Anda di halaman 1dari 11

Analisis Perilaku Pasien Hemodialisis dalam Pengontrolan Cairan Tubuh Pada Pasien

Gagal Ginjal Kronis


Dosen :

Disusun Oleh :

Aam Kusumawati 16334041

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal penelitian
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga proposal penelitian sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, Januari 2020

penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit katastropik yang prevalensinya semakin meningkat
setiap tahun. Penyakit ini bersifat ireversibel artinya tidak bisa menjadi normal kembali, sehingga
intervensi yang dilakukan pada penderita hanyalah mempertahankan fungsi ginjal yang ada dan
melakukan hemodialisa untuk menggantikan fungsi ginjal melakukan eliminasi metabolisme tubuh.

Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi ekskresi, fungsi pengaturan dan
fungsi hormonal dari ginjal sebagai kegagalan sistem sekresi yang menyebabkan menumpuknya zat-zat
toksik dalam tubuh yang kemudian menyebabkan sindroma urine (Smeltzer, 2008 dalam Shoumah,
2013). Manajemen pada pasien gagal ginjal tahap akhir salah satu terapinya adalah hemodialisis. Pasien
yang melakukan terapi hemodialisis akan tetap mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi
serta adanya berbagai perubahan pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2008;
Knap, 2005 dalam Retno, 2012). Masalah umum yang banyak dialami oleh pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis adalah perilaku dalam mengontrol cairan, sehingga banyak pasien
hemodialisis yang mengeluh sesak nafas karena kelebihan cairan.

Pengontrolan cairan merupakan hal yang sangat kurang dipatuhi dalam menajemen diri pasien
hemodialysis. Kesuksesan hemodialisis tergantung pada kepatuhan pasien. Pada penyakit ginjal tahap
akhir urine tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan elektrolit. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema di
sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga perut disebut
asites, sehingga penting bagi pasien hemodialisis dalam mengontrol cairan guna mengurangi terjadinya
kelebihan cairan. Selain itu natrium dan cairan yang tertahan akan meningkatkan risiko terjadinya
Gagal Jantung Kongestif. Pasien akan menjadi sesak akibat ketidakseimbangan asupan zat oksigen
dengan kebutuhan tubuh (YGDI, 2013). Pengontrolan cairan sangat penting guna mengurangi risiko
kelebihan volume cairan antara waktu dialisis. Pengontrolan cairan pada pasien hemodialisis adalah
faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan terapi. Pasien hemodialisis yang tidak mematuhi
pengontrolan cairan dapat mengalami komplikasi.
Beberapa komplikasi yang sering dialami oleh pasien dengan hemodialisis diantaranya hipotensi,
emboli udara, nyeri dada, pruritus, gangguan keseimbangan selama dialysis, mual dan muntah,
kram otot yang nyeri, dan peningkatan kadar uremik dalam darah (Smeltzer, 2014). Komplikasi
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis dalam melakukan
aktivitas sehari - hari. Oleh karena itu perlu mengetahui analisis perilaku pasien, harapan dari
penderita GGK yang menjalani hemodialisa agar dapat terus rutin melakukan hemodialisa dan
dapat meningkatkan kualitas hidupnya walaupun hidupnya bergantung kepada hemodialisa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Perilaku Pasien Hemodialisis dalam
Pengontrolan Cairan Tubuh Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengetahui Perilaku Pasien Hemodialisis dalam Pengontrolan Cairan


Tubuh Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pasien Hemodialisis dalam
Pengontrolan Cairan Tubuh Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis?
3. Apa saja hambatan-hambatan Pasien Hemodialisis dalam Pengontrolan Cairan Tubuh Pada
Penderita Gagal Ginjal Kronis?

2. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Perilaku Pasien Hemodialisis dalam Pengontrolan Cairan Tubuh
Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pasien Hemodialisis dalam
Pengontrolan Cairan Tubuh Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis.
3. Mengetahui hambatan-hambatan Pasien Hemodialisis dalam Pengontrolan Cairan Tubuh Pada
Penderita Gagal Ginjal Kronis.
BAB II
DASAR TEORI

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada ter- tanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti atau untuk memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya.
Pengertian asuransi tersebut di atas disebut asuransi sukarela. Selain asuransi sukarela juga
dikenal asuransi wajib atau sosial, dimana keberadaannya bersifat wajib berdasarkan
peraturan perundang-undangan Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD dan Pasal 1
(1) UU No. 2/1992 merupakan perjanjian antara tertanggung dengan penang- gung, sehingga
berlaku syarat-syarat syahnya perjanjian dan asas-asas hukum perjanjian yang melahirkan
asuransi sukarela. Namun selain asuransi berdasarkan perjanjian juga dikenal adanya
asuransi berdasarkan peraturan per- undang-undangan yaitu asuransi sosial/wajib.
Lain halnya tentang jaminan pemelihara- an asuransi kesehatan yang diatur menurut
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU No.
3/1992). Adapun yang dimaksud tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Pasal 1 (2) UU No. 3/1992). UU No. 3/1992
selain mem- berikan jaminan pemeliharaan asuransi ke- sehatan, juga memberikan: Jaminan
Kecelaka- an Kerja; Jaminan Kematian; dan Jaminan Hari Tua (Pasal 6 (1) UU No. 3/1992.
Secara garis besar sistem pembiayaan kesehatan dapat dibedakan menjadi 4 kelompok,
yaitu: Pertama, berupa sistem pelayanan kesehatan nasional. Kedua, sistem pembiayaan
kesehatan yang diserahkan pada mekanisme pasar dengan dengan asuransi kesehatan profit
komersial sebagai pilar utamanya. Ketiga, sis tem asuransi kesehatan sosial. Keempat, sistem
pembiayaan kesehatan sosialis.
Penggolongan Asuransi
a. Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa Menurut Pasal 246 yuncto Pasal 247 KUHD dikenal
adanya asuransi kerugian dan asuransi jiwa dan menurut ketentuan Pasal 3 (a) dan Pasal 4
UU No. 2/1992, mengenal adanya asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Adapun perbedaan
asuransi kerugian dengan asuransi jiwa adalah:
1. Mengenai Para Pihak Pertanggungan kerugian hanya dua pihak, yaitu pihak
penanggung dan tertanggung, sedangkan dalam pertanggungan jumlah (jiwa), selain
pihak penanggung, pihak tertanggung dapat memecah diri menjadi 3, yaitu:
a) Penutup (pengambil) asuransi, yakni orang yang menutup (mengambil asuransi),
berkewajiban membayar premi dan berhak menerima polis.
b) Penikmat, yaitu orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi untuk menerima prestasi
dari penanggung.
c) Badan tertanggung yaitu orang yang jiwanya dipertanggungkan

