telah menegaskan dalam Surah Luqman:14 , sebagai
berikut: “……ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah…….”
Begitu juga saat melahirkan anak sangatlah sarat dengan kondisi
menegangkan, penuh dengan kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan dan
kesusahan. Bahkan beberapa kaum wanita yang ditakdirkan untuk “mati Syahid”
ditengah-tengah “medan jihad” melahirkan.
Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan
agar senantiasa berada dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju kearah
mendapatkan anak yang soleh/solehah. Dalam perspektif Islam, disamping usaha-
usaha lahiriah, do’a memegang peran yang penting dan sangat menentukan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan diamalkan oleh wanita selama menghadapi kehamilan, adalah sebagai berikut:
1. Memperbanyak mengingat Allah SWT dengan memohon ampun dan
taubat

7
2. Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan
segala larangan-Nya, seperti: shalat malam, shalat-shalat sunat,
senantiasa menutup aurat. Sementara suami juga dianjurkan
memperbanyak ibadah, puasa sunat terutama senin dan kamis.
3. Memperbanyak membaca Al-Qur’an
4. Wanita hamil dianjurkan Perbanyak membaca Al-Qur’an dan
memahami kandungannya.
Antara surat yang baik dibaca adalah :
a. Surah Al-Fatihah, Surah Yasin
b. Surah At-Taubah, Surah Yusuf
c. Surah Maryam
d. Surah Luqman
e. Surah an-Nahl ayat 78
f. Surah al-A’raf ayat 189
5. Memperbanyak wirid dan dzikir-dzikir kepada Allah SWT
2.3.2. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Melahirkan

Dzikir dan do’a ketika hampir melahirkan


Amalan berdzikir dan berdo’a amatlah dituntut bagi wanita hamil, karena
dengan berdo’a dan berdzikir dapat menentramkan fikiran dan dapat memupuk
kesabaran ketika dalam kesakitan melahirkan anak nanti. Selain membaca wirid
yang telah biasa diamalkan sejak awal kehamilan, ada beberapa dzikir dan do’a yang
sangat baik diamalkan, diantaranya :

”Ya Tuhan karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak yang baik sempurna (Tidak cacat).
Sesunguhnya Engkau senantiasa mendengar dan menerima rayuan dan doa hamba-Mu”

“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Engkau (Allah), Maha suci Ya Allah,
sesunguhnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang zalim”

Untuk mendapatkan bakal anak yang sholeh bacalah doa :

“Tuhanku berilah kepadaku (Seorang anak) dari anak-anak yang sholeh”

8
Dan Apabila hampir melahirkan bacalah doa :

“Allah telah mencukupi sgala sesuatu bagiku dan kepada-Nya lah segalanya kuserahkan”

Untuk mempermudah bersalin dianjurkan pula membaca ayat Al-Kursi

Lalu diteruskan dengan membaca doa yang artinya : Bahwasanya Tuhanmu, adalah Allah
yang telah menjadikan langit dan bumi dan yang diantara keduanya didalam enam hari
kemudian dia bersemayam atas Arasy. Dia memasukkan malam kedalam sarang yang
mencarinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang semuanya ditundukkan dengan
perintah-Nya. Dan ketahui olehmu, Allah yang mempunyai pencipta dan suruhan. Maha
Mulia Allah Tuhan semesta alam.

2.3.3. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik darah
itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau sebelum melahirkan,
yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan melahirkan, seperti rasa sakit,
dan lain-lain. Rasa sakit yang dimaksud adalah rasa sakit yang kemudian diikuti
dengan kelahiran. Jika darah yang keluar tidak disertai rasa sakit, atau disertai rasa
sakit tapi tidak diikuti dengan proses kelahiran bayi, maka itu bukan darah nifas.
Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru disebut dengan nifas jika wanita
tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang wanita
mengalami keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia,
maka darah yang keluar itu bukan darah nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai
darah penyakit (istihadhah) yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah
lainnya. Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud manusia adalah
delapan puluh hari dimulai dari hari pertama hamil. Dan sebagian pendapat
mengatakan sembilan puluh hari. Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud
sradhiyallahu ‘anhu ,bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberitahukan kepada kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang benar dan yang mendapat berita yang benar, “Sesungguhnya
seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40

