Anda di halaman 1dari 26

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

IAS 1

Presentation of Financial Statements


Disusun Oleh:

Stephanie Baliwerti 1811070087

KELAS 6204

Dosen: Dr. Reschiwati, S.E.,Ak.,M.M.

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA

(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)

PERBANAS

JAKARTA

PROGAM STUDI AKUNTANSI

2019
A. PENDAHULUAN

International Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah


standar pelaporan keuangan internasional yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi
Internasional (IASB). Yang menjabarkan pedoman penyajian laporan keuangan dan
menetapkan persyaratan minimum dalam menyusun laporan keuangan. Yang berlaku untuk
semua laporan keuangan secara umum yang didasarkan pada International Financial Reporting
Standard (IFRS).

Yang dimaksud dengan laporan keuangan dalam IAS 1 adalah suatu penyajian terstruktur
dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan, yang dimaksud dengan
laporan keuangan bertujuan umum (Disebut sebagai 'laporan keuangan') adalah laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang tidak dalam posisi untuk
dapat meminta suatu entitas mempersiapkan laporan sesuai dengan kebutuhan informasi khusus
mereka.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.
Untuk memenuhi tujuan ini, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas
meliputi:
a. aset;
b. liabilitas;
c. ekuitas;
d. pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;
e. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan
f. arus kas.
Informasi di atas, beserta dengan informasi lainnya dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas dan,
khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

1
IAS 1 diubah lalu diterbitkan kembali pada bulan September 2007 dan berlaku untuk
periode tahunan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009. Perubahan dimaksudkan untuk
menggambarkan perubahan dalam istilah yang berdampak pada standar akuntansi lainnya.
Perubahan tersebut meliputi:

Sebelum revisi 2007 Setelah Revisi 2007

Balance Sheet Statement of Financial Position

Cash Flow Statement Statement of Cash Flows

Income Statement Statement of Comprehensive Income.

recognised in the income statement recognised in profit or loss

recognised [directly] in equity (only for OCI recognised in other comprehensive


components) income

recognised [directly] in equity (for recognition recognised outside profit or loss (either in
both in OCI and equity) OCI or equity)

removed from equity and recognised in profit or reclassified from equity to profit or loss
loss ('recycling') as a reclassification adjustment

Standard or/and Interpretation IFRSs

on the face of in

equity holders owners (exception for 'ordinary equity


holders')

balance sheet date end of the reporting period

reporting date end of the reporting period

after the balance sheet date after the reporting period

Suatu entitas harus menerapkan standar ini dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bertujuan umum sesuai dengan International Financial Reporting Standards (IFRSs).
IFRS lainnya mengatur persyaratan pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi
tertentu dan peristiwa lainnya.

2
Standar ini tidak diterapkan untuk struktur dan isi dari laporan keuangan interim ringkas
yang disusun sesuai dengan IAS 34 Laporan Keuangan Interim. Namun, paragraf 15-35 berlaku
untuk laporan keuangan tersebut. Standar ini berlaku sama untuk semua entitas, termasuk yang
menyajikan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan IFRS 10 Laporan Keuangan
Konsolidasian dan yang menyajikan laporan keuangan tersendiri ini sesuai dengan IAS 27
Laporan Keuangan Tersendiri.

Standar ini menggunakan terminologi yang cocok untuk entitas yang berorientasi
keuntungan, termasuk badan usaha sektor publik. Jika entitas non profit di sektor swasta atau
sektor publik menerapkan standar ini, mereka mungkin perlu untuk mengubah deskripsi
digunakan untuk baris item tertentu dalam laporan keuangan dan untuk laporan keuangan itu
sendiri. Demikian pula, entitas yang tidak memiliki ekuitas sebagaimana didefinisikan dalam
IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian (misalnya beberapa reksa dana) dan entitas yang modal
sahamnya bukan ekuitas (misalnya beberapa koperasi) mungkin perlu menyesuaikan penyajian
laporan keuangan anggota atau pemegang unit penyertaan kepentingan.