2. Mengenai Yang Dipertanggungkan Pertanggungan kerugian yang dipertanggungkan


adalah barang. Sedangkan dalam pertanggungan jiwa (jum-lah) yang
dipertanggungkan adalah jiwa.
3. Mengenai Prestasi Penanggung Pertanggungan kerugian, prestasi penanggung adalah
mengganti kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung. Sedangkan dalam
pertanggungan jiwa, prestasi penanggung adalah membayar sejumlah uang tertentu
yang telah di-tetapkan pada saat penutupan pertanggungan.
4. Mengenai Kepentingan Kepentingan pada pertanggungan ke-rugian adalah hak
subyektif atau kewajiban yang bernilai uang, dapat diancam bahaya dan tidak
dilarang oleh undang-undang (Pasal 268 KUHD). Sedangkan kepentingan pada pertang-
gungan jiwa bersifat immaterial.
5. Mengenai Evenemen Evenemen pada pertanggungan ke-rugian berupa terjadinya
peristiwatak tentu yang menimbulkan kerugian pada tertanggung. Sedangkan yang di-
maksud evenemen pada pertanggung-an jiwa ialah meninggalnya jiwa sese-orang atau
lampaunya tenggang waktu pertanggungan tanpa meninggal.
6. Mengenai Asas Indemnitas Asas indemnitas artinya asas ganti ke-rugian, yakni hanya
kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung yang diganti. Asas indemnitas
berlaku bagi pertanggungan kerugian, namun tidak berlaku bagi pertanggungan jiwa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus dimana penelitian ini
bermaksud untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi
sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya.

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan


penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain :

a. Melakukan pra riset melalui wawancara kepada pengelola pada Asuransi Umum
PT. (X) Tahun 2019
b. Mengamati proses penanganan klaim asuransi kecelakaan diri pada Asuransi
Umum PT. (X) Tahun 2019
c. Meminta data yang dimiliki oleh Asuransi Umum PT. (X) Tahun 2019 untuk
diolah;
d. Menganalisis hasil pra riset
e. Menyusun pedoman wawancara untuk riset.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan riset melalui wawancara kepada Kepala Cabang dan Kasi Teknik pada
Asuransi Umum PT. (X) Tahun 2019 dengan berpedoman pada pedoman wawancara
yang telah disusun
b. Pengambilan sampel dengan wawancara kepada beberapa nasabah untuk penguatan
pendapat pada hasil penelitian;
c. Mengamati proses penanganan klaim asuransi kecelakaan diri.

3. Tahap Akhir
a. Menganalisis data yang diperoleh dari wawancara dengan Kepala Cabang, Kasi
Teknik dan nasabah serta proses penanganan klaim asuransi kecelakaan diri yang
telah diamati selama riset berlangsung dengan mereduksi data, display data, dan
pengambilan keputusan dan verifikasi
b. Mendeskripsikan hasil analisis data dan memberikan kesimpulan sebagai jawaban
dari rumusan masalah dengan melakukan perpanjangan pengamatan dan triangulasi
c. Menyusun laporan penelitian.

D. Lokasi Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan di desa Sukajadi Jawa Barat pada tahun 2019.
hubungan antara inefficiencies and unethical practices can occur throughout the madicines
supply chain berdasarkan WHO terahadap perilaku pelayanan kefarmasian

Manajemen rantai pasokan adalah disiplin ilmu yang dikembangkan dengan baik. Rantai
pasokan mengirimkan obat-obatan, tetapi juga mengembalikan informasi penting kepada
perencana berkenaan dengan kebutuhan, permintaan, dan konsumsi. Dalam beberapa kasus,
rantai pasokan yang berfungsi juga dapat berperan dalam penciptaan
permintaan. menggambarkan "perangkap permintaan rendah-pasokan rendah," di mana system
pengiriman terjebak dalam kondisi penggunaan rendah, ketersediaan rendah, dan biaya tinggi,
kecuali ada intervensi. Jika permintaan rendah karena kurangnya kesadaran penyedia atau
pasien, atau alasan lain seperti keterjangkauan atau ketersediaan, maka permintaan yang buruk
menyiratkan ukuran pasar yang kecil. Ukuran pasar yang kecil menawarkan sedikit insentif
untuk berinvestasi dalam sistem pasokan dari perspektif bisnis. Jika rantai pasokan lemah,
margin dan kenaikan harga (yaitu, biaya produk per unit) menjadi lebih besar, ketersediaan
produk menurun, dan pada gilirannya semakin menurunkan permintaan. , investasi dalam sistem
pasokan yang mencerminkan potensi pasar yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai