ULKUS DIABETIKUM
A.Latar Belakang
Ulkus diabetikum, sesuai dengan namanya, adalah ulkus yang terjadi pada
kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh
penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam
komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic
foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta pasien
dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari
akan mengalami ulkus pada kakinya.
Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien
dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer.
Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus
amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih
dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini
berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes
didahului oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang
tepat dari lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh
interaksi beberapa faktor, tetapi terutama adalah neuropati.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2
golongan :
a. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai,
terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
1) Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
2) Pada perabaan terasa dingin.
3) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
4) Didapatkan ulkus sampai gangren.
b. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun, sehingga
kulit kaki kering, pecah, rabut kaki / jari (-), kalus, claw toe
Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b) Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )
c) Ulkus :kalus tebal dank eras.
b. Pemeriksaan fisik
1) Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
2) Nilon monofilament 10 G
3) Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa
4) Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas
(83%).
c. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle
brachial index (ABI), absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik
betis dengan tekanan sistolik lengan.
d. Pemeriksaan Radiologis : gas subkutan, benda asing, osteomielitis
e. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Medik
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Melitus meliputi:
1.Obat hiperglikemik oral (OHO) dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan
cara kerja:
a) Pemicu sekresi insulin.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
c) Penghambat gluconeogenesis
d) Penghambat glukosidase alfa.
2. Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
c) Ketoasidosis diabetic
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3. Terapi Kombinasi merupakan pemberian OHO maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
b. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg
dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001:1226), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada
beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
3) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
4) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur
terapinya secara optimal.
c. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
d. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
e. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12
gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita
DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan
komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau
inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat
membantu mengontrol gula darah.
f. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi
roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang
istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki
pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi
trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada
tempat luka.
g. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor
2. KONSEP KEPERAWATAN
A.Pengkajian
metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
5) Neurosensori
6) Nyeri / kenyamanan
7) Pernafasan
8) Seksualitas
9) Penyuluhan / pembelajaran
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut (Carpenito,
Lyna juall. 2000).
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat
adanya obstruksi pembuluh darah.
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
3) Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang
6) Resiko infeksi berhungan dengan diabetes mellitus
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan anatomis pada
ekstremitas.
C. Intervensi keperawatan
NOC :
Kriteria Hasil :
NIC:
besar
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4),
Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta:
EGC
Nurlatifah, Gita (2010). Makalah Ilmiah: Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Diabetes Mellitus. Jakarta: tidak dipublikasikan
http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla:i
d:official&biw=1174&bih=552&tbs=isch:1&q=anatomi+pankreas&revid
=1727137898&sa=X&ei=qdBHTZXmBIWnrAfojsmTBA&ved=0CC8Q1
QIoAA diakses pada tanggal 13 Maret 2012
http://www.google.co.id/images?q=kulit&oe=utf-
8&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&um=1&ie=UTF- diakses
pada tanggal 13 Maret 2012
B. Penanggung Jawab
1. Nama : Tn “s”
2. Usia : 38 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Pekerjaan : Tani
5. Hubungan dengan klien : sepupu
x ? ?
x
?
x
x
x
? ? ? ? ? ?
?
50 50
0
23
Keterangan :
: Laki-Laki -------- : Satu Rumah
: Perempuan : Klien
: Meninggal
: keturunan : Garis perkawinan
? : umur tidak diketahui
G1 : Kakek dan nenek klien dari ayah dan ibu telah meninggal
tanpa diketahui penyebabnya.
G2 : ayah klien telah meninggal tanpa di ketahui penyebabnya
dan ibu klien masih hidup dan sehat smpai sekarang
G3 : Klien anak pertma dari 8 bersaudara. Klien sekarang di
rawat di rumah sakit dengan penyakit ulkus diabetik dan
klien tinggal bersama suami dan seorang anak angkat.
III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Pola Konsep Diri:
a. Gambaran diri : Semua bagian tubuh klien disukai
b. Identitas diri : Klien sadar sebagai pasien yang membutuhkan
perawatan
c. Peran diri : Klien untuk sementara tidak dapat melakukan
perannya sebagai seorang anak
d. Harga diri :Klien ingin dihargai dan dihormati sebagai manusia
walaupun dalam keadaan sakit
e. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berharap cepat pulang
2. Pola Kognitif:
a. Klien mengerti hal-hal yang ditanyakan
b. Klien selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya
c. Klien dapat menjawab sesuai yang ditanyakan
3. Pola Koping:
Klien sering sering cemas dan gelisah tentang penyakitnya dan
pengobatanya.
4. Pola Interaksi ;
Klien dapat berinteraksi dengan keluarga dan orang lain disekitarnya
Bicara klien jelas dan mengungkapkan apa yang dirasakan.
