Anda di halaman 1dari 15

Penyakit paru obstruksi menahun

(ppom)

OLEH:
1. Gede sukayasa
2. Hazri sartika
3. Lambe indra ayu
4. Mersianti tangnga layuk
5. Rahmawati u.
6. Riswelin katemba
7. Yulita palangda
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYAKIT

PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)”.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian

bahan, sampai penyusunan, penyusun mendapat bantuan, saran,

petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan

terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam

menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, penyusun

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa

yang akan datang, dan penyusun juga berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makale, November 2016

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................

Daftar Isi .......................................................................................

BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang .........................................................................................

BAB II: Pembahasan


A. Pengertian ................................................................................................
B. Etiologi .....................................................................................................
C. Patofisiologi .............................................................................................
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................
F. Diagnosis..................................................................................................
G. Penatalaksanaan .......................................................................................
H. Tujuan Penatalaksanaan ...........................................................................
I. Komplikasi
J. Data Subjektif dan Data Objektif .............................................................
K. Diagnosa Keperawatan ............................................................................
L. Intervensi
M. Implementasi
N. Evaluasi ...................................................................................................

BAB III: Penutup


A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................

Referensi .......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah suatu penyumbatan


menetap pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronchitis
kronis. PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal. PPOM
juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga di duga ada factor yang
diturunkan.

Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak
berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok
pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana
sekitar 10-15 % perokok menderita PPOM. Angka kematian karena emfisema dan
bronchitis kronik pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian
karena PPOM pada bukan perokok.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian

Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM), adalah semua penyakit


pernapasan yang dikarakteristikkan oleh obstruksi kronis pada aliran udara. Dalam
kategori ini penyebab utama obstruksi bermacam-macam, misalnya inflamasi
jalan napas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan
jalan napas. (Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Hal.152)

B.Etiologi

1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran napas
5. Bersifat genetik. (Buku Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Hal.480)

C.Patofisiologi

Pada bronkitis kronik maupun emfisema terjadi penyempitan saluran


napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas dan
menimbulkan sesak. Pada bronchitis kronik, saluran pernapasan kecil yang
berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok, dan
berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran napas
besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucus. Pada
emfisema paru penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas paru-paru. (Buku Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Hal.480)

D.Manifestasi Klinis

1. Batuk-batuk berdahak
2. Dahak berwarna keputih-putihan yang mungkin sampai kelabu (karena partikel-
partikel debu bila ada polusi udara)
3. Bunyi napas tambahan berupa wheezing saat ekspirasi. (Buku Saku Ilmu
Penyakit Paru Hal.179)

E.Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan faal paru
4. Pemeriksaan analisa gas darah (arteri). (Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Hal.185)
F.Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan fungsi paru
5. Pemeriksaan gas darah
6. Pemeriksaan EKG
7. Pemeriksaan laboratorium darah ( Kapita Selekta Kedokteran Hal.481)

G.Penatalaksanaan

1. Pencegahan: kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara


2. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan:
a) Pemberian antibiotik
b) Terapi oksigen
3. Fisioterapi. (Kapita Selekta Kedokteran Hal.481)

H.Tujuan penatalaksanaan PPOM

1. Mencegah progresi penyakit


2. Menghilangkan gejalah
3. Memperbaiki status kesehatan
4. Mencegah dan mengobati penyulit
5. Mencegah dan mengobati eskasrbasi
6. Menurunkan mortalitas. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010 Hal. 42)

I.Komplikasi

1. Infeksi yang berulang


2. Pneumotoraks spontan
3. Eritrositosis karena hipoksia kronik
4. Gagal napas
5. Kor pulmonal. (Kapita Selekta Kedokteran Hal.480)

J.Data Subjektif dan Data Objektif

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengeluh sesak napas 1. Klien tampak kesulitan bernapas
2. Klien mengatakan batuk dengan 2. Klien batuk yang disertai dengan
produksi sputum setiap hari sputum
3. Klien mengatakan kurang nafsu 3. Auskultasi: bunyi napas mengi
makan 4. Klien tampak kesulitan bernapas
4. Klien mengatakan cepat kenyang 5. Klien tampak sianosis
setelah mengonsumsi makanan 6. Klien tampak kesulitan untuk
5. Klien mengatakan bahwa berbicara
badannya terasa lemah 7. Bising usus hiperaktif
6. Klien mengatakan kurang nafsu 8. Klien menolak untuk makan
makan 9. Membran mukosa klien tampak
7. Klien mengatakan cemas dengan pucat
penyakitnya 10. Penurunan berat badan
11. Klien tampak lemah
12. Leukosit di atas normal
13. Klien tampak cemas
14. Klien sering bertanya tentang
penyakitnya

(Buku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC NOC Edisi 10 Hal. 25, 282)

K.Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan


produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental, penurunan
energy/kelemahan ditandai dengan

DS:

 Klien mengeluh sesak napas


 Klien mengatakan batuk dengan produksi sputum setiap hari

DO:

 Klien tampak kesulitan bernapas


 Klien batuk yang disertai dengan sputum
 Auskultasi: bunyi napas mengi
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, kerusakan alveoli)
ditandai dengan

DS:

 Klien mengeluh sesak napas

DO:

 Klien tampak kesulitan bernapas


 Klien tampak sianosis
 Klien tampak kesulitan untuk berbicara
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispena, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah ditandai dengan
DS:

 Klien mengatakan kurang nafsu makan


 Klien mengatakan cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan

DO:

 Bising usus hiperaktif


 Klien menolak untuk makan
 Membran mukosa klien tampak pucat
 Penurunan berat badan
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan udara (penurunan kerja silia, menetapnya secret). Ditandai dengan

DS:

 Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemah


 Klien mengatakan kurang nafsu makan

DO:

 Klien tampak lemah


 Leukosit di atas normal
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang
informasi/tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan

DS:

 Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya

DO:

 Klien tampak cemas


 Klien sering bertanya tentang penyakitnya

(Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Hal.156, 158, 159, 160)

L.Intervensi

Diagnosa 1

Tujuan :Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas


bersih/jelas

Kriteria Hasil :Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.


