Anda di halaman 1dari 9

PRARANCANGAN

3 3190
𝐻2 = √ × 7.3
3328

3
𝐻2 = √0.95853 𝑥 7.3

𝐻2 = 0.9859 × 7.3

𝐻2 = 7.19 𝑚

5. FreeBoard (Fb)

Lambung timbul, merupakan jarak antara tinggi kapal sampai dengan sarat
kapal. Penentuan lambung timbul sangat berpengaruh terhadap cadangan daya
apung dan stabilitas kapal yang dipengaruhi oleh pengaruh dari dorongan
angin.Penentuan freeboard dapat ditentukan dengan rumus:

𝐹𝑏 = 𝐻 − 𝑇

𝑓𝑏 = 7.19 − 5,22

𝑓𝑏 = 1.97 𝑚 (memenuhi)

Freeboard akan berpengaruh pada volume ruang muat sebuah kapal


dimana, semakin kecil Fb yang didapatkan maka volume ruang muat kapal
tersebut besar.

Berdasarkan buku Penentuan froude number berdasarkan buku “Ship


Design For Efficiency and Economy” oleh H. Schneekluth and V. Bertram. Hal
20, standar minimum freeboard untuk kapal dengan panjang 74 m adalah 784

6. Froud Number (Fn)


Penentuan froude number berdasarkan buku “Ship Design For Efficiency
and Economy” oleh H. Schneekluth and V. Bertram. Hal 2 dengan rumus
empiris

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

T = Sarat kapal

Sehingga :
0,705
𝐶𝑝ℎ =
0,80
𝐶𝑝ℎ = 0,878

2.7 Penentuan Displacement , Volume dan Koreksi Displacement


Kapal Rancangan.

Displacement, merupakan banyaknya berat air yang didesak/dipindahkan


akibat berat kapal yang tercelup kedalam air. Untuk menentukan
displacement kapal dapat menggunakan rumus:

Δ1= LWL x B x T x Cb x  x c
∆ = 81.01 × 14.79 × 5,22 × 0,705 × 1,025 × 1,0075
∆ = 4561.46 𝑇𝑜𝑛

Dalam buku "Ship Design and Ship Theory" oleh Harvald POEHLS hal 4
range untuk DWT/Δ adalah 0,45 - 0,85
𝐷𝑊𝑇⁄∆ = 3190⁄4561.46
𝐷𝑊𝑇⁄∆ = 0,70 (memenuhi)

Berdasarkan data diatas saya menganalisis bahwa dengan harga displacement


dan koefisien DWT yang relatif besar mengasumsikan bahwa kapal rancangan
terebut sangat ekonomis di lihat dri koefisien displacmennta CD yang memiliki
harga 0.70. Dari kalkulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kapal rancangan
ini memiliki komponen DWT yang lebih besar daripada komponen LWT
sehingga dengan besarnya komponen DWT maka kapal dapat memilki payload
yang cukup besar daripada perbekalan sehingga dapat disimpulkan bahwa
kapal ini ekonomis. Hal tersebut merupakan kondisi yang baik bagi jenis kapal
general cargo yang lebih menitikberatkan pada muatan yang besar.

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

BAB V
KONTROL RUANG MUAT
5.1. Koreksi Ruang Kapal

Koreksi ruang muat merupakan komponen penting dalam merancang


kapal utamanya dalam merancang kapal jenis general cargo karena muatan sangat
berpengaruh terhadap volume ruang muat kapal. Dimana volume ruang muat pada
kapal merupakan volume keselurhan kapal tanpa memasukkan volume ruang
ceruk buritan, volume ruang ceruk haluan, volume ruang kamar mesin dan
volume double bottom.

𝑉𝑟𝑚 = 𝑉𝐻 − 𝑉𝐾𝑀 − 𝑉𝐶𝑏 − 𝑉𝑐ℎ − 𝑉𝑑𝑏

Terdapat banyak metode dalam menentukan volume kapal namun untuk


meyelesaikan tugas ini, saya menggunakan metode rumus empiris.

5.2. Rumus Empiris


Dalam buku “Element of Ship Design” oleh R. Munro-Smith dan M.Sc.,
C.Eng., FRINA, hal. 43-44 untuk menghitung volume ruang muat/kapasitas total
kapal digunakan rumus empiris

𝑉𝑟𝑚 = 𝐿 × 𝐵 × 𝐷𝑐 × 𝐶𝑏

Dimana: L = Panjang ruang muat


B = Lebar Kapal
Dc = Tinggi Kapal + ½ Camber + 1/6 (Sheer forward + Sheer aft) –
Tinggi double bottom
Cb = Cb di 85% dari Tinggi kapal
Sehingga untuk mencari berapa volume kapal terlebih dahulu mencari
nilai Dc dan nila Cb, karena nilai L dan B telah di ketahui
1. Mencari nilai Cb

Berdasarkan buku “Element of Ship Design” oleh R. Munro-Smith dan


M.Sc., C.Eng., FRINA, hal.44 cara menghitung Cb adalah

85% 𝐻 = (0,85 × 𝐻) − 𝑇

85% 𝐻 = (0,85 × 7.19) − 5.22

85% 𝐻 = 6,115 − 5,22

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

85% 𝐻 = 0,8915 𝑚

Maka Cb saat 85% H adalah :

1
𝐶𝑏 = 𝐶𝑏 + (85%𝐻 × )
(10 × 𝑇)

1
𝐶𝑏 = 0,705 + (0,8915 × )
(10 × 5,22)

1
𝐶𝑏 = 0,705 + (0,8915 × )
52,2

𝐶𝑏 = 0,705 + (0,8915 × 0,01915)

𝐶𝑏 = 0,705 + (0,017)

𝐶𝑏 = 0,722

2. Mencari nilai Dc

1. Jarak Gading Normal

Berdasarkan BKI volume II section 9-Framing System Hal 9-1


Untuk jarak gading normal adalah 600 mm atau 0,6 m

2. Jarak Sekat Ceruk Haluan dari forepeak

𝑆ℎ = (5~8)% × 𝐿𝐵𝑃

𝑆ℎ = 5% × 77.89 𝑚

𝑆ℎ = 3,9 𝑚

Saya mengambil jarak sekat ceruk buritan sebesar 5% dari LBP dengan
tujuan untuk mendapatkan jarak ruang muat yang besar sehingga
berimplikasi pada volume ruang muat yang besar pula.

3. Jarak ceruk buritan dari afterpeak

𝑆𝑏 = (3~5) × 𝐴𝑜
D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.
PRARANCANGAN

𝑆𝑏 = 3 × 0,6 𝑚

𝑆𝑏 = 2 𝑚

Saya mengambil jarak ceruk buritan sebsar 3 m dari ao dengan tujuan


untuk mendapatkan panjang ruang muat yang besar sehingga akan
berimlikasi pada volume ruang muat yang besar pula. Dalam hal ini
saya sudah mengestimasi pada panjang mesin yang digunakan.

4. Panjang Kamar mesin

𝐿𝑘𝑚 = 𝐿𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 + 5 𝑚

𝐿𝑘𝑚 = 4,89 𝑚 + 5 𝑚

𝐿𝑘𝑚 = 9.89 𝑚

5. Tinggi Double Bottom

350 + (45 × 𝐵)
𝐻𝑑𝑏 =
1000
350 + (45 × 14.78)
𝐻𝑑𝑏 =
1000
350 + 665
𝐻𝑑𝑏 =
1000
1015
𝐻𝑑𝑏 =
1000
𝐻𝑑𝑏 = 1,01 𝑚

6. Panjang Ruang Muat

𝐿𝑟𝑚 = 𝐿𝐵𝑃 − (𝑆ℎ + 𝑆𝑏 + 𝐿𝑘𝑚)

𝐿𝑟𝑚 = 77.89 𝑚 − (3,9 𝑚 + 2 𝑚 + 9,89 𝑚)

𝐿𝑟𝑚 = 77,89 𝑚 − (15,79 𝑚)

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

𝐿𝑟𝑚 = 62,2

7. Perhitungan sheer haluan dan buritan

Berdasarkan buku “Ship Design and Construction” oleh Robert


Taggart, hal 183 perhitungan sheer sebagai berikut.