B. TUJUAN

Tujuan IAS 1 adalah untuk:

a. menetapkan dasar penyajian laporan keuangan bertujuan umum ;

b. memastikan keterbandingan dengan laporan keuangan entitas pada periode sebelumnya


maupun dengan laporan keuangan entitas lain ; dan

c. mengatur persyaratan yang menyeluruh untuk penyajian laporan keuangan, pedoman


struktur laporan keuangan , dan ersyaratan minimal untuk isi laporan keuangan.

C. PERANGKAT LAPORAN KEUANGAN YANG LENGKAP

Suatu entitas harus secara jelas mengidentifikasi laporan keuangan dan membedakannya
dari informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama. IFRS hanya berlaku untuk laporan
keuangan dan tidak untuk informasi lain yang disajikan dalam laporan tahunan atau dokumen
lainnya. Oleh karena itu sangat penting bahwa pengguna dapat membedakan laporan yang

3
disusun sesuai IFRS dengan informasi lain yang mungkin bermanfaat bagi pengguna tetapi
bukan subjek dari persyaratan.

Suatu entitas harus secara jelas mengidentifikasi setiap laporan keuangan dan catatan atas
laporan keuangan. Selain itu, suatu entitas harus menyajikan informasi berikut ini secara jelas,
dan mengulangnya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami:

a. nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan informasi
dari akhir periode laporan sebelumnya;

b. apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas;

c. tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan atau
catatan atas laporan keuangan;

d. mata uang pelaporan, sebagaimana didefinisikan dalam IAS 21; dan

e. pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

1) laporan posisi keuangan pada akhir periode;

2) laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain selama periode;

3) laporan perubahan ekuitas selama periode;

4) laporan arus kas selama periode;

5) catatan atas laporan keuangan, yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lainnya;

Ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya maka entitas perlu menyajikan informasi komparatif pada laporan keuangan
periode berjalan.

1. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode

Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:

(A) Aset Tetap/ Property, Plant and Equipment;

(B) Properti Investasi;

4
(C) Aset tidak berwujud;

(D) Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan (i));

(Da)Kelompok kontrak dalam lingkup IFRS 17 yang merupakan aset, dipisahkan


sebagaimana diatur dalam paragraf 78 dari IFRS 17;

(E) Investasi dengan menggunakan metode ekuitas;

(F) Aset biolojik dalam ruang lingkup IAS 41 Pertanian;

(G) Persediaan;

(H) Piutang usaha dan piutang lainnya;

(I) kas dan setara kas;

(J) total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset termasuk
dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai
dengan IFRS 5 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi Dihentikan;

(K) utang dagang dan utang lain;

(L) provisi/ kewajiban diestimasi;

(M) liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l));

(Ma)kelompok kontrak dalam lingkup IFRS 17 yang merupakan kewajiban, dipisahkan


sebagaimana diatur dalam paragraf 78 dari IFRS 17;

(N) liabilitas dan aset untuk pajak kini, sebagaimana didefinisikan dalam IAS 12
Penghasilan Pajak;

(O) liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam IAS 12;

(P) liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5;

(Q) kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan

(R) modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul, dan subtotal dalam laporan posisi keuangan
jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman posisi keuangan entitas. Berikut contoh
format sederhana yang menunjukan bagan dan klasifikasi laporan posisi keuangan.
5
Suatu entitas harus menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan kecuali
penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat
diandalkan. Ketika pengecualian tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dan
liabilitas berdasarkan urutan likuiditas.

Apapun metode penyajian yang digunakan, entitas mengungkapkan jumlah yang


diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap
pos aset dan laibilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan
atau diselesaikan:

a. tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan, dan

b. lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan.

 Aset Lancar

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:

6
a. mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
b. memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
c. mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan; atau
d. kas atau setara kas (sebagaimana didefinisikan dalam IAS 7) kecuali aset tersebut
dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk melunasi liabilitas untuk setidaknya
dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan semua aset yang tidak termasuk kategori di atas sebagai aset
tidal lancar.