Klien menggunakan Bahasa Indonesia
IV. RIWAYAT SPIRITUAL
1. Ketaatan Klien beribadah
- Sebelum Sakit : Klien taat menjalankan ibadah ,setiap hari minggu ke
gereja
- Saat Sakit : Klien tidak pernah lagi ke gereja
2. Hidung
Inspeksi : Septum lurus, lubang hidung kiri dan kanan simetris, tidak
ada pergerakan cuping hidung, tidak ada polip, warna
mukosa merah mudah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sumbatan di MAE,
serumen sedikit , tidak ada sekret keluar dari membran
tympany, fungsi pendengar dapat mendengar suara
bisikan.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada aurikula
G. Sistem Saraf
1. Fungsi Serebral
a. Status mental:
Orientasi waktu :Klien dapat mengetahui hari ini (selasa))
Orientasi orang : klien dapat membedakan orang yang ada
disekitarnya
Orientasi temat : klien dapat mengetahui bahwa ia berada di
rumah sakit
b. Kesadaran kompas mentis : GCS : 15 (E=4 , M =6, V =5)
c. Bicara lancar
2. Fungsi Cranial
Nervus I (Olfaktorius):
Klien dapat membedakan bau minyak gosok dan jeruk
Nervus II (Optikus):
Klien dapat melihat ke segala arah dengan jelas, visus ( tidak
ada kartu snellen ).
Nervus III, IV,VI(Okulomotorius, Troklearis, Abducen):
Dapat mengangkat kelopak mata atas, pupil isokor, dapat
menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam, klien mampu
menggerakkan bola mata ke 6 arah cardinal
Nervus V (Trigeminus):
Sensorik : Klien dapat merasakan sensasi usapan pada wajah
Motorik : Kontraksi otot masester dan temporal (+) saat
mengunyah
Nervus VII(Fasialis):
Sensorik : Klien dapat merasakan manis, asam dan asin pada
sensasi 2/3 bagian anterior lidah.
Motorik : Gerakan wajah saat tersenyum simetris
Nervus VIII (Akusticus):
Klien dapat mendengar suara dengan berbisik
Nervus IX (Glosofaringeus):
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, tidak
terdapat kesulitan menelan
Nervus X (Vagus):
Klien dapat mengunyah dan pergerakannya simetris
Nervus XI(Assesorius):
Otot sternokledomastadeus : klien menoleh ke kiri dan ke kanan
Trapesius : klien dapat mengangkat bahu saat di tahan
Nervus XII (Hipoglosus):
Posisi lidah simetris, lidah dapat di gerakkan ke atas, bawah, kiri
dan ke kanan
3. Fungsi motorik: Massa otot normal, kekuatan otot 3 4
5 5
4. Fungsi sensorik: Klien dapat membedakakan suhu panas dan dingin
5. Refleks : Bisep positif, trisep positif, patella positif.
H. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, tidak ada massa, gerakan
dapat digerakkan ke atas/ke bawah, menoleh kekiri dan
ke kanan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Ekstremitas atas
Inspeksi : bengkak pada punggung tangan hingga ke pergelangan
tangan kanan dan terdapat luka gangren pada punggung
tangan, jari telunjuk tampak sianosis, dapat digerakkan,
terpasang infus pada tangan kiri
Palpasi : terdapat nyeri tekan
3. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Tidak ada bengkak ,tidak kaku, dapat digerakkan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
I. Sistem Integumen
1. Rambut
Inspeksi : warna hitam ada uban, tidak mudah dicabut, tidak ada
ketombe, penyebaran merata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Kulit
Kulit sawo matang, teraba hangat, kulit lembab, turgos elastis
3. Kuku
Inspeksi : warna merah muda, tidak mudah patah,bersih dan pendek,
Palpasi : CRT 2 detik
J. Sistem Endokrin
1. Tidak ada pembesaran Kelenjar Tyroid
2. Eksresi urine berlebihan
3. Suhu tubuh 36,50C, tidak ada keringat yang berlebihan
4. Terdapat riwayat Diabetes melitus
K. Sistem Perkemihan
1. Tidak ada Edema palpepra
2. Tidak ada distensi kandung kemih
3. Tidak ada Nocturia,Dysuria,tidak ada riwayat Kencing Batu
L. Sistem Reproduksi
Perempuan : Tidak di kaji
M. Sistem Imun
1. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, cuaca, debu, bulu
binatang atau obat-obatan
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cuaca
tidak ada.
