Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGGOLONGAN OBAT DAN CONTOHNYA

Disusun oleh :
Renalda Rengkung
Kelas D

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan S1
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penggolongan obat dan contohnya” ini dengan seksama dan tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Kami berharap agar makalah
ini dapat diterima dan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada
umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan waktu dan kemampuan
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran yang membangun
dari rekan-rekan, dan dosen senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas
makalah ke depan.

Gorontalo, 27 Agustus 2019


Penulis

Renalda Rengkung

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 5
Bab II. Pembahasan
2.1 Definisi Obat ..................................................................................... 6
2.2 Penggolongan obat dan contohnya.................................................... 6
2.3 Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya .. 8
2.4 Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian .............................. 8
2.5 Penggolongan Obat berdasarkan golongan kerja obat ...................... 9
2.6 Penggolongan Obat tradisional ......................................................... 12
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah
ditemukan dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut
juga semakin banyak (Depkes RI, 2008). Kemajuan yang pesat di bidang
kedokteran dan farmasi telah menyebabkan produksi berbagai jenis obat
meningkat sangat tajam. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai
fungsi pengaruh kolektif salah satunya dari faktor predisposisi antara lain
pengetahuan, sikap, dan persepsi (ISFI, 2008). Obat pada dasarnya
merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan
penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI, 2008).
Obat adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat
membahayakan penggunanya, tetapi jika obat digunakan dengan tepat dan
benar maka diharapkan efek positifnya akan maksimal dan efek negatifnya
menjadi seminimal mungkin (ISFI, 2008). Oleh karena itu sebelum
menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar
penggunaannya tepat dan aman (Depkes RI, 2008).
Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap
pengunjung apotek (Green et al., 1980). Ketidak pahaman pasien karena
kurangnya pengetahuan terhadap terapi yang sedang dijalaninya akan
meningkatkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya
(Perwitasari, 2010). Faktor tersebut biasanya karena kurangnya informasi
mengenai pengobatan dan hal-hal tentang obat, maka pasien melakukan self-
regulation terhadap terapi obat yang diterimanya (Depkes RI, 2007).
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang
rasional oleh pasien (Vinker et al, 2007). Sumber informasi obat bisa
didapatkan secara tulisan, verbal dan lain-lain (Maesadji, 2007).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui definisi obat?
2. Bagaimana mengetahui penggolongan obat?
3. Bagaimana mengetahui obat berdasarkan kerja obat?
4. Bagaimana mengetahui penggolongan obat tradisional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Obat.
2. Untuk mengetahui penggolongan obat.
3. Untuk mengetahui obat berdasarkan golongan kerja obat
4. Untuk mengetahui penggolongan obat tradisional.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat
Obat adalah suatu bahan atau panduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dsalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.
2.2 Penggolongan Obat dan Contohnya
obat-obatan di apotek bermacam-macam sekali jenisnya, sehingga
kadang-kadang kita merasa bingung untuk membelinya. Secara umum
obat apotek digolongkan menjadi 5 jenis:
1. Obat bebas
Tanda: Lingkaran hijau dikelilingi garis hitam. Obat ini dapat dibeli
bebas diapotek tanpa resep dari dokter.
Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B
Compleks, E dan Obat batuk hitam

2. Obat Bebas Terbatas


Tanda: Lingkaran biru dikelilingi garis hitam.

Obat ini juga dapat dibeli bebas yaitu ada tanda peringatan
dikemasan/kotak obat. Contoh: awas obat keras baca aturan pakainya

6
atau awas obat keras hanya untuk bagian luar. bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih.

3. Tanda: Lingkaran merah dikelilingi garis hitam, ada huruf “K” didalam
lingkaran tersebut. Obat ini diperoleh diapotek harus dengan resep dokter.
Contoh :
- Andrenalinum
- Antibiotika
- Antihistaminika, dan lain-lain

4. Obat psikotropika
Tanda: Sama dengan obat keras
Obat ini juga diperoleh harus dengan resep dokter dan obat ini memiliki
efek ketagihan, contohnya: diazepam. Pembeli harus melengkapi alamat
ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan
ditanya oleh pegawai apotek).
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk
ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk
pengobatan. Contohnya : metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid
diathylamine (LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan
sudah didaftarkan. Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan
klordiazepoksid.