Mis. Batuk efektif dan mengeluarkan secret
Intervensi :

1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis. Mengi, krekels, ronki

Rasional :Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan


napas dan dapat dimanefestasikan dengan adanya bunyi napas
adventisius

2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi

Rasional :Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat


ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses
infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi

3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur

Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan


dengan menggunakan gravitasi serta membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada

4. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir

Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan


mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

Diagnosa 2

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan


adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejalah
distress pernapasan

Kriteria Hasil : berpartisipasi dalam program pengobatan dan tingkat


kemampuan/situasi

Intervensi :

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas


bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang

Rasional :Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya


proses penyakit

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu
Rasional :Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea,
dan kerja napas

3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

Rasional :Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral. Keabu-
abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia

4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisap bila diindikasikan

Rasional :Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama


gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan
dibutuhkan bila batuk tidak efektif

Diagnosa 3

Tujuan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat

Kriteria Hasil : menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk


meningkatkan dan mempertahankan berat yang tepat

Intervensi :

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh

Rasional :Pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,


produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyak pasien PPOM
mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun gagal pernapasan
membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
kalori.

2. Auskultasi bunyi napas

Rasional :Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan


motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilhan
makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissue

Rasional :Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peingkatan kesulitan napas

4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering
Rasional :Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori
total

Diagnosa 4

Tujuan :Menyatakan pemahaman penyebab/faktor risiko infeksi

Kriteria Hasil :Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan


lingkungan yang aman

Intervensi :

1. Awasi suhu

Rasional :Demam dapat terjadi karena infeksi dan dehidrasi

2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat

Rasional :Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran secret


untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi paru

3. Observasi warna, karakter, bau sputum

Rasional :Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya


infeksi paru

4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tissue dan sputum.


Tekankan cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan bila
memegang/membuang tissue, wadah sputum

Rasional :Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

Diagnosa 5

Tujuan :Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

Kriteria Hasil :Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam


program pengobatan

Intervensi :

1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/orang


terdekat untuk menanyakan pertanyaan

Rasional :Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan


partisipasi pada rencana pengobatan
2. Instruksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan
kondisi umum

Rasional :Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan


otot, dan rasa sehat

3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak diinginkan

Rasional :Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus


yang mempunyai efek samping hamper sama dan potensial
interaksi obat

4. Sistem alat untuk mencatat obat intermiten/penggunaan inhaler

Rasional :Menurunkan risiko penggunaan tak tepat/ kelebihan dosis dari


obat kalau perlu, khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif
terganggu. (Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Hal.156,
158, 159, 160

M.Implementasi

Diagnosa 1

1. Mengauskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis. Mengi, krekels,
ronki
2. Mengkaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
3. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
4. Membantu latihan napas abdomen atau bibir

Diagnosa 2

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,


napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang
2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah
untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu
3. Mengkaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Memberikan dorong mengeluarkan sputum; penghisap bila diindikasikan

Diagnosa 3

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
2. Mengauskultasi bunyi napas
3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tissue
4. Member dorongan periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering

Diagnosa 4

1. Mengawasi suhu
2. Mengkaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat
3. Mengobservasi warna, karakter, bau sputum
4. Menunjukkan dan membantu pasien tentang pembuangan tissue dan sputum.
Tekankan cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan bila
memegang/membuang tissue, wadah sputum

Diagnosa 5

1. Menjelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/orang


terdekat untuk menanyakan pertanyaan
2. Menginstruksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan
kondisi umum
3. Mendiskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak diinginkan

N.Evaluasi

1. Tidak terjadi peningkatan produksi secret, ventilasi/oksigenasi adekuat untuk


kebutuhan
2. Tidak terjadi gangguan prtukaran gas, mempertahankan tingkat oksigen yang
adekuat untuk keperluan tubuh
3. Nafsu makan klien telah meningkat
4. Risiko infeksi bisa di cegah
5. Klien sudah mengerti tentang penyakitnya
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM), adalah semua penyakit


pernapasan yang diakrakteristikkan oleh obstruksi kronis pada aliran udara. Dalam
kategori ini penyebab utama obstruksi bermacam-macam, misalnya inflamasi
jalan napas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan
jalan napas.

Penyebab PPOM: Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap,


dan gas-gas kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran napas, dan biasanya
bersifat genetik.

Tanda dan gejalah PPOM: Batuk-batuk berdahak, dahak berwarna


keputih-putihan yang mungkin sampai kelabu (karena partikel-partikel debu bila
ada polusi udara), bunyi napas tambahan berupa wheezing saat ekspirasi.

B.Saran

1. Untuk klien
 Menghindari faktor resiko :
 Anjurkan klien untuk tidak merokok
 Anjurkan klien untuk cukup istirahat
 Anjurkan klien untuk menghindari alergen
 Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
 Anjurkan klien untuk mendaptkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
 Memberikan dukungan
 Anjurkan keluarga utnuk memberi perhatian pada klien
 Anjrukan keluarga untuk memantau kondosi klien
 Anjurkan keluarga untuk menciptkan lingkungan yang kondusif
REFERENSI

 Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3


 Buku Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1
 Buku Saku Ilmu Penyakit Paru
 Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010

Anda mungkin juga menyukai