9
hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah seperti itu pula, kemudian
menjadi mudhghah seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya
untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis
empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau
bahagianya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang wanita mendapati darah yang
disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak dianggap sebagai nifas.
Namun jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan puasa. Kemudian
apabila sesudah kelahiran ternyata tidak sesuai dengan kenyataan (bayi belum
berbentuk manusia-pen) maka ia segera kembali mengerjakan kewajiban. Tetapi
kalau ternyata demikian (bayi sudah berbentuk manusia-pen), tetap berlaku
hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu kembali mengerjakan kewajiban.”
(Kitab Syarhul Iqna’).
Kebersihan mandi setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk
mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan cara
membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki. Caranya
yaitu:
1. Fardhu Mandi
a. Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh. Lafadzh niat:
“Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena
Allah.”
b. Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air ke semua
rambut dan kulit.
c. Menghilangkan najis.
2. Sunnat Mandi :
a. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh tubuh
b. Membaca basmallah pada permulaan mandi
c. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan
daripada kiri
d. Membasuh badan samapai tiga kali

10
e. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
f. Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi disunnatkan
berwudhu terlebih dahulu.

Ibadah Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu
maupun sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm
di dalam kitabnya al-Muhalla) Shalat sebagaimana yang kita ketahui, sahnya juga
suci dari hadast besar. Cara menghilangkan hadast besar tersebut yaitu dengan
cara mandi wajib.

Pandangan Islam terhadap Makanan & Minuman Termasuk ASI.


Tuntunan Islam tentang Makanan dan Minuman pada ibu nifas pada prinsipnya
semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal semua untuk dimakan
dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang terdapat dalam Al Qur’an
dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Namun terkadang pada
masa nifas, ada pantangan memakan makanan tertentu padahal dalam islam tidak
melarang makanan tersebut. Setelah melahirkan, seorang ibu akan melewati masa
pemulihan hingga seluruh fungsi tubuh kembali normal seperti saat sebelum
melahirkan. Masa ini berlangsung kurang lebih 40 hari. Masa nifas tetap perlu
mendapat perhatian penting sama seperti ketika hamil. Terutama kebutuhan akan
zat gizi dalam makanan yang sehat serta kebutuhan cairan tubuh. Dalam
masyarakat kita, kebiasaan menghindari jenis makanan tertentu selama masa nifas
masih tetap ditemukan, kendati sudah tinggal di kota besar dan berpendidikan
tinggi. Bahkan, ada mitos yang dipercayai sebagai suatu kebenaran karena
pengalaman orang lain. Misalnya, ketika seorang ibu nifas setelah makan telur
lalu jahitannya gatal gatal dianggap telur adalah penyebab gatal pada luka jahitan.
Padahal, memang sebelumnya ibu nifas tersebut alergi telur. Berikut ini adalah
mitos yang sering ada pada ibu nifas dan alasan kesehatan mengapa mitos tersebut
tidak benar:

11
a. Ibu nifas tidak boleh makan ikan, telur dan daging supaya jahitan cepat 6
sembuh. Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan
kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka
baik pada dinding rahim maupun pada luka jalan lahir yang mengalami
jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang membentuk
jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka. Tanpa protein
sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami
keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh
kurang akibat pantang makanan bergizi. Protein juga diperlukan untuk
pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu,
tempe dan daging atau ikan bila ada. Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan
laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum hamil, maka sumber protein yang
menyebabkan alergi tersebut dihindari. Bila memang alergi jenis protein
tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber protein dari
daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang kacangan.
b. Ibu nifas tidak boleh makan yang berkuah dan tidak boleh banyak minum air
putih supaya jahitannya tidak basah Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu
nifas membutuhkan banyak cairan terutama mengganti cairan tubuh yang
hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, untuk pembentukan ASI.
Bila cairan tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan
cairan, mengalami panas dan produksi ASI sedikit. Sebaiknya ibu nifas
minum air putih yang cukup kurang lebih 8 gelas sehari disertai dengan
asupan susu maupun jus buah. Bila setiap selesai minum ibu nifas akan sering
buang air kecil justru lebih baik. Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah
perineum (luka jahitan jalan lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru
sebaliknya. Semakin sering dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu
dikeringkan setiap buang air kecil, maka jahitan akan segera pulih. Perawatan
luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada bagian tubuh yang lain
misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus yang