 Liabilitas Jangka Pendek

Entitas harus mengklasifikasikan suatu liabilitas jangka pendek jika:

a. entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi


normal;

b. memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

c. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan; atau

d. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut lain sebagai
liabilitas jangka panjang.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas jangka pendek jika


laibilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan, meskipun:

a. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan;
dan

b. perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran, atas


dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
laporan keuangan diterbitkan.

7
 Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau CaLK

Entitas mengungkapkan, baik di laporan posisi keuangan atau di di catatan atas laporan
keuangan, sub-klasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat
sesuai dengan operasi entitas.

Entitas mengungkapkan hal berikut dalam laporan posisi keuangan/ laporan perubahan
ekuitas/ CaLK:

a. untuk setiap jenis saham:

i. jumlah saham modal dasar;

ii. jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi tidak
disetor penuh;

iii. nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal;

iv. rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;

v. hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk
pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;

vi. saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau
entitas asosiasi; dan

vii. saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan
saham, termasuk jumlah dan persyaratan;

b. penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.

2. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode

Laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif)
menyajikan:

a. laba rugi,
b. total pendapatan komprehensif lain, dan
c. pendapatan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total laba rugi dan pendapatan
komprehensif lain.

8
Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan pendapatan
komprehensif lain, sebagai alokasi dari laba rugi dan pendapatan komprehensif lain untuk
periode berjalan.

a. Laba/Rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada


1. kepentingan non-pengendali
2. pemilik entitas induk
b. Pendapatan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan kepada
1. kepentingan non pengendali
2. pemilik entitas induk
Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan terpisah, maka entitas menyajikan (a)
dalam laporan tersebut.

 Bagian Laba Rugi

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, yang tidak termasuk dalam komponen
pendapatan komprehensif lain. Pada bagian ini, entitas setidaknya menyajikan:

a. Pendapatan
b. Keuntungan dan kerugian dari penghentian pengakuan aset keuangan yang diukur
dengan biaya amortisasi
c. Biaya keuangan
d. Bagian penghasilan dari entitas asosiasi dan joint venture yang menggunakan metode
ekuitas
e. Beban pajak
f. Jumlah tersendiri dati total pos dihentikan.
Suatu entitas harus mengakui seluruh pos-pos pendapatan dan beban pada suatu periode
dalam laba rugi kecuali suatu IFRS mensyaratkan atau memperkenankan lain. Jika entitas
menyajikan laporan laba rugi terpisah, maka entitas tidak menyajikan bagian laba rugi dalam
laporan yang menyajikan pendapatan komprehensif.

 Bagian pendapatan komprehensif lain


9
Bagian pendapatan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah pendapatan
komprehensif lain dalam periode berjalan, diklasifikasikan berdasarkan sifat (termasuk bagian
pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
menggunakan metode ekuitas) dan dikelompokkan, sesuai dengan IFRS lainnya:

a. tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi; dan

b. akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.

Entitas tidak diperkenankan untuk meyajikan pos-pos penghasilan dan beban seperti pos
luar biasa dalam laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain atau dalam catatan atas
laporan keuangan Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap
komponen dari pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik
dalam laporan pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.

 Informasi yang disajikan dalam laporan dari laba rugi dan pendapatan komprehensif lain
atau CaLK

Ketika pos-pos pendapatan atau beban bernilai material, maka entitas mengungkapkan sifat
dan jumlahnya secara terpisah.

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan
klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan
informasi yang andal dan lebih relevan. Entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan
fungsi mengungkapkan informasi tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan
dan amortisasi, dan beban imbalan kerja.