1. 𝐴𝑝 = 25 × (𝐿⁄3 + 10)

𝐴𝑝 = 25 × (77.89⁄3 + 10)

𝐴𝑝 = 25 × (25,9 + 10)

𝐴𝑝 = 25 × (35,9)

𝐴𝑝 = 897,5 𝑚𝑚
1
2. 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 11,1 (𝐿⁄3 + 10)
6

1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 11,1 × (77,89⁄3 + 10)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 11,1 × (25,96 + 10)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 11,1 × (35,96)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 399,156 𝑚𝑚
6
1
3. 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 2,8 (𝐿⁄3 + 10)
3

1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 2,8 (77,89⁄3 + 10)
3
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 2,8 × (25,96 + 10)
6

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 2,8 × (35,96)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 100,688 𝑚𝑚
6
4. 𝐴𝑚𝑖𝑑𝑠ℎ𝑖𝑝𝑠 = 0

1 1
𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐴𝑓𝑡 = 𝐴𝑃 + 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 + 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 + 𝐴𝑚𝑖𝑑𝑠ℎ𝑖𝑝
6 3
𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐴𝑓𝑡 = 897,5 + 399,156 + 100,688 + 0

𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐴𝑓𝑡 = 1397,344 𝑚𝑚 ≅ 1,4 𝑚

5. 𝐹𝑃 = 50 × (𝐿⁄3 + 10)

𝐹𝑃 = 50 × (77,89⁄3 + 10)

𝐴𝑃 = 50 × (25,96 + 10)

𝐴𝑝 = 50 × (35,96)

𝐴𝑝 = 1798 𝑚𝑚
1
6. 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑝 = 22,2 (𝐿⁄3 + 10)
6

1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 22,2 (77,89⁄3 + 10)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 22,2 × (25,96 + 10)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 22,2 × (35,96)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 798,312 𝑚𝑚
6
1
7. 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑃 = 5,6 (𝐿⁄3 + 10)
3

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.


PRARANCANGAN

1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 5,6 (77,89⁄3 + 10)
3
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 5,6 × (25,96 + 10)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 5,6 × (35,96)
6
1
𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑃 = 201,376 𝑚𝑚
6
8. 𝐴𝑚𝑖𝑑𝑠ℎ𝑖𝑝𝑠 = 0

1 1
𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 = 𝐹𝑃 + 6 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑃 + 3 𝐿 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐹𝑃 + 𝐴𝑚𝑖𝑑𝑠ℎ𝑖𝑝

𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 = 1798 + 798,312 + 201,376 + 0

𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 = 2797,688 𝑚𝑚 ≅ 2,78 𝑚

Maka :

1 1
𝐷𝑐 = 𝐻 + 𝐶𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 + (𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 + 𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐴𝑓𝑡) − 𝐻𝑑𝑏
2 6
1 1 1
𝐷𝑐 = 𝐻 + ( × 𝐵) + (𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐴𝑝 + 𝑆ℎ𝑒𝑒𝑟 𝐹𝑝) − 𝐻𝑑𝑏
2 50 6
1 1 1
𝐷𝑐 = 7,22 + 2 (50 × 14,78) + 6 (1,4 + 2,78) − 1.01

1 1
𝐷𝑐 = 7,22 + 2 (0,296) + 6 (4,18) − 1.01

𝐷𝑐 = 7,22 + 0,148 + 0,696 − 1.01

𝐷𝑐 = 7,054 ≅ 7

Setelah mengetahui nilai Cb dan Dc kita dapat mencari berapa volume ruang muat
dengan rumus diatas, sehingga volume ruang muat adalah :

𝑉𝑟𝑚 = 𝐿 × 𝐵 × 𝐷𝑐 × 𝐶𝑏

𝑉𝑟𝑚 = 77,89 × 14,78 × 7 × 0,705

𝑉𝑟𝑚 = 5681,24 ≅ 5681 𝑚3


D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.
PRARANCANGAN

Jadi, volume ruang muat dari kapal yang akan di rancang adalah sebesar 5681 𝑚3

D31116316 |MUHAMMAD ANNASH S.

Anda mungkin juga menyukai