12
cukup kuat dan bagian dalam luka (otot) benangnya akan menyatu dengan
tubuh sedangkan bagian luar (kulit) jahitan akan lepas sendiri lalu mongering.
c. Ibu nifas tidak boleh makan buah-buahan selama menyusui karena bayi 7 bisa
diare Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk menjaga
kebugaran tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap mutu
ASI. Jangan kuatir mengkonsumsi buah tidak menyebabkan diare pada bayi.
Selain itu ibu nifas juga memerlukan asupan makanan berserat seperti buah
dan sayur mayur untuk memperlancar buang air besar. Pada ibu nifas
kebutuhan serat sangat penting untuk membantu proses pencernakan, Kadar
vitamin dan air dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Misalnya air jeruk, buah pisang dan pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu
menyertakan menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit.
d. Ibu nifas tidak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing Pernyataan
ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan porsi makan perlu
ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan. Sumber karbohidrat, lemak,
vitamin dan protein sangat dibutuhkan untuk proses pemulihan fisik ibu
selama nifas dan melawan infeksi. Selain itu, juga berguna untuk
pembentukan ASI agar berlangsung lancar. Langsing bukan dengan diet ketat
pascabersalin, tetapi dengan melakukan senam nifas dan menyusui bayi
secara ekslusif tanpa bantuan susu formula. Dengan cara demikian,
pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan
cepat ramping kembali seperti saat sebelum hamil.
Didalam masyarakat walaupun sudah tau tentang masa nifas, dimana masa
setelah melahirkan dan alat reproduksi belum pulih masih ada orang yang
melakukan hubungan intim, padahal menurut agama dan ilmu kesehatan itu tidak
diperbolehkan. Mandi wajib setelah masa nifas adalah mandi yang wajib dan ada
doa khusus, tapi pada kenyataannya banyak di kalangan masyarakat yang setelah
masa nifas mereka hanya mandi biasa tanpa ada niat khusus untuk membersihkan
diri. Padahal di dalam agama setelah masa nifas untuk membersihkan diri ada
niatan khusus atau doa. Makanan dan minuman termasuk ASI di masyarakat

13
banyak mitos yang tidak benar yang berisi pantangan makan makanan tertentu
pada ibu nifas, padahal makanan dan minuman tersebut tidak dilarang untuk
dikonsumsi dalam islam. Contoh:
a. Di masyarakat ada ibu nifas yang tidak makan ikan, telur dan daging supaya
jahitannya cepat sembuh. Padahal itu tidak benar dan tidak ada larangan
memakan ikan, telur, dan daging dalam islam.
b. Di masyarakat masih ada ibu yang tidak makan makanan yang berkuah dan
tidak banyak minum air putih supaya jahitannya tidak basah. Padahal di
dalam islam tidak ada larangan kalau ibu nifas tidak boleh memakan makanan
yang berkuah dan minum banyak air putih.
c. Ibu nifas ada yang tidak makan buah-buahan selama menyusui karena 10
takut bayinya diare. Dimasyarakat masih banyak ibu-ibu yang tidak mau
menyusui anaknya dengan berbagai macam alasan diantaranya ibu mengaku
tidak mau menyusui karena ibu takut jika payudara ibu menjadi kendor. Ada
anggapan lain bahwa menurut ibu susu formula-lah yang lebih baik daripada
air susu ibu tersebut sehingga ibu lebih memilih memberikan susu formula
ketimbang ASI. Padahal dalam Al-Quran ibu dianjurkan untuk menyusui
anaknya selama 2 tahun.
2.3.4. Bimbingan Rohani Bagi Ibu Menyusui

Masa menyusui adalah masa terpenting bagi pertumbuhan bayi. Nutrisi


yang diterima bayi pada masa yang diistilahkan sebagai masa emas (golden age)
ini ternyata dibahas dalam Alquran.
Dalam Alquran disebutkan, masa menyusui dalam ajaran Islam adalah dua
tahun. Firman Allah SWT, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan," (QS
al-Baqarah [2]: 233). Namun tak ada salahnya jika si ibu tak sampai dua tahun
dalam menyusui bayinya.
Menyusui sampai bayi berumur dua tahun hanyalah sebatas anjuran, bukan
kewajiban. Ini diterangkan dalam penghujung ayat tersebut, "Apabila keduanya