10
3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagaimana disyaratkan IFRS. Laporan


perubahan ekuitas memuat informasi sebagai berikut.

a. Total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang menunjukkan secara


terpisah jumlah total yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan nonpengendali.

b. Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif.

c. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

1) Laba rugi

2) Penghasilan komprehensif lain

3) Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan


secara terpisah kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

Untuk setiap komponen ekuitas suatu entitas harus menyajikan, baik dalam laporan
perubahan ekuitas atau dalam catatan, analisis pendapatan komprehensif lain berdasarkan pos.
Suatu entitas harus menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode
tersebut, dan nilai dividen per saham.
11
Berikut adalah contoh umum format laporan perubahan ekuitas.

4. Laporan Arus Kas selama periode

Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. IAS 7 mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan
informasi arus kas.

Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Penyajian ketiga aktivitas terebut dengan cara yang
paling sesuai dengan bisnisnya. Suatu transaksi tunggal dapat diidentifikasikan ke dalam lebih
dari satu aktivitas misal pelunasan pinjaman dan bunganya sebagai pendanaan dan operasi.

Metode yang dapat digunakan dalam menyusun laporan arus kas adalah:

a. Metode langsung, kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto
diungkapkan.

b. Metode tidak langsung, laba disesuaikan dengan mengoreksi transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dan unsur penghasilan/beban yang terkait aktivitas investasi dan
pendanaan.

Berikut adalah contoh format laporan arus kas.

12
5. Catatan Atas Laporan Keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lainnya

Catatan atas laporan keuangan:

a. menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
tertentu yang digunakan;

b. mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh IFRS yang tidak disajikan di bagian lain
dalam laporan keuangan; dan

c. memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian lain dalam laporan keuangan, tapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Suatu entitas harus, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara
sistematis. Entitas membuat referensi silang atas masing-masing pos dalam laporan posisi
keuangan dan dalam laporan dari laba rugi dan pendapatan komprehensif lainnya, dan dalam

13
laporan perubahan ekuitas dan arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan sebagai berikut,
untuk membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan laporan keuangan entitas
lain:

1. pernyataan kepatuhan terhadap IFRS;

2. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;

3. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan
arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos; dan

4. pengungkapan lain:

a. liabilitas kontinjensi (lihat IFRS 37) dan komitmen kontraktual yang belum diakui;
dan

b. pengungkapan informasi non-keuangan, misalnya tujuan manajemen risiko keuangan


dan kebijakan entitas (lihat IFRS 7).

D. KETENTUAN UMUM

1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap IFRS.

Laporan keuangan harus menyajikan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu
entitas secara wajar. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur atas dampak
transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi IFRS harus membuat pernyataan eksplisit dan
tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap IFRS dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu
entitas tidak boleh menyatakan laporan keuangan sebagai kepatuhan terhadap IFRS kecuali
mereka mematuhi semua persyaratan IFRS.

14
Dalam hampir semua kondisi, suatu entitas mencapai penyajian laporan keuangan secara
wajar apabila memenuhi IFRS yang berlaku. Penyajian yang wajar juga memerlukan entitas
untuk:

a. memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan Kebijakan IAS 8: Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. IAS 8 mengatur hirarki pedoman otoritatif
yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat IFRS yang secara khusus
mengatur suatu pos tertentu.

b. menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, dengan cara sedemikian rupa


sehingga dapat menyediakan informasi yang relevan, andal, dapat diperbandingkan dan
mudah dimengerti.

c. memberikan pengungkapan tambahan ketika pemenuhan persyaratan tertentu dalam IFRS


tidak tercukupi bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami pengaruh/ dampak dari
transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain terhadap posisi keuangan dan kinerja
keuangan entitas.

Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen menyimpulkan bahwa
kepatuhan dengan persyaratan dalam IFRS akan memberikan pemahaman yang salah dan hal
itu akan bertentangan dengan tujuan laporan keuangan, maka entitas akan menyimpang dari
ketentuan tersebut jika peraturan yang relevan tidak melarang

2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha/ going concern.

Ketika menyusun laporan keuangan, manajemen harus membuat penilaian tentang


kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Suatu entitas harus
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha kecuali manajemen
bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai
alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya.

Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya


ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang yang dapat
menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas
menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan

15
laporan keuangan dan alasan mengapa tidak entitas dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat
menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,


manajemen memerhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak, dibatasi
untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan. Tingkat pertimbangan tergantung pada
fakta dari setiap kasus. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke
sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi bahwa kelangsungan usaha telah
sesuai tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen perlu memerhatikan faktor
yang memengaruhi profitabilitas masa kini maupun masa yang akan datang, jadual pembayaran
utang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat menyimpulkan bahwa asumsi
kelangsungan usaha telah sesuai.

3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual.

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos - pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

4. Materialitas dan Penggabungan.

Suatu entitas harus menyajikan secara terpisah:

a. setiap golongan yang material dari barang-barang serupa; dan

b. item yang memiliki sifat atau fungsi yang berbeda kecuali tidak material.

Informasi yang lalai adalah material jika menghilangkan, salah menyajikan atau menutupi
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna utama laporan keuangan.
Materialitas tergantung pada sifat atau besarnya informasi yang lalai, atau gabungan keduanya.
Sebuah entitas menilai apakah informasi, baik secara individual maupun dalam kombinasi
dengan informasi lainnya, adalah material dalam konteks laporan keuangannya secara
keseluruhan.

Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain
yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan
pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak
16
material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau
dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan
terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan
atas laporan keuangan.

5. Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas.

Entitas tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan dan beban,
kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu IFRS. Entitas melaporkan secara terpisah aset dan
liabilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain atau laporan posisi keuangan mengurangi kemampuan pengguna laporan
keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa, atau kejadian lain yang telah terjadi
maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan
substansi transaksi atau peristiwa.

Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (sebagai contoh,
penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) bukan termasuk
kategori saling hapus.

6. Frekuensi Pelaporan.

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya


secara tahunan. Ketika laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang
atau lebih pendek daripada periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode
cakupan laporan keuangan, entitas mengungkapkan:

a. alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan

b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat dibandingkan
secara keseluruhan.

Umumnya, entitas secara konsisten menyiapkan laporan keuangan untuk periode satu tahun.
Akan tetapi, untuk alasan praktis, beberapa entitas lebih memilih untuk melaporkan, sebagai
contoh, untuk periode 52 minggu. Pernyataan ini tidak menghalangi praktik tersebut.

7. Infomasi komparatif.

Entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode sebelumnya untuk seluruh
jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan. Informasi komparatif yang

17
bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan jika
relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Suatu entitas harus menyajikan
minimal, dua laporan posisi keuangan, dua laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain,
dua pernyataan terpisah dari laporan laba rugi (jika disajikan), dua laporan arus kas dan dua
laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Entitas harus menyajikan laporan ketiga posisi keuangan pada awal periode sebelumnya
sebagai tambahan selain laporan keuangan komparatif minimum yang diperlukan dalam ayat
38A jika:

a. berlaku kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali secara


retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam
laporan keuangan; dan

b. aplikasi retrospektif, penyajian kembali secara retrospektif atau reklasifikasi memiliki


dampak material terhadap informasi dalam laporan posisi keuangan pada awal periode
sebelumnya.

Dalam situasi yang dijelaskan dalam ayat 40A, suatu entitas harus menyajikan tiga laporan
posisi keuangan pada:

a. akhir periode berjalan;

b. akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan), dan

c. permulaan dari periode komparasi terawal.

Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
periode sebelumnya masih tetap relevan pada periode berjalan. Sebagai contoh, entitas
mengungkapkan dalam periode berjalan rincian tentang sengketa hukum, yang hasil akhirnya
belum diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan masih dalam proses
penyelesaian. Pengguna laporan keuangan dapat memperoleh manfaat atas pengungkapan
informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya dan dari
pengungkapan informasi tentang langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode untuk
mengatasi ketidakpastian tersebut.

