(ppom)
OLEH:
1. Gede sukayasa
2. Hazri sartika
3. Lambe indra ayu
4. Mersianti tangnga layuk
5. Rahmawati u.
6. Riswelin katemba
7. Yulita palangda
KATA PENGANTAR
yang akan datang, dan penyusun juga berharap semoga makalah ini
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang .........................................................................................
Referensi .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak
berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok
pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana
sekitar 10-15 % perokok menderita PPOM. Angka kematian karena emfisema dan
bronchitis kronik pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian
karena PPOM pada bukan perokok.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
B.Etiologi
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran napas
5. Bersifat genetik. (Buku Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Hal.480)
C.Patofisiologi
D.Manifestasi Klinis
1. Batuk-batuk berdahak
2. Dahak berwarna keputih-putihan yang mungkin sampai kelabu (karena partikel-
partikel debu bila ada polusi udara)
3. Bunyi napas tambahan berupa wheezing saat ekspirasi. (Buku Saku Ilmu
Penyakit Paru Hal.179)
E.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan faal paru
4. Pemeriksaan analisa gas darah (arteri). (Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Hal.185)
F.Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan fungsi paru
5. Pemeriksaan gas darah
6. Pemeriksaan EKG
7. Pemeriksaan laboratorium darah ( Kapita Selekta Kedokteran Hal.481)
G.Penatalaksanaan
I.Komplikasi
(Buku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC NOC Edisi 10 Hal. 25, 282)
K.Diagnosa Keperawatan
DS:
DO:
DS:
DO:
DO:
DS:
DO:
DS:
DO:
L.Intervensi
Diagnosa 1
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis. Mengi, krekels, ronki
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
Diagnosa 2
Intervensi :
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu
Rasional :Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea,
dan kerja napas
Rasional :Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral. Keabu-
abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
Diagnosa 3
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissue
Rasional :Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peingkatan kesulitan napas
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering
Rasional :Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori
total
Diagnosa 4
Intervensi :
1. Awasi suhu
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat
Diagnosa 5
Intervensi :
3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak diinginkan
M.Implementasi
Diagnosa 1
1. Mengauskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis. Mengi, krekels,
ronki
2. Mengkaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
3. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
4. Membantu latihan napas abdomen atau bibir
Diagnosa 2
Diagnosa 3
1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
2. Mengauskultasi bunyi napas
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissue
4. Member dorongan periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering
Diagnosa 4
1. Mengawasi suhu
2. Mengkaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat
3. Mengobservasi warna, karakter, bau sputum
4. Menunjukkan dan membantu pasien tentang pembuangan tissue dan sputum.
Tekankan cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan bila
memegang/membuang tissue, wadah sputum
Diagnosa 5
N.Evaluasi
B.Saran
1. Untuk klien
Menghindari faktor resiko :
Anjurkan klien untuk tidak merokok
Anjurkan klien untuk cukup istirahat
Anjurkan klien untuk menghindari alergen
Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
Anjurkan klien untuk mendaptkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
Memberikan dukungan
Anjurkan keluarga utnuk memberi perhatian pada klien
Anjrukan keluarga untuk memantau kondosi klien
Anjurkan keluarga untuk menciptkan lingkungan yang kondusif
REFERENSI