14
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya." (QS al-Baqarah [2]: 233).
Menyusui selama dua tahun disebut sebagai bentuk maksimalnya perhatian
orang tua kepada bayinya. "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun." (QS Luqman
[31]: 14).
Ayat ini menyuruh seorang anak mengingat betapa besarnya perhatian
ibunya. Ada dua bentuk jasa paling besar seorang ibu, yaitu ketika lemahnya masa
hamil, dan menyusuinya selama dua tahun. Dua hal ini adalah jasa sangat besar
seorang ibu yang disebutkan Allah SWT. Karena itulah si anak wajib berbakti
pada ibunya.
Dari dua ayat tersebut, mayoritas ulama menyimpulkan bahwa dua tahun
adalah jangka waktu yang ditentukan Allah untuk menyusui. Seperti pendapat
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat tersebut.
Walau ayat ini berbentuk khabar (informasi) namun ada unsur perintah
yang harus dilaksanakan umat Islam."Ini merupakan petunjuk dari Allah SWT
kepada para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya dengan pemberian ASI
yang sempurna selama dua tahun," terang Ibnu Katsir.
Pandangan Ibnu Abbas, masa dua tahun untuk menyusui hanya
diperuntukkan bagi bayi yang lahir prematur, seperti enam bulan masa
kandungan. Sementara, jika lahir dalam usia kandungan lebih dari enam bulan,
jangka waktu untuk menyusui otomatis berkurang dari dua tahun.
Ibnu Abbas berdalil dengan Alquran surat al-Ahqaf [46] ayat 15, "Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan."
Dalam ayat ini disebutkan, masa mengandung dan menyusui totalnya
selama 30 bulan. Jika dua tahun (24 bulan) dihabiskan untuk menyusui, maka

15
sisanya hanya enam bulan untuk masa mengandung. Jika masa mengandung
sampai 9 bulan, maka otomatis masa menyusui menjadi 22 bulan.
Pemberian ASI selama dua tahun bukan tanpa alasan. Hal ini sebagai
bukti, bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan asupan nutrisi yang diberikan
kepada bayi. Dunia kedokteran membuktikan, ASI yang diberikan selama dua
tahun terbukti menjadikan bayi lebih sehat.
Ilmu kedokteran modern bahkan merinci fase menyusui ini dengan
beberapa tahapan. Seperti pada masa enam bulan pertama, dikenal dengan masa
ASI eksklusif. Si bayi hanya diperbolehkan meminum ASI dari ibunya saja dan
belum diperbolehkan meminum makanan lain.
Setelah usia enam bulan, barulah si bayi diberikan makanan lainnya selain
ASI. Setelah usia enam bulan, si bayi akan mulai tumbuh gigi dan mengenal tahap
belajar duduk, berdiri, lalu berjalan.
2.3.5. Bimbingan Rohani Menghadapi Sakaratul Maut

1. Persiapan Menuju Kematian


Hendaknya setiap saat, setiap hamba harus berusaha untuk mempersiapkan
diri dalam menhadapi kematian. Karena kematian akan datang tiba-tiba tanpa
mengira waktu dan sebab penyakit tertentu, kita tidak akan mengetahui kapan
akan dipanggil untuk menghadap Allah, maka setiap manusia yang masih hidup
seharusnya mempersiapkan diri dengan berbagai bekal untuk melakukan
perjalanan panjang ini; dengan menabung amal shalih, tetap berjalan dijalan Allah
dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang akan membawa diri pada kemurkaan-
Nya. Allah berfirman yang artinya : “barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih. Dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al-Qahfi
: 110)
2. Memperbanyak mengingat kematian
Dari Abu Hurairah ra., ia menuturkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
“ Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yakni kematian”

16
(HR : ahmad, Tirmizi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Hakim)

Yang dimaksud dengan penghancur disini adalah pemutus.

Ibnu Jauzi berkata: ”Wahai saudara-saudaraku! Ingatlah pemutus


kenikmatan. Dan renungkanlah seandainya kenikmatan itu hilang. Bayangkanlah
ketika gambar kehidupan mulai berjatuhan. Oleh karena itu, siapkannlah diri
kalian untuk menjalani kehidupan dialam kubur nanti. Dan ketahuilah, setan tidak
akan menguasai orang yang selalu mengingat kematian. Akan tetapi, ketika hati
mulai lupa untuk mengingat kematian, maka musuh ini akan masuk melalui pintu
kelalaian”