8. Konsisten penyajian.

18
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara
konsisten kecuali:

a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas
laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain
akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan
penerapan kebijakan akuntansi dalam IAS 8; atau

b. IFRS mensyaratkan perubahan dalam penyajian

E. LAPORAN LABA RUGI DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN

Perusahaan mempunyai pilihan untuk menyajikan pos pendapatan dan beban dalam bentuk:

1. Satu Laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain, dengan laba atau rugi dan
pendapatan komprehensif lain disajikan di dua bagian.

2. Dua laporan yang terpisah antara:

a. Laporan laba rugi yang menunjukkan komponen laba rugi terpisah

b. Laporan pendapatan komprehensif yang dimulai dengan laba rugi dan pendapatan
komprehensif lain.

Total komponen laba rugi komprehensif dibagi menjadi 2 komponen yaitu:

1. Komponen laba rugi

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, yang tidak termasuk dalam komponen
pendapatan komprehensif lain. Pada bagian ini, entitas setidaknya menyajikan:

a. Pendapatan
b. Keuntungan dan kerugian dari penghentian pengakuan aset keuangan yang diukur
dengan biaya amortisasi
c. Biaya keuangan
d. Bagian penghasilan dari entitas asosiasi dan joint venture yang menggunakan metode
ekuitas
e. Beban pajak

19
f. Jumlah tersendiri dati total pos dihentikan.
Beban yang diakui di laba atau rugi harus dianalisa apakah berdasarkan dasar (bahan baku,
biaya staff, penyususutan, dll) atau berdasarkan fungsi (harga penjualan, administrasi,
penjualan, dll). Jika sebuah entitas mengkategorikan berdasakan fungsi, maka informas
tambahan mengenai dasar beban – pada penyusutan minimum, amortisasi dan beban
kompensasi pegawai – harus diungkapkan.

2. Komponen penghasilan komprehensif lain

Komponen penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak
diakui dalam laba rugi, sebagaimana diisyaratkan oleh IFRS lainnya. Pada bagian ini, entitas
setidaknya menyajikan:

a. pos-pos untuk jumlah pendapatan komprehensif lain dalam periode berjalan,


diklasifikasikan dan dikelompokkan berdasarkan sifat, sesuai dengan IFRS lainnya:

i. tidak akan dipindahkan kemudian ke laporan laba rugi; dan

ii. akan dipindahkan kemudian ke laba atau rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.

b. bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat
dengan metode ekuitas, dipisahkan menjadi bagian yang, sesuai dengan IFRS lain:

i. tidak akan dipindahkan kemudian ke laporan laba rugi; dan

ii. akan dipindahkan kemudian ke laba atau rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.

Berikut contoh format laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lain:

20
a. Format satu laporan

b. Format dua laporan terpisah

 Pos Luar Biasa

IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan dalam paragraf 87 menyatakan bahwa suatu entitas
tidak akan menyajikan pos-pos pendapatan atau beban sebagai pos luar biasa, dalam laporan
laba rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau dalam CaLK.

21
Pada tahun 2002, IASB memutuskan untuk menghilangkan konsep pos luar biasa dari IAS
8 dan melarang penyajian pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa” dalam laporan
laba rugi dan CaLK.

Alasannya karena tidak ada hal yang luar biasa (extraordinary). Semua kejadian di dunia
adalah biasa dan seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen melalui manajemen risiko.
Oleh karena itu, manajemen diharapkan memiliki manajemen risiko yang baik. Sebagai contoh,
kebakaran maupun bencana alam merupakan kejadian biasa, bukan kejadian luar biasa.
Diharapkan manajemen dapat melakukan manajemen risiko yang baik atas kejadian-kejadian
semacam ini.

Pos luar biasa diganti dengan pendapatan komprehensif lainnya yaitu keuntungan/ kerugian
non operasi

F. PENGUNGKAPAN

1. Pengungkapan kebijakan akuntansi

Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang terdiri dari:

a. dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan keuangan laporan keuangan; dan

b. kebijakan akuntansi lainnya yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan.