3. Tidak ada riwayat transfusi.
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan labolatorium : 19-11-2019
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
KIMIA DARAH rujukan
Glukosa
GDS 265 Mg\dl
140
KESAN DAN SARAN : Hiperglikemik
UNARILISIS
name Result Reference Abbr lem Result Unit
unit name Reference
KUNING Clear RBC 10 0-3 /HPF
6,5 yellow WBC 18 0-5 /HPF
1.015 4,5-8,0 BACT 1 0-1 /HPF
Neg 1.005- UNCX 0 0-82 /LPF
Neg 1.035 SQEP 301 0-82 /LPF
Neg Negatif NSE 13 0-18 /LPF
Normal Negatif HYAL 0 0-1 /LPF
Neg Negatif UNCC 0 0-1 /LPF
Neg Normal WBCC 0 0-1 /HPF
1+ Negatif BYST 0 0-1 /HPF
1+ Negatif MUCS 59 0-82 /LPF
Negatif SPRM 0 0-1 /HPF
Negatif
VII.TERAPI SAAT INI
IVFD NaCl 0,9 % 28 tetes / menit
Ceftriaxone 2 gr / 24 jam / IV
Ciprofloxaxine 0,2 gr / 12 jam / IV
Metronidazole 0,5 gr / 8 jam / IV
Lantus 0 – 0 – 10
Rawat luka pagi dan sore
Insulin 8-8-8
KLASIFIKASI DATA
( CP.1A )
ANALISA DATA
(CP.1B )
GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN PERIFER
EKSTREMITAS
3 DS : Ganggren GANGGUAN
RASA
1. Klien mengatakan NYAMAN (
NYERI)
nyeri pada luka bersifat Invasi Kuman Saprovit
hilang timbul
2. Klien mengatakan
Gangguan integritas jaringan
nyeri bila klien berjalan
dan bertambah berat
saat dibersihkan dan Ulkus diabetikum
terasa ringan saat tidak
digerakkan .
Mengeluarkan zat prostaglandin ,
DO : histamin dan bradikinin
1. Skala 4 (0-10)
2. Ekspresi wajah
Menstimulasi nosiseptor
meringis ketika nyeri
timbul
Mengiritasi ujung saraf perifer
Impuls diteruskan ke thalamus
melalui saraf afferent
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
NYERI
4 DS : Ganggren HAMBATAN
MOBILITAS
1. Klien mengatakan nyeri FISIK
bila klien berjalan dan Invasif kuman saprovit
bertambah berat saat
dibersihkan dan terasa
Gangguan integritas jaringan
ringan saat tidak
digerakkan .
2. klien mengatakan tidak Ulkus diabetikum
dapat melakukan
aktifitasnya tanpa
Nyeri
dibantu
DO :
- Klien lemah Ketidaknyamanan dalam bergerak /
- Kekuatan otot mobilisasi
5 5
3 4 KETERBATASAN MOBILITAS
- Klien dibantu FISIK
keluarganya saat ke
kamar mandi
- Klien dibantu saat
bangun tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP.2 )
TGL
NO MASALAH/DIAGNOSA TGL TERATASI
DITEMUKAN
1. Untuk mengetahui
Gangguan rasa berapa berat nyeri
nyaman (nyeri) 1. Kaji tingkat, yang dialami pasien.
2. Tujuan : rasa frekuensi, dan Sebagai data untuk
berhubungan dengan
nyeri reaksi nyeri yang intervensi selanjutnya
rasa nyeri pada luka dialami pasien.
hilang/berkuran 1. 2. . Nyeri dapat
DS : g dengan
kriteria hasil : menyebabkan klien
- Klien mengatakan a. Penderita 2. Observasi Tanda- cemas sehingga dapat
nyeri pada luka secara verbal tanda vital.
meningkatkan TTV
bersifat hilang mengatakan .
timbul nyeri berkurang
- Klien mengatakan atau hilang. 3. Teknik distraksi dan
nyeri bila klien b. Penderita 3. Ajarkan teknik
relaksasi dapat
berjalan dan dapat distraksi dan
mengurangi rasa nyeri
bertambah berat melakukan relaksasi.
yang dirasakan pasien.
saat dibersihkan metode atau
dan terasa ringan tindakan untuk 4. Posisi yang nyaman
saat tidak
digerakkan . mengatasi nyeri. 4. Atur posisi akan membantu
c. Ekspresi pasien senyaman memberikan
DO : wajah klien mungkin sesuai kesempatan pada otot
untuk relaksasi
rileks. keinginan pasien.
- Skala 4 (0-10) seoptimal mungkin.
d. Tidak ada
- Ekspresi wajah keringat dingin, 5. Kolaborasi
meringis ketika e. tanda vital dengan dokter 5. Obat-obat analgesik
nyeri timbul dalam batas untuk pemberian dapat membantu
normal. analgesik. mengurangi nyeri
S : 36 – 37,5 oC, pasien.