3. Sabar dalam menjalani sakit


Orang yang sakit hendaknya menerima sakit yang diberikan oleh Allah
dengan lapang dada. Disamping itu, ia juga harus berusaha bersabar dalam
menerima segala ketentuannya. Sabda Rasulullah yang artinya :
“sungguh menakjubkan perkara orang-orang beriman yang tidak dimiliki oleh
siapapu. Jika mereka mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur. Dan itu baik
baginya. Seandainya mereka ditimpa keburukan (musibah), mereka akan bersabar.
Dan itu baik baginya”(HR. Muslim).
4. Jangan mengharapkan kematian
Apabila sakit dirasakan oleh seorang hamba semakin parah, maka ia tidak
diperbolehkan untuk mengharapkan datangnya kematian. Dari Anas ra. Dari
Rasulullah saw., beliau bersabda :
“janganlah salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian, hanya karena
mendapatkan bahaya yang diturunkan Allah padanya. Seandainya ingin tetap
memilih kematian, hendaknya ia berkata,’Ya Allah berikannlah kehidupan
padaku, seandainya kehidupan tersebut memang terbaik untukku. Dan cabutlah
nyawaku. Seandainya kematian memang jalan yang terbaik untukku,” (HR.
Bukhari dan Muslim).

17
Adapun hikmah dibalik larangan mengharapkan kematian adalah: bahaya
yang akan diterima oleh seorang hamba akan berimbas pada bahaya yang bersifat
duniawi. Adapun mengharapkan kematian karena takut timbulnya finah dalam
agama, atau dengan harapan dirinya terlepas dari dosa terhadap Allah, maka
hukumnnya boleh-boleh saja.
5. Sakaratul Maut
Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya maut, maka sebaiknya
ia melafalkan kalimat,”La ilaaha illallah,’, sedangkan orang yang berada
disekelilingnya membantunya dengan menuntunnya (mentalqin), apabila yang
sakit lupa. Sabda rasulullah saw. :
“Talqinlah orang yang akan mati diantara kalian, dengan mengucapkan La Ilaaha
Illallah,”(HR. Muslim).
Dan dari Abu Muadz bin Jabal ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda :
“barang siapa yang akhir kehidupannya ditutup dengan membaca La Ilaha
Illahllah, maka ia akan masuk surga,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Sebaiknya orang-orang orang-orang yang berada disekelilingnyahanya
berbicara tentang yang baik-baik saja, karna pada saat itu malaikat mengamini apa
yang mereka katakan. Sabda Nabi Saw. :
“apabila kalian hadir untuk menjenguk orang yang sedang sakit atau hendak
meninggal, maka katakanlah yang baik-baik. Karena, para malaikat akan
mengamini apa yang kalian katakan,”(HR. Muslim)

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul


maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari
hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan
bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah
menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :

a. Berbaring terlengtang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak


kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.

18
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat. Dan imam Syaukai menganggap bentuk seperti
ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini
menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya nyaman.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-


prinsip kesehatan dan pengobatan, pandangan tentang ilmu kedokteran,
bimbingan rohani bagi ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui, dan
menghadapi sakaratul maut sudah diatur dalam syariat islam. Kita sebagai
bidan wajib mengetahui dan mengimplementasikan hal tersebut agar tidak
menyimpang dari syariat islam dan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

3.2. SARAN

Pengetahuan mengenai pandangan agama terhadap kesehatan


hendaknya diketahui oleh seorang bidan. Dengan pengetahuan yang
dimiliki diharapkan seorang bidan akan dapat melakukan tugasnya sesuai
dengan syariat islam. Seorang bidan harus memberikan pemahaman
kepada pasiennya dan memberikan dorongan. Dengan demikian, pasien
akan merasa aman dan nyaman dalam menerima pelayanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://ddhongkong.org/prinsip-pengobatan-dalam-islam/

https://islami.co/membincang-kajian-kedokteran-islam/

https://www.slideshare.net/HuryCanz/makalah-tuntunan-agama-islam-terhadap-
ibu-nifas-kebersihan-mandi-ibadah-makanan-dan-minuman-termasuk-asi

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/program-pranatal-untuk-keberhasilan-
menyusui

http://eramuslim.com/syariah/llife-management/fase-sakaratul-maut

http://www.shodikin.20m.com/fiqh_jenazah.htm

http://www.nurmuslimah.com/index.php?view=article&catid

http://www.buyayahya.org/index.php?option=com_fireboard&itemid

21

Anda mungkin juga menyukai