Hal yang penting bagi entitas untuk menginformasikan kepada pengguna mengenai dasar
pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (misalnya, biaya historis, biaya perolehan
kini, nilai realisasi neto, nilai wajar atau jumlah yang dapat dipulihkan kembali) karena dasar
pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan memengaruhi analisis
pengguna secara signifikan Ketika entitas menggunakan lebih dari satu dasar pengukuran
dalam laporan keuangan, misalnya ketika suatu kelompok aset direvaluasi, maka hal tersebut
adalah memadai dengan memberikan suatu indikasi unrtuk setiap kelompok aset dan laibilitas
yang mana setiap dasar pengukuran diterapkan.

Entitas mengungkapkan, dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifikan atau catatan atas
laporan keuangan, penilaian, selain yang tercakup dalam estimasi, yang telah dibuat manajemen

22
dalam proses penerapan kebijakan akuntansi entitas dan memiliki dampak yang paling
signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.

2. Sumber Estimasi Ketidakpastian

Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat tentang masa depan, dan
sumber utama lainnya ketidakpastian estimasi pada akhir periode pelaporan, yang memiliki
risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan
liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan liabilitas tersebut,
catatan atas laporan kruangan harus memasukkan rincian:

a. sifat, dan

b. jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.

3. Modal

Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk


mengevaluasi tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola modalnya.

Sebuah entitas mengungkapkan informasi tentang tujuan, kebijakan, dan proses dalam
mengelolas modal. Pengungkapan termasuk:

a. informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan dan proses dalam mengelola permodalannya,
termasuk:

• deskripsi tentang apa yang dikelola sebagai modal;

• ketika entitas diharuskan untuk memenuhi persyaratan permodalan eksternal, sifat


persyaratan dan bagaimana persyaratan tersebut diimplementasikan ke dalam
pengelolaan permodalan; dan

• bagaimana entitas memenuhi tujuannya dalam mengelola permodalannya.

b. ringkasan data kuantitatif tentang apa yang diaturnya sebagai modal. Beberapa entitas
menganggap laibilitas keuangan (misalnya beberapa bentuk utang subordinasi) sebagai
bagian dari modal. Entitas lain menganggap modal tidak termasuk beberapa komponen
ekuitas (misalnya komponen yang timbul dari lindung nilai arus kas).

c. setiap perubahan (a) dan (b) dari periode sebelumnya.

d. apakah selama periode itu entitas mematuhi setiap persyaratan permodalan eksternal.

23
e. ketika entitas tidak mematuhi persyaratan permodalan eksternal tersebut, konsekuensi dari
ketidakpatuhan tersebut.

4. Instrumen keuangan dengan opsi jual (puttable) yang diklasifikasikan sebagai ekuitas

Instrumen keuangan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual instrumen
itu kembali pada penerbitnya baik secara kas atau dengan aset keuangan lainnya (puttable
financial instrument) yang diklasifikasi sebagai instrumen ekuitas maka entitas harus
mengungkapkan (jika tidak diungkapkan dimanapun):

a. ringkasan data kuantitatif mengenai jumlah yang diklasifikasikan sebagai ekuitas;

b. tujuan, kebijakan dan proses pengelolaan kewajiban untuk membeli kembali atau menarik
instrumen tersebut jika dipersyaratkan oleh pemegang instrumen, termasuk setiap
perubahan dari periode sebelumnya;

c. prakiraan arus kas keluar pada saat pembelian kembali atau penarikan instrumen tersebut;
dan

d. informasi tentang bagaimana penentuan prakiraan arus kas keluar pada saat pembelian
kembali atau penarikan instrumen.

5. Pengungkapan lainnya

Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:

a. jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah
dividen per lembar sahamnya; dan

b. jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.

Entitas mengungkapkan berikut, jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam


informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:

a. domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau
lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor);

b. keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utamanya;

c. nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha; dan

24
d. jika itu adalah entitas dengan waktu operasi yang terbatas, informasi mengenai lama
operasinya.

25

Anda mungkin juga menyukai