N: 60 – 80 x
/menit, TD :
120/80mmHg,
RR : 18 – 20 x
/menit
1. Kaji dan
identifikasi
Pasien dapat tingkat kekuatan
2. Hambatan otot pada kaki 1. Untuk mengetahui
mencapai
mobilitas fisik pasien. derajat kekuatan otot-
tingkat
3 berhubungan otot kaki pasien.
kemampuan
dengan rasa nyeri
aktivitas yang 2. Beri penjelasan
pada luka tentang
optimal dengan 2. Pasien mengerti
DS : pentingnya
kriteria hasil : pentingnya aktivitas
- Klien mengatakan melakukan
a. Pergerakan sehingga dapat
nyeri bila klien aktivitas untuk
paien bertambah kooperatif dalam
berjalan dan menjaga kadar
luas tindakan keperawatan.
bertambah berat gula darah dalam
b. Pasien dapat
saat dibersihkan keadaan normal.
melaksanakan
dan terasa ringan
aktivitas sesuai
saat tidak 3. Anjurkan pasien
dengan
digerakkan . untuk
kemampuan 3. Untuk melatih otot –
- klien mengatakan menggerakkan/m
( duduk, berdiri, otot kaki sehingg
tidak dapat engangkat berfungsi dengan baik.
melakukan berjalan ).
aktifitasnya tanpa c. Rasa nyeri ekstrimitas
dibantu bawah sesuai
berkurang.
kemampuan.
4. Bantu pasien 4. Agar kebutuhan
DO : d.Pasien dapat dalam memenuhi pasien tetap dapat
- Klien lemah memenuhi kebutuhannya. terpenuhi.
kebutuhan
5. Kolabortasi
sendiri secara pemberian analgesik 5. Analgesik dapat
- Kekuatan otot bertahap sesuai dan tenaga membantu
5 5 fisioterapi. mengurangi rasa
dengan
nyeri, fisioterapi
3 4 kemampuan. untuk melatih pasien
- Klien dibantu n melakukan aktivitas
keluarganya saat ke secara bertahap dan
kamar mandi benar.
Klien dibantu saat
bangun tidur
4. Mengatur posisi
12.30 pasien senyaman
mungkin sesuai
keinginan pasien.
Hasil:
Klien senang dengan
posisi stenga duduk
08.00 5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian antibiotik
Hasil:
klien di injeksi
3 ceftriaxon S: klien mengatakan aktifitasnya di
1gr/12jam/iv
bantu keluarga
O:
3. 10.00 1. Mengkaji dan klien lemah
identifikasi tingkat
klien terbaring di tempat tidur
kekuatan otot pada
kaki pasien. klien keterbatasan gerak
Hasil: berhubungan stabilisasi
-Klien tidak mampu posterior
mengangkat kakinya
terlalu lama aktivitas klien dibantu.
-kekuatan otot klien melakukan ROM aktif dan
ekstremitas .5 5 pasif
34
A: Masalah belum teratasi
2. Memberi
10.30 penjelasan tentang P: lanjutkan intervensi.
pentingnya 1. Kaji dan identifikasi kekutan
melakukan
otot pasien
aktivitas untuk
menjaga kadar 2. Memberi penjelasan tentang
gula darah dalam pentingnya melakukan aktivitas
keadaan normal.
3. Menganjurkan klien melati
Hasil:
klien ekstremitas bawah sesuai
mendengarkan kemampuan
penjelasan tersebut 4. Dekatkan alat – alat yang di
butuhkan klien
3. Anjurkan pasien untuk
menggerakkan/mengan
11.00 gkat ekstrimitas bawah
sesuai kemampuan.
Hasil:
-klien berusaha
menggerakan kakinya
4. Membantu pasien
dalam memenuhi
kebutuhannya.
Hasil
11.20 -semua kebutuhan
klien didekatkan
dengan klien
3 .Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
insulin, pemeriksaan
11.00
kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti
biotik.
S: Klien mengatakan nyeri pada luka
Hasil:
bersifat hilang timbul
Klien diinjeksi insulin
O:
Ekspresi wajah klien meringis
Skala nyeri 3(0-10)
A: masalah belum teratasi
1. Mengkaji tingkat, P: lanjutkan intervensi
frekuensi, dan reaksi 7. mengkaji tingkat nyeri klien
nyeri yang dialami
30/10/1 13.00 8. Mengobservasi tanda-tanda vital
pasien.
2 Hasil: 9. Menciptakan lingkungan tetap
-klien mengatakan nyaman dan tenang
nyeri pada luka
10. Mengajarkan teknik relaksasi
bersifat hilang timbul
-Skala nyeri 3 nafas dalam
-ekspresi wajah ceria 11. Mengatur posisi nyaman
12. Kolaborasi pemberian
2.Mengobservasi Tanda-
tanda vital. antibiotik
09.00 Hasil:
TD:130/80mmHg
N:80x/menit
P:22x/menit
S:36,80 C
3.Mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi.
09.05 Hasil:
klien mempraktekkan cara
teknik relaksasi nafas
dalam