7
5. Obat narkotika
Tanda:

Obat ini harus dengan resep dokter. Pembeli juga harus melengkapi
alamat ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan
ditanya pegawai apotek).
Contoh :
- Tanaman Papaver Somniferum
- Tanaman Koka
- Tanaman ganja
- Heroina
- Morfina
- Ovium
- Kodeina

2.3 Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya


Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya dibagi
menjadi 2 :
a. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan
mineral)
Tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung)
dll
Hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
Mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
b. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-
reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol
dan asam salisila.

2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian


Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

8
a. Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh
tablet, kapsul, serbuk, dll
b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan
terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di
dalam tubuh
c. Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk
ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet
hisap, hormon-hormon
d. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial
f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal.

2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat

A. Anti Biotik
Anti biotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk
melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia.
Anti biotik di kategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai
berikut :
i. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik
yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses
reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri
dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin,
oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga,
saluran pernapasan, dan lain-lain. ). Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan
Amoksisilin

9
ii. Sefalosporin (Cephalosporins)
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pencernaan bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih
(kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa
generasi, yaitu :
- Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.
- Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
- Sefalosporin generasi ketiga, untk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.
iii. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein
bakteri. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : amikasin, gentamisin, neomisin sulfat, netilmisin.
iv. Makrolid (Macrolides)
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian
atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran
nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire
(penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun
contoh obat yang termasu dalam golongan ini antara
lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin
v. Makrolid (Macrolides)
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian
atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran
nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire
(penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula

10
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun
contoh obat yang termasu dalam golongan ini antara
lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin
vi. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotic yang
secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri.

vii. Tetrasiklin (Tetracyclines)


Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis
yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi
lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,
konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit
menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis
jerawat. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin.
viii. Polipeptida (Polypeptides)
Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama
digunakan pada permukaan kulit saja. Ketika disuntikan ke dalam
kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti
kerusakan ginjal dan saraf. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : gentamisin dan karbenisilin.

B. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu,
meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang
terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien dan kedua
memperlambat atau membatasi perusakan jaringan (Katzung, 2002).

11
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke
dalam golongan steroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993) :
i. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal
dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs)
adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang).
Contoh : Aspirin
ii. Obat antiinflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah
menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan
prostaglandin maupun leukotrien. Contoh : hidrokortison,
deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason,
triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon
asetonid dan fluokortolon.

C. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada
reaksi alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme
kerja Anti histamin digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti
histamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat
menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang
mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala alergi karena
musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin
HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim, Antimo), Karbinoksamin
HCl (Clistin), Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin
Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).
ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing
interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat
sekresi asam lambung. Antagonis H2 terdiri dari :Semitidin (Cimet,
Corsamet, Nulcer, Tagamet, Ulcadine), Ranitidin, HCl (Ranin, Ranatin,
Ranatac, Zantac, Zantadin), Famotidin (Facid, Famocid, Gaster
Ragastin, Restidin).

2.6 Penggolongan Obat Tradisional

12
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Dengan semakin
berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang
membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi
mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Pembuatan sediaan yang lebih
praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji
klinik.
Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu ;
1. Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan
tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat tradisional ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis
klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata “secara tradisional
digunakan untuk .......” atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran
sediaan di BPOM.
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur
2. Obat Herbal Terstandar
OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Contoh OHT : Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac,
Glucogarp, Hi Stimuno, Irex Max, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat
Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur, Sehat Tubuh,
Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon. Kriteria obat herbal terstandar :
- Aman

13
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis
untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan
obat modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh
bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Oleh karena itu, dalam
pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern, tenaga ahli, dan
biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka : Nodiar (Kimia Farma),
Rheumaneer (Nyonya Meneer), Stimuno (Dexa Medica), Tensigard
Agromed (Phapros), X-Gra (Phapros).
Kriteria fitofarmaka :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan ujin klinis
- Menggunakan bahan baku terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat adalah suatu bahan atau panduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dsalam menetapkan diagnosis,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Obat tradisional
Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat
tradisional atau jamu dan fitofarmaka.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tjay,T.H. dan Rahardja.K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima


Cetakan Kedua.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Katzung, G.Bertram. (2007) .Basic & Clinical Pharmacology-10th
Ed. The McGraw-Hill Companies.Inc,New York.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:
Buku Kedokteran

16

Anda mungkin